BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
PRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1

1. INSTALASI SISTEM SANITASI DAN PLAMBING BANGUNAN

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PIPA VENT (PIPA UDARA)

TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA

BAB XIV INSTALASI PIPA PVC

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN. Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan:

Fungsi dan jenis peralatan plambing

Sistem Plambing Dalam Gedung

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PERENCANAAN BANGUNAN MCK UMUM

Bagian III: JARINGAN AIR KOTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut kamus inggris-indonesia yang disusun oleh john M.chols dan hasan shadely, plumbing atau plambing berarti :

BAB II LANDASAN TEORI

Tata cara perencanaan bangunan MCK umum

AIR BERSIH GEDUNG BERTINGKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PELAKSANAAN PEKERJAAN PLAMBING F.45...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Definisi Praktek Kerja Pipa 1.3. Macam-macam Pipa

PENCEGAHAN TERJADINYA PUKULAN AIR DALAM PIPA INSTALASI PLAMBING PADA SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH

Plumbing class PLUMBING. Sistem plambing. Rancangan Pembelajaran. Rancangan Pembelajaran. Rancangan Pembelajaran 16/02/2011 RE

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Mulai. Mempelajari Gambar Tender (Gambar Forkon) Survei Kondisi Lapangan. Studi Pustaka

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN SISTEM FIRE HYDRANT DI TOWER SAPHIRE DAN AMETHYS APARTEMEN EASTCOAST RESIDENCE SURABAYA

INSTALASI PLUMBING (AIR BERSIH DAN AIR KOTOR) Kuliah 7, 26 Oktober 2009

PERTEMUAN XI PINTU DAN JENDELA. Oleh : A.A.M

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perancangan Instalasi Penjernihan Air (IPA)

UMY. Sistem Sanitasi dan Drainase Pada Bangunan. Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKUKTAS

BAB III METODE PERANCANGAN

RESERVOAR SLIDE 06 TPAM. Yuniati, PhD

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

INSTALASI PLUMBING. 2. Sarana pemipaan dalam gedung (air bersih dan air kotor) 3. Sarana peralatan sanitair dan perlengkapannya

PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR BERSIH DI HOTEL GRHA SOMAYA YOGYAKARTA DENGAN SOFTWARE PIPEFLOW EXPERT 2009 TUGAS AKHIR

Usulan Perbaikan Sistem Distribusi Air Bersih dengan Menggunakan Pressure Reducing Valve

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR SISTEM PEMIPAAN AIR BERSIH PADA LANTAI 1 GEDUNG SENTRA BISNIS DAN DISTRIBUSI PT. CNI

MENDIMENSI DIAMETER PIPA AIR

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gedung ini direncanakan untuk tempat penginapan

Sistem Penyediaan Kebutuhan Air Bersih Untuk Bangunan Gedung

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION

Tata cara perencanaan dan pemasangan tangki biofilter pengolahan air limbah rumah tangga dengan tangki biofilter

BAB IV PERANCANGAN GAMBAR

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

4.1 Dasar-dasar Air Kotor

Pengertian Plumbing atau Plambing beserta Jenis, Fungsi, Syarat, Tahapan, dan Pemasangan Plumbing Atau plambing

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

PEMANFAATAN DRUM PLASTIK BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SEPTIC TANK

BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF

PERHITUNGAN DAYA POMPA SUPLAI AIR BERSIH, PERENCANAAN SEPTIK TANK DAN PERENCANAAN SALURAN DRAINASE AIR HUJAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Instalasi air Bersih

II. TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS PLUMBING PERENCANAAN SISTEM PLUMBING GEDUNG BANK MANDIRI JAWA TENGAH

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

Sistem plambing pada bangunan gedung

KOMPONEN PEKERJAAN PIPA GIP PIPA PPR PN-20 POMPA TRANSFER FILTER TANGKI AIR ATAS BOOSTER PUMP GATE VALVE QM FITTING ELBOW FITTING DRAT KRAN

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural

Sistem plambing

PENDAHULUAN Latar belakang penulisan ini adalah dengan melihat perkembangan jaman pembangunan building office dan apartemen banyak sekali dengan berba

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING GEDUNG APARTEMEN BERTINGKAT DUA PULUH TIGA

Evaluasi Sistem Plambing dan Perencanaan Pengolahan Air Buangan Serta Perencanaan Sistem Pewadahan dan Pengumpulan Sampah Rumah Susun Urip Sumoharjo

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penyediaan air bersih ke dalam bangunan

Kualitas air. Kualitas air harus memenuhi 3 syarat : Syarat fisik Tidak berwarna, tidak berbau.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN FIRE HYDRANT DI TOWER B APARTEMEN BERSUBSIDI PUNCAK PERMAI SURABAYA

ANALISA POMPA AIR PADA GEDUNG BERTINGKAT

Sanitasi Penyedia Makanan

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK

BAB II PEMBAHASAN MATERI. fluida incompressible (fluida yang tidak mampu mampat) dari tempat yang rendah

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

-1- KETENTUAN TEKNIS SPAM BJP

S o l a r W a t e r H e a t e r. Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater.

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat, sering adanya keluhankeluhan

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii

INTAKE 6. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Worm dan Hattum (2006), penampungan air hujan adalah

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

PERENCANAAN ULANG SISTEM PLAMBING DAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN DI MX MALL KOTA MALANG

2. Air permukaan Mudah diambil dengan alat sederhana.berbahaya karena banyak terkontaminasi bakteri, zat organik dan non organik.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BUKU PETUNJUK DWP 375A - 1 -

Perencanaan Sistem Plambing Air Bersih Pada Bangunan Kondotel dengan Menggunakan Sistem Gravitasi dan Pompa

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN ANALISIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Sistem Plambing merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pembangunan gedung. Oleh karena itu perencanaan dan perancangan sistem plambing haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri. Plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan peralatan untuk menyediakan air bersih baik dalam hal kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang memenuhi syarat dan pembuang air bekas atau air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemari bagian penting lainnya untuk mencapai kondisi higienis dan kenyamanan yang diinginkan. Sistem instalasi plambing pada gedung-gedung umumnya terbagi atas tiga bagian utama yang harus dipahami dan dirawat untuk mencapai tingkat kenyamanan penghuni : 1. Instalasi Plambing Sistem Air Bersih. 2. Instalasi Plambing Sistem Air Kotor Dan Air Bekas. 3. Instalasi Plambing Sistem Ven. 2.2 Perencanaan Sistem Air Bersih 2.2.1 Prinsip Dasar Penyediaan Air 2.2.1.1 Sumber Air Terdapat banyak sekali sumber air di bumi. Berikut adalah sumber air yang dapat digunakan sebagai air minum : Air Tanah Air tanah adalah air yang berasal dari dalam tanah,diantaranya adalah: - Air yang diperoleh dengan membuat sumur bor. - Air yang diperoleh dengan cara menggali tanah atau sumur biasa. - Air yang diperoleh dari mata air. M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 6

