Tika Furri N.A.S 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
Dengan Hormat, Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara :

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif

Sri Sutarwati 1), Hardiyana 2), Novita Karolina 3) Program Studi D1 Ground Handling Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan 3)

BAB I PENDAHULUAN. ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002:83).

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia lebih memilih segala sesuatunya serba instan dan

TINGKAT PEMAHAMAN PENUMPANG LCC (LOW COST CARRIER) TERHADAP PENGEMBALIAN UANG (REFUND) DI BANDARA INTERNASIONAL ADI SOETJIPTO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik

Analisis Permintaan Pelayanan Taksi Argometer di Bandar Udara Juanda Surabaya ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ANGKUTAN DI BANDARA JUANDA. Tabel 5.1.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta

Yune Andryani Pinem 1), Made Yukta Dewanti 2) Program Studi D3 Manajemen Transportasi Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan.

Revitalisasi adalah suatu proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya terberdaya sehingga revitalisasi berarti

PENANGANAN PENUMPANG WCHR (WHEEL CHAIR) DI PT. GAPURA ANGKASA BANDARA SOEKARNO-HATTA CENGKARENG JAKARTA. Vidyana Mandrawaty STTKD Yogyakarta

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Hurriyati (2005, p.49) : untuk bauran pemasaran jasa mengacu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia

Sri Sutarwati 1), Lusiana Aprilia Dewi 2) Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan. Abstrak

Landasan Teori. Service Excellent

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :KP 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap ingin survive dalam menciptakan keunggulan kompetitif yang UKDW

BAB I PENDAHULUAN. signifikan di Indonesia. Sejumlah maskapai penerbangan saling. berkompetitif untuk merebut pasar domesitik maupun internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara kepulauan yang sangat besar dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan tersebut pihak perusahaan dituntut untuk lebih dinamis lagi dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. efisien, sehingga pesawat udara adalah pilihan yang tepat dalam transportasi.

4.2.1 Jenis. Responden terbagi ke dalam. Pria dan Wanita. Jenis Kelamin. kelamin Pria Usia. empat (4) yaitu kurang. atas 50 tahun.

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tantangan dalam bisnis layanan jasa operasional penerbangan

PENGARUH FASILITAS DI RUANG TUNGGU TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PENUMPANG DI BANDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. cukup pesat dengan banyaknya permintaan penumpang untuk melakukan. suatu perjalanan dengan tujuan bisnis maupun berlibur.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Nasution,2004:47) Parasuraman, et al . (dalam Purnama,2006: 19)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP-447 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

ANALISIS DESKRIPTIF PELAYANAN DAN SISTEM INFORMASI PEMESANAN TIKET. Nur Makkie Perdana Kusuma STTKD Yogyakarta ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. implikasikan pada penumpang pesawat udara di Bandara Internasional Adi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi global dan teknologi modern memberikan dampak

Septiyani Putri Astutik 1) STTKD Yogyakarta. Abstrak

DAFTAR ISI. HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAM PENGESAHAN... HALAM MOTTO DAN PERSEMBAHAN... viii. KATA PENGANTAR... x. DAFTAR TABEL...

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki

UKDW. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang

Sumber: BPS, 2004 Gambar 1. Grafik Data Penumpang Angkutan Udara yang Berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta (Jan-Nov 2004)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Kata Kunci: penanganan bagasi, kepuasan penumpang eksekutif, maskapai Garuda Indonesia, regresi linear sederhana

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pertumbuhan sektor jasa di Indonesia berkembang dengan

EVALUASI KINERJA TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA SENTANI JAYAPURA

BAB I PENDAHULUAN. Bandar udara merupakan lapangan terbang yang dipergunakan untuk. tidak dapat di jangkau oleh transportasi darat dan laut.

