TANGGUNG JAW AB PELAKU USAHA LAUNDRY TERKAIT DENGAN KLAUSULA EKSONERASI PERJANJIAN LAUNDRY DI KECAM ATAN KEDIRI

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBAGA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA AUTOMATED TELLER MACHINE (ATM)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN BAKU

PERJANJIAN BAKU DALAM HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI : (STUDI TENTANG PERJANJIAN DALAM APLIKASI PENYEDIA LAYANAN BERBASIS ONLINE)

AKIBAT HUKUM BAGI DEBITUR YANG TELAH MENANDATANGANI PERJANJIAN STANDAR KREDIT PADA BPR TATA ANJUNG SARI DENPASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DARI KLAUSULA EKSEMSI DALAM KONTRAK STANDAR PERJANJIAN SEWA BELI

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENGGUNAAN KLAUSULA BAKU DALAM TRANSAKSI PENYEDIA JASA PENGIRIMAN YANG DILAKUKAN PT. CITRA VAN

PELAKSANAAN PERJANJIAN BAKU DALAM PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI PERUSAHAAN ANGKUTAN DARAT PADA PT ARVIERA DENPASAR

PELAKSANAAN GANTI RUGI TERHADAP KONSUMEN ATAS KERUGIAN AKIBAT MENGGUNAKAN PRODUK DARI NATASHA SKIN CARE

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak berkembang usaha-usaha bisnis, salah satunya

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

KEKUATAN MENGIKAT KONTRAK BAKU DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK

SKRIPSI. iyah Surakarta. Oleh : NIM

PERTANGGUNGJAWABAN PT

TANGGUNG JAWAB LESSEE TERHADAP MUSNAHNYA BARANG MODAL KARENA KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE) DALAM PERJANJIAN LEASING

Abstract. Keywords: Responsibility, contractor, tort, compensation. Abstrak

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP BENDA JAMINAN FIDUSIA YANG MUSNAH DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN BAKU PERUSAHAAN JASA PENGIRIMAN BARANG

TANGGUNG JAWAB DISTRIBUTOR DALAM CACAT PRODUK PADA TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI FACEBOOK

AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH BANK PENGGUNA JASA TRANSAKSI ELEKTRONIK ANJUNGAN TUNAI MANDIRI (ATM) DALAM PRAKTEK DI KABUPATEN BADUNG

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDTI TANPA AGUNAN PADA KOPERASI SERBA USAHA SURYA MAKMUR DI DENPASAR

PEMBATALAN PERJANJIAN SECARA SEPIHAK OLEH KONSUMEN KEPADA PT. BALI DEWATA MAS SEBAGAI PENGEMBANG PERUMAHAN

PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA MELALUI MEDIASI DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) KOTA DENPASAR

ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN YANG MENGALAMI KERUGIAN AKIBAT PRODUK MAKANAN KADALUARSA

Oleh : I Gusti Ayu Indra Dewi Dyah Pradnya Paramita Desak Putu Dewi Kasih. Bagian Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRACT

ANALISIS YURIDIS MENGENAI KEISTIMEWAAN BAGI PELAKU USAHA KECIL TERKAIT DENGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin pesatnya perkembangan dunia bisnis. Tentunya proses yang berjalan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

Oleh Ni Nyoman Ismayani I Ketut Westra Anak Agung Sri Indrawati Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) ARTHA JAYA MAKMUR SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AKIBAT WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK

TANGGUNG GUGAT PRODUCT LIABILITY DALAM HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA

TANGGUNG JAWAB PT. ROYAL EKSPRESS INDONESIA ATAS KERUSAKAN BARANG BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA KEPEMILIKAN MODAL ANTARA PT. AMBARA PRANATA DENGAN PT. MACCARONI APABILA TERJADI WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. menyelerasikan dan menyeimbangkan unsur-unsur itu adalah dengan dana (biaya) kegiatan untuk menunjang kehidupan manusia.

JURNAL TANGGUNG JAWAB HUKUM PT. KERETA API INDONESIA TERHADAP KERUGIAN PENUMPANG AKIBAT KECELAKAAN KERETA API. Diajukan Oleh :

ABSTRAK. Kata kunci : OJK, klasula baku, perjanjian kredit, perlindungan konsumen.

