BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja juga merupakan priode yang penting, dimana pada masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

2016 HUBUNGAN ATTACHMENT ANAK TERHADAP ORANGTUA DAN PEER PRESSURE DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMAN 1 SUKATANI PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KEMANDIRIAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Halimatusa diah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Umi Rahayu Fitriyanah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual.

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja adalah tahap umur berikutnya setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam suku dan sebagian besar suku yang menghuni kabupaten Merangin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kecemasan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan peredaraan dan penyalahgunaan obat-obatan. mengkhawatirkan. Badan Narkotika Nasional (2008) sendiri setidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh siswa di Madrasah Aliyah (MA) Almaarif Singosari-Malang,

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. No. Skripsi : 091/S/PPB/2013 pertengahan dan akhir masa anak-anak.

BAB I PENDAHULUAN. bahkan sampai jam enam sore jika ada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar, membahas soal bersama-sama, atau bahkan ada yang berbuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rinci masa remaja dibagi ke dalam 3 tahap yaitu: usia tahun adalah masa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak sekali permasalahan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB 4 ANALISIS DATA Hasil Penelitian Subjek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, manusia lahir dalam keadaan lemah tidak berdaya, mereka memiliki rasa ketergantungan pada orang lain terutama pada orang tua serta orangorang yang berada disekitarnya. Perkembangan kemandirian berkembang pesat pada masa remaja, pendapat tersebut diperkuat oleh Marcia (Desmita,2005, hlm.213) bahwa pembentukan identitas merupakan tugas utama yang harus diselesaikan pada masa remaja. Menurut Mu tadin (2002) kemandirian merupakan : Suatu sikap yang diperoleh secara kumulatif selama masa perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan sehari-hari. Individu akan mampu berpikir dan bertindak sendiri, dengan memiliki kemandirian individu akan dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat berkembang. Untuk dapat mandiri, seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan dan dorongan dari keluarga serta lingkungan disekitarnya. Penelitian yang dilakukan oleh (Nuryoto, 1993,hlm.49) membagi tingkat kemandirian menjadi dua tahap perkembangan, yaitu tahap remaja awal dan remaja akhir, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemandirian remaja akan terus meningkat mengikuti tahap perkembangannya. Kemandirian remaja diperkuat melalui proses sosialisasi antara remaja dengan teman sebaya (Steinberg,1993). Pendapat tersebut diperkuat oleh Erikson (Sprinthall & Collins,1995) bahwaremaja menerima dukungan sosial dari teman sebaya, oleh karena itu remaja berusaha menggabungkan dirinya dengan teman-teman sebayanya. 1

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Brown, Clasen dan Eicher (Dacey dan Kenny,1997) melakukan studi untuk membuktikan adanya pengaruh peer group kepada 100 orang remaja. Secara umum hasil penelitian tersebut menunjukkan 2