Nur Makkie Perdana Kusuma 1), Annisa Nurul Sucianingsih Palisoa 2) Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. urutan ke-12 di dunia pada tahun 2014 menurut Airport Council International

PENGARUH PELAYANAN PETUGAS INFORMASI TERHADAP KEPUASAN PENUMPANG DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengacu pada regulasi penerbangan yang terdiri atas Annex dan Dokumen

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral)

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan konsumen sehingga dapat mendatangkan profit bagi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi

FX. Soetomo Wisjnoe 1) STTKD Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Bandara Internasional Adisucipto Yogyakarta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dahulu, sarana transportasi laut menjadi pilihan utama bagi masyarakat menengah ke

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi yang terjadi saat ini memberikan perubahan yang sangat signifikan

BAB III LANDASAN TEORI. maskapai dengan sistem penerbangan full service carrier. kenyamanan dan pelayanan diberikan secara maksimal..

Udin Kurniadi STTKD Yogyakarta ABSTRAK

2 Indonesia dalam hal melakukan penyelesaian permasalahan di bidang hukum persaingan usaha, yang diharapkan terciptanya efektivitas dan efisiensi dala

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan untuk masuk berkompetisi di industri penerbangan Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. rapi sehingga dapat menunjang kegiatan pariwisawa. Industri yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran kehidupan. Transportasi menjadi bagian penting atas perkembangan

PERENCANAAN SISTEM PENANGANAN BAGASI PADA TERMINAL 1B DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

Oleh : BAGUS DWIPURWANTO

OPTIMALISASI PARKING STAND DI TERMINAL 2F BANDARA SOEKARNO-HATTA TAHUN 2015

BAB V PENUTUP. melihat pengaruh pengaruh dari airlines service quality dan service recovery

PENGARUH PELAYANAN PETUGAS TICKETING TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PENUMPANG DI PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK CABANG SOLO

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi adalah suatu alat penunjang kemudahan yang berperan bagi

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang (Lembaran Negara Republik Indon

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KINERJA TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA SENTANI JAYAPURA

BAB 1 PENDAHULUAN. memilki banyak pulau sehingga moda transportasi udara dibutuhkan untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Muh. Rafdi Samin STTKD Yogyakarta

I. PENDAHULUAN. Transportasi menyangkut pergerakan orang dan barang pada hakekatnya telah dikenal

memudahkan responden dalam mempelajari kuesioner dan menjawab pertanyaanpertanyaan yang diberikan maka pertanyaan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Hardiyana STTKD Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengatur transportasi udara pada tahun Deregulasi yang dilakukan salah

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang berpusat kepada pelanggan atau customer centricity menjadi

BAB II PROSES BISNIS. Sebuah korporat dalam perjalanan usahanya tentunya terkait atau didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu bukti keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Ini juga

EVALUASI KINERJA TERMINAL PENUMPANG INTERNASIONAL BANDAR UDARA JUANDA. Karina Shaska Dosen Pembimbing : Ir. Hera Widiyastuti, MT

Evaluasi Kinerja Gate Assignment pada Terminal 1 Keberangkatan Domestik Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Perlindungan Konsumen Penumpang Pesawat Terbang. a. Pengertian Pelindungan Konsumen

Transkripsi:

