BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan adalah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) menuntut. meningkatkan minat belajar siswa yaitu SMK Bina Wisata Lembang.

I. PENDAHULUAN. sumber daya suatu Negara dapat ditingkatkan. Dewasa ini sudah menjadi. kebutuhan di setiap Negara untuk terus berusaha meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

1. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang merupakan salah satu jalan

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber Daya Manusia), terutama peningkatan dalam bidang pendidikan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu memperhatikan masalah pendidikan.isi pendidikan diharapkan mencakup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ASEAN sudah jauh tertinggal dari Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. yang diperoleh peserta didik. Menurut pendapat Nurkencana (1986:92) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu modal pembangunan karena sasarannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang. berkualitas, dengan begitu perkembangan yang ada dapat dikuasai,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin, sehingga akan diperoleh hasil

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

I. PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yaitu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era global saat ini. Seiring perkembangan itu salah satu yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

I. PENDAHULUAN. Secara umum pada Bab I ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional dalam bab II pasal 3 tentang fungsi dan tujuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting pada kehidupan setiap orang. Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Bab II pasal 3). Pada UU No. 20 Tahun 2003 pasal 40 Bab IX. sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. budaya, tetapi juga aspek ilmu pengetahuan termasuk di dalamnya pendidikan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN NURUL FITRI ISTIQOMAH,2014

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

EVALUASI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TUNE UP SEPEDA MOTOR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, budaya serta nilai-nilai yang positif yang ada dari satu generasi ke

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi jembatan untuk mengarungi abad millenium ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan. sengaja agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan hal-hal. tersebut secara rinci dikemukakan berikut ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. karena tanpa pendidikan manusia akan mengalami banyak kesulitan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan sumber daya manusia diupayakan melalui pendidikan baik

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

2016 PENERAPAN TEKNIK MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi manusia. Manusia yang berpendidikan tentunya akan meraih kesuksesan di dunia maupun di akhirat. Pendidikan dapat diraih melalui berbagai macam cara, salah satunya adalah melalui pendidikan di sekolah. Di sekolah, siswa tidak sekadar mendapat ilmu pengetahuan, tetapi siswa belajar berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya, seperti dengan guru dan teman, maupun lingkungan fisik seperti pentingnya menjaga kebersihan sekolah. Selain itu, tujuan pendidikan adalah untuk menghasilkan generasi muda yang unggul agar berguna bagi nusa, bangsa, dan agama. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa: Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk menjadi pribadi yang lebih baik seperti yang sudah tersurat dalam UUD di atas, setiap orang terutama siswa di sekolah tentunya memiliki cara dan alasan yang berbeda untuk meraihnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh motivasi. Menurut Vroom dalam Ngalim Purwanto (2006, hlm. 72) mengatakan bahwa motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki. Jadi, motivasi adalah suatu dorongan atau alasan untuk mengerjakan sesuatu atau bertingkah laku. Pada kegiatan pembelajaran di sekolah, motivasi memiliki peranan yang sangat penting, yaitu untuk menjadikan siswa rajin dan tidak jenuh dalam belajar sehingga siswa dapat meraih prestasi belajar yang membanggakan.

2 Salah satu isu yang menarik untuk dikaji dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah menengah kejuruan, khususnya di SMK Pelita 2 adalah masih rendahnya motivasi belajar siswa. Hal tersebut ditunjukkan oleh fenomena hasil belajar yang belum memuaskan serta tingkat ketidakhadiran siswa yang belum optimal. SMK Pelita 2 Bandung adalah salah satu sekolah menengah kejuruan yang terus berupaya untuk menghasilkan generasi muda yang cerdas, cakap, dan kreatif sesuai bidangnya dan tentunya tetap bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun untuk meraih semua itu tidaklah mudah.salah satu persoalan yang sedang dihadapi adalah masih rendahnya motivasi belajar siswa, terutama siswa di Program Keahlian Administrasi Perkantoran. Fenomena rendahnya motivasi belajar siswa diperoleh dari wawancara dengan beberapa guru mata pelajaran produktif, yaitu masih banyaknya siswa yang telat masuk sekolah dan masih banyaknya siswa yang ribut saat ulangan berlangsung. Rendahnya motivasi belajar siswa dapat dilihat juga dari masih rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran produktifkelas X dan XI serta dari tingkat ketidakhadiran siswa yang tinggi. Salah satu hal yang mencerminkan kondisi motivasi belajar siswa di SMK Pelita 2 Bandung tergolong rendah adalah nilai UTS siswa kelas X dan XI tahun pelajaran 2014-2015 padamata pelajaran produktifyang belum mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan (KKM = 2,67), seperti yang tercantum dalam tabel berikut ini. Tabel 1.1 Nilai Rata-rata UTS Kelas X Mata Pelajaran Produktif Tahun Ajaran 2014/2015 No. Mata Pelajaran Nilai Rata-rata UTS Semester KKM Ganjil 1. Kearsipan 2,24 2. Korespondensi 2,96 3. Simulasi Digital 2,3 2,67 4. Otomatisasi Perkantoran 2,75 Total Rata-rata 2,56 Sumber: Guru mata pelajaran produktif SMK Pelita 2 Bandung