3 bahwa, remaja yang mengalami peer presure akan bertindak sesuai dengan penilaian dan keyakinan kelompok sebayanya (Santrock,1998). Hal ini ditegaskan oleh investigasi yang dilakukan oleh Barker dan Wrigh pada tahun 1951 (Santrock,1998,hlm.31-32) ditemukan bahwa anak berumur 2 tahun akan menghabiskan waktunya untuk berhubungan dengan teman sebayanya sebesar 10% dari waktunya setiap hari, sedangkan anak berusia 4 tahun, akan menghabiskan waktunya untuk berhubungan dengan teman sebayanya sebesar 20% dari waktunya setiap hari, sedangkan untuk anak yang berusia antara 7-11 tahun akan menghabiskan waktunya untuk berhubungan dengan teman sebayanya sebanyak 40% dari waktunya setiap hari. Selanjutnya, penelitian oleh JS Volve kepada remaja berusia 10-24 tahun menunjukkan bahwa perasaan positif remaja terhadap teman sebaya lebih besar daripada kedua orang tua (Sarwono,2008). Lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh remaja selain orangtua dan anggota keluarga adalah kelompok teman sebaya, di lingkungan kelompok teman sebaya para remaja akan belajar hidup bersama, dan belajar bersosialisasi. Hal tersebut akan memicu munculnya konformitas pada remaja, remaja yang meniru sikap dan tingkah laku kelompoknya dikarenakan tekanan yang ada dalam kelompok teman sebaya akan kehilangan jati diri pada remaja tersebut. Menurut Wills (Sarwono,2008) konformitas adalah : Usaha individu untuk terus menerus dihadapkan selaras dengan norma-norma kelompok, maka jika persepsi individu tentang norma-norma kelompok berubah, maka ia akan mengubah pola tingkah lakunya. Dampak yang terjadi dari manusia yang terlalu konform dengan orang lain adalah dapat membuat manusia tersebut kurang memiliki rasa percaya diri dan kurang memiliki sikap mandiri, sehingga manusia tersebut akan selalu tergantung dengan kelompoknya. Hurlock (1992, hlm.213) menjelaskanbahwa keinginan remaja untuk dapat diterima dalam kelompok akan membuat remaja rela melakukan perubahan dari dalam diri mereka, seperti mengubah sikap dan perilaku remaja dengan perilaku

anggota kelompok teman sebaya mereka yang lain, remaja akan mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompok teman sebayanya, remaja akan 4

5 membolos ketika anggota dari kelompok sebayanya membolos, remaja akan melakukan perilaku seks bebas ketika anggota kelompok teman sebayanya melakukan hal yang serupa, remaja akan meminum alkohol ketika anggota kelompok teman sebaya mengajaknya. Dilihat dari contoh-contoh tersebut, remaja akan melakukan segala cara agar diterima dan diakui keberadaannya dalam kelompok. Bahkan remaja yang memiliki konformitas yang tinggi cenderung tidak memikirkan resiko yang akan mereka hadapi ketika melakukan hal-hal yag negatif, karena yang mereka pikirkan hanya ditolak dan dikucilkan dari kelompok teman sebayanya. Menurut Zebua dan Nurdjayadi, (2001,hlm.73) menjelaskan bahwa konformitas adalah : Satu tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap anggotanya namun memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu pada remaja atau anggota kelompok tersebut. Hal penting dari konformitas adalah ketika individu melakukan berbagai kegiatan yang didasari atas dorongan yang kuat untuk melakukan hal yang sama dengan kelompoknya. Pada remaja yang memiliki konformitas yang tinggi, mereka cenderung akan sangat tergantung pada aturan dan norma yang berlaku dalam kelompoknya, karena mereka beranggapan bahwa setiap aktivitas yang dilakukannya tidak akan berarti tanpa dukungan kelompok (Monks, dkk, 2004, hlm.283). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan subyek siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandung yang pada umumnya berusia 12-15 tahun yang masuk ke dalam kategori remaja madya. Kemandirian remaja madya diharapkan sudah lebih tinggi jika dibandingkan dengan masa anak-anak misalnya menerima perubahan fisik yang dialami, tidak lagi emosional,cara berpikir objektif dan mampu bertanggung jawab atas tindakannya. Namun,pada kenyataannya masih banyak bentuk ketidakmandirian perilaku pada peserta didik kelas VIII.

Fakta yang diperoleh peneliti bedasarkan observasi dan interview pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Bandung juga menunjukkan semakin 6