PERBEDAAN PERSEPSI PENUMPANG TENTANG PENGGABUNGAN AIRPORT TAX (PASSENGER SERVICE CHARGE) DENGAN HARGA TIKET PADA MASKAPAI GARUDA INDONESIA DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG Tika Furri N.A.S 1) 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan Abstrak Dalam memberikan peningkatan pelayanan, mulai bulan September 2012 maskapai Garuda Indonesia memberikan kebijakan baru yaitu penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan harga tiket. Dengan perbedaan kebijakan antar maskapai ini, dapat dipastikan terjadi kebingungan diantara para penumpang, apabila penumpang menggunakan maskapai Garuda Indonesia, penumpang tidak perlu membayar Airport Tax (Passenger Service Charge) di counter Airport Tax sedangkan penumpang yang menggunakan maskapai lain masih tetap membayar Airport Tax (Passenger Service Charge)di Counter Airport Tax. Tujuan penelitian ini dilakukan agar mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan perbedaan persepsi penumpang tentang penggabungan Airport Tax dengan harga tiket pada maskapai Garuda Indonesia.Penelitian ini menggunakan 100 responden (penumpang) yang merupakan penumpang di Bandar Udara Ahmad Yani Semarang. Data hasil penelitian diolah menggunakan Program Microsoft Excel. Kuesioner ini terdiri dari 10 pertanyaan dan terdiri dari variabel perbedaan persepsi penumpang tentang penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan harga tiket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kriteria responden yang mengetahui tentang penggabungan Airport Tax(Passenger Service Charge) dengan harga tiket adalah responden yang menggunakan maskapai Garuda Indonesia sebanyak 55 responden dengan frekuensi melakukan perjalanan <12 kali dalam kurun waktu setahun. Sebanyak 55 responden telah mengetahui tentang penggabungan Airport Tax dengan harga tiket dan paling banyak adalah responden yang menggunakan maskapai Garuda Indonesia. 93 responden menyatakan bahwa penggabungan Airport Tax dengan harga tiket bermanfaat dan mereka menyetujui jika Airport Tax digabungkan dengan harga tiket dan 80 responden menyatakan waktu yang mereka punya di Bandara lebih efisien. Berdasarkan pengujian hipotesis yang diperoleh, didapatkan nilai t0 sebesar 2,2067 yang berarti berada pada daerah penerimaan antara -3,182 dan 3,182,maka H0 diterima. Artinya tidak ada perbedaan signifikan antara persepsi masing-masing penumpang tentang penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge)dan harga tiket. Kata Kunci : Airport Tax, Kebijakan penggabungan harga tiket, Persepsi. Pendahuluan Setiap tahun tingkat pertumbuhan penumpang di setiap bandara semakin meningkat, hal ini ditunjukan dengan semakin bertambahnya jumlah penumpang dari tahun ke tahun. Menurut Kepala Dishubkominfo Jateng, Urip Sihabudin di gedung DPRD Jateng, Jalan Pahlawan, Semarang, Rabu (20/6/2012) mengatakan bahwa saat ini terminal penumpang bandara Ahmad Yani bisa menampung sekitar 2 juta penumpang per tahun. Bandara Ahmad Yani saat ini sedang dalam renovasi termasuk terminal penumpangnya di lahan seluas 32 ribu meter persegi. Diperkirakan terminal baru tersebut mampu menampung 4,5 juta penumpang per tahun. Meski demikian menurut Urip, jumlah penumpang 5-7 tahun ke depan akan melebihi angka 4,5 juta pihaknya berharap PT. Angkasa Pura terus melakukan pengembangan terkait fasilitas penumpang. Jumlah penumpang pada setiap maskapai bervariasi, oleh karena itu beragam latar belakang maskapai, ada yang lebih suka menggunakan maskapai Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya, Air Asia dan lain lain. Setiap perusahaan penerbangan tentunya memiliki kebijakan masing-masing dalam mengembangkan perusahaanya. Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 1, Juli 2015 19