Air Permukaan Air permukaan adalah air yang biasa diperoleh di permukaan bumi, seperti air sungai, air danau, air salju dan air laut. Adapun kapasitas air permukaan yang berasal dari air sungai dan air danau tergantung dari curah hujan di daerah tersebut, sedangkan air permukan yang berasal dari air laut dan air salju biasanya tidak terbatas jumlah penyediaan nya. Air Hujan Air hujan sangat tergantung pada curah hujan pada daerah pelayanan dan luas penadah air hujan. 2.2.1.2 Kualitas Air Fungsi terpenting dari suatu sistem penyediaan air adalah dapat menyediakan air bersih dengan kualitas yang memenuhi syarat. Dengan banyaknya sumber air yang dapat digunakan menyebabkan diperlukannya suatu pedoman untuk memenuhi kualitas air. Standar kualitas air sangat berperan penting untuk memenuhi standar kualitasnya. Standar kualitas air minum yang dipergunakan di setiap negara berbeda beda. Adapun kualitas air minum di Indonesia berdasarkan peraturan menkes nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, yang menetapkan bahwa air minum harus memenuhi dari unsur-unsur dari segi fisik, kimia, radioaktif dan mikro biologis. Apabila dari unsur-unsur tersebut tidak terpenuhi maka air minum tersebut harus kembali diolah kembali terlebih dahulu. Namun tidak semua daerah memperhatikan kualitas air minum yang digunakan, karena tidak semua daerah mendapatkan fasilitas penyediaan air minum yang sama, untuk daerah yang mendapatkan fasilitas penyediaan air minum harus memperhatikan kualitas air minum yang digunakan. Air yang berasal dari tanah umumnya tidak memerlukan pengolahan dan apabila air yang berasal dari permukaan dan berasal dari air hujan harus memerlukan pengolahan yang lengkap. M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 7

2.2.1.3 Pencegahan Pencemaran Air Pengamanan alat-alat saniter terhadap pencemaran sangat penting dilakukan karena berdasarkan fungsi sistem penyediaan air minum secara kualitas tujuannya adalah untuk mencegah masuknya bibit penyakit atau tercemarnya air pada jaringan pipa. Penyebab tercemarnya air antaranya yaitu masuknya kotoran, serangga, zat kimia ke dalam tangki dan pipa. Pencegahan pencemaran air pun dapat dilakukan diantaranya dengan cara : Larangan hubungan pintas Hubungan pintas adalah hubungan fisik antara dua sistem pipa yang berbeda, satu sistem pipa air minum dan sistem pipa lain untuk air yang kualitasnya diragukan, yang airnya akan dapat mengalir antar sistem. Untuk mencegah terjadinya hubungan pintas, sistem perpipaan air minum tidak boleh dihubungkan dengan sistem perpipaan lain ataupun terendam pada air kotor atau bahan lain yang dapat mencemarkan air yang terdapat dalam jaringan pipa. Pencegahan aliran balik Aliran balik adalah aliran air, cairan lain, zat ataupun campuran yang masuk ke dalam sistem perpipaan air minum akibat terjadinya efek siphon balik. Efek siphon balik dapat terjadi berupa masuknya air bekas atau air tercemar ke dalam pipa air minum yang disebabkan oleh timbulnya tekanan negatif pada pipa. Tekanan pipa negatif ini sering disebabkan oleh terhentinya penyediaan air atau karena pertambahan kecepatan aliran yang cukup besar dalam pipa. Adapun untuk pencegahan aliran balik dapat dilakukan dengan menyediakan celah udara atau memasang alat yang dapat mencegah aliran balik. Contoh dari terjadinya aliran balik disajikan pada gambar 2.1 berikut. M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 8

Sumber : Plambing (morimura) Gambar 2.1 Contoh terjadinya aliran balik Pemasangan alat-alat pencegahan aliran balik Jika dikarenakan alasan tertentu yang membuat peralatan plambing tidak dapat diberikan celah udara, misalnya karena alasan estetika atau arsitektur ataupun karena konstruksinya. Untuk mencegah terjadinya aliran balik pada keadaan ini dipasang alat yang disebut pemecah vakum. Alat ini dapat mencegah efek siphon balik secara otomatis dengan memasukan udara ke dalam pipa penyediaan air apabila terjadi tekanan negatif. Pemecah vakum ini ada dua jenis yaitu jenis pemecah vakum tekanan atmosfir (dipasang pada sisi sekunder) dan jenis pemecah vakum tekanan positif (dipasang pada sisi primer). Karena fungsi pemecah vakum ini adalah untuk memasukan udara ke dalam sistem perpipaan untuk mencegah terjadinya efek siphon-balik, maka penempatan alat ini harus dipasang pada jarak tertentu, sekurang kurangnya 150 mm dari muka air luapan. Mencegah timbulnya Pukulan Air Pukulan air adalah tekanan air yang terjadi karena berhentinya aliran air di dalam pipa secara mendadak oleh keran atau katup yang mengakibatkan meningkatnya tekanan air pada sisi atas dan menimbulkan gelombang tekanan yang akan merambat dengan kecepatan tertentu, kemudian dipantulkan kembali ke tempat semula. Pukulan air yang terjadi M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 9

dapat merusak peralatan plambing, getaran pada sistem, patahnya pipa serta suara berisik. Untuk mengatasi timbulnya pukulan air dapat dilakukan tindakantindakan sebagai berikut : 1. Menghindarkan tekanan kerja yang terlalu tinggi. 2. Menghindari kecepatan aliran yang terlalu tinggi. 3. Memasang rongga atau alat pencegah pukulan air. 4. Menggunakan dua katup bola pelampung pada tangki air. Memasang rongga udara atau alat pencegah pukulan air adalah cara yang paling banyak digunakan, karena pukulan air terjadi oleh sifat nonkompresible dari air, maka sebenarnya meredam tekanan yang timbul sudah cukup untuk menghilangkan akibatnya. Rongga udara harus dipasang pada puncak pipa tegak dimana ada kemungkinan akan timbul pukulan air. Pada dasarnya rongga udara dibuat dengan memasang pipa tegak sepanjang 30 cm dan tertutup di bagian atas, dengan ukuran yang sama pada pipa,masuk. 2.3 Pengertian Instalasi Plambing Penyediaan Air Bersih Sistem ini adalah dimana Sumber air bersih diambil dari PDAM dimasukan ke dalam bak penampung air bersih Ground Water Tank (GWT), sedangkan sumber air yang berasal dari tanah atau sumur dalam (deep well) dimasukan kedalam penampung air baku (raw water tank). Air dari Deep Well ini masuk ke tangki penampungan yang berfungsi juga sebagai tangki pengendap lumpur atau pasir yang terbawa dari sumur. Air yang berada di raw water tank diolah (treatment) di instalasi Water Treatment Plant dan selanjutnya dialirkan ke clear water tank atau ground water tank, selanjutnya dialirkan ke tangki air atap (roof tank) dengan menggunakan pompa transfer. Distribusi air bersih pada empat lantai teratas untuk mendapatkan tekanan cukup umummnya menggunakan pompa pendorong (booster pump), sedangkan untuk lantai-lantai dibawahnya dialirkan secara gravitasi. M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 10