7 menurunnya kemandirian dikalangan peserta didik, peserta didik kelas VIII biasanya lebih menyukai kegiatan bersama dengan teman sebaya yang kemudian membentuk suatu kelompok. Dalam kelompok, remaja akan saling bergabung dan mempengaruhi satu sama lain, mereka cenderung akan melakukan hal apapun secara bersama-sama, seperti ketika beberapa dari anggota kelompok meminta mereka untuk tidak mengikuti mata pelajaran tertentu karena belum mengerjakan tugas, maka remaja akan cenderung mengikuti keinginan kelompoknya, karena jika menolak ajakan tersebut, remaja akan dikucilkan oleh kelompok. Hal tersebut menjelaskan konformitas teman sebaya merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab remaja menjadi tidak mandiri. Penelitian yang dilakukan Darcy A, Santor, Deanna Messervey (Dalhousie University) mengadakan penelitian pada remaja pada rentang umur 11-13 tahun, menunjukkan bahwa korelasi antara peer pressure dengan adolescent memiliki hubungan yang negatif, bagi remaja laki-laki sebesar (r = -4,3, p<0,4) dan bagi remaja perempuan sebesar (r = -0,5). Penelitian tersebut membuktikan bahwa tekanan kelompok teman sebaya memiliki hubungan negatif dengan perilaku remaja, yang artinya konformitas teman sebaya merupakan salah satu faktor kuat dari perilaku beresiko seperti narkoba, kenakalan remaja, perilaku seksual pada remaja. Selanjutnya penelitian yang dilakukan Anita Setyaningrum (Universitas Katolik Soegijapranata) penelitian terhadap mahasiswa semester 2 fakultas psikologi, menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara konformitas dengan kemandirian dalam pengambilan keputusan sebesar r= -0,433 (sedang), yang artinya semakin tinggi konformitas maka akan semakin rendah kemandirian dalam pengambilan keputusan siswa. Penelitian ini difokuskan di SMP Negeri 1 Bandung kelas VIII Tahun Ajaran 2014/2015, berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui observasi lapangan pada tahun 2015, banyak siswa yang memiliki kemandirian yang kurang dilatarbelakangi karena pengaruh dari kelompok. Gejala yang muncul pada studi

lapangan yaitu banyak peserta didik yang mengikuti tuntutan kelompok karena meraka merasa ingin setara dengan teman-teman dikelompoknya, mereka yang 8

9 tidak mengikuti tuntutan tersebut akan merasa tidak percaya diri, merasa cemas, merasa dikucilkan dan merasa dijauhi oleh teman-teman kelompoknya. Penelitian yang dilakukan oleh Asch (Moesono,2001,hlm.79-87) menunjukkan adanya kecenderungan konformitas pada setiap orang, keputusan yang dibuat secara individual dapat berubah ketika dipengaruhi kelompok. Berdasarkan kenyataan tersebut, salah satu penyebab munculnya konformitas adalah adanya ketertarikan dengan kelompok. Selain itu, konformitas berperan dalam mempengaruhi proses pembentukan kemandirian peserta didik. Kuatnya pengaruh teman sebaya merupakan gejala konformitas yang sering terjadi pada peserta didik. Tujuan bimbingan dan konseling adalah memandirikan individu. Kemandirian terhadap prinsip moral kelompok rujukan yang tumbuh karena ada disiplin (aturan bertindak dan otoritas) dan komitmen terhadap kelompok (Durkheim,1975). Kemandirian bukan merupakan hasil dari proses internalisasi aturan otoritas melainkan suatu proses perkembangan diri sesuai dengan hakikat manusia dan perilaku mandiri adalah perilaku memelihara hakikat eksistensi diri (Sunaryo Kartadinata,1988). Bimbingan dan konseling bertugas untuk mengembangkan lingkungan yang mampu memperkaya kehidupan mandiri individu dalam hubungannya dengan orang lain, dalam mengambil keputusan, dan kesiapan perilaku jangka pangjang ke depan. Berdasarkan uraian diatas tampaklah bahwa ada hubungan antara konformitas teman sebaya dengan kemandirian perilaku peserta didik, namun seberapa besar hubungan keduanya? Untuk itu peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian yang berjudul Hubungan konformitas teman sebaya dengan kemandirian perilaku peserta didik. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Siswa Sekolah Mengenah Pertama merupakan masa remaja awal dengan segala bentuk permasalahan yang harus dihadapi menuju dewasa, dalam hal ini membutuhkan lingkungan yang tepat untuk membimbing dan mengarahkan kemampuan yang ada pada diri remaja tersebut.