3 Berdasarkan tabel di atas, diperoleh gambaran bahwa rata-rata nilai UTS pada mata pelajaran produktif Administrasi Perkantoran siswa kelas XPK masih di bawah KKM. Hal tersebut terlihat pada nilai rata-rata kelas mata pelajaran Kearsipan yaitu sebesar 2,24, nilai rata-rata mata pelajaran Korespondensi sebesar 2,96, nilai rata-rata mata pelajaran Simulasi Digital yaitu sebesar 2,3, kemudian untuk mata pelajaran Otomatisasi Perkantoran nilai rata-rata siswa sebesar 2,75. Dari seluruh mata pelajaran produktif di atas hanya satu mata pelajaran yang nilai rata-rata kelasnya melebihi KKM. Tabel 1.2 Nilai Rata-rata UTS Kelas XI Mata Pelajaran Produktif Tahun Ajaran 2014/2015 No. Mata Pelajaran UTS Semester Ganjil 1. Administrasi Keuangan 2,25 2. Administrasi Kepegawaian 2,5 3. Administrasi Sarana dan Prasarana 2,8 4. Administrasi Humas dan Keprotokolan 2,56 Total Rata-rata 2,52 Sumber: Guru mata pelajaran produktif SMK Pelita 2 Bandung KKM 2,67 Sedangkan tabel di atas menggambarkan bahwa rata-rata nilai UTS pada mata pelajaran produktif Administrasi Perkantoran siswa kelas XI PK pun masih di bawah KKM. Hal tersebut terlihat pada nilai rata-rata kelas mata pelajaran Administrasi Keuangan yaitu sebesar 2,25, nilai rata-rata mata pelajaran Administrasi Kepegawaian sebesar 2,5, nilai rata-rata mata pelajaran Administrasi Sarana dan Prasarana yaitu sebesar 2,8, kemudian untuk mata pelajaran Administrasi Humas dan Keprotokolan nilai rata-rata siswa sebesar 2,56. Dari seluruh mata pelajaran produktif di atas hanya satu mata pelajaran yang nilai ratarata kelasnya melebihi KKM. Hasil analisis di atas menyimpulkan adanya permasalahan dalam proses pembelajaran karenanilai rata-rata dari setiap mata pelajaran produktif hampir seluruhnya belum memenuhi standar KKM.

4 Fenomena lainnya yang menunjukkan masih rendahnya motivasi belajar siswa adalah melalui gambaran ketidakhadiran siswa kelas X dan XI selama 1 semester berikut ini. Tabel 1.3 Rekapitulasi Ketidakhadiran Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran Tahun Ajaran 2014/2015 No. Bulan Jumlah Ketidakhadiran Siswa (Alpha) 1. Agustus 5 Jumlah Siswa Kelas X Persentase Ketidakhadiran Keterangan Siswa 19% - 2. September 21 80% Naik 34% 3. Oktober 22 26 85% Naik 5% 4. November 14 54% Turun 26% 5. Desember 19 73% Naik 19% Sumber: SMK Pelita 2 Bandung (data diolah) Berdasarkan data pada tabel di atas, tingkat ketidakhadiran siswa kelas X pada Program Keahlian Administrasi SMK Pelita 2 Bandung masih belum optimal, ini terlihat dari fluktuatifnya tingkat ketidakhadiran siswa karena tidak ada keterangan (alpha) yang cukup signifikan. Pada bulan Agustus sebesar 19%, pada bulan September meningkat menjadi sebesar 80%, sedangkan pada bulan Oktober semakin meningkat menjadi sebesar 85%, bulan Oktober menurun menjadi sebesar 54%, dan pada bulan Desember meningkat kembali menjadi sebesar 73%. Untuk ketidakhadiran tertinggi terjadi pada bulan Oktober. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah masih rendah.