Dewasa ini, sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Sistem sambungan langsung 2. Sistem tangki atap 3. Sistem tangki tekan 4. Sistem tanpa tangki 2.3.1 Sistem Sambung Langsung Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih (PDAM). Karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasi ukuran pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama dapat diterapkan untuk perumahan dan gedung skala kecil dan rendah. Gambar 2.2 di bawah ini merupakan contoh dari sistem sambungan langsung. Sumber : Plambing (morimura) Gambar 2.2 Contoh sistem sambungan langsung 2.3.2 Sistem Tangki Atas Apabila sistem sambungan langsung oleh berbagai alasan tidak dapat diterapkan, sebagai gantinya banyak sekali digunakan sistem tangki atap. Dalam sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah atau dipasang pada lantai terendah, kemudian dipompakan ke tangki atas yang biasanya dipasang di M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 11

atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan. Dari tangki ini air didistribusikan ke seluruh lantai bangunan. Hal terpenting dalam sistem tangki atap ini adalah menentukan letak tangki atap tersebut apakah dipasang di dalam langit-langit, atau di atas atap (misalnya untuk atap dari beton) atau dengan suatu kontruksi menara yang khusus. Penentuan ini harus didasarkan pada jenis alat plambing yang dipasang pada lantai tertinggi bangunan dan tekanan kerja yang tinggi. Gambar 2.3 di bawah ini merupakan contoh dari sistem dengan tangki atap. Sumber : Plambing (morimura) Gambar 2.3 Contoh sistem dengan tangki atap 2.3.3 Sistem Tangki Tekan Prinsip kerja dari sistem tangki tekan yaitu air yang telah ditampung di dalam tangki bawah dipompa ke dalam tangki tertutup yang mengakibatkan udara didalamnya terkompresi sehingga tersedia air dengan tekanan awal yang cukup untuk didistribusikan ke peralatan plambing di seluruh bangunan yang direncanakan. Pompa bekerja secara otomatis diatur oleh detektor tekanan, yang membuka dan menutup saklar penghasut motor listrik penggerak pompa. Pompa akan berhenti bekerja jika tekanan tangki telah mencapai batas maksimum yang ditetapkan dan M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 12

mulai bekerja jika batas minimum tekanan yang ditetapkan telah dicapai. Gambar 2.4 di bawah ini merupakan contoh dari sistem tangki tekan. Sumber : Plambing (morimura) Gambar 2.4 Contoh sistem tangki tekan Variasi yang ada pada sistem tangki tekan antara lain : 1. Sistem Hydrocel Sistem tangki tekan hydrocel untuk tangki tekan menggunakan tabung bahan karet khusus yang dapat mengembang dan menyusut sesuai dengan tekanan tangki. Penambahan udara pada tangki tekan karet ini perlu karena tidak kontak langsung. Sistem ini mempunyai kekurangan yaitu air dalam tangki sedikit. 2. Sistem Diafragma Sistem tangki tekan dengan diafragma ini, untuk tangki tekan menggunakan tabung bahan karet khusus sebagai pemisah air dengan udara.tekanan tangki. Penambahan udara pada tangki tekan karet ini perlu karena tidak kontak langsung. Sistem ini mempunyai kelebihan yaitu sebagai penyimpan air dan peredam pukulan. Namun dalam hal ini tidak dapat difungsikan secara bersama-sama. 2.3.4 Sistem Tanpa Tangki Sistem ini sebenarnya tidak direkomendasi oleh berbagai pihak, Sistem ini tidak menggunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki tekan ataupun M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 13

tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap langsung dari pipa utama. a. Sistem kecepatan putaran pompa konstan Pompa utama selalu bekerja sedangkan pompa lain akan bekerja secara otomatis yang diatur oleh tekanan. b. Sistem kecepatan putaran pompa variable Sistem ini untuk mengubah kecepatan atau laju aliran diatur dengan mengubah kecepatan putaran pompa secara otomatis. 2.3.5 Tangki Air dan Pompa Air 2.3.5.1 Tangki Air Tangki air digunakan untuk menyimpan air, jenis tangki air dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Tangki air bawah Tanah Air dari jaringan air minum kota dialirkan melalui katup bola dan di tampung dalam tangki bawah tanah yang kemudian di pompa ke dalam jaringan pipa penyediaan air dalam suatu gedung. Tangki dari jenis ini dapat dibuat dari baja, beton bertulang, kayu, dan fiberglass. b. Tangki Atap Tangki ini mendapat air dari pompa yang menyedot dari tangki bawah yang berfungsi menyimpan air untuk kebutuhan singkat dan untuk menstabilkan tekanan air sehubungan dengan fluktuasi pemakaian air sehari hari. Umumnya terbuat dari baja, kayu, dan fiberglass. 2.3.5.2 Pemasangan Tangki Air Pada umumnya pemasangan tangki air antara pelat lantai terbawah dan pelat pondasi dari bangunan, selain itu dipasang juga bak penampung air buangan atau air kotor. Keadaan ini dapat menimbulkan pencemaran air minum akibat dari penetrasi air kotor tersebut. Untuk mengatasi pencemaran air minum ini disyaratkan untuk tidak memasang tangki di bawah lantai, bahkan dilarang menggunakan lantai, dinding, dan langit-langit sebagai bahan dari tangki atau M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 14

reservoir air. Selain itu tangki air juga disyaratkan bukan merupakan bagian struktural dari suatu bangunan serta lokasinya tidak berdekatan dengan tempat pembuangan air atau air kotor. Dalam pemasangan tangki air diperlukan ruang bebas yang cukup di sekeliling tangki untuk pemeriksaan dan perawatan, misalnya di sebelah atas dinding dan di bawah alasnya. Ruang bebas ini dibuat dengan ukuran sekurangkurangnya 45 cm,tetapi lebih baik dibuat sebesar 60 cm untuk memudahkan pengecatan dinding luar tangki. Setiap tangki harus dilengkapi dengan suatu lubang yang tertutup untuk memudahkan perawatan dengan ukuran yang cukup. Lubang perawatan ini tidak perlu disediakan jika seluruh tangki dapat dengan mudah dibuka atau diangkat. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan lubang perawatan antara lain : 1. Penutup lubang perawatan harus rapat untuk mencegah masuknya kotoran dan binatang serangga ke dalam tangki. 2. Penutup lubang perawatan (man hole) harus terkunci rapat untuk mencegah pembukaan yang tidak diinginkan dengan memasang kunci atau baut- baut pengikat. Konstruksi tangki air sebaiknya dibuat untuk memudahkan pemeriksaan dan perawatan. Untuk itu perlu ditentukan antara lain : a. Pipa mengambil yang dilengkapi dengan katup dipasang dengan lubang yang berada kira-kira 20 cm di atas dasar tangki. Hal ini untuk mencegah agar endapan kotoran tidak terisap ke dalam tangki. b. Saluran atau lekukan dangkal, sebaiknya dibuat pada dasar tangki dengan kemiringan tertentu, ke arah lubang pengurasan. c. Tangki air harus dapat dibersihkan tanpa memutuskan penyediaan air ke dalam pipa distribusi. Setiap tangki air harus dilengkapi dengan pipa peluap. Ujung dari pipa peluap ini tidak boleh disambungkan langsung ke pipa buangan melainkan harus dengan cara tidak langsung yaitu harus disediakan celah udara yang cukup antara M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 15

ujung pipa dengan bak buangan dan besarnya celah sekurang-kurangnya dua kali diameter pipa serta ujung pipa peluap harus dilengkapi dengan saringan serangga. 2.3.5.3 Pompa Penyediaan Air Pompa yang menyedot air dari sumur ditampung di tangki bawah biasa menggunakan pompa submersible dan dipompakan ke tangki atas untuk mendistribusikan ke seluruh alat plambing dalam bangunan dengan pompa angkat atau pompa transfer, sedangkan pompa yang mengalirkan air ke tangki tekan disebut pompa distribusi. Pompa penyediaan air dapat diputar oleh motor listrik, motor bakar, turbin uap, dan sebagainya. 2.3.5.4 Laju Aliran Air Dalam perencanaan suatu sistem penyediaan air, kapasitas peralatan dan ukuran pipa ditentukan berdasarkan jumlah dan kecepatan aliran yang harus disediakan. Penetapan jumlah dan laju aliran dapat dihitung berdasarkan rumus Hazen Williams. Kerugian gesek untuk setiap satuan panjang pipa (h/l) disebut dengan gradien hidrolik, dinyatakan dengan I dan jika laju aliran air dinyatakan dengan Q akan diperoleh rumus Hazen Williams. Q = (1,67)(C)(d 2,63 )(I 0,54 )(10000) Dimana : Q = laju aliran air ( liter/menit) C = koefisien kekasaran pipa D = diameter dalam pipa (m) I = gradien hidrolik (m/m) M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 16

pipa : Berikut merupakan tabel koefisien kekasaran aliran dari berbagai jenis Tabel 2.1 Faktor kecepatan untuk berbagai jenis pipa c Jenis pipa 140 Pipa baru : kuningan, tembaga, timah hitam, besi tuang, baja (dilas atau ditarik), baja atau besi dilapis semen. Pipa asbes semen (selalu licin dan sangat lurus). 130 Pipa baja baru (lurus tanpa perlengkapan, dilas atau ditarik), pipa besi tuang baru (biasanya angka ini yang dipakai), pipa tua : kuningan, tembaga, dan timah hitam. Pipa PVC-keras. 110 Pipa dengan lapisan semen yang sudah tua, pipa keramik yang masih baik. 100 Pipa besi tuang atau pipa baja yang sudah tua. Sumber : Plambing (morimura) Berdasarkan rumus tersebut dibuatlah diagram-diagram aliran untuk beberapa jenis pipa seperti baja karbon, PVC, baja dengan lapisan PVC, dan tembaga, dapat dilihat pada gambar-gambar 2.5, 2.6, 2.7, 2.8. Dalam praktek ukuran pipa biasanya detentukan dengan menggunakan diagram semacam ini. Kerugian tekanan akibat gesekan dalam perlengkapan pipa, seperti belokan, cabang, reducer, dsb, biasanya dinyatakan dengan panjang ekivalen; artinya kerugian gesek dalam perlengkapan tersebut sama dengan suatu panjang pipa lurus dengan diameter yang sama dengan diameter perlengkapan tersebut. Tabel panjang ekivalen untuk katup dan perlengkapan lainnya dapat dilihat di table 2.2. M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 17

Sumber : Plambing (Morimura) Gambar 2.5 Kerugian gesek dalam pipa baja karbon M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 18

Sumber : Plambing (Morimura) Gambar 2.6 Kerugian gesek dala pipa PVC kaku M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 19

Sumber : Plambing (Morimura) Gambar 2.7 Kerugiam gesek dalam pipa baja dilapisi PVC kaku (di dalam) M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 20

Sumber : Plambing (Morimura) Gambar 2.8 Kerugiam gesek dalam pipa tembaga M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 21

Tabel 2.2 Panjang ekivalen untuk katup dan perlengkapan lainnya Sumber : Plambing (Morimura) Catatan: 1. Katup pipa isap mempunyai panjang ekivalen sama dengan katup sudut. Katup satu arah dari jenis yang dengan engsel. 2. Jika sambungan antara pipa dengan perlengkapannya halus dan rata (seperti pada pipa dan perlengkapan tembaga), maka angka panjang ekivalen untuk belokan dan T dikurangi dengan setengahnya. 2.3.5.5 Penaksiran laju aliran air Ada beberapa metoda yang digunakan untuk menaksir besarnya laju aliran air, di antaranya yang akan dibahas di sini, yaitu : a. Berdasarkan jumlah pemakai (penghuni) Didasarkan pada pemakaian air rata-rata sehari dari setiap penghuni, dan perkiraan jumlah penghuni. Angka ini dipakai untuk menghitung pemakaian air rata-rata sehari berdasarkan standar pemakaian air per orang per hari untuk sifat penggunaan gedung tertentu. Bila jumlah penghuni tidak diketahui maka digunakan penaksiran berdasarkan luas lantai efektif dan menetapkan kepadatan hunian per luas lantai. Pemakaian air rata-rata per orang setiap hari dapat di lihat di tabel 2.3. b. Penaksiran berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing Penaksiran berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing digunakan apabila kondisi pemakaian alat plambing dapat diketahui, misalnya untuk M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 22

perumahan atau gedung kecil lainnya. Juga harus diketahui jumlah dari setiap jenis alat plambing dalam gedung tersebut. Lihat tabel 2.4 untuk referensi. c. Penaksiran berdasarkan unit beban alat plambing Dalam metoda ini untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban (fixture unit; 1 fu=7,5 galon/menit). Untuk setiap bagian pipa dijumlahkan besarnya unit beban dari semua alat plambing yang dilayaninya, dan kemudian dicari besarnya laju aliran air. Pada tabel 2.5 dapat dilihat nilai unit alat pelambing untuk setiap alat plambing. M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 23

Tabel 2.3 Pemakaian air rata-rata per orang setiap hari Sofyan & Morimura, Tabel 3.11 M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 24

Sofyan & Morimura, Tabel 3.12 M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 25

Tabel 2.4 Pemakaian air tiap alat plambing, laju aliran airnya, dan ukuran pipa cabang air Sofyan & Morimura, Tabel 3.13 Catatan: 1. Standar pemakaian air untuk kloset dengan katup gelontor untuk satu kali penggunaan adalah 15 liter selama 10 detik. M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 26

2. Pipa sambungan ke katup gelontor untuk kloset biasanya adalah 25 mm, tetapi untuk menghilangkan kerugian akibat gesekan dianjurkan memasang pipa ukuran 32 mm. 3. Pipa sambungan ke katup gelontor untuk peturasan biasanya adalah 13 mm, tetapi untuk mengurangi kerugian akibat gesekan dianjurkan memasang pipa ukuran 20 mm. 4. Karena pipa tembaga cenderung berkerak dibandingkan dengan pipa baja, maka ukurannya bisa lebih kecil. Pipa PVC juga bisa dipasang dengan ukuran yang sama. Tabel 2.5 Unit alat plambing untuk penyediaan air bersih Sofyan & Morimura, Tabel 3.16 Catatan : 1. Alat plambing yang airnya mengalir secara kontinyu harus dihitung secara terpisah, dan ditambahkan pada jumlah unit alat plambing. M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 27

2. Alat plambing yang tidak ada dalam daftar dapat diperkirakan dengan membandingkan dengan alat plambing yang mirip. 3. Nilai unit alat plambing dalam tabel ini adalah keseluruhan. Jika digunakan air dingin dan air panas, unit alat plambing maksimum masingmasing untuk air dingin dan air panas diambil ¾ nya. 4. Alat plambing untuk keperluan pribadi dimaksudkan pada rumah pribadi atau apartemen, dimana pemakaiannya tidak terlalu sering. 5. Alat plambing untuk keperluan umum dimaksudkan yang dipasang dalam gedung kantor, sekolah, pabrik, dsb, dimana pemakaiannya cukup sering. Gambar 2.9 dan 2.10 berikut ini merupakan grafik yang memperkirakan besarnya unit beban untuk setiap alat plambing. Sumber : PPI 1979 Gambar 2.9 Grafik lengkung perkiraan beban kebutuhan air untuk unit beban sampai 250 M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 28

Sumber :PPI 1979 Gambar 2.10 Grafik lengkung perkiraan beban kebutuhan air untuk unit beban sampai 3000 2.4 Perhitungan Perencanaan Pipa Air Bersih Dalam suatu perancangan instalasi plambing menggunakan pipa. Pipa yang digunakan bermacam-macam, tergantung sesuai dengan kebutuhan. Salah satu metode untuk menentukan ukuran pipa air bersih yaitu dengan menggunakan metoda ekivalensi tekanan pipa. Dalam metode ini kita harus menyertakan tabel sebagai dasar perhitungan seperti di bawah ini : M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 29

Tabel 2.6 Tabel ekivalen untuk PVC-keras Sofyan & Morimura, Tabel 3.21 Tabel 2.7 Tabel ekivalen untuk pipa baja dilapis PVC-keras Sofyan & Morimura, Tabel 3.22 M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 30

Tabel 2.8 Tabel ekivalen untuk pipa baja karbon Sofyan & Morimura, Tabel 3.20 2.5 Evaluasi Hidrolis 2.5.1 Hilang Tinggi Tekan pada Pipa Hilang tinggi tekan perlu dihitung untuk mengetahui berapa besar kehilangan tekanan yang terjadi pada pipa sehingga dapat dihitung sisa tekanan yang ada pada pipa, apakah memenuhi persyaratan atau tidak. Kehilangan tinggi tekan pada pipa dapat dikelompokan menjadi: a. Hilang Tinggi Tekan Mayor Kehilangan tekanan akibat gesekan sepanjang pipa yang dilalui. Untuk perhitugannya digunakan persamaan Hazen Williams. hl (mayor) = (Q / (0,2785. C. D 2,63 )) 1,85. L diamana: hl = kehilangan tekan (m) M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 31

D Q C L = diameter pipa (m) = debit aliran (m 3 /detik) = koef. Hazen Williams = panjang pipa (m) Nilai koefisien gesekan Hazen Williams tergantung pada jenis material pipa dan umur pemakaian pipa. Besarnya nilai koefisien Hazen Williams untuk beberapa jenis material pipa yang biasa digunakan tercantum dalam tabel 2.9 berikut. Tabel 2.9. Koefisien Hazen Williams Untuk Berbagai Material Pipa Material Pipa Nilai C PVC Baja GIP (Gallvanized Iron Pipa) DIP (ductil gae Irin Pipe) ACP (Asbestos Cemen Pipe) 120 140 110 120 110 120 110-120 110-120 Sumber : Http : //Engineeringtoolbox.com/HazenWilliam-Cofficientsd798html. b. Hilang Tinggi Tekan Minor Kehilangan tekanan akibat pengaliran melalui perlengkapan pipa. Untuk perhitungan digunakan persamaan : hl (minor) =k. (V 2 / 2g) dimana: hl (minor) = kehilangan tekan (m) k = koef. Minor losses perlengkapan pipa V = kecepatan pengaliran (m/det) g = percepatan gravitasi (m/det 2 ) M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 32

Kehilangan tekanan total merupakan penjumlahan dari hilang tinggi tekan mayor dan hilang tinggi tekan minor. Dalam sistem distribusi air bersih, kehilangan tekanan minor seringkali diasumsikan maksimum 5% dari kehilangan mayor hl (total) =hl (mayor) + hl (minor) 2.5.2 Sisa Tekanan Dalam Pipa Sisa tekanan air adalah tekanan air yang masih tersedia pada suatu titik jaringan yang dikarenakan adanya perbedaan elevasi muka tanah. Sisa tekanan dalam pipa perlu dihitung untuk mengetahui apakah tekanan yang tersisa pada titik-titik pelayanan sudah mencukupi atau belum. Tekanan minimum untuk rumah tinggal dengan tinggi tidak boleh lebih dari satu lantai adalah 5 mka. Untuk menghitung sisa tekanan dalam pipa digunakan rumus: Dimana: Sisa tekanan = H hl (total) H = tekanan awal (m) hl (total) = hilang tinggi tekanan total (m) 2.6 Reservoir dan Pompa Air Bersih 2.6.1 Penentuan Kapasitas Reservoir Reservoir dimaksudkan untuk menampung air dengan kapasitas cukup untuk kebutuhan pada waktu puncak. Dalam sistem tangki atap perlu dihitung volume reservoir bawah dan reservoir atas. Reservoir atas bertujuan untuk mendistribusikan air ke tiap- tiap lantai dalam bangunan, sedangkan reservoir bawah untuk menampung air dari sumbernya ke reservoir atas. Ada dua cara dalam menghitung kapasitas reservoir : M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 33

a. Penentuan Kapasitas Reservoir Secara Grafis Untuk menentukan volume reservoir dengan metoda ini dibutuhkan tabel fluktuasi pemakaian air yang memperlihatkan jumlah pemakaian dan penyaluran air pada setiap jam selama satu hari. Dari tabel ini kemudian dapat dibuat grafik perbandingan antara persentase komulatif pemakaian air dengan persentase komulatif penyaluran air sehingga dapat dibandingkan kemampuan penyediaan air dalam memenuhi kebutuhan. Volume reservoir total adalah persentase komulatif maksimum pemakaian air yang tidak dapat dipenuhi oleh penyaluran airdikalikan dengan kebutuhan air rata-rata selama satu hari yang diperoleh dari perhitungan kebutuhan berdasarkan jumlah penghuni. Rumus yang digunakan untuk menghitung volume reservoir adalah : VR = (% kumulatif surplus maksimum + % kumulatif defisit maksimum) x Qratarata Dimana : VR = Volume Reservoir Qrata-rata = kebutuhan air rata-rata dalam satu hari Volume reservoir atas sangat ditentukan oleh kapasitas pompa yang dipakai serta jam pengoperasiannya. Perhitungan volume reservoir atas adalah sama dengan cara perhitungan volume reservoir total debit penyaluran yang sesuai dengan debit kapasitas pompa yang dipakai dan waktu pengoperasiannya. Volume reservoir bawah diperoleh dengan cara mengurangi volume reservoir total dengan volume reservoir atas. b. Penentuan Kapasitas Reservoir Secara Pendekatan Kapasitas reservoir bawah dihitung untuk melayani kebutuhan air harian dan cadangan air. Sedangkan kapasitas reservoir atas dihitung dengan pendekatan fungsi tangki atas untuk melayani kebutuhan air pada saat jam puncak dengan asumsi pada saat jam puncak tersebut pompa M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 34

transfer bekerja untuk menyuplai tangki atas tersebut. Sehungga selain untuk menampung air, tangki atasjuga difungsikan sebagai kontrol terhadap pompa transfer yang bekerja. 2.6.2 Perhitungan Pompa Untuk menentukan spesifikasi pompa yang dibutuhkan pada suatu instalasi pipa, ada dua ukuran yang harus diperhitungkan, yaitu kapasitas pompa dan dayayang dimiliki oleh pompa tersebut. Kapasitas pompa juga ditetapkan dengan lamanya waktu pengoperasian yang diasumsikan untuk mengisi reservoir. Daya pompa adalah tekanan yang harus dimiliki oleh pompa untuk mengalirkan air. Daya pompa ini dapat dihitung dengan cara menjumlahkan antara selisih elevasi air maksimum yang dapat terjadi pada daerah sumber air dengan daerah tujuanpengaliran ditambah dengan kehilangan tekanan total yang akan dialaminya selama melalui pipa penyalur. 2.7 Perencanaan Sistem Pembuangan 2.7.1 Prinsip Dasar Sistem Pembuangan Air Buangan dapat dibagi menjadi 4 bagian : 1. Air kotor : Air buangan yang berasal dari kloset, toilet, dan air buangan yang mengandung kotoran manusia yang berasal dari saluran plambing. 2. Air bekas : air buangan yang berasal dari alat alat plambing, seperti bak mandi, bak cuci tangan, dan sebagainya. 3. Air hujan : air yang berasal dari atap rumah dan pekarangan rumah. 4. Air buangan khusus : diantaranya air kotor yang berbahaya, air yang mengandung gas,racun,bahan kimia, dan sebagainya. 2.7.2 Klasifikasi Sistem Pembuangan Air Sistem pembuangan air dibagi menjadi beberapa klasifikasi bagian, diantaranya : 1. Klasifikasi menurut jenis air buangan M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 35

a) Sistem pembuangan air kotor adalah sistem pembuangan yang berasal dari kloset dan lain-lain yang dikumpulkan dan dialirkan keluar. b) Sistem pembuangan air bekas adalah pembuangan yang berasal dari air bekas yang dikumpulkan dan dialirkan keluar. c) Sistem pembuangan air hujan adalah sistem pembuangan air hujan dari atap gedung dan pekarangan yang dikumpulkan dan dialirkan. 2. Klasifikasi menurut cara pembuangan air a) Sistem campuran Yaitu sistem pembuangan di mana air kotor dan air bekas dikumpulkan dan dialirkan ke dalam satu saluran. b) Sistem terpisah Yaitu sistem pembuangan, di mana air kotor dan air bekas masing-masing dikumpulkan dan dialirkan secara terpisah. Untuk daerah dimana tidak tersedia riol umum yang dapat menampung air bekas maupun air kotor, maka sistem pembuangan air kotor akan disambungkan ke instalasi pengolahan air kotor terlebih dahulu. 3. Klasifikasi menurut letaknya a) Sistem pembuangan gedung yaitu sistem pembuangan yang terletak dalam gedung, sampai jarak satu meter dari dinding paling luar gedung tersebut. b) Sistem pembuangan di luar gedung yaitu sistem pembuangan di luar gedung, dinding paling luar gedung tersebut sampai ke riol umum. 4. Klasifikasi menurut cara pengaliran a) Sistem gravitasi Dimana air buangan mengalir dari tempat yang lebih tinggi secara gravitasi ke saluran umum yang letaknya lebih rendah. b) Sistem bertekanan Dimana saluran umum letaknya lebih tinggi dari letak alat-alat plambing sehingga air buangan dikumpulkan lebih dahulu dalam suatu bak penampung kemudian dipompakan keluar ke dalam riol umum. M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 36

2.7.3 Komponen Sistem pembuangan 1) Sistem pembuangan air buangan. Dua macam sistem ini adalah sistem campuran dan sistem terpisah. 2) Komponen sistem pembuangan. Uraian tentang beberapa bagian penting dari komponen sistem pembuangan adalah sebagai berikut : a) Pipa pembuangan alat plambing adalah pipa pembuangan yang menghubungkan pipa pembuangan dengan pipa pembuangan lainnya. b) Cabang mendatar adalah semua pipa yang menghubungkan antara pipa pembuangan alat plambing dengan pipa tegak air buangan. c) Pipa tegak air buangan adalah pipa tegak untuk mengalirkan air buangan dari cabang-cabang mendatar. d) Pipa tegak air kotor adalah pipa tegak untuk mengalirkan air kotor dari cabang-cabang mendatar. e) Pipa atau saluran pembuangan gedung adalah pipa pembuangan dalam gedung yang mengumpulkan air kotor, air bekas, dan air hujan dari pipapipa tegak air buangan. f) Riol gedung adalah pipa di halaman gedung yang menghubungkan antara pembuangan gedung dengan instalasi pengolahan atau dengan riol umum. 2.7.4 Kemiringan Pipa dan Kecepatan Aliran Sistem pembuangan harus mampu mengalirkan dengan cepat air buangan yang biasanya mengandung padatan, sehingga harus mempunyai ukuran dan kemiringan yang cukup. Biasanya pipa dianggap tidak penuh berisi air buangan, melainkan hanya tidak lebih dari 2/3 terhadap penampang pipa, sehingga bagian atas yang kosong cukup untuk mengalirkan udara. Pipa ukuran kecil akan mudah tersumbat karena endapan kotoran dan kerak, walaupun dipasang dengan kemiringan yang cukup. Oleh karena itu untuk jalur yang panjang, ukuran pipa sebaiknya tidak kurang dari 50 mm. Pada tabel 2.10 di bawah ini dapat dilihat diameter pipa dan kemiringan minimum pipa. M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 37

Tabel 2.10 Kemiringan Pipa Pembuangan Horizontal Diameter pipa (mm) 75 atau kurang 100 atau kurang Sofyan & Morimura, Tabel 5.1 Kemiringan minimum 1/50 1/100 Kemiringan pipa pembuangan gedung dan riol gedung dapat dibuat lebih landai dari yang dinyatakan dalam tabel, asal kecepatannya tidak kurang dari 0,6 m/dtk. Kemiringan yang lebih curam dari 1/50 cenderung menimbulkan efek sifon yang akan menyedot air penutup dalam perangkap alat plambing. 2.7.5 Lubang Pembersih dan Bak Kontrol Setelah sistem pembuangan digunakan dalam waktu yang lama, maka kotoran dan kerak akan mengendap pada dasar dan dinding pipa pembuangan setelah digunakan untuk jangka waktu lama. Kadang ada juga benda-benda kecil yang terjatuh dan masuk ke dalam pipa. Semuanya itu akan menyebabkan tersumbatnya pipa, sehingga perlu dilakukan tindakan pengamanan. Pada gedung, lubang pembersih dipasang untuk membersihkan pipa pembuangan gedung; dan di luar gedung dipasang bak kontrol pada riol gedung. Pada gambar 2.11 di bawah ini adalah gambar dari pemasangan lubang pembersih. M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 38

Sumber : Plambing (morimura) Gambar 2.11 Pemasangan lubang pembersih 2.7.6 Perangkap Perangkap merupakan salah satu bagian terpenting dalam sistem pengaliran air buangan selain vent. Karena alat plambing tidak terus menerus digunakan, pipa pembuangan tidak selalu terisi air, sehingga menyebabkan masuknya gas yang berbau ataupun beracun, atau bahkan serangga. Untuk mencegah hal ini harus dipasang suatu perangkap, biasanya berbentuk huruf U, yang akan menahan bagian terakhir dari air penggelontor, sehingga merupakan suatu penyekat atau penutup air yang mencegah masuknya gas-gas tersebut. Perangkap harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : Kedalaman air penutup berkisar antar 50 mm sampai 100 mm. 100 mm sebagai batas maksimum, agar perangkap tetap bersih. Aliran air buangan harus dapat menimbulkan efek membersihkan diri perangkap tersebut dan permukaan dalamnya harus cukup licin agar kotoran tidak tersangkut atau menempel pada permukaannya. Konstruksi perangkap harus cukup sederhana agar mudah membersihkannya karena endapan kotoran lama kelamaan akan terjadi. Juga adanya kemungkinan benda-benda padat, potongan kain dan sebagainya yang jatuh ke dalam alat plambing. Kalau tersedia lubang pembersih pada perangkap, maka penutup lubang pembersih tersebut M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 39

harus mudah dicapai dan dapat ditutup kembali dengan rapat setelah pembersihan perangkap. Perangkap tidak boleh dibuat dengan konstruksi dimana ada bagian bergerak ataupun bidang-bidang tersembunyi yang membentuk sekat penutup. Kalau bagian bergerak membentuk sekat penutup, fungsi penutup tidak terpenuhi apabila bagian tersebut rusak. Bidang-bidang tersembunyi dapat mengganggu aliran air buangan atau menyebabkan penyumbatan. Pada gambar 2.12 di bawah ini merupakan gambar-gambar dari bentuk perangkap. Sumber : Plambing (morimura) Gambar 2.12 Bentuk dasar perangkap 2.7.7 Penangkap Air buangan yang keluar dari alat plambing mungkin mengandung bahanbahan berbahaya, yang dapat menyumbat atau mempersempit penampang pipa, yang dapat mempengaruhi kemampuan instalasi pengolahan air buangan. Bahan- M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 40

