FAKTOR. Disusun Oleh : J PROGRAM FAKULTAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI UPT PSLU (UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA) MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA MUDA DI DESA PONDOK KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat...7

PREVALENSI PENYAKIT HIPERTENSI PENDUDUK DIINDONESIA DAN FAKTOR YANG BERISIKO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENGANTAR. menjadi faktor resiko ketiga terbesar penyebab kematian dini (Kartikasari A.N.,

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

RISIKO TERJADINYA KANKER PAYUDARA DITINJAU DARI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I LATAR BELAKANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

FAKTOR RESIKO KEJADIAN PENYAKIT HIPERTENSI DI PUSKESMAS BASUKI RAHMAT PALEMBANG

*Bidang Minat Epidemiologi *, Fakultas Kesehatan Masyarakat*, Universitas Sam Ratulangi*

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih

BAB 1 PENDAHULUAN. akhirnya mengubah gaya hidup manusia. Konsumsi makanan cepat saji, kurang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3


FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU SENJA CERIA SEMARANG TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK, AKTIVITAS FISIK, RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGUTER

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PREVALENSI HIPERTENSI PADA PENDUDUK UMUR 30 TAHUN HINGGA 80 TAHUN DI KECAMATAN TEMBUKU BANGLI BALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. oleh penyakit infeksi sekarang menuju ke angka kejadian penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan hipertensi. merupakan suatu keadaan di mana tekanan yang tinggi di dalam arteri

BAB I PENDAHULUAN. 1

Transkripsi:

FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI UPT PSLU (UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA) MAGETAN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : ERMA NOOR AINI J 410080035 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

2

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN ABSTRAK Erma Noor Aini 1, Ambarwati 2*, Djoko Hariyadi 2* 1 Alumni Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ²Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Hipertensi merupakan masalah kesehatan utama di hampir seluruh negara dengan jumlah penderita meningkat setiap tahun, khusunya pada usia lanjut. Prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi yaitu 31,7%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin, keturunan, kebiasaan merokok, konsumsi makanan asin, aktifitas fisik dan riwayat stres dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT PSLU (Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia) Magetan. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan Case control. Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang menderita hipertensi sebagai kelompok kasus dan lansia yang tidak menderita hipertensi sebagai kelompok kontrol. Sampel didapatkan sebanyak 30 orang untuk masing-masing kelompok yang ditentukan dengan teknik Total sampling untuk kelompok kasus dan Simple random sampling untuk kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara keturunan ( p= 0,791; OR= 0,868; Cl 0,306 2,461) dan kebiasaan merokok (p= 0,044; OR= 7,250; Cl 0,815 64,457) dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT PSLU Magetan. Selanjutnya tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin (p= 0,791), konsumsi makanan asin (p= 0,796), aktifitas fisik (p= 0,640) dan riwayat stres (p= 0,389) dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT PSLU Magetan. Kata kunci : Faktor-faktor, hipertensi, lansia ABSTRACT Hypertension is a major health problem in most countries by the number of patients increases every year, especially in the elderly. The prevalence of hypertension in Indonesia is quite high at 31.7%. This research intent to know relationship between gender, heredity, smoking, consumption of salty foods, physical activity and history of stress and the incidence of hypertension in the elderly at UPT PSLU (Technical Unit of Elderly Social Services) Magetan. This research is observational research with a Case control. The sample in this research is elderly who suffer from hypertension as the case group and the elderly who do not have hypertension as a control group. Samples were obtained as many as 30 people for each group were determined by total sampling technique for the 1

case group and Simple random sampling for the control group. The results showed that there was a significant association between offspring (p = 0.791; OR = 0.868; Cl 0.306 to 2.461) and smoking (p = 0.044; OR = 7.250; Cl 0.815 to 64.457) with the incidence of hypertension in the elderly at UPT PSLU Magetan. Furthermore, there was no significant correlation between gender (p = 0.791), consumption of salty foods (p = 0.796), physical activity (p = 0.640) and a history of stress (p = 0.389) with the incidence of hypertension in the elderly at UPT PSLU Magetan. Keywords: factors, hypertension, elderly PENDAHULUAN Insidens dan prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) diperkirakan terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan di masa yang akan datang. WHO memperkirakan, pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh kesakitan di dunia. Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi. Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah di atas nilai normal, dengan nilai sistolik >140 mmhg dan atau diastolik >90 mmhg (kriteria Join National Committee) (JNC VII, 2003). Menurut WHO (World Health Organization) dan ISH (the International Society of Hypertension) tahun 2003, terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita hipertensi tidak mendapatkan pengobatan yang memenuhi syarat. Berdasarkan hasil Riskesdas (2007), prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia sebesar 31,7% dan di Provinsi Jawa Timur sebesar 37,4%. Hasil SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) tahun 2007, menyebutkan bahwa penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit nomor satu penyebab 2

kematian di Indonesia dan sekitar 20 35% dari kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi dengan persentase jumlah penderita sebanyak 27,5%. Penelitian epidemiologi oleh Darmojo (2000) membuktikan bahwa hipertensi berhubungan secara linear dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular. Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007, menunjukkan bahwa proporsi kelompok usia 45-54 tahun dan lebih tua selalu lebih tinggi pada kelompok hipertensi. Kelompok usia 25-34 tahun mempunyai risiko hipertensi 1,56 kali dibandingkan usia 18-24 tahun. Risiko hipertensi meningkat bermakna sejalan dengan bertambahnya usia dan kelompok usia >75 tahun berisiko 11,53 kali terserang hipertensi. Berdasarkan data pola 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2010, jumlah kasus hipertensi sebanyak 8.423 pada laki-laki dan 11.45 pada perempuan. Penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit dengan angka kematian tertinggi setelah pneumonia yaitu 4,81% (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan data penyakit terbanyak di seluruh rumah sakit Provinsi Jawa Timur 2010 terjadi 4,89% kasus hipertensi esensial dan 1,08% kasus hipertensi sekunder. Menurut STP (Surveilans Terpadu Penyakit) Puskesmas di Jawa Timur total penderita hipertensi di Jawa Timur tahun 2011 sebanyak 285.724 pasien. Jumlah tersebut terhitung mulai bulan Januari hingga September 2011. Dengan jumlah penderita tertinggi pada bulan Mei 2011 sebanyak 46.626 pasien (Dinkes Jatim, 2011). Berdasarkan hasil survei pendahuluan di UPT PSLU (Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia) Magetan diketahui bahwa persentase lansia yang 3

menderita hipertensi sebanyak 60%. Menurut data Poliklinik di UPT PSLU Magetan ada 30 lansia yang menderita hipertensi. Terjadinya hipertensi pada lansia yang menghuni Panti Wreda Bahagia di lingkup UPT PSLU Magetan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor umur dan jenis kelamin, perilaku merokok dan stres pada lansia. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT PSLU Magetan. Penelitian Roslina (2005), menyimpulkan bahwa faktor determinan yang paling dominan mempengaruhi hipertensi di Kabupaten Deli Serdang adalah stres dengan OR adj=5,067. Berdasarkan hasil penelitian Indriati (2010), persentase hipertensi yang tinggi banyak dijumpai pada individu yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi garam terutama dalam bentuk ikan asin dan kebiasaan merokok. Penelitian Rachman (2011), menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keturunan atau riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi dengan nilai p= 0,001; RP = 0,10 dan 95% CI= 0,01 0,65. Berdasarkan hasil penelitian Saputri (2009), keaktifan lansia mengikuti senam jantung berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah. Sebanyak 48% lansia memiliki tekanan darah normal karena rutin mengikuti senam jantung. Menurut Widiastuty (2006), prevalensi hipertensi pada lanjut usia lebih tinggi dibanding dengan penderita yang lebih muda. Sebagian besar merupakan hipertensi primer dan hipertensi sistolik terisolasi. 4

METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan rancangan case control. Penelitian dilakukan di UPT PSLU Magetan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang menghuni panti Wreda Bahagia di UPT PSLU Magetan. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling untuk kelompok kasus dan simple random sampling untuk kelompok kontrol, dengan jumlah sampel sebanyak 30 lansia pada kelompok kasus dan 30 lansia pada kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Analisis data digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel jenis kelamin, keturunan, kebiasaan merokok, konsumsi makanan asin, aktifitas fisik dan riwayat stres dengan variabel kejadian hipertensi pada lansia menggunakan uji chi-square. HASIL UPT PSLU (Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia) Magetan merupakan Unit pelaksana teknis Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur yang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, penyantunan, rehabilitasi, penyaluran lanjut usia terlantar serta bimbingan lanjut. Saat ini ada 87 lansia yang bertempat tinggal di panti Bahagia yang merupakan panti wreda dari UPT PSLU Magetan. Karakteristik responden menurut umur menunjukan, pada kelompok kasus persentase terbanyak yaitu umur 60-90 tahun (46,67%), persentase terendah yaitu umur 45-59 tahun (6,67%). Sedangkan pada kelompok kontrol persentase terbanyak yaitu umur 60-74 tahun (53,34%), persentase terendah yaitu umur 45-59 tahun (13,33%). Karakteristik responden menurut jenis kelamin menunjukkan, 5

pada kelompok kasus persentase perempuan sebanyak 63,3%, laki-laki sebanyak 36,7%. Sedangkan pada kelompok kontrol persentase perempuan sebanyak 60%, laki-laki sebanyak 40%. Karakteristik responden menurut riwayat pendidikan menunjukan, pada kelompok kasus persentase tertinggi yaitu riwayat pendidikan tidak sekolah (60%), persentase terendah yaitu riwayat pendidikan SLTP (6,7%). Sedangkan pada kelompok kontrol persentase tertinggi yaitu riwayat pendidikan tidak sekolah (40%), persentase terendah yaitu riwayat pendidikan SLTA (13,3%). Karakteristik responden menurut riwayat pekerjaan menunjukan, pada kelompok kasus persentase tertinggi yaitu riwayat pekerjaan wiraswasta dan tidak bekerja masing-masing (26,7%), persentase terendah yaitu riwayat pekerjaan pegawai swasta (6,7%). Sedangkan pada kelompok kontrol persentase tertinggi yaitu riwayat pekerjaan wiraswasta (46,7%), persentase terendah yaitu riwayat pekerjaan TNI/POLRI dan pegawai sipil (3,3%). Variabel Hipertensi Total P value OR 95% (CI) Kasus Kontrol N % n % n % Jenis kelamin 0,791 0,868 (0,306-2,461) Laki-laki 11 63,3 12 40,0 23 38,33 Perempuan 19 36,7 18 60,0 37 61,67 Keturunan 5,091 (0,981- Ya 8 26,7 2 6,7 10 16,67 0,038 26,430) Tidak 22 73,3 28 93,3 50 83,33 Kebiasaan merokok Ya 17 56,7 9 30,0 26 43,33 0,037 3,051 (1,053-8,839) Tidak 13 43,3 21 70,0 34 56,67 Konsumsi makanan asin Ya 15 50,0 16 53,3 31 51,67 0,796 0,875 (0,318-2,410) Tidak 15 50,0 14 46,7 29 48,33 Aktifitas fisik 1,556 (0,241- Ya 28 93,3 27 90,0 55 91,67 1,00 10,049) tidak 2 6,7 3 10,0 5 8,33 Riwayat stres 2,154 (0,363-0,671 12,764) Ya Tidak 4 13,3 2 3,3 6 10,0 26 86,7 28 96,7 54 90,0 6

Berdasarkan hasil uji statistik pada variabel jenis kelamin diperoleh nilai p = 0,791 > 0,05, maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT PSLU Magetan. Pada variabel keturunan diperoleh nilai p = 0,037 < 0,05, maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT PSLU Magetan. Pada variabel kebiasaan merokok diperoleh nilai p = 0,037 < 0,05, maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT PSLU Magetan. Pada variabel konsumsi makanan asin diperoleh nilai p = 0,796 > 0,05, maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi makanan asin dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT PSLU Magetan. Pada variabel aktifitas fisik diperoleh nilai p = 1,00 > 0,05, maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT PSLU Magetan. Sedangkan pada variabel riwayat stres diperoleh nilai p = 0,671 > 0,05, maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat stres dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT PSLU Magetan. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian pada variabel jenis kelamin didapatkan nilai p sebesar 0,791, OR= 0,868 (Cl 0,306 2,461), dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT PSLU Magetan. Nilai OR = 0,868 7

artinya responden yang memiliki jenis kelamin perempuan berisiko terkena hipertensi 0,868 kali lebih besar dibanding dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian pada variabel keturunan diperoleh nilai p sebesar 0,038, OR= 5,091 (Cl 0,981 26,430), dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keturunan dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT PSLU Magetan. Nilai OR = 5,091 artinya responden yang memiliki riwayat hipertensi pada keluarga berisiko terkena hipertensi 5,091 kali lebih besar dibanding dengan orang yang tidak memiliki riwayat hipertensi pada keluarga mereka. Berdasarkan hasil penelitian pada variabel kebiasaan merokok didapatkan nilai p sebesar 0,037, OR= 3,051 (Cl 1,053 8,839), dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT PSLU Magetan. Nilai OR = 3,051 artinya responden yang memiliki kebiasaan merokok berisiko terkena hipertensi 3,051 kali lebih besar dibanding dengan orang yang tidak memiliki kebiasaan merokok. Berdasarkan hasil penelitian pada variabel konsumsi makanan asin diperoleh nilai p sebesar 0,796, OR= 0,875 (Cl 0,318 2,410), dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan asin dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT PSLU Magetan. Nilai OR = 0,875 artinya tidak suka mengkonsumsi makanan asin dapat mencegah terjadinya hipertensi 0,875 kali. 8

Berdasarkan hasil penelitian pada variabel aktifitas fisik Berdasarkan hasil uji Chi square diperoleh nilai p sebesar 1,00, OR= 1,556 (Cl 0,241 10,049), dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT PSLU Magetan. Nilai OR = 1,556 artinya responden yang tidak melakukan aktifitas fisik setiap minggu memiliki risiko terkena hipertensi 1,556 kali lebih besar dibanding dengan orang yang teratur melakukan aktifitas fisik setiap minggu. Hal ini disebabkan karena semua lansia di UPT PSLU Magetan wajib mengikuti olahraga senam dua kali dalam seminggu, meskipun aktifitas fisik yang mereka lakukan setiap hari berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian pada variabel riwayat stres Berdasarkan hasil uji Chi square diperoleh nilai p sebesar 0,671, OR= 2,154 (Cl 0,363 12,764), dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat stres dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT PSLU Magetan. Nilai OR = 2,154 artinya responden yang memiliki riwayat stres memiliki kemungkinan terkena hipertensi 2,154 kali lebih besar dibanding dengan orang yang tidak memiliki riwayat stres. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT PSLU Magetan dimana nilai p sebesar 0,791, OR= 0,868 (Cl 0,306 2,461). Pada variabel keturunan, ada hubungan antara keturunan dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT PSLU Magetan dimana nilai p sebesar 9