5 Tabel 1.4 Rekapitulasi Ketidakhadiran Siswa Kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkantoran Tahun Ajaran 2014/2015 No. Bulan Jumlah Ketidakhadiran Siswa (Alpha) 1. Agustus 10 Jumlah Siswa Kelas XI Persentase Ketidakhadiran Keterangan Siswa 42% - 2. September 18 75% Naik 33% 3. Oktober 7 24 29% Turun 46% 4. November 20 83% Naik 54% 5. Desember 19 73% Turun 10% Sumber: SMK Pelita 2 Bandung (data diolah) Tingkat ketidakhadiran yang belum optimal pun terjadi pada siswa kelas XI PK di SMK Pelita 2 Bandung. Hal tersebut terlihat dari fluktuatifnya tingkat ketidakhadiran siswa karena tidak ada keterangan (alpha) yang cukup signifikan. Pada bulan Agustus sebesar 42%, pada bulan September meningkat menjadi sebesar 75%, pada bulan Oktober turun lagi menjadi sebesar 29%, bulan November meningkat sebesar 83%, dan pada bulan Desember menurun kembali menjadi sebesar 73%. Untuk ketidakhadiran tertinggi terjadi pada bulan November. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah masih rendah. Motivasi belajar yang rendah tentunya menyebabkan hasil belajar siswa rendah juga. Terlebih lagi, mata pelajaran produktif merupakan kumpulan mata pelajaran yang paling identik atau merupakan ciri dari Jurusan Administrasi Perkantoran yang tentunya semua siswa Administrasi Perkantoran wajib untuk menguasainya. Hasil belajar yang rendah juga dapat membuat siswa semakin semangat atau termotivasi untuk terus memperbaikinya, tetapi tidak sedikit juga yang justru membuat siswa putus asa dan tidak bersemangat lagi dalam belajar. Dampak negatif siswa yang seperti inilah yang tidak baik. Hasil belajar yang kurang baik ini jika dibiarkan akan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia di masa depan. Sangat diharapkan pendidikan di Indonesia semakin maju agar menghasilkan sumberdaya manusia yang unggul dan dapat bersaing secara global demi kesejahteraan bangsa.

6 Pentingnya peranan motivasi dalam belajar salah satunya adalah untuk memperjelas tujuan belajar. Sebagai contoh, siswa akan termotivasi belajar IPA di sekolah menengah dengan tekun karena ia mempunyai cita-cita untuk kuliah di jurusan farmasi. Oleh karena itu, dalam upaya memahami dan memecahkan masalah fenomena masih rendahnya motivasi belajar siswa di SMK Pelita 2 Bandung, maka diperlukan suatu pendekatan untuk memecahkan masalah tersebut, dan berdasarkan permasalahan yang dikaji maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan teori belajar behavioristik. Salah satu tokoh dari teori belajar behavioristik adalah Skinner. Teori belajar Skinner disebut Operant Conditioning. Operant Conditioning adalah suatu situasi belajar dimana suatu respons dibuat lebih kuat akibat reinforcement langsung (Wasty Soemanto, 2006, hlm. 123). Dengan demikian berdasarkan model teori belajar behavioristik ini, stimulus yang dikondisikan dapat memberikan pengaruh/respon terhadap perilaku siswa dalam belajar, salah satu bentuk respon tersebut adalah motivasi belajar siswa. 1.2 Identifikasi Dan Pembatasan Masalah Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa yang dikelompokkan dalam faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan siswa, cita-cita siswa dan kecerdasan siswa. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar diri siswa, seperti pujian, kondisi lingkungan belajar, teladan guru, dan orang tua. Beberapayang akan dikaji oleh penulis adalah dari faktor eksternal, yaitu lingkungan sekolah danperan guru dalam pembelajaran. Berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa berbagai fenomena secara empirik di lapangan khususnya di SMK Pelita 2 Bandung didapat beberapa informasi, yaitu kurangnya penghijauan di sekolah dan fasilitas sekolah yang belum memadai, seperti jumlah komputer di laboratorium Administrasi Perkantoran yang belum sesuai dengan jumlah siswa serta jumlah proyektor yang masih belum memadai sehingga proses pembelajaran sedikit