bahan yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerusakan pada pipa pembuangan antara lain: minyak atau lemak (jumlah besar) dari dapur restoran tanah dan pasir potongan rambut dari ruang pangkas rambut kertas penyapu muka dan bahan lain dari ruang rias panggung pertunjukan Bahan-bahan bekas dari kamar operasi rumah sakit Benang atau serat dari tempat cuci pakaian komersial Bahan bakar, minyak, gemuk dari bengkel kendaraan. Untuk mencegah masuknya bahan-bahan tersebut ke dalam pipa, perlu dipasang suatu penangkap (interceptor). Kadang-kadang air buangan dari proses masih mengandung bahan yang cukup berharga (misalnya, logam mulia) sehingga perlu dipasang penangkap untuk mengambil kembali bahan tersebut. Syarat-syarat terpenting yang harus dipenuhi penangkap: Konstruksinya harus mampu secar efektif memisahakn minyak, lemak, pasir dsb dari air buangan. Konstruksinya harus sedemikian agar memudahkan pembersihan. Pada gambar 2.13 di bawah ini merupakan gambar dari contoh penangkap lemak. Sumber : Plambing (morimura) Gambar 2.13 Contoh gambar penangkap lemak M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 41

2.8 Ukuran Pipa Pembuangan Ukuran minimum pipa cabang mendatar Pipa cabang mendatar harus mempunyai ukuran sekurangkurangnya sama dengan diameter terbesar dari perangkap alat plambing yang dilayaninya. Ukuran minimum pipa tegak Pipa tegak harus mempunyai ukuran yang sekurang-kurangnya sama dengan diameter terbesar cabang mendatar yang disambungkan ke pipa tegak tersebut. Pengecilan ukuran pipa Pipa tegak maupun pipa cabang mendatar tidak boleh diperkecil diameternya dalam arah aliran air buangan. Pengecualian hanya pada kloset, dimana pada lubang keluarnya dengan diameter 100 mm dipasang pengecilan pipa 100 x 75 mm. Cabang mendatar yang melayani satu kloset harus mempunyai diameter minimum 75 mm dan untuk dua kloset atau lebih minimum 100 mm. Pipa di bawah tanah Pipa pembuangan yang ditanam di bawah tanah harus mempunyai ukuran minimum 50 mm. Interval cabang Jarak pada pipa tegak antara dua titik dimana cabang mendatar disambungkan pada pipa tegak tersebut. Jarak ini sekurang-kurangnya 2,5 m. Diameter minimum perangkap dan pipa buangan dapat disajikan pada tabel 2.11 berikut ini : M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 42

Tabel 2.11 Diameter minimum, perangkap dan pipa buangan alat plambing Sumber : Plambing (Morimura) 2.8.1 Cara Menentukan Ukuran Pipa Pembuangan Untuk dimensi pipa pembuangan, selain untuk cabang mendatar dan pipa ven, ditentukan dengan standar nilai unit alat plambing, yang telah disusun berdasarkan standar negara Amerika Serikat. Karena perbedaan cara menetukan jumlah alat plambing yang berbeda-beda maka perlu adanya penyesuaian. Di indonesia, ukuran-ukuran sistem pembuangan juga ditentukan berdasarkan nilai M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 43

unit alat plambing, sebagaimana dinyatakan dalam Pedoman plambing Indonesia 1976. 2.8.2 Cara Menentukan Nilai Unit Alat Plambing Nilai unit alat plambing untuk berbagai jenis alat plambing dapat dilihat pada tabel (dikutip dari pedoman Plambing Indonesia 1976,tabel 6.1 halaman 118-119). Apabilajenis alat plambing yang direncanakan sesuai dengan yang ada dalam tabel tersebut di atas, ukuran pipa pembuangan dapat ditentukan berdasarkan jumlah unit alat plambing yang dilayani pipa yang bersangkutan. Apanila tidak ada dalam tabel tersebut, nilai unit alat plambing tunggal dapat diperoleh dari jumlah aliran air buangan yang di keluarkan alat plambing tersebut (dalam liter/menit) dibagi dua. Tabel 2.12,2.13, dan 2.14 di bawah ini memperlihatkan unit alat plambing sebagai beban,setiap alat atau kelompok. Tabel 2.12 Beban maksimum unit alat plambing yang diizinkan untuk cabang horizontal dan pipa tegak buangan Sumber : Plambing (Morimura) M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 44

Tabel 2.13 Beban maksimum air kotor yang diizinkan untuk pipa pembuangan gedung Sumber : Plambing (Morimura) M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 45

Tabel 2.14 Unit alat plambing sebagai beban, setiap alat atau kelompok Sumber : Plambing (Morimura) M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 46

2.8.3 Instalasi Plambing Sistem Ven Sistem venting merupakan sistem instalasi plambing yang dapat mengeluarkan udara yang terjebak di dalam instalasi pipa air buangan guna menghindari efek siphone. Jenis-jenis dan sistem Pipa Ven : a) Ven tunggal Pipa ini dipasang untuk melayani satu alat plambing dan disambungkan kepada sistem ven lainnya atau langsung terbuka ke udara luar. b) Ven lup Pipa ini melayani dua atau lebih perangkap alat plambing, dan disambungkan kepada pipa ven tegak. c) Ven pipa tegak Pipa ini merupakan perpanjangna dari ipa tegak air buangan, di atas cabang mendatar pipa air buangan tertinggi. d) Ven bersama Pipa ini adalah satu pipa ven yang melayani perangkap dari dua alat plambing yang dipasang bertolak belakang atau sejajar dan dipasang pada tempat di mana kedua pipa pengering alat plambing tersebut disambungkan bersama. e) Ven basah Adalah pipa ven yang juga menerima air buangan berasal dari alat plambing selain kloset. f) Ven pelepas Adalah pipa ven untuk melepas tekanan udara dlam pipa pembuangan. g) Pipa ven balik Adalah bagian pipa ven tunggal yang membelok ke bawah, setelah bagian tegak ke atas sampai lebih tinggi dari muka air banjir alat plambing, dan yang kemudian disambungkan kepada pipa tegak ven setelah dipasang mendatar di bawah lantai. M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 47

h) Pipa ven yoke Pipa ven ini suatu ven pelepas, yang menghubungkan pipa tegak air buangan kepada pipa tegak ven, untuk mencegah perubahan tekanan dalam pipa tegak air buangan yang bersangkutan. 2.9 Sistem Ven a. Sistem ven tunggal Adalah sistem ven dimana pada setiap alat plambing dipsang sebuah pipa ven. b. Sistem ven tunggal Sistem ini melayani dua atau lebih alat plambing (maksimal 8) dipasang pada cabang mendatar pipa air buangan dan disambungkan kepada pipa ven tegak. c. Sistem ven pipa tegak Semua pipa pengering alat plambing disambung langsung kepada pipa tegak air buangan. d. Sistem ven lainnya 1) Sistem ven bersama 2) Sistem ven basah 3) Sistem ven balik 4) Sistem ven yoke e. Pipa tegak ven Pipa tegak ven dipasang dalam hal dimana pipa tegak air kotor atau air bekas melayani dua interval cabang atau lebih, dan dalam hal ini dimana alat-alat plambing pada setiap lantai mempunyai pipa ven tunggal atau pipa ven jenis lainnya. Bagian atas pipa ini harus terbuka langsung ke udara luar di atas atap tanpa dikurangi ukurannya. M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 48