Maskapai penerbangan yang beroperasi di Bandar Udara Ahmad Yani Semarang adalah Garuda Indonesia, Citilink, Merpati, Air Asia, Lion Air, Wings Air, Sriwijaya, Silk Air, Kalstar Aviation dan Trigana Air. Garuda Indonesia merupakan maskapai penerbangan pertama yang bergerak di bidang jasa transportasi udara di Indonesia, yang tentunya merintis munculnya maskapai-maskapai di Indonesia. Maskapai Garuda Indonesia sendiri dalam memberikan peningkatan pelayanan, mulai bulan September 2012 memberikan kebijakan baru yaitu penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan harga tiket. Tujuan adanya penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan harga tiket adalah untuk menyederhanakan pembayaran dan mengurangi panjangnya antrian yang terjadi pada saat pembayaran Airport Tax (Passenger Service Charge). Penumpang juga dapat memaksimalkan waktunya untuk beraktivitas sambil menunggu pesawat datang. Berdasarkan perbedaan kebijakan antar maskapai ini, dapat dipastikan terjadi kebingungan diantara para penumpang, apabila penumpang menggunakan maskapai Garuda Indonesia, penumpang tidak perlu membayar Airport Tax (Passenger Service Charge) di counter Airport Tax sedangkan penumpang yang menggunakan maskapai lain masih tetap membayar Airport Tax (Passenger Service Charge) di counter Airport Tax sehingga lebih memudahkan penumpang ketika berada di bandara. Saat ini penumpang maskapai Garuda Indonesia, tidak lagi dipungut biaya Airport Tax (Passenger Service Charge) di bandara. Maskapai penerbangangaruda Indonesia resmi menggabungkan Airport Tax (Passenger Service Charge) ke dalam tiket. Menurut Wakil Presiden Direktur bidang komunikasi perusahaan Garuda Indonesia kepada Harian Merdeka.com, Minggu (7/10) mengatakan sejak diberlakukan tanggal 4 Oktober lalu, penerapan Airport Tax (Passenger Service Charge) ke dalam tiket secara umum berjalan baik dan lancar Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan agar mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan persepsi penumpang tentang penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan harga tiket pada maskapai Garuda Indonesia. Tinjauan Pustaka Penelitian ini dilandasi oleh beberapa teori, yaitu menyangkut penjelasan tentang Airport Tax (Passenger Service Charge), tiket dan persepsi Airport Tax (Passenger Service Charge) Pengertian Airport tax (Passenger Service Charge) Airport tax atau yang biasa disebut Passenger Service Charge (PSC) adalah suatu bentuk biaya fasilitas ruang tunggu yang di kenakan kepada penumpang oleh pengelola bandara. Pelayanan ini diusahakan oleh Badan Usaha Kebandarudaraan yang merupakan biaya kompensasi yang dibebankan kepada penumpang pesawat udara yang berangkat melalui bandar udara yang bersangkutan karena ikut memanfaatkan jasa-jasa pelayanan dan penggunaan fasilitas terminal bandar udara tersebut. Kegunaan Airport Tax (Passenger Service Charge): 1. Biaya perawatan bandara 2. Peningkatan fasilitas umum di Bandara 3. Penambahan kualitas SDM PT AP II selaku pengelola Bandara Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 1, Juli 2015 20

