MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA

dokumen-dokumen yang mirip
PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DAN OPTIMALISASI FUNGSI KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan. Pendapatan merupakan balas jasa bekerja setelah

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RETNONINGSIH SUHARNO, S.Pd

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMBANGUN KELUARGA SEJAHTERA, URGENSI DAN UPAYANYA

Delapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa

MENGENTASKAN KEMISKINAN MELALUI GERBANG GAJAH

MEWUJUDKAN SDM BERKUALITAS MELALUI KELUARGA

PERKAWINAN KELUARGA SAKINAH

KOMUNIKASI MENGOKOHKAN FUNGSI KELUARGA

KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

UNDANG-UNDANG (UU) NOMOR: 10 TAHUN 1992 (10/1992) TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

Ramah adalah sesuatu yang berhubungan dengan senyum dan sapaan hangat.

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA DALAM ISLAM PENDEKATAN PSIKOLOGI. Proposal Disertasi : Oleh H. Arifuddin

: KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

Ujian Akhir Sekolah Tahun 2005 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA. OLEH Ns.HENNY PERMATASARI, M.Kep. Sp. Kom

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB IV ANALISIS DATA

POTRET KELUARGA, DARI MASA KE MASA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA,

KEMENTERIAN PENDIDIKAN MALAYSIA

KELAS: X. 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

SUSI RACHMAWATI F

PENGUATAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

Membangun dan Membina Keluarga Sejahtera Mandiri

Asuhan Kebidanan Komunitas I. Mata Kuliah DODIET ADITYA SETYAWAN NIP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ASTA CITRA ANAK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah dan ibu, dan

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

2 Kebiasaan (Folksway) Norma yang menunjukan perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

OPTIMALISASI PERAN TP PKK DALAM MEMBANGUN KELUARGA SEHAT BERKETAHANAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

KODE ETIK PENGAWAS PERIKANAN, PENYIDIK PERIKANAN DAN AWAK KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TYPE SPEED BOAT

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

Transkripsi:

Artikel MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA Sunartiningsih, SE Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa keluarga sejahtera didefinisikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spirituil dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Secara operasional keluarga sejahtera adalah keluarga yang dapat melaksanakan 8 fungsi keluarga, sehingga dalam rangka mewujudkan keluarga sejahtera perlu upaya untuk menghidupkan dan menumbuhkembangkan 8 fungsi keluarga tersebut. Sebelumnya perlu dipahami bahwa bersamaan dengan terbentuknya keluarga yang kita bangun, maka telah dimulai pula hak dan kewajiban suami isteri. Salah satu hak bersama suami isteri tersebut adalah hak untuk dapat menikmati hidup tentram, rukun, penuh perdamaian, bahagia dan sejahtera. Apabila kelak mereka telah memiliki anak, hak tersebut harus pula dapat dinikmati oleh darah daging atau keturunan mereka itu. oleh karenanya menjadi kewajiban bersama pula (suami isteri) untuk dapat menciptakan kondisi itu, melalui upaya-upaya untuk menghidupkan 8 fungsi keluarga yang terdiri dari fungsi keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi melindungi, fungsi reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi dan fugsi pembinaan lingkungan. Untuk dapat menghidupkan 8 fungsi keluarga sebagai prasyarat tercapainya keluarga yang sejahtera, suami isteri masing-masing harus dapat melaksanakan beberapa kewajibannya terlebih dahulu. Adapun kewajibannya masing-masing adalah sebagai berikut: Pertama, Kewajiban Isteri. Kewajiban tersebut meliputi lima hal: (1) Hormat dan patuh kepada suami dalam batas-batas yang telah ditentukan oleh norma agama dan susila, (2) Mengatur dan mengurus rumah tangga, menjaga keselamatan dan mewujudkan kesejahteraan keluarga, (3) Memelihara dan menjaga kehormatan serta melindungi harta benda keluarga, (4) Memelihara dan mendidik anak sebagai amanat Allah/Tuhan Yang Maha