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN PEMBELI SATUAN RUMAH SUSUN TERHADAP STATUS KEPEMILIKAN SATUAN RUMAH SUSUN

TANGGUNG JAWAB PENYEWA DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA KENDARAAN RODA EMPAT DI KOTA GIANYAR

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT ULATIDANA RAHAYU DI KABUPATEN GIANYAR

BAB III PENUTUP. permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DI INDONESIA

JURNAL TANGGUNG JAWAB PENGELOLA PARKIR TERHADAP KONSUMEN DALAM HAL KEHILANGAN KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan

JOSHUA ( ) Kata kunci : perjanjian jasa layanan pendidikan, perlindungan konsumen. Universitas Kristen Maranatha

Oleh : Griyo Mandraguna I Ketut Westra Anak Agung Sri Indrawati Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

ANALISIS TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA JASA PENGIRIMAN SURAT DAN BARANG PADA IDA S POSTAL AGENT CABANG KEROBOKAN

Oleh: Made Mintarja Triasa I Gusti Ayu Puspawati Ida Bagus Putu Sutama Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

NASKAH PUBLIKASI KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN BAKU DAN KONSUMEN: Studi Tentang Perlindungan Hukum dalam Perjanjian Penitipan Barang

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website :

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS MEREK TERKENAL (WELL-KNOWN MARK) BERKAITAN DENGAN PELANGGARAN MEREK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG ANGKUTAN UMUM DARAT

PELAKSANAAN PENGAWASAN PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU OLEH BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN DI KOTA PADANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

Perjanjian Kredit Pada Bank BTPN Ditinjau. Dari Asas Kebebasan Berkontrak. Dian Saputra Sinaga, Budi Santoso, Ery Agus Priyono*) ABSTRACT

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PENGGUNA BAHAN BAKAR MINYAK ECERAN YANG TIDAK MEMILIKI IZIN PENJUALAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO.

TANGGUNG JAWAB PIHAK RETAILTERHADAP PRODUK YANG TELAH KADALUWARSA YANG MENIMBULKAN KERUGIAN PADA KONSUMEN DI KELURAHAN SANUR KOTA DENPASAR

ABSTRAK. Kata Kunci: Pertanggungjawaban, kargo pusat, agen. Universitas Kristen Maranatha

SKRIPSI. Disusun Oleh : SEPTIAN DWI SAPUTRA C

BAB I PENDAHULUAN. pesat, sehingga produk yang dihasilkan semakin berlimpah dan bervariasi.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DANA NASABAH PADA KOPERASI DALAM HAL WANPRESTASI

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK. Oleh: DwiAryaDominika. I WayanWiryawan. BagianHukumPerdataFakultasUniversitasUdayana ABSTRACT

AKIBAT WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA (Studi Kasus : Wanprestasi PadaPerjanjian Sewa Menyewa Tempat Usaha Di Pasar Kumbasari Denpasar)

PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI KARENA FORCEMAJEURE PADA PERJANJIAN KERJASAMA DALAM BIDANG JASA HIBURAN

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT DENGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN SERVICE CHARGE DI RESTORAN

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA TERHADAP MIRAS TIDAK BERLABEL DI LIHAT DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

Oleh I Komang Cri Khrisna I Ketut Markeling I Made Dedy Priyanto Program Kekhususan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

LAYANAN PURNA JUAL PRODUK ELEKTRONIK DENGAN GARANSI. Oleh Dian Pertiwi Ketut Sudiarta Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI

BAB I PENDAHULUAN. setelah dikirim barang tersebut mengalami kerusakan. Kalimat yang biasanya

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA JASA LAUNDRY DI KELURAHAN KADIPIRO KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK TERTANGGUNG DALAM ASURANSI DEMAM BERDARAH PADA PT. ASURANSI CENTRAL ASIA

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENGGUNA SAFE DEPOSIT BOX

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I. Pendahuluan. setiap negara. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi

PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN TERHADAP PRODUK MAKANAN YANG DIPASARKAN PELAKU USAHA MENURUT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999

vii Universitas Kristen Maranatha

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI. Oleh A.A Putu Krisna Putra I Ketut Mertha Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di Indonesia. Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 8 tahun