Tiket Tiket adalah perjanjian yang mengikat antara penumpang dan pengangkut dalam kegiatan transportasi. Tiket merupakan asuransi bagi penumpang. Tiket Penumpang yaitu setiap penumpang yang akan terbang baik dewasa (Adult), anak (Child), maupun bayi (Infant) harusmempunyai tiket yang sah, dimana tercatat pada data reservasi dan data lainnya yang berhubungan dengan pencatatan penerbangan yang bersangkutan. Pemilik Tiket adalah atas nama sesuai nama yang tertera pada tiket, tidak diperkenankan dipergunakan oleh orang lain (not transferable). Jika suatu tiket ternyata dipergunakan atau dicoba dipergunakan oleh orang lain pihak pengangkut berhak menolak pengangkutan orang tersebut. Sebagai tanda pengenal penumpang bisa membuktikan : 1. Kartu Tanda Penduduk (KTP) 2. Surat Ijin Mengemudi (SIM) 3. Paspor 4. Kartu Mahasiswa 5. Kartu Pegawai 6. Keterangan lain yang dapat di pertanggungjawabkan Tiket penumpang mempunyai masa berlaku atas tiket (validity) yang bersangkutan,dimana masa berlakunya mengacu dan tunduk pada masing-masing carrier. Masa berlaku tiket penumpang dibedakan berdasarkan: 1. Tanggal penerbitan tiket (date of issue) 2. Tanggal terbang (date of travelling/flown) Perpanjangan masa berlaku tiket dapat dilakukan dengan cara pemberian persetujuan dan cap stempel oleh petugas yang berwenang dari carrier yang bersangkutan, atau penukaran dengan tiket baru dengan penambahan biaya selisih tarif tertentu, biaya penambahan tidak dikenakan apabila disebabkan oleh hal-hal tertentu, misalnya: 1. Pesawat/pembukuan reservasi batal (cancel) 2. Penumpang ketinggalan penerbangan lanjutan (misconnection) 3. Kesehatan (harus dibuktikan dengan surat keterangan dokter) 4. Atau aturan lain menurut pengangkut tertentu. Fungsi tiket 1. Sebagai bukti perjanjian yang mengikat antara penumpang dengan perusahaan 2. Sebagai asuransi bagi penumpang Jenis-Jenis Tiket Terdapat 2 jenis tiket yang diberikan maskapai kepada calon penumpang yaitu : 1.Tiket Oneway: Tiket dengan satu flight coupun, dipergunakan untuk perjalanan tunggal. 2.Tiket Return: Tiket dengan dua flight coupun, dipergunakan untuk perjalanan ganda. Persepsi Persepsi adalah pandangan terhadap pelayanan yang telah diterima oleh konsumen. Sangat memungkinkan bahwa persepsi konsumen tentang pelayanan menjadi berbeda dari kenyataannya karena konsumen tidak mengetahui semua semua fakta yang ada atau telah salah dalam Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 1, Juli 2015 21

menginterprestasikan fakta tersebut. Persepsi dari suatu pelayanan sangat dipengaruhi oleh proses dalam memberikan pelayanan dan juga hasil dari memberikan pelayanan. Persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang dapat memilih, mengatur dan mengartikan informasi menjadi suatu gmbar yang sangat berarti di dunia (Latifah, 2003). Menurut Latifah persepsi muncul setelah melakukan pengamatan dilingkungan sekitar atau melihat situasi yang terjadi untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu. Persepsi masing-masing individu terhadap satu situasi yang sama bisa berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena setiap orang menerima, mengorganisasi, dan menerjemahkan informasi dengan caranya masing-masing. Persepsi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor psikologis, faktor fisik dan image yang terbentuk. 1. Faktor Psikologis Faktor Psikologis akan membuat perubahan dalam persepsi konsumen. Perubahan yang dimaksud termasuk memori, pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai yang dianggap konsumen penting dan berguna. 2. Faktor Fisik Faktor ini akan mengubah persepsi konsumen melalui apa yang konsumen lihat dan rasakan. Faktor fisik dapat memperkuat atau malah menghancurkan persepsi konsumen terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan. 3. Image yang terbentuk Image yang dimaksud disini adalah image konsumen terhadap perusahaan atau produk, ketika terjadi persaingan antara dua merek produk yang sama, konsumen bisa melihat perbedaan melalui image dari perusahaan atau merek itu sendiri. Perusahaan harus mampu menciptakan image yang akan membedakan dari pesaing. Menciptakan image yang kuat dan berbeda memerlukan kreativitas dan kerja keras. Image yang sudah tercipta harus didukung oleh segala sesuatu yang dilakukan dan dikatakan oleh perusahaan. Hipotesis Dengan adanya penetapan kebijakan yang baru di sebuah perusahaan penerbangan, pastinya akan memunculkan penerimaan yang berbeda-beda pada masing-masing konsumen jasa. Oleh karena itu hipotesis sementara pada penelitian ini adalah perbedaan persepsi penumpang tentang penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan harga tiket beragam dan tidak sama. Perumusan hipotesis disusun sebagai berikut: H0 : tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi masing-masing penumpang tentang penggabungan Airport Tax (Passenger Service Change) dengan harga tiket. H1 : ada perbedaan yang signifikan antara persepsi masing-masing penumpang tentang penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan harga tiket. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang. Sampel diambil dari penumpang di Bandar Udara Ahmad Yani Semarang. Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan. Data Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode survei melibatkan 100 responden penumpang di Bandar Udara Ahmad Yani Semarang yang dilakukan selama 1bulan. Metode penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari penumpang. Penelitian ini menggunakan Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 1, Juli 2015 22