Esa, (5) Menerima dan menghormati pemberian suami serta mencukupkan nafkah yang diberikannya dengan baik, hemat, cerat dan bijaksana. Kedua, Kewajiban Suami. Kewajiban tersebut juga meliputi lima hal: (1) Memelihara, memimpin dan membimbing keluarga lahir dan batin, serta menjaga dan bertanggung jawab atas keselamatan dan kesejahteraan, (2) Memberi nafkah sesuai dengan terutama sandang, pangan dan papan, (3) Membantu tugas-tugas isteri terutama dalam memelihara dan mendidik anak dengan penuh rasa tanggung jawab, (4) Memberi kebebasan berfikir dan bertindak kepada isteri sesuai dengan ajaran agama, tidak mempersulit apalagi membuat isteri menderita lahir batin yang dapat mendorong isteri berbuat salah, (5) Dapat mengatasi keadaan, mencari penyelesaian secara bijaksana dan tidak berbuat sewenang-wenang. Ketiga, Kewajiban Bersama Suami Isteri. Kewajiban ini mencakup enam hal: (1) Saling menghormati orang tua dan keluarga kedua belah pihak, (2) Memupuk rasa cinta dan kasih sayang. Masing-masing harus dapat menyesuaikan diri, se ia se kata, percaya mempercayai serta selalu bermusyawarah untuk kepentingan bersama, (3) Hormat menghormati, sopan santun, penuh pengertian serta bergaul dengan baik, (4) Matang dalam berbuat dan berpikir serta tidak bersikap emosional dalam memecahkan persoalan yang dihadapi, (5) Memelihara kepercayaan dan tidak saling membuka rahasia pribadi, (6) Sabar dan rela atas kekurangan-kekurangan dan kelemahan masing-masing Dengan telah dilaksanakan berbagai kewajiban itu, maka upaya menghidupakn 8 fungsi keluarga yang akan ditempuh dapat berjalan lebih baik dan optimal. Dengan optimalnya pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga itu, maka upaya untuk mewujudkan keluarga sejahtera menjadi semakin lapang pula. Yang berarti, jalan menuju ke arah harapan dan citacita, yakni menjadikan keluarga sebagai tempat bernaung dan penggantungan hidup anggotaanggotanya yang aman, nyaman dan tentram dapat terwujud. Begitu juga, upaya menjadikan keluarga sebagai wahana pembentukan insan-insan pembangunan yang berkualitas. Ada banyak cara yang dapat kita tempuh untuk dapat menghidupkan 8 fungsi keluarga. Cara-cara tersebut dapat berjalan efektif bila suami isteri beserta anggota keluarga lainnya saling dukung mendukung untuk melaksanakannya. Pertama, Fungsi Keagamaan. Upaya menghidupkan fungsi ini pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan keluarga dan anggota-anggotanya agar tetap dan makin bertambah iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pembinaan keimanan dan ketaqwaan ini

penting, mengingat di era globalisasi seperti sekarang ini, permasalahan keluarga semakin ruwet dan kompleks. Persoalan hidup telah merambah ke hampir semua aspek kehidupan keluarga. Bila permasalahan dan persoalan hidup itu tidak dapat diatasi, tentu akan menumbuhkan rasa kecewa dan putus asa. Bila rasa putus asa tidak diimbangi dengan rasa iman dan taqwa, jelas akan menimbulkan efek yang kurang baik bagi kehidupan keluarga maupun anggota-anggotanya. Beberapa upaya efektif yang dapat dijalankan keluarga guna menghidupkan dan mengoptimalkan pelaksanaan fungsi ini adalah: (1) Membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga. Dalam hal ini, meskipun tidak harus, hendaknya norma/ajaran agama yang dianut oleh seluruh anggota keluarga adalah sama, dengan maksud agar pembinaan keimanan dan ketaqwaan tidak menemui hambatan secara teknis. Karena bagaimanapun juga bila dalam satu keluarga agamanya berbeda-beda, hambatan psikologis akan selalu mengiringi upaya-upaya peningkatan keimanan dan ketaqwaan ini sepanjang tidak ada toleransi beragam,a yang cukup tinggi, (2) Menerjemahkan ajaran/norma agama ke dalam tingkah laku hidup seharihari seluruh anggota keluarga. Dalam hal ini ajaran/norma agama diterjemahkan dari isi kitab suci masing-masing agama. Penerjemahan dilakukan dengan tuntunan dan pedoman dari tokoh-tokoh agama maupun melalui buku-buku petunjuk yang ada, (3) Memberi contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari dalam pengamalan ajaran agama yang dianut. Pemberian contoh ini hendaknya dilakukan oleh orang tua sebagai pasangan suami isteri terhadap anak-anaknya. Secara sederhana, sikap dan perilaku yang dapat ditunjukkan adalah sikap ramah, suka menolong orang lain dan tidak sombong. Disamping itu sikap hormat menghormati dalam pelaksanaan ibadah, apabila dalam satu keluarga terhadap beberapa agama yang dianut dengan suatu kesadaran bahwa masalah agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan masalah yang sangat pribadi dan hakiki, (4) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak, khususnya tentang keagamaan yang tidak atau diperolehnya di sekolah dan di masyarakat. Misalnya dengan mengikutikan anak pada pengajian anak-anak, kegiatan BKB Iqro, dan kegiatan-kegiatan lain yang sejenis, (5) Membina rasa, sikap dan praktek kehidupan keluarga beragama sebagai fondasi menuju Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera. Dalam fungsi keagamaan terdapat 12 nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga, yaitu: (1) Iman, (2) Taqwa, (3) Jujur, (4)

Tenggangrasa, (5) Rajin, (6) Shaleh, (7) Taat, (8) Suka membantu, (9) Disiplin, (10) Sopan santun, (11) Sabar dan ikhlas, (12) Kasih sayang. Kedua, Fungsi Sosial Budaya. Upaya menghidupkan fungsi ini bertujuan untuk menjadikan keluarga mampu menggali, mengembangkan dan melestarikan kekayaan sosial budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa bangsa kita memiliki kekayaan budaya yang demikian beragam, begitu pula dengan dilestarikan, dikembangkan dan dimantapkan keberadaannya, agar tetap eksis dan menjadi ciri khas budaya bangsa kita. Terkait dengan itu, upaya yang dapat ditempuh di antaranya: (1) Memberi contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari dalam pengamalan ajaran agama yang dianut.utamanya norm-norma dan budaya bangsa yang baik dan dapat mengangkat masyarakat, keluarga dan bangsa ke posisi yang lebih terhormat dihadapan bangsa-bangsa lain di dunia, (2) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai. Upaya ini mendasarkan pada kenyataan bahwa tidak setiap budaya dan perilaku asing itu cocok untuk diterapkan di masyarakat dan keluarga kita, sehingga keluarga perlu lebih teliti memilah-memilah budaya mana yang boleh masuk ke keluarga dan mana yang tidak, (3) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga di mana anggota-anggotanya mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia, (4) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga di mana anggotanya mengadakan kompromi / adaptasi dari praktek kehidupan globalisasi dunia, (5) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan budaya masyarakat/bangsa yang menunjang terwujudnya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera. Dalam fungsi social budaya terdapat 5 nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga (1) Gotong royong, (2) Sopan santun, (3) Kerukunan, (4) Kepedulian, (5) Kebersamaan. Ketika, Fungsi Cinta Kasih. Fungsi ini perlu dihidupkan karena pada dasarnya rasa cinta kasih sayang antara setiap anggota keluarga, antar kekerabatan serta antar generasi merupakan dasar terciptanya keluarga yang harmonis. Dalam hal ini keluarga, khususnya orang tua (suami isteri), diupayakan agar mampu memeluhara hubungan yang akrab antar sesamanya dan antara orang tua dengan anak-anaknya. Disamping itu mampu menghadapi perselisihan antar anggota keluarga secara bijaksana. Beberapa upaya yang dapat ditempuh untuk dapat menghidupkan fungsi ini adalah: (1) Menumbuh-kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antara anggota (suami isteri - anak) ke dalam simbol-simbol nyata