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan Indonesia dewasa ini dalam berbagai bidang sangat pesat,

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA JASA PENGIRIMAN BARANG DALAM HAL KETERLAMBATAN SAMPAINYA BARANG

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITOR DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN SEPEDA MOTOR ARTIKEL. Diajukan Oleh : DODY PEBRI CAHYONO

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (BNI) KANTOR CABANG UNIT (KCU) SINGARAJA

Transkripsi:

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA LAUNDRY TERKAIT DENGAN KLAUSULA EKSONERASI PERJANJIAN LAUNDRY DI KECAMATAN KEDIRI Oleh : I Ketut Arjuna Satya Prema Dewa Gde Rudy Suatra Putrawan Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Jasa mencuci pakaian atau sering disebut dengan laundry sangat dibutuhkan di daerah perkotaan. Dengan adanya jasa laundry tersebut otomatis akan memudahkan masyarakat dalam menghemat tenaga maupun waktu. Dijaman seperti ini, sudah banyak pelaku usaha laundry yang membanjiri daerah perkotaan untuk membuka dan menjalankan usaha laundry sebagai lahan dalam mencari nafkah. Tidak jarang kita temui bahwa pelaku usaha laundry dalam menjalankan usahanya menerapkan perjanjian baku. Dalam perjanjian baku tersebut seringkali terdapat klausula eksonerasi yang sebenarnya sangat merugikan konsumen. Permasalahan yang diangkat yakni mengenai bagaimana penggunaan rumusan klausula eksonerasi dalam perjanjian laundry dan bagaimana tanggung jawab pelaku usaha laundry terkait dengan klausula eksonerasi dalam perjanjian laundry. Jenis penelitiian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris dengan sifat penelitian deskriptif, karena adanya keadaan di masyarakat yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Penelitian diawali dengan penelitian kepustakaan sebagai data sekunder dan dilanjutkan dengan penelitian dilapangan sebagai data primer. Berdasarkan hasil penelitian, perjanjian laundry yang dibuat oleh pelaku usaha laundry mengunakan rumusan klausula eksonerasi dalam perjanjian laundrynya tetapi ada beberapa pelaku usaha laundry yang hanya sekedar mencantumkan klausula eksonerasi karena mengikuti pelaku usaha laundry lainnya. Tanggung jawab pelaku usaha laundry didasarkan atas profesional liability yang mana pelaku usaha memberikan tanggung jawab perdata secara langsung (strict liability) terhadap kerugian yang dialami konsumen akibat menggunakan jasa laundry tersebut. Akan tetapi dalam kerusakan keruskan 1

tertentu pelaku usaha laundry tidak akan memberikan tanggung jawab. Kata kunci : Tanggung Jawab, Pelaku Usaha, Laundry, Klausula Eksonerasi ABSTRACT laundry service is often required in urban areas. With the laundry service will automatically facilitate us in saving energy and time. In this era, there are many business actors who flood the urban areas to open and run a laundry business as a land in a living. And not infrequently we find that the laundry business in running its business of applying the standard agreement. In the standard agreement there is often an exoneration clause that is actually very detrimental to consumers. The issues raised are how to use the formula of exoneration clause in the laundry agreement and how the responsibility of the laundry business actor is related to the exoneration clause in the laundry agreement. The type of research used is empirical legal research with descriptive research nature, because of the circumstances in society that are not in accordance with the applicable regulations. Research begins with library research as secondary data and continued with research field as primary data. Based on the results of the research, laundry agreement made by the laundry business actor using the formulation of exoneration clause in laundry agreement but there are some business actors who just put laundry exoneration clause because follow other laundry business actor. The responsibility of the laundry business is based on the liability professionals in which the businessperson gives the civil liability directly (strict liability) to the loss suffered by the consumers due to the laundry service. However, in particular damage - the laundry business will not give any responsibility. Keywords: Responsibility, Business Actor, Laundry, Exoneration Clause I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sejak dideklarasikannya kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia telah resmi menjadi negara yang 2

berdaulat yang mampu berdiri diatas kaki sendiri, yang berdasarkan atas hukum, hal tersebut dengan jelas disebutkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 yang secara fundamental merupakan norma hukum tertinggi bangsa Indonesia dinyatakan bahwa Republik Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtsstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan (machsstaat). Prinsip dasar ini dicantumkan dalam Batang Tubuh Perubahan UUD 1945 Pasal 1 ayat 3 yang menegaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum. 1 Ditetapkannya Republik Indonesia sebagai negara hukum tentunya mengandung makna bahwa hukum yang mengandung unsur pertama keadilan, kedua kepastian, dan yang ketiga kemanfaatan sebagai cita-cita menuju masyarakat adil dan makmur. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. Ciri kolektivitas keadilan dalam nafas hukum bangsa ini dipayungi oleh hukum Negara, sebagai hukum utama dalam mengatur kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk. Fungsi negara dalam mengatur dalam bentuk hukum negara memiliki unsur adanya kepastian, adanya perlindungan serta adanya rasa keadilan bagi seluruh manusia yang tinggal di wilayah Republik Indonesia. Soedikno Mertokusumo menyebutkan kepastian hukum sebagai perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-wenang, 1Wiko Garuda, 2011, Pembangunan Sistem Hukum Berkeadilan Memahami Hukum dari Kontruksi Sampai Implementasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta h. 5-7 3

yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. 2 Jasa mencuci pakaian atau sering disebut dengan laundry sangat dibutuhkan di daerah perkotaan. Saat ini kegiatan mencuci pakaian bisa menjadi hal sepele namun juga sangat merepotkan bagi seorang pengusaha yang memiliki jam kesibukan yang sangat padat, mahasiswa yang juga disibukan dengan jadwal kuliah yang padat. Dengan adanya jasa laundry tersebut otomatis akan memudahkan masyarakat dalam menghemat tenaga maupun waktu. Tidak jarang ditemui bahwa pelaku usaha laundry dalam menjalankan usahanya menerapkan perjanjian baku. Isi dari klausula baku tersebut seringkali merugikan pihak konsumen karena dalam pembuatannya hanya dibuat secara sepihak. Dalam perjanjian baku tersebut seringkali terdapat klausula eksonerasi yang sebenarnya sangat merugikan konsumen. 1.2 TUJUAN Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui penggunaan klausula eksonerasi dalam perjanjian laundry di Kecamatan Kediri dan untuk mengetahui tanggung jawab pelaku usaha laundry yang menggunakan klausula eksonerasi di Kecamatan Kediri. II. ISI MAKALAH 2.1 METODE PENELITIAN 2 E. Fernando M.Manullang, 2007, Menggapai Hukum Berkeadilan, Tinjauan Hukum Kodrat dan Antinomi Nilai. Cetakan 1, Penerbit Buku Kompas, Jakarta. h.44. 4

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis penelitian yang bersifat yuridis empiris. Penelitian yuridis empiris merupakan suatu metode penelitian hukum yang digunakan untuk mendapatkan data primer dan menemukan kebenaran dengan menggunkan metode berpikir induktif dan kriterium kebenaran koresponden serta fakta yang digunakan untuk melakukan proses induksi dan pengujian kebenaran secara koresponden di masyarakat. 3 2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1 Penggunaan Rumusan Klausula Eksonerasi dalam Perjanjian Laundry di Kecamatan Kediri Pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan ekonominya mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar besarnya. Hal tersebut yang menyebabkan pelaku usaha menjalankan berbagai macam cara agar tercapainya tujuan dari pelaku usaha itu. Demi tercapainya tujuan, banyak pelaku usaha yang berbuat curang dengan cara mencantumkan klausula eksonerasi yang akhirnya menyebabkan kerugian terhadap konsumen. Penggunaan klausula eksonerasi dalam suatu perjanjian tidaklah dilarang oleh undang undang.klausula eksonerasi adalah sebagai klausul tambahan atas unsur esensialia, dimana pihak yang kuat dapat menghindar untuk memenuhi kewajiban atau menghindar dari kemungkinan kerugian yang harus dipikulnya. Klausula ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, misalnya pembebasan sama sekali dari tanggung jawab oleh satu pihak 3 H. Abdulrahman Soejono, 2003, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, h. 56. 5