7 terhambat. Selain itu saat wawancara ringan, beberapa siswa berpendapat bahwa keadaan di dalam kelas masih kurang nyaman salah satunya karena kurangnya pencahayaan. Fenomena lainnya didapatkan juga dari beberapa pendapat siswa, yaitumasih ada beberapa guru yang dalam pembelajaran hanya berceramah sehingga tidak membuat siswa aktif dalam belajar. Hal tersebut dapat membuat siswa tidak menjadi pribadi yang memiliki rasa keingintahuan, cerdas dan kreatif. Selain itu guru menguasai materi pelajaran dengan baik tetapi tidak dapat menyampaikannya secara optimal dan menarik kepada siswa. Fenomena lainnyadidapatkan dari pemaparan beberapa guru mata pelajaran produktif, menurutnyasaat mereka menjelaskan materi, siswa terlihat tidak fokus memperhatikan. Hal ini menunjukkan bahwa guru belum optimal dalam memotivasi siswa untuk belajar lebih baik. Dari permasalahan yang telah dijabarkan, untuk meningkatkan motivasi belajar siswa agar tercapainya hasil belajar yang memuaskan dan tentunya menjadi investasi masa depan bagi siswa, diperlukan upaya untuk meningkatkan kondusivitas lingkungan belajar siswa khususnya di sekolah serta mengoptimalkan peran guru dalam pembelajaran di kelas. Hal ini dikarenakan, jika lingkungan sekolah kondusif dan guru dapat memberikan motivasi dan inspirasi kepada siswa, maka siswa akan semakin termotivasi dalam belajar serta tidak merasakan bahwa belajar itu beban yang besar. Meningkatnya motivasi belajar siswa tentunya akan membuat hasil belajar siswa memuaskan. Menurut Semiawan dalam Rita Mariyana dkk (2010:12), lingkungan yang sistematis, terencana, dan teratur akan membantu mendapatkan respons yang sesuai dari setiap anak.berdasarkan hasil penelitian yang telah disampaikan, terdapat faktorfaktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa di SMK Pelita 2 Bandung, diduga beberapa faktor yang paling determinan adalah faktor lingkungan sekolah dan peran guru dalam pembelajaran.

8 1.3 Rumusan Masalah Masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini, dirumuskan dalam pernyataan masalah sebagai berikut: lingkungan sekolah yang belum cukup kondusif dan peran guru dalam pembelajaran yang belum cukup efektifmenyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa. Hal ini harus segera diatasi, bila tidak, motivasi belajar siswa akan semakin menurun dan menyebabkan penurunan prestasi belajar siswa. Berdasarkan pernyataan masalah di atas, masalah dalam penelitian ini secara spesifik dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran kondusif tidaknya lingkungan sekolah di SMK Pelita 2 Bandung? 2. Bagaimana gambaran efektif tidaknya peran guru dalam pembelajaran Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pelita 2 Bandung? 3. Bagaimana gambaran tingkat motivasi belajar siswa Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pelita 2 Bandung? 4. Adakah pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pelita 2 Bandung? 5. Adakah pengaruh peran guru dalam pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pelita 2 Bandung? 6. Adakah pengaruh lingkungan sekolah dan peran guru dalam pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pelita 2 Bandung? Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, Penulis tertarik melakukan penelitian untuk melihat kondusif tidaknya dan besar tidaknya pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa, efektif tidaknya dan besar tidaknya pengaruh peran guru dalam pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa, serta besar tidaknya pengaruh keduanya terhadap motivasi belajar siswa. Dan menuangkannya dalam judul Pengaruh Lingkungan Sekolah Dan Peran Guru Dalam Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar Siswa Program Keahlian Administrasi Perkantoran Di SMK Pelita 2 Bandung.

9 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan melakukan kajian secara ilmiah mengenai pengaruh lingkungan sekolah dan peran guru dalam pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pelita 2 Bandung. Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran dan menganalisis: 1. Kondusif tidaknya lingkungan sekolah di SMK Pelita 2 Bandung. 2. Efektiftidaknya peran guru dalam pembelajaran Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pelita 2 Bandung. 3. Tingkat motivasi belajar siswa Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pelita 2 Bandung. 4. Pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pelita 2 Bandung. 5. Pengaruh peran guru dalam pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pelita 2 Bandung. 6. Pengaruh lingkungan sekolah dan peran guru dalam pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Pelita 2 Bandung. 1.5 Manfaat Penelitian Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya, baik berupa manfaat teoritis maupun manfaat praktis yaitu sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu pendidikan di kemudian hari, khususnya yang berhubungan dengan lingkungan sekolah, peran guru dalam pembelajaran, dan motivasi belajar siswa. 2. Kegunaan Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pendidik SMK, khususnya yang mengampu mata pelajaran produktif untuk untuk lebih

10 optimal lagi dalam menyampaikan pembelajaran di kelas dan tentunya tidak sekadar materi belajar yang disampaikan, tetapi nilai-nilai moril kehidupan kepada siswa harus diterapkan. Hal tersebut demi terciptanya generasi muda yang cerdas dan berakhlak mulia yang berguna bagi nusa, bangsa, dan agama.

MOTIVASI BELAJAR SISWA PROGRAM KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMK PELITA 2 11