(ucapan, tingkah laku) secara optimal dan terus menerus, (2) Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar anggota keluarga maupun antar keluarga yang satu dengan lainnya secara kuantitatif dan kualitatif, (3) Membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang., (4) Membina rasa, sikap dan praktek hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Dalam fungsi cinta kasih terdapat 8 nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga yakni: (1) Empati, (2) Akrab, (3) Adil, (4) Pemaaf, (5) Setia, (6) Suka menolong, (7) Pengorbanan, (8) Tanggungjawab Keempat, Fungsi Melindungi. Upaya menghidupkan fungsi ini dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada seluruh anggota keluarga sehingga mereka dapat merasa tentram lahir batin dan hidup bahagia tanpa ada rasa tekanan dari pihak manapun. Secara umum upaya ini dapat dilakukan dengan jalan memelihara keutuhan rumah tangga serta memelihara ketahanan keluarga terhadap benturan yang datang dari luar baik yang bersifat sosial budaya maupun ideologi. Secara lebih terinci, upaya menghidupkan fungsi melindungi ini dapat dilakukan dengan jalan: (1) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga, (2) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar, (3) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera. Dalam fungsi melindungi terdapat 5 nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga yakni: (1) Aman, (2) Pemaaf, (3) Tanggap, (4) Tabah, (5) Peduli. Kelima, Fungsi Reproduksi. Sebagaimana dimaklumi bersama bahwa setiap pasangan suami isteri yang diikat oleh perkawinan yang sah, pasti mengharapkan dapat memberikan keturunan yang berkualitas, sehingga dapat memberikan keturunan yang berkualitas, sehingga dapat menjadi insan pembangunan yang handal di masa yang akan datang. Sehingga upaya menghidupkan fungsi ini dapat ditempuh dengan jalan perencanaan keluarga yang ideal disamping mengusahakan agar kesehatan reproduksi keluarga dapat terjaga dengan baik. Termasuk di antaranya terhindar dari berbagai penyakit kelamin maupun Penyakit Menular Seksual lainnya atau HIV dan AIDS. Adapun upayanya secara terinci adalah sebagai berikut: (1) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan

reproduksi sehat baik bagi keluarga maupun anggota keluarga sekitar, (2) Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun menta, (3) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat baik yang berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah anak yang diinginkan dalam keluarga, (4) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif, menuju keluarga kecil bahagian dan sejahtera. Dalam fungsi reproduksi terdapat 3 nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga, yakni: (1) Tanggungjawab, (2) Sehat, (3) Teguh. Keenam, Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan. Sebagai wahana pendidikan yang pertama dan utama bagi anak, keluarga diharapkan mampu menumbuhkembangkan kekuatan fisik, mental, sosial dan spiritual secara serasi dan selaras serta seimbang. Sehingga upaya untuk menghidupkan dan mengoptimalkan pelaksanaan fungsi ini, orang tua sebagai penanggung jawab rumah tangga harus mampu berperan sebagai contoh, pemberi inisiatif dan mendorong bagi anak dalam menerapkan nilai-nilai kebaikan, kebenaran dan kemanusiaan. Dalam konteks yang khusus, fungsi sosialisasi dan pendidikan dapat lebih dihidupkan melalui: (1) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan utama, (2) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai pusat di mana anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang dijumpai, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat, (3) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang diperlukannya untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan fisik/mental yang tidak atau kurang di berikan oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat, (4) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Dalam fungsi social budaya terdapat tujuh nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga, yakni: (1) Percaya diri, (2) Luwes, (3) Bangga, (4) Rajin, (5) Kreatif, (6) Tanggungjawab, (7) Kerjasama. Ketujuh, Fungsi Ekonomi. Upaya menghidupkan fungsi ini tidak terlepas dari upaya meningkatkan keterampilan dalam usaha ekonomis produktif sehingga dapat tercapai peningkatan pendapatan keluarga guna memenuhi kebutuhan keluarga. Dengan demikian

untuk merealisasikannya perlu dilakukan dengan cara menanamkan etos kerja yang tinggi bagi setiap anggota keluarga yang dibarengi kreatifitas yang tinggi pula. Upaya-upaya yang dapat ditempuh di antaranya adalah: (1) Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga, (2) Mengelola ekonomi keluarga sehingga menjadi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran, (3) Mengatur waktu sehingga kegitan orang tua di luar rumah dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras dan seimbang, (4) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Dalam fungsi ekonomi terdapat tiga nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga, yakni: (1) Kerja keras, (2) Kreatif, (3) Hemat Kedelapan, Fungsi Pembinaan Lingkungan. Yang dimaksud dengan fungsi ini adalah kemampuan keluarga untuk menempatkan diri dalam lingkungan sosial budaya dan lingkungan alam yang dinamis secara serasi, selaras dan seimbang. Guna mengaktualisasikan dan menumbuhkembangkan pelaksanaan fungsi ini, orang tua harus memelopori dalam kehidupan nyata sehingga setiap anggota keluarga tergugah kepeduliannya terhadap lingkungan sosial budaya maupun lingkungan alam. Upaya-upaya strategis yang dapat ditempuh di antaranya: (1) Membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan intern keluarga, (2) Membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan ekstern hidup berkeluarga, (3) Membina kesadaran sikap dan praktek pelestarian lingkungan hidup yang serasi, selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat di sekitarnya, (4) Membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan hidup sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Dalam fungsi pembinaan lingkungan terdapat empat nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga, yakni (1) Sehat, (2) Bersih, (3) Produktif, (4) Disiplin Demikian beberapa upaya yang dapat ditempuh untuk menghidupkan dan menumbuhkembangkan 8 fungsi keluarga. Guna mencapai hasil yang optimal, kuncinya adalah pada kedua orang tua (ayah-ibu) yang dalam hal ini berkedudukan sebagai pengendali keluarga. Bila kedua orang tua memiliki kesabaran, ketelatenan, dan ketekunan yang tinggi disertai adanya rasa kebersamaan yang tinggi pula, niscaya upaya untuk menempuh

kehidupan keluarga dengan pelaksanaan 8 fungsi keluarga yang optimal bukanlah hal yang sulit. Apalagi bila kondisi awalnya sudah cukup kondusif untuk melakukan hal-hal tersebut. Dalam banyak kasus, kegagalan keluarga untuk dapat menghidupkan 8 fungsi keluarga biasanya terletak pada tiadanya rasa kebersamaan, senasib depenanggungan, saling pengertian dan rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap kesejahteraan keluarga. Suami maupun isteri dalam hal ini biasanya sama-sama egois dan mau menangnya sendiri. Mereka masing-masing tidak mau diganggu oleh urusan-urusan keluarga yang dapat memperuwet persoalan pribadinya, walaupun sebenarnya hal tersebut sangat dibutuhkan oleh anak maupun anggota keluarga lainnya. Bagi keluarga kaya, mereka gagal menjalankan fungsifungsi keluarga karena hampir semua masalah keluarga dinilai dengan uang. Dan persoalanpersoalan yang menyentuh aspek psikologis dan spirituil hampir tak tersentuh. Karena pikiran kedua orang tua hanya terfokus pada dunianya sendiri-sendiri. Sedangkan bagi keluarga miskin, kegagalan dalam menghidupkan 8 fungsi keluarga biasanya terletak pada kegagalan keluarga tersebut dalam membangun ekonomi yang kuat yang dapat dijadikan sebagai fondasi yang kokoh untuk melaksanakan fungsi-fungsi keluarga lainnya. Secara prinsip umumnya mereka cukup peduli terhadap kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga, namun secara faktual mereka gagal melaksanakan karena permasalahan ekonomi. Jadi sebenarnya bagi keluarga miskin, upaya mengentaskan mereka dari ketidakberdayaan ekonomi, secara langsung maupun tidak langsung akan mengangkat kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga secara keseluruhan. Sunartiningsih, SE, Penyuluh KB Kecamatan Panjatan Kulon Progo