10 Pada proses perkembangannya, remaja mengalami berbagai permasalahan, seperti dalam menyesuaikan diri dengan kelompok, remaja tidak mampu menentukan tindakannya sendiri, mereka cenderung mengikuti teman sebayadan akan kehilangan identitas dirinya.pokok permasalahan yang akan dibahas penulis dalam penelitian ini adalah hubungan konformitas teman sebaya dengan kemandirian perilaku pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Bandung dan implikasi bagi layanan bimbingan dan konseling. Untuk lebih memperjelas permasalahan yang dimunculkan maka dikemukakan pertanyaan penelitian, yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana Gambaran Umum Konformitas Teman Sebaya siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015? 2. Bagaimana Gambaran Umum Kemandirian Perilaku siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015? 3. Apakah Konformitas Teman Sebaya pada remaja memiliki hubungan terhadap Kemandirian Perilaku peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015? 4. Bagaimana Implikasinya terhadap layanan Bimbingan dan Konseling? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian secara umum adalah menghasilkan data empirik mengenai hubungan konformitas teman sebaya dengan kemandirian perilaku peserta didik kelas VIII. Adapun tujuan khusus penelitian yaitu memperoleh gambaran empirik tentang : 1. Konformitas Teman Sebaya Peserta Didik kelas VIII SMP Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015. 2. Kemandirian Perilaku Peserta Didik kelas VIII SMP Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015. 1.4 Manfaat Penenlitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak dan dari hasil penelitian yang akan dilakukan, diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut : 11

12 1) Segi teoritis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk hal berikut: a) Memperoleh tambahan ilmu dalam bidang Bimbingan dan Konseling yang dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya b) Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi para peserta didik pada umumnya, konselor sekolah dan mahasiswa Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan c) Memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya, dibidang Binbingan dan Konseling tentang hubungan konformitas teman sebaya dengan kemandirian perilaku. 2) Segi Praktis : Dalam tataran praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berikut ini : a) Bagi kalangan profesi seperti guru Bimbingan dan Konseling atau konselor sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi keperluan konseling dan upaya untuk memahami kondisi siswa sehingga dapat memecahkan permasalahan yang dihadapinya, khususnya dalam hal ini konformitas teman sebaya dan kemandirian perilaku. Dengan informasi tersebut dapat diupayakan dalam pembuatan program bimbingan pribadi sosial sesuai dengan kebutuhan siswa. Informasi atau data tersebut berguna untuk meningkatkan kemandirian perilaku siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2014/2015. b) Bagi orang tua, penelitian ini dapat digunakan agar dapat memperoleh gambaran tentang keadaan remaja saat ini dan lebih memberikan perhatian, penghargaan dan mengarahkan anak kepada hal-hal positif agar memiliki kemandirian perilaku. c) Bagi siswa, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bekal pengetahuan dalam mengenal dan memahami pentingnya memiliki kemandirian perilaku dalam kehidupan sehari-hari sehingga remaja tidak terjebak dan terbawa oleh pengaruh negatif dari konformitas teman sebaya.

13 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika skripsi ini terdiri atas lima bab, rinciannya adalah sebagai berikut : Bab I merupakan pendahuluan yang menguraikan latar belakang penelitian, perumusan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis penelitian, dan stuktur organisasi skripsi. Bab II merupakan kajian teoritis yang membahas tentang konsep dasar kemandirian perilaku,konsep dasar konformitas teman sebaya, konsep dasar remaja, hubungan antara konformitas dengan kemandirian perilaku peserta didik, hipotesis penelitian. Bab III merupakan metode penelitian, yang menguraikan lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Bab IV menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dilpangan, serta mengetahui hubungan antara kedua variabel di kelas VIII SMP Negeri 1 Bandung. Bab V merupakan kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitan.