BAB 1 PENDAHULUAN Kematian

dokumen-dokumen yang mirip
LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

Seri Iman Kristen (7/10)

KRISTUS TURUN DALAM KERAJAAN MAUT

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

Rencana Allah untuk Gereja Tuhan

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Siapakah Yesus Kristus? (4/6)

Berdiri. 2. NYANYIAN JEMAAT Alangkah Baik dan Indahnya KMM 81:1-3. (prosesi Alkitab simbol Firman Allah yang siap untuk diberitakan)

Gereja Memberitakan Firman

Seri Iman Kristen (6/10)

KALENDER DOA DESEMBER 2016

Pelajaran ini akan menolong saudara... Menerangkan siapa Yesus. Mengerti tujuan kedatangan-nya yang pertama dan kedatangan-nya

Pelayanan Mengajar Bersifat Khusus

Yesus Adalah Anak Allah. Yesus Kristus adalah oknum yang paling penting bagi dunia ini. Mengapa? Apa

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB BANGUNLAH, BERILAH DIRIMU DIBAPTIS (2)

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB. Kasih Allah Untuk Orang Berdosa

KEBENARAN SEDERHANA untuk ORANG PERCAYA BARU (Pertanyaan dan Jawaban)

SIAPAKAH? ; BAGAIMANAKAH? DAN MENGAPAKAH? sehubungan dengan. baptisan. telah dibaptis dalam kematian-nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan

Gereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Yohanes 3 YESUS DAN NIKODEMUS. Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari..

Seperti Musa, Paulus rela kehilangan keselamatannya sendiri untuk menyelamatkan bangsa Israel.

KARUNIA TUHAN UNTUK KESELAMATAN

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Seri Kedewasaan Kristen (2/6)

KEPASTIAN KESELAMATAN DALAM YESUS KRISTUS KEMATIAN ORANG PERCAYA PERSEKUTUAN PENDALAMAN ALKITAB

THE MISSION (part #A) - MISI (bagian #A)

Level 1 Pelajaran 1 KEHIDUPAN KEKAL. Oleh Andrew Wommack

Allah Adalah Pola Bagi Hidup Kita

Gereja Menyediakan Persekutuan

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)

SPIRITUAL HUNGER 4 - KELAPARAN ROH 4 ADDICTED TO HIS LOVE - KETAGIHAN AKAN KASIHNYA

YESUS KRISTUS, ANAK TUHAN

DISIAPKAN MENJADI SAKSI

Seri Iman Kristen (10/10)

PENGENALAN AKAN ROH KUDUS

PL1 : Sebab TUHAN, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, U : Raja yang besar atas seluruh bumi.

Pdt Gerry CJ Takaria

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

Pdt. Gerry CJ Takaria

Kuasa Persekutuan Kecil

Surat 1 Yohanes 5 (Bagian 43) Sunday, July 19, 2015

Yohanes 14. Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Yesus, Jalan kepada Bapa Perjanjian Roh Kudus YESUS, JALAN KEPADA BAPA

Surat-surat Petrus adalah surat-surat praktis. Ada lima tema utama di dalamnya: Bagaimanakah kita harus hidup?

Seri Iman Kristen (4/10)

1) Hai mari sembah Yang Mahabesar, nyanyikan syukur dengan bergemar. Perisai umat-nya Yang Maha Esa, mulia nama-nya, takhta-nya megah!

SAUDARA BELAJAR BERJALAN

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Siapakah Yesus Kristus? (2/6)

1. DOSA DAN AKIBATNYA ( Roma 6 : )

BAPA SURGAWI BERFIRMAN KEPADA SAUDARA

Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

KEPASTIAN KESELAMATAN DALAM YESUS KRISTUS JAMINAN KEKAL PERSEKUTUAN PENDALAMAN ALKITAB

TATA IBADAH HARI MINGGU IX SESUDAH PENTAKOSTA

Basuh Kaki. Mendapat Bagian dalam Tuhan HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

GPIB Immanuel Depok Minggu, 11 September 2016

Siapakah Yesus Kristus? (5/6)

Ada 4 poin kasih Allah yang terkandung di dalam ayat Yohanes 3:16, yaitu: 1. Kasih Allah yang besar dan ajaib

SPIRITUALITAS EKARISTI

2

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Berdiri. 2. NYANYIAN JEMAAT Ya Tuhan, Tiap Jam KJ 457:1,4,5. (prosesi Alkitab simbol Firman Allah yang siap untuk diberitakan)

KEPASTIAN KESELAMATAN DALAM YESUS KRISTUS ADOPSI PERSEKUTUAN PENDALAMAN AMANAT AGUNG

Perkataan 1 sd 3 Yesus ucapkan pada jam 9 pagi sampai dengan 12 siang dan perkataan ke 4 sd 7 Ia ucapkan pada jam 12 sd jam 3 petang.

Beristirahat Dalam Damai Apa Yang Terjadi Setelah Kematian?

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling

ROH KUDUS DAN JEMAAT Lesson 9 for March 4, 2017

PENGAKUAN IMAN RASULI. Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi

MEMBERITAKAN INJIL DENGAN UTUH. Pembinaan Calon Pemimpin Kelompok Kecil UPEMKIP

GPIB Immanuel Depok Minggu, 11 Juni 2017

BUKU KESATU HIDUP BARU DI DALAM KRISTUS KEMANUSIAAN-NYA

Diberikan Allah dengan senang hati.

2. NYANYIAN JEMAAT Ajaib Nama-Nya PKJ 3 [2x] Semua

Lesson 6 for November 11, 2017

Bagaimana Saya Menjadi Sebagian dari Gereja Tuhan

MENGAPA KITA HARUS BERBAHASA ROH? Bagian ke-1

BAB I. Pendahuluan UKDW

PEKERJAAN ROH KUDUS Lesson 12 for March 25, 2017

BERDOA MENGGUNAKAN BAHASA ROH

Surat Yohanes yang pertama

Tata Ibadah Minggu Paskah IV. Minggu, 07 Mei » Berhimpun «

Surat 1 Yohanes 5 (Bag. 2) Wednesday, April 1, 2015

Dalam-pelajaran ini saudara akan mempelajari...

GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (G P I B) TATA IBADAH HARI KENAIKAN YESUS KRISTUS

Apa yang Dilakukan oleh Gereja Iuhan untuk Dirinya Sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari...

Alkitab menyatakan Allah yang menaruh perhatian atas keselamatan manusia. Anggota Keallahan bersatu dalam upaya membawa kembali manusia ke dalam

Surat 1 Yohanes 5 (Bagian 79) Wednesday, October 21, 2015

GPIB Immanuel Depok Minggu, 13 Agustus 2017 TATA IBADAH HARI MINGGU X SESUDAH PENTAKOSTA

SAKRAMEN (Pertemuan keempat) Membandingkan pelaksanaan sakramen di berbagai gereja dengan pengajaran Alkitab (C.4)

Siapakah orang Kristen Baptis dan Apa yang mereka percayai?

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #12 oleh Chris McCann

Gereja Mengadakan Perayaan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN Menurut Vitruvius di dalam bukunya Ten Books of Architecture, arsitektur merupakan gabungan dari ketiga aspek ini: firmity (kekuatan, atau bisa dianggap sebagai struktur), venustas (keindahan atau estetika), dan utility (utilitas). Karya arsitektur dibangun sebagai tanggapan manusia atas lingkungannya, dan memberikan makna baru atas apa yang dibangunnya tersebut. Makna yang dimaksud dapat berupa konsepsi atau pengertian akan hubungan yang teratur dan tak teratur antara unsur-unsur-unsur bangunan dan sistem-sistem dan reaksi terhadap arti yang ditimbulkannya (D.K. Ching, 2000); termasuk di dalamnya berupa konsep religiositas dan spiritualitas. Dalam bab ini akan membahas rumah duka sebagai karya arsitektur yang memberi makna religiositas dan spiritualitas atas kematian. Dimulai dari paparan mengenai kematian dan kaitannya dengan makna religiositas dan spiritualitas, pandangan iman Kristen dalam memaknai kematian, dan peranan serta permasalahan rumah duka (secara arsitektur) memberi makna religiositas dan spiritualitas atas kematian. 1.1. Kematian Sepanjang sejarah peradaban manusia berupaya untuk menanggapi hal-hal yang bersifat transenden atau melampaui dirinya melalui apa yang dapat dibuatnya, termasuk melalui karya arsitektur. Salah satu aspek kebudayaan yang bersifat transenden dan ditanggapi adalah bagaimana manusia mengejawantahkan makna kematian di dalam karya arsitektur. Kematian dipandang sebagai keterpisahan seseorang dari komunitas tempat ia pernah hidup dan adanya penghormatan yang mendalam pada orang yang telah meninggal tersebut. Hal ini terbukti dari adanya peninggalan berupa megalit (batu besar) yang membentuk konfigurasi seperti bentuk makam: menhir, dolmen, punden berundak, dan lain-lain. Megalit-megalit dengan bentuk makam seperti itu dipercaya sebagai makam para pendahulu (nenek moyang) dan hingga sekarang memiliki keterkaitan dengan asal-usul 1

keberadaan masyarakat setempat. Hal ini berarti adanya interaksi antara orang yang meninggal dengan komunitas di mana orang tersebut pernah hidup. Gambar 1 - Orang Nias di Sumatera Utara sedang memindahkan megalit. Foto diambil sekitar tahun 1915. Penarikan batu Darodaro untuk almarhum Saoenigeho dari Bawamatalua, Pulau Nias. Batu yang berasal dari dasar sungai ini ditarik menempuh jarak 3 km yang dimungkinkan dengan penggunaan konstruksi alat penarik khusus. Batu besar (megalit), kadang dihias dengan bagus, adalah bagian dari budaya di Nias. Di Nias dapat dijumpai patung batu besar, kursi batu untuk kepala suku, serta meja batu tempat pengadilan. Ada juga batu besar yang dibutuhkan untuk memperingati kematian orang penting. Sewaktu batu untuk tujuan peringatan tersebut dipasang, biasanya diadakan pula suatu pesta ritual yang bertujuan melapangkan jalan orang meninggal tersebut untuk bergabung dengan nenek moyangnya di kehidupan setelah kematiannya. Pada foto terlihat bahwa batu ditarik ke atas. Konon dibutuhkan 525 orang selama tiga hari untuk mendirikan batu ini di Desa Bawemataluo. (P. Boomgaard, 2001) Sumber:http://en.wikipedia.org Kematian selain dipandang dari segi antropo-sosiologi, juga menarik manusia untuk memandang kematian dari segi religiositas yang transenden dan melampaui dirinya. Sejak dulu manusia berupaya untuk mencari jawaban atas apa yang terjadi setelah seseorang meninggal. Kepercayaan-kepercayaan kuno mengatakan adanya perjalanan yang ditempuh oleh orang yang telah meninggal setelah peristiwa kematian. Di dalam agama-agama Abraham (Ibrahim) Yahudi, 2

Kristen, dan Islam kematian dipercaya sebagai awal mula kehidupan selanjutnya setelah adanya kebangkitan tubuh jasmani. Selain itu, di agama-agama dan kepercayaan-kepercayaan lain diyakini pula bahwa di balik kematian merupakan siklus kehidupan berikutnya yang akan dijalani oleh orang yang meninggal tersebut. 1.2. Kematian menurut iman Kristen Pada zaman modern, makna kematian memiliki kaitan yang erat dengan iman yang diyakini dan ditanggapi melalui ibadah dan ritual pemakaman sesuai dengan tata cara agama atau adat yang berlaku. Kematian di dalam iman Kristen erat kaitannya dengan doktrin yang membahas mengenai manusia, dosa, ketidakberdayaan manusia atas kuasa dosa, dan Allah sendiri di dalam Yesus yang berinisiatif menyelamatkan manusia dari kuasa dosa. Manusia diciptakan oleh Allah untuk dapat menikmati persekutuan yang erat dengan-nya. Namun kejatuhan manusia ke dalam dosa mengakibatkan manusia tidak dapat menikmati hubungan ini karena Allah adalah kudus dan tidak dapat bersekutu dengan dosa. Dosa menjadi penghalang hubungan manusia dengan Allah, dan mempunyai konsekuensi berupa kematian jasmani seperti yang ditulis di dalam Alkitab: Lalu firman-nya kepada manusia itu:... sampai engkau kembali menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu. Kejadian 3:17a, 19. Gambar 2 Ilustrasi kondisi manusia sebelum jatuh ke dalam dosa: menikmati persekutuan yang erat dengan Tuhan tanpa penghalang. 3

Gambar 3 Ilustrasi kondisi manusia setelah jatuh ke dalam dosa: terpisah dari Tuhan, kematian rohani, serta kematian jasmani sebagai kutuk karena dosa. Manusia di dalam statusnya sebagai manusia berdosa tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri atas kuasa kematian akibat dosa yang memisahkan hubungannya dengan Allah. Oleh karena itu manusia membutuhkan anugerah Allah yang menyatakan diri-nya di dalam Yesus sebagai pemenuhan janji keselamatan Allah untuk menyelamatkan manusia yang berdosa. Penyataan Allah di dalam diri Yesus inilah yang menjadi solusi atas ketidakberdayaan manusia mengatasi dosa: Allah menyatakan diri-nya melalui Yesus, berkarya di dunia sebagai manusia tanpa dosa. Klimaks karya penyelamatan Allah diwujudkan melalui Yesus dengan cara mati menanggung dosa manusia di atas kayu salib, mati menaklukkan dosa dan konsekuensinya (kematian/maut), dan bangkit sebagai wujud kemenangan atas maut tersebut. Gambar 4 Ilustrasi penyelamatan oleh Tuhan di dalam diri Yesus menjembatani hubungan manusia dan Tuhan yang sebelumnya rusak karena dosa. 4

Kematian di dalam iman Kristen menjelaskan bahwa kematian jasmani merupakan hal yang tidak bisa terelakkan dan dialami oleh semua manusia, namun terselesaikan oleh kematian Yesus di kayu salib serta kebangkitan-nya yang menunjukkan kemenangan-nya atas kuasa maut. Hal ini juga diteguhkan melalui pernyataan Yesus, kesaksian atas diri-nya sendiri yang menjamin bahwa hubungan persekutuan manusia dengan Allah sebagaimana tujuan awal manusia diciptakan dipenuhi dan dipulihkan melalui diri Yesus: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Yohanes 3:16 Kata Yesus kepadanya: Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Yohanes 14:6 Pernyataan Yesus inilah yang menjadi dasar iman Kristen akan adanya kepastian mengenai hidup kekal setelah kematian jasmani yang akan dilewati oleh setiap orang percaya 1. Persekutuan dengan Allah (Bapa) dipenuhi melalui Yesus (Anak) 2 yang menanggung dosa manusia melalui kematian dan kebangkitan-nya. Hidup yang kekal yang dimaksud oleh Yesus merupakan kehidupan yang akan diterima oleh setiap orang yang percaya kepada-nya. Setelah kematian Yesus di kayu salib dan kebangkitan-nya dari alam kematian/maut, Ia naik ke sorga disaksikan oleh banyak orang dan berkarya melalui Roh Kudus yang turun dan bermukim di dalam diri orang percaya, memberi kekuatan peneguhan akan pengharapan atas kehidupan kekal yang diterima orang percaya. 1 Orang percaya merupakan istilah yang digunakan merujuk kepada orang yang percaya/mengimani kematian dan kebangkitan Yesus (Kristus); atau merujuk juga kepada orang Kristen secara umum. 2 Konsep Allah sebagai Bapa (Bapak) dan Yesus (Anak) diperkenalkan oleh Yesus sendiri sebagai wujud hubungan Yesus dengan Allah yang sangat dekat doktrin Trinitas/Tritunggal di dalam iman Kristen. 5

1.3. Pemakaman menurut iman Kristen Berangkat dari keyakinan iman seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tata cara penguburan di dalam iman kristiani menunjukkan hal tersebut. Meskipun di dalam Alkitab tidak disebutkan mengenai tata cara penguburan orang yang telah meninggal, bapa-bapa gereja sebagai peletak awal sejarah gereja menuliskannya dalam konstitusi gereja sehingga dapat menjadi panduan bagi jemaatnya. Dalam sejarah gereja, tata cara penguburan orang kristiani baik Kristen maupun Katolik memiliki tata cara yang kurang lebih sama. Tata cara penguburan berupa serangkaian misa/kebaktian penghiburan yang dipimpin oleh pendeta di mana orang yang meninggal tersebut berjemaat. Misa/kebaktian penghiburan dapat diselenggarakan di gereja, rumah, atau pun rumah duka; dan waktunya dapat diatur sesuai dengan permintaan keluarga. Dalam kasus tertentu, misa/kebaktian penghiburan dapat diselenggarakan beberapa hari setelah orang tersebut dinyatakan meninggal dan setelah seluruh anggota keluarga dapat hadir. Misa/kebaktian penghiburan diperuntukkan bagi keluarga dan orang-orang terdekat untuk melepas kepergian orang yang telah meninggal; dan terdiri atas doa-doa, nyanyian penghiburan, pembacaan ayat Alkitab, serta khotbah singkat oleh pendeta. Seluruh tata cara misa/kebaktian bertujuan menghibur keluarga dan orang-orang yang ditinggalkan, serta meneguhkan akan janji keselamatan dan kepastian hidup kekal di dalam Yesus. 1.4. Rumah duka dan permasalahannya Rumah duka merupakan rumah yang ditujukan untuk menyediakan jasa pelayanan kedukaan bagi orang yang telah meninggal beserta keluarganya. Jasa pelayanan mencakup upacara dan tata cara perpisahan dengan orang yang meninggal, sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan keluarga yang ditinggalkan. Di Indonesia, pelayanan kedukaan biasanya melayani keluarga dari latar belakang keyakinan: Kristen, Tionghoa, dan Islam meskipun jarang dilakukan karena umumnya umat Muslim segera memakamkan orang yang meninggal setelah didoakan (dishalatkan) di mesjid. 6

Rumah duka juga mencakup jasa pelayanan pemakaman dengan latar belakang agama/keyakinan yang beragam. Oleh karena itu rumah duka yang ada biasanya dirancang secara umum, tidak menggambarkan filosofi/makna kematian dari agama/keyakinan tertentu secara khusus. Rumah duka hanya dirancang dengan memenuhi persyaratan teknis seperti kebutuhan luasan ruang sesuai jumlah orang, pencahayaan setempat secara umum, serta akustika dan pengudaraan yang tidak memadai; sehingga rancangan ruangan tidak terkonsep sesuai kaidah arsitektural dan tata cara pemakaman menurut agama/keyakinan. Dari segi tata ruang, rumah duka yang ada dirancang dengan tidak memperhitungkan kaidah estetika atau keindahan sehingga makna religiositas dan spiritualitas tidak terlihat. Di beberapa rumah duka yang menyediakan ruangan dengan kapasitas seratus orang atau lebih, masalah struktur dan tata ruang tidak terselesaikan dengan baik. Penempatan kolom di tengah barisan tempat duduk, konfigurasi denah dan tata letak (layout) yang tidak tepat, serta perancangan elemen tata ruang dalam (interior) tidak diselesaikan dengan baik sehingga mengganggu konsentrasi dan fokus jemaat dalam mengikuti misa/kebaktian penghiburan. Secara spesifik, perancangan tata ruang dalam rumah duka yang sudah ada belum memenuhi persyaratan arsitektural dari segi keindahan. Di Yogyakarta, rumah duka yang ada terletak di dalam kawasan rumah sakit yang juga menyediakan tempat bagi pelayanan kedukaan berupa ruang misa/kebaktian. Ruang misa/kebaktian yang dimaksud berupa bangunan yang biasanya terletak di bagian samping atau belakang di kawasan rumah sakit, dengan tipologi bangunan seperti ruko (rumah-toko) dan dirancang dengan hanya mengedepankan aspek fungsi. Aspek fungsi yang dimaksud berupa penyediaan ruang dengan luasan tertentu, tanpa memperhitungkan proporsi, skala, dan keindahan; serta pewadahan kegiatan yang nampak (kasat mata) tanpa pengejawantahan makna religiositas dan spiritualitas (khususnya iman Kristen sebagai pengguna ruang misa/kebaktian) dalam penyelesaian arsitektur. 7

Gambar 5 Kondisi rumah duka yang dirancang secara umum dan tidak diselesaikan dengan pemaknaan konsep kematian di dalam religiositas dan spiritualitas. Sumber: www.sheepgateministry.com, www.pustakalewi.net, gmidistrik1.blogspot.com, nathanaelrenanto.blogspot.com 1.5. Tujuan penulisan Tujuan tulisan ini adalah untuk merumuskan konsep rancangan rumah duka yang mengedepankan aspek religiositas dan spiritualitas iman kristiani. 1.6. Metode penulisan Metode penulisan dalam perumusan konsep rancangan rumah duka ini meliputi: 1. Identifikasi masalah; memuat aspek-aspek permasalahan arsitektural yang terdapat di rumah duka pada umumnya di kota Yogyakarta. 2. Analisis; berupa uraian permasalahan arsitektural rumah duka dan kaitannya dengan konsep religiositas dan spiritualitas iman kristiani di dalam memaknai kematian. 8

3. Sintesis; yaitu perumusan konsep rancangan yang memadukan fungsi rumah duka dan konsep iman kristiani dalam memaknai kematian. 1.7. Sistematika penulisan Sistematika penulisan akan dibagi menjadi bab-bab yang memuat: 1. Pendahuluan (Bab I) berupa pengantar; 2. Landasan Teori (Bab II) membahas teori dan referensi yang terkait dengan aspek religiositas dan spiritualitas di dalam iman kristiani serta makna kematian di dalamnya, 3. Studi Literatur (Bab III) membahas mengenai persyaratan kegiatan dan program ruang di rumah duka; 4. Analisis Tapak (Bab IV) yang memuat analisis eksternal dan internal tapak sebagai lokasi di mana rumah duka tersebut akan dirancang; berdasarkan teori dan referensi di Bab II. 5. Perumusan Konsep Rancangan (Bab V) yang berisikan pernyataan konsep mikro hingga makro, dengan pendekatan ketentuan yang dibahas di Bab II dan Bab III. 1.8. Keaslian penulisan Sejauh pengamatan penulis belum ditemui landasan konseptual perancangan Tugas Akhir dengan pendekatan aspek religiositas dan spiritualitas. 9