yang diakibatkan oleh ingkar janji (wanprestasi), pembatasan jumlah ganti rugi bagi orang yang dirugikan untuk dapat mengajukan gugatan atau ganti rugi. 4 Klausula eksonerasi hanya dapat digunakan dalam pelaksanaan perjanjian yang didasarkan atas itikad baik. Eksonerasi terhadap kerugian yang timbul dari kesengajaan atau kesalahan perusahaan atau pelaku usaha adalah bertentangan dengan kesusilaan atau bertentangan dengan unsur itikad baik tersebut. 5 Setelah penulis melakukan penelitian tentang penggunaan rumusan klausula eksonerasi dalam perjanjian laundry di Kecamatan Kediri hasilnya adalah 7 diantara 10 pelaku usaha laundry yang berada di Kecamatan Kediri menerapkan klausula baku yang berisikan klausula ekosnerasi secara penuh. Dalam artian 7 pelaku usaha laundry tersebut tidak mengikuti ketentuan dari pasal pasal tentang tanggung jawab pelaku usaha yang diatur dalam UUPK. Sedangkan 3 diantaranya hanya mengikuti pelaku usaha laundry lainnya dalam pencantuman klausula baku yang berisikan klausula eksonerasi dalam perjanjian laundry tanpa menerapkannya secara penuh isi dari klausula - klausula tersebut, 2.2.2 Tanggung Jawab Pelaku Usaha Laundry Terkait dengan Klausula Eksonerasi dalam Perjanjian Laundry di Kecamatan Kediri 4 Sutan RemySjahdeni, 1993, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, h. 75. 5 Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perdagangan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, h. 21. 6

Tanggung jawab pelaku usaha sebenarnya telah diatur dalam peraturan perundang undangan. Peraturan perundang undangan yang secara khusus mengatur tentang tanggung jawab pelaku usaha adalah Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen selanjutnya disebut UUPK. Secara spesifik tanggung jawab pelaku usaha dituangkan dalam Bab VI yaitu Pasal 19 sampai dengan Pasal 28 UUPK, yaitu : a. Tujuh pasal, yaitu pasal 19, pasal 20, pasal 21, pasal 24, pasal 25, pasal 26 dan pasal 27 yang mengatur tentang pertanggung jawaban pelaku usaha; b. Dua pasal, yaitu pasal 22 dan pasal 28 yang mengatur tentang pembuktian; c. Satu pasal, yaitu pasal 23 yang mengatur penyelesaian sengketa dalam hal pelaku usaha tidak memenuhi kewajibannya untuk memberikan ganti rugi kepada konsumen 6. Bentuk tanggung jawab pelaku usaha laundry didasarkan atas profesional liability yang mana pelaku usaha memberikan tanggung jawab perdata secara langsung (strict liability) terhadap kerugian yang dialami konsumen akibat menggunakan jasa laundry tersebut. Pada umumnya perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha laundry berisi klausula klausula baku yang didalamnya tercantum beberapa klausula eksonerasi. Hal tersebut bertujuan untuk melimpahkan sebagian atau sepenuhnya tanggung jawab kepada konsumen yang mana semestinya tanggung jawab tersebut merupakan beban dari pelaku usaha laundry. 6 Gunawan Widjaja & Ahmad Yani,Hukum tentang Perlindungan Konsumen, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, h. 65. 7