kuesioner yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dan meminta responden agar memberikan respon terhadap beberapa statement. Jenis kuesioner ini adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang sudah disediakan jawabannya. Adapun digunakannya kuesioner tertutup ini adalah untuk mempermudah responden dalam memberikan jawaban atau tanggapan, kuesioner ini juga lebih praktis dan sistematis (Sapon,2007). Alat Analisis Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.Kuesioner Kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi dari responden sehingga didapatkan sebuah data untuk dianalisa. 2.Microsoft Office Excel Microsoft Office Excel adalah sebuah program aplikasi lembar kerja spreadsheet yang dibuat dan didistribusikan oleh Microsoft Corporation untuk sistem operasi Microsoft Windows. Aplikasi ini memiliki fitur kalkulasi dan pembuatan grafik sehingga dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisa data dengan menggunakan fungsi statistik yang ada pada program ini sehingga mempermudah dalam melakukan analisa dan membuat kesimpulan. Langkah-langkah Penelitian Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah : 1. Membuat kuisioner 2. Membagikan kusioner kepada penumpang 3. Mengumpulkan data dari hasil kuisioner 4. Mengkonversi data dari bentuk tabel menjadi grafik dengan bantuan program Microsoft Excel. 5. Analisis data statistik 6. Melakukan pembahasan untuk mendapatkan hasil yang tepat. 7. Mengambil kesimpulan sesuai dengan hasil pembahasan Hasil Dan Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan data yang telah terkumpul dari 100 responden (penumpang) di Bandar Udara Ahmad Yani Semarang, maka diperoleh informasi mengenai karakteristik penumpang berdasarkan jenis kelamin sebagaimana disajikan pada tabel berikut : Data tabel 4.1 di atas, menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin pria berjumlah 52 orang (52%) dan yang berjenis kelamin wanita berjumlah 48 orang (48%). Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 1, Juli 2015 23

Data tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa pengguna jasa penerbangan di Bandar Udara Ahmad Yani Semarang yang dominan adalah pegawai swasta sebanyak 47 orang (47%) dan PNS sebanyak 23 orang (23%). Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Maskapai yang Sering Digunakan Data tabel 4.4 Di atas menunjukkan bahwa maskapai yang sering digunakan oleh penumpang adalah maskapai Garuda Indonesia sebanyak 26 orang (26%). Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Penumpang Melakukan Perjalanan Dalam Kurun waktu Satu Tahun Data tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa responden (penumpang) paling banyak menggunakan maskapai <12 kali dalam setahun sejumlah 76 orang (76%). Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 1, Juli 2015 24

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Airport Tax (Passenger Service Charge) Data tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa telah banyak yang mengetahui tentang Airport Tax (Passenger Service Charge), yaitu sebanyak 85 orang (85%). Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pembayaran Airport Tax Data tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa 82 orang (82%) menyatakan selalu membayar Airport Tax (Passenger Service Charge) secara langsung di Bandara dan 18 orang (18%) menyatakan tidak secara langsung mereka membayar Airport Tax (Passenger Service Charge) di Bandara karena Airport Tax (Passenger Service Charge) dibayar menjadi satu dengan harga tiket. Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Tidak Dipungutnya Biaya Airport Tax (Passenger Service Charge) Data tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 57 orang (57%) dipungut biaya Airport Tax (Passenger Service Charge) bersama dengan harga tiket karena mereka menggunakan maskapai Garuda Indonesia yang mempunyai kebijakan baru yaitu menggabungkan biaya Airport Tax (Passenger Service Charge) sedangkan 43 orang (43%) menjawab tetap dipungut biaya Airport Tax (Passenger Service Charge) di Counter Airport Tax karena mereka masih menggunakan maskapai lainnya yang masih menerapkan kebijakan lama. Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 1, Juli 2015 25