2.9.1 Persyaratan untuk pipa ven Berikut ini persyaratan-persyaratan untuk pipa ven. 1) Kemiringan pipa ven Pipa ven harus dibuat dengan kemiringan agar titik air yang terbentuk atau air yang terbawa masuk ke dalamnya dapat mengalir secara gravitasi kembali ke pipa pembuangan. 2) Cabang pada pipa ven Dalam membuat cabang pipa ven harus diusahakan agar udara tidak akan terhalang oleh masuknya air kotor atau air bekas. Pipa ven untuk cabang mendatar pipa air buangan harus disambungkan kepada pipa cabang mendatar tersebut pada bagian tertinggi dari penampang pipa cabang tersebut secara vertikal; hanya dalam keadaan terpaksa boleh disambungkan dengan sudut tidak lebih dari 45 terhadap vertikal. Syarat ini untuk mencegah masuknya air buangan ke dalam pipa ven dalam keadaan pipa buangan (tempat pipa ven tersebut disambungkan) kebetulan sedang penuh dengan air buangan. 3) Letak bagian mendatar pipa ven Dari tempat sambungan pipa ven dengan cabang mandatar pipa air buangan, pipa ven tersebut harus dibuat tegak sampai sekurang-kurangnya 150 mm di atas muka air banjir alat plambing tertinggi yang dilayani ven tersebut, sebelum dibelokkan mendatar atau disambungkan kepada cabang pipa ven. 4) Ujung pipa ven Ujung pipa ven harus terbuka ke udara luar, tetapi harus dengan cara yang tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Syarat untuk pembukaan ujung pipa tersebut: a) Ujung terbuka 1) Pipa ven yang menembus atap, ujung yang terbuka ke udara luar harus berada sekurang-kurangnya 15 cm di atas bidang atap tersebut. M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 49

2) Kalau atap dipakai sebagai taman, jemuran pakaian dsb, ujung yang terbuka ke udara luar harus berada sekurang-kurangnya 2 m di atas bidang atap tersebut. 3) Ujung pipa ven tidak boleh digunakan sebagai tiang bendera, antena televisi, dsb. b) Lokasi ujung pipa ven 1) Tidak boleh berada langsung di bawah pintu, lubang masuk udara venilasi dsb, dan juga tidak boleh berada dalam jarak 3 m horisontal dari padanya kecuali kalau sekurang-kurangnya 60 cm diatasnnya. 2) Konstruksi bagian pipa ven menembus atap harus sedemikian hingga tidak mengganggu fungsinya. 3) Ujung pipa ven tidak boleh ditempatkan di bawah bagian atap yang menjorok keluar gas-gas dari pipa pembuangan mungkin akan terkumpul dan dapat menimbulkan gangguan. 4) Di lingkungan tertentu mungkin perlu dipasang kawat saringan untuk mencegah masuknya daun-daun kecil atau burung bersarang di dalamnya. 2.9.2 Penentuan Ukuran Pipa Ven Penentuan ukuran pipa ven secara umum tercantum dalam buku Pedoman Plambing Indonesia 1976 atau pedoman terbaru yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah yang berwenang. Sebagai referensi dalam penentuan ukuran pipa cabang horizontal ven dengan sistem lup dan ukuran panjang pipa disajikan pada tabel 2.15 dan 2.16. M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 50

Tabel 2.15 Ukuran pipa cabang horizontal ven dengan lup Sumber : Plambing (Morimura) Tabel 2.16 Ukuran dan panjang pipa ven Sumber : Plambing (Morimura) M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 51

2.10 Peralatan Plambing Dalam plambing di perlukan beberapa peralatan utama. Dibawah ini merupakan peralatan utama untuk plambing: 1. Pompa transfer o o o o End Suction Pump Horizontal Split Case Pump Multi Stage Pump Centrifugal Pump 2. Pressure Tank o o Diaphragma Pressure Tank Non Diaphragma Pressure Tank atau Well Pressure Tank Peralatan pengaturan dan ukur, meliputi : o o o o o o o o o o o o Check Valve, penahan aliran balik air didalam instalasi pipa. Gate Valve, pengatur buka-tutup aliran air didalam pipa. Ball Valve, pengatur jumlah aliran air didalam pipa. Butterfly Valve, pengatur buka-tutup aliran air di dalam pipa. Floating Valve, klep pengatur buka-tutup aliran air ke tanki. Foot Valve, penahan air balik di bawah pipa isap. Strainer, berfungsi sebagai filter air. Flexible Joint, penahan getaran dan gerakan. Pressure Gauge, pengukur tekanan. Pressure Switch, alat kontak hubung-putus akibat tekanan. Flow Switch, alat kontak hubung-putus akibat aliran. Water Meter, pengukur debit air. M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 52

2.11 Perencanaan Sistem Recycle Sistem daur ulang air bekas (recycle) merupakan sebuah sistem pada plambing yang memanfaatkan air bekas. Air hasil olahan akan diproses sebagai air flushing, cuci kendaraan dan gardening. Tujuan dari sistem recycle ini adalah untuk memenuhi kebutuhan air bersih secara efektif dan efisien dengan memperhatikan kualitas, kuantitas dan kontinuitas air. Dalam sistem penyaluran air buangan, dilakukan pemisahan antara air buangan air kotor (black water) dan air bekas (grey water). Sistem recycle memiliki beberapa keuntungan dan juga kerugian, diantaranya yaitu : 1. Keuntungan Menghemat air bersih. Memiliki persediaan air lebih banyak. Dengan menambah volume tangki pengolahan dapat memperbanyak air hasil recycle dan dapat dipergunakan ke bangunan yang lain. 2. Kekurangan Biaya pemasangan yang mahal karena harus menyediakan tangki pengolahan (IPAL). Biaya perawatan yang mahal. Jaringan pipa menjadi lebih banyak untuk mengalirkan air recycle. Skema sistem recycle dapat dilihat di gambar 2.14. M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 53

Gambar 2.14 Skema sistem air recycle M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 54

2.11.1 Sumber Air Sumber air yang digunakan untuk air recycle ini berasal dari air bekas. Air bekas ini bisa berupa air bekas cuci piring, air bekas dari floor drain, mesin cuci dan sebagainya. Produksi air bekas berkisar 80-83% dari total konsumsi air bersih dan sebagian besar dihasilkan dari shower. Sehingga diasumsikan 80% air bersih akan menjadi air buangan. Sebelum air bekas ini digunakan untuk air recycle, air bekas ini masuk ke tangki pengolahan terlebih dahulu. 2.11.2 Komponen sistem recycle Untuk merencanakan sistem recycle air bekas diperlukan beberapa komponen yang penting, yaitu: 1. IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Sebelum air bekas dipompakan ke grey water reuse roof tank diharuskan melewati IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) terlebih dahulu, karena berdasarkan hasil uji laboratorium, plate count dan indikator organisme yang tinggi secara konsisten menunjukkan tingginya tingkat kontaminasi bakteri yang memerlukan biological treatment dan desinfeksi jika air itu digunakan untuk daur ulang (Birks, 2006). 2. GWRST (Grey Water Reuse System Tank) GWRST ini difungsikan untuk menampung air bekas hasil olahan kemudian dialirkan ke grey water reuse roof tank (GWRRT) untuk flushing, cuci kendaraan, dan taman. M. ANJAR, RIZKY, PERENCANAAN SISTEM PLAMBING.. 55