Tanggung jawab pelaku usaha laundry di Kecamatan Kediri yang terkait dengan klausula eksonerasi dalam perjanjian laundry menggunakan klausula eksonerasi yang berbunyi kain mengkerut, luntur diluar tanggung jawab kami klausula tersebut termasuk kedalam klausula eksonerasi, karena telah terjadi pengalihan tanggung jawab secara sepenuhnya oleh pelaku usaha yang mana pelaku usaha tidak akan bertanggung jawab apabila terjadi pelunturan ataupun pengkerutan pada pakaian yang dilaundry namun pada kenyataannya pelunturan dan pengkerutan pakaian disebabkan oleh proses pencucian di laundry tersebut. Dampak yang timbul dari adanya klausula eksonerasi tersebut adalah terjadi kerugian terhadap konsumen. Adapula 6 laundry yang memakai klausula eksonerasi yang berbunyi kami akan mengganti sebesar 5x ongkos cuci apabila terjadi kerusakan ataupun kehilangan. Klausula tersebut juga telah terjadi pengalihan tanggung jawab secara sebagian oleh pelaku usaha. Seperti contoh : telah terjadi keruskan celana panjang jins dan pihak laundry hanya mengganti 5x ongkos cuci, dimana konsumen hanya membayar ongkos cuci sebesar Rp 8.000 sedangkan celana yang rusak memiliki harga berkisar Rp 300.000 jadi pihak laundry akan mengganti sebesar Rp 40.000. penggantian yang diberikan oleh pelaku usaha tidak sampai setengah dari harga pakaian yang dirusak dan hal ini juga menyebabkan konsumen akan merugi. Hal tersebut diatas jelas bertentangan dengan ketentuan pasal 18 ayat (1) huruf a yang mana ketentuan tersebut melarang pelaku usaha untuk mencantumkan klausula baku apabila klausula tersebut menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha. Juga bertentangan dengan pasal 4 huruf h yang menyatakan bahwa konsumen berhak mendapatkan kompensasi, 8

ganti rugi, dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. Namun pada faktanya walaupun pelaku usaha laundry di Kecamatan Kediri memberikan tanggung jawab yang tidak sepenuhnya atau tidak sesuai dengan yang diatur dalam UUPK, tetap saja konsumen akan menggunakan jasa laundry tersebut karena adanya faktor kebutuhan, selain itu pemahaman konsumen masih awam terhadap klausula klausula baku yang berisikan klausula eksonerasi yang tercantum dalam perjanjian laundry sebenarnya tidak sesuai dengan UUPK dan konsumen juga akan menumakan klausula klausula yang sama ditempat laundry lainnya. III. PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Hampir seluruhnya pelaku usaha laundry di Kecamatan Kediri menggunakan rumusan klausula eksonerasi dalam perjanjian laundry yang mereka buat, yang pada prinsipnya memuat tentang pembatasan pembatasan tanggung jawab oleh pelaku usaha laundry tersebut. Serta peran pelaku usaha laundry di Kecamatan Kediri umumnya memberikan tanggung jawab yang didasarkan atas kerusakan ataupun kelalaian pelaku usaha, namun dalam tanggung jawab tersebut terjadi pembatasan pembatasan dalam hal kerusakan tertentu seperti pengkerutan dan pelunturan yang terjadi akibat proses pencucian di laundry maka pihak pelaku usaha laundry tidak akan memberikan tanggung jawab atas kerusakan tersebut. 9

3.2 Saran Seharusnya pelaku usaha laundry tidak mencatumkan klausula eksonerasi dalam perjanjian laundry, agar tercipta keseimbangan diantara pelaku usaha dengan konsumen, sertakonsumen sebaiknya lebih teliti dalam membaca isi dari perjanjian laundry tersebut agar tidak merasa dirugikan di kemudian hari. Peran pemerintah dalam memberikan himbauan kepada pelaku usaha laundry untuk tidak mencantumkan klausula klausula yang bersifat merugikan konsumen dan sebaiknya pemerintah juga memperhatikan limbah limbah yang dihasilkan oleh pelaku usaha laundry agar tidak terjadi pencemaran terhadap lingkungan sekitarnya. DAFTAR PUSTAKA Buku : Wiko Garuda, 2011, Pembangunan sistem Hukum Berkeadilan Memahami Hukum dari Kontruksi Sampai Implementasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. E. Fernando M.Manullang, 2007, Menggapai Hukum Berkeadilan, Tinjauan Hukum Kodrat dan Antinomi Nilai. Cetakan 1, Penerbit Buku Kompas, Jakarta. H. Abdulrahman Soejono, 2003, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta. Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, 2003, Hukum tentang Perlindungan Konsumen, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sutan RemySjahdeni, 1993, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta. Abdulkadir Muhammad, 1992, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perdagangan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Peraturan Perundang - Undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Indonesia, Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. 10