Tabel 4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Maskapai yang Tidak Memungut Biaya Airport Tax (Passenger Service Charge) Data tabel 4.9 menunjukkan bahwa sebanyak 47 orang (81%) memilih maskapai Garuda Indonesia lah yang tidak lagi memungut biaya Airport Tax (Passenger Service Charge). Kriteria Responden Yang Mengetahui Penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan Harga Tiket Berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan mengenai pengetahuan tentang penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan harga tiket dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Kriteria Responden yang Mengetahui Penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan Harga Tiket Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa 55 responden mengetahui tentang penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan harga tiket dan 45 responden belum mengetahui tentang penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan harga tiket, paling dominan responden yang mengetahui kebijakan baru ini adalah responden yang menggunakan maskapai Garuda Indonesia sebanyak 25 responden. Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 1, Juli 2015 26

Berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan bermanfaat tidaknya penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan harga tiket dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2 Kriteria Pendapat Responden Tentang Penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan Harga Tiket Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa 93 responden menyatakan jika penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan harga tiket bermanfaat karena responden (penumpang) tidak perlu lagi membayar PSC dan mengantri di counter check-in, paling dominan adalah responden yang menggunakan maskapai Garuda Indonesia sebanyak 25 responden. Berdasarkan jawaban responden tentang persetujuan penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan harga tiket dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.3 Kriteria Responden Tentang Persetujuan Penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan Harga Tiket Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 1, Juli 2015 27

Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa 93 responden menyatakan setuju jika Airport Tax (Passenger Service Charge) digabung dengan harga tiket karena dapat menyederhanakan pembayaran dan mengurangi panjangnya antrian yang terjadi pada saat pembayaran Airport Tax (Passenger Service Charge). Paling dominan yang menyatakan setuju adalah responden yang menggunakan maskapai Garuda Indonesia sebanyak 25 responden. Kriteria Responden Yang Mempunyai Waktu Lebih Efisien Jika Airport Tax (Passenger Service Charge) digabung dengan Harga Tiket Berdasarkan jawaban responden tentang waktu di Bandar Udara lebih efisien jika Airport Tax (Passenger Service Charge) digabung dengan harga tiket dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4 Kriteria Responden Yang Mempunyai Waktu Lebih Efisien Jika Airport Tax (Passenger Service Charge) digabung dengan Harga Tiket Berdasarkan Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 80 responden menjawab waktu yang mereka punya di Bandara lebih efisien jika Airport Tax (Passenger Service Charge) digabung dengan harga tiket karena responden (penumpang) tidak perlu lagi mengantri membayar PSC di counter check-in dan penumpang dapat memaksimalkan waktunya untuk beraktivitas dan menikmati fasilitas-fasilitas di Bandara sambil menunggu pesawat datang. Paling dominan adalah responden yang menggunakan maskapai Garuda Indonesia sebanyak 25 responden. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Bila taraf kesalahan ditetapkan 0,05; maka Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 1, Juli 2015 28

t tabel untuk uji hipotesa ini adalah 3,182446 Kriteria Pengujian H0 diterima apabila -3,182 < t < 3,182 H1 diterima apabila -3,182 > t > 3,182 Uji Beda (Uji t) Dari tabel di atas maka diperoleh total dan rata-rata perbedaan persepsi penumpang tentang penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan harga tiket sebagai berikut: Tabel 4.5 Rata-Rata Perbedaaan Persepsi Penumpang Tentang Penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan Harga Tiket Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 1, Juli 2015 29

Tabel 4.6 S = 0,1791412 Uji t - one sample Keterangan : x = rata-rata sampel μ = rata-rata populasi S = Standar Deviasi n = jumlah (banyaknya) sampel Prediksi (μ ) yang digunakan adalah 1 sebagai asumsi bahwa persepsi penumpang tentang penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan harga tiket adalah ya. Kesimpulan H0 diterima atau ditolak Berdasarkan perhitungan di atas didapatkan nilai t0 sebesar 2,2067 yang berarti berada pada daerah penerimaan antara -3,182 dan 3,182,maka H0 diterima. Artinya tidak ada perbedaan signifikan antara persepsi masing-masing penumpang tentang penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dan harga tiket. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebanyak 55 responden telah mengetahui tentang penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan harga tiket dan paling banyak adalah responden yang menggunakan maskapai Garuda Indonesia. 93 responden menyatakan bahwa penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan harga tiket bermanfaat dan mereka menyetujui jika Airport Tax (Passenger Service Charge) digabungkan dengan harga tiket dan 80 responden menyatakan waktu yang mereka punya di Bandara lebih efisien jika Airport Tax (Passenger Service Charge) digabung dengan harga tiket. 2. Kriteria responden yang mengetahui tentang penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan harga tiket adalah responden yang menggunakan maskapai Garuda Indonesia Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 1, Juli 2015 30

sebanyak 55 responden dengan frekuensi melakukan perjalanan <12 kali dalam kurun waktu setahun. 3. Berdasarkan pengujian hipotesis yang diperoleh, didapatkan nilai t0 sebesar 2,2067 yang berarti berada pada daerah penerimaan antara -3,182 dan 3,182,maka H0 diterima. Artinya tidak ada perbedaan signifikan antara persepsi masing-masing penumpang tentang penggabungan Airport Tax (Passenger Service Change) dan harga tiket. Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan maka, dapat diambil beberapa saran untuk perusahaan dan penelitian yang sejenis pada waktu yang akan datang, antara lain : 1. Saat ini baru maskapai Garuda Indonesia yang mempunyai kebijakan baru yaitu, penggabungan Airport Tax (Passenger Service Charge) dengan harga tiket. Diharapkan perusahaan maskapai lainnya dapat mencontoh kebijakan baru ini, sehingga dapat menguntungkan para penumpang di Bandar Udara 2. Diharapkan kebijakan baru ini dapat disosialisasikan kepada perusahaan lainya yang belum menerapkan kebijakan baru ini. 3. Bagi penelitian yang akan datang dapat menggunakan variabel yang lebih banyak dari sekarang dan sampel yang lebih besar sehingga hasil penelitian mendatang akan lebih baik. Daftar Pustaka Aritonang, Lerbin., 2005, Kepuasan Pelanggan, Gramedia, Jakarta. Puspitasari. 2008, Pengaruh Kepuasan Penumpang Terhadap Pelayanan Penumpang Waktu Check in Pada PT. Lion Air Di Bandara Internasional Adi Sutjipto Yogyakarta, Skripsi Sekolah Tinggi Teknologi Adi Sutjipto, Yogyakarta. Karyanto. 2012, Marketing Airlines, Yogyakarta. Rahardi, M.2000. Statistika Pendidikan, Pustaka Setia Bandung. Soetomo, FX Wisjnoe, 2009, Modul Service Excellent, Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan, Yogyakarta. Yoni. 2009, Analisis Persepsi Penumpang Terhadap Kualitas Pelayanan Jasa Penerbangan Merpati Nusantara Airlines Di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tugas Akhir Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan,Yogyakarta..http://skripsimahasiswa.blogspot.com/metodeilmiah.html..http://www.kompas.com/airport_tax_dengan_harga_tiket_pesawat..http://www.detiknews.com.http://www.merdeka.com.http://www.blogstatistika.com Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol.2, No. 1, Juli 2015 31