0,038, OR= 5,091 (Cl 0,981 26,430). Berdasarkan variabel kebiasaan merokok, ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT PSLU Magetan dimana nilai p sebesar 0,037, OR= 3,051 (Cl 1,053 8,839). Pada variabel konsumsi makanan asin, tidak ada hubungan antara konsumsi makanan asin dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT PSLU Magetan dimana nilai p sebesar 0,796, OR= 0,874 (Cl 0,318 2,410). Pada variabel aktifitas fisik, tidak ada hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT PSLU Magetan dimana nilai p sebesar 1,00, OR= 1,556 (Cl 0,241 10,049. Berdasarkan variabel riwayat stres, tidak ada hubungan antara riwayat stres dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT PSLU Magetan dimana nilai p sebesar 0,671, OR= 2,154 (Cl 0,363 12,764). SARAN 1. Masyarakat diharapkan dapat melakukan aktifisik fisik secara teratur minimal 3 kali dalam seminggu, mengurangi kebiasaan merokok dan kebiasaan mengkonsumsi makanan asin untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus hipertensi. 2. UPT PSLU Magetan diharapkan dapat meningkatkan upaya-upaya pengendalian terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia, seperti menghindari penjualan rokok dan makanan yang dapat memicu hipertensi di dalam lingkungan UPT PSLU Magetan. 3. Peneliti lain diharapkan dapat meneliti variabel lain terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia seperti kolesterol dan status gizi lansia. 10

DAFTAR PUSTAKA Dalimartha S, Purnama BT, Sutarina N, Mahendra B, Darmawan R. 2008. Care Your Self Hypertension. Depok: Penebar Plus. Darmojo B. 2000. Mengamati Penelitian Epidemiologi Hipertensi di Indonesia. 2000. Diakses: 1 April 2012. http://www.askep.net/pdf/darmojo-bmengamati-penelitian-epidemiologi-hipertensi-di-indonesia Depkes RI. 2003. Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut. Jakarta: Depkes RI. Dinkes Jatim. 2010. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Diakses: 5 April 2012. Gray HH, Dawkins D, Simpson A, Morgan JM. 2005. Lecture Note Kardiology. Jakarta: Erlangga. Gunawan L. 2001. Hipertensi. Yogyakarta: Kanisius. Hadi P. 2004. Depresi dan Solusinya. Yogyakarta: Tugu Publisher. Hidayat AA. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Indriati PA. 2010. Studi Prevalensi Hipertensi Dan Karakteristik Demografik Pada Masyarakat Di Kelurahan Jobokuto Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan: Vol.I. No.2. Juni 2010: 103-110. Join National Committee (JNC VII). 2003. Categories for Blood Pressure Levels in Adults. Diakses: 20 April 2012. http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines Julian DG, Cowan JC, Mclenachan JM. 2005. Cardiology. Sidney: Elsevier Saunders Julianti ED, Nurjanah N, Sutrisno U. 2008. Bebas Hipertensi dengan Terapi Jus. Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Kemenkes RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Diakses: 20 Maret 2012. http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/handle/123456789/1489 Korneliani K dan Meida D. 2012. Hubungan Obesitas dan Stres dengan Hipertensi pada Guru SD Wanita. Jurnal Kesehatan Masyarakat: Vol.7. No. 2. 2012.111-115 Kowalsky, RE. 2010. Terapi Hipertensi Program 8 Minggu. Bandung; Qanita. 11

Lilyasari O. 2007. Hipertensi dengan Obesitas: Adakah Peran Endotelin-1. Jurnal Kardiologi Indonesia: Vol. 28. No. 6. November 2007. Marliani L dan Tatan S. 2007. 100 Questions & Answers : Hipertensi. Jakarta: Elex Media Komputindo. Mary P dan Gowan Mc. 2001. Menjaga Kebugaran Jantung. Jakarta: Persada. Muhammad N. 2010. Tanya Jawab Kesehatan Harian untuk Lansia. Yogyakarta: Tunas Publishing. Notoatmodjo S. 2010. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT Rineka Cipta. Nugroho W. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Rahajeng E dan Tuminah S. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Maj Kedokteran Indonesia: Vol: 59, No.12. Desember 2009. Rachman F. 2011. Berbagai Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia. [Skripsi]. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Riskesdas. 2007. Laporan Nasional Riskesdas 2007. Diakses: 5 april 2012. http://www.k4health.org/system/files/laporannasional%20riskesdas%20 2007 Riyanto A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Roslina. 2007. Analisis Determinan Hipertensi Esensial di Wilayah Kerja Tiga Puskesmas Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007. [Thesis]. Medan: Universitas Sumatra Utara. Saputri DE. 2009. Pengaruh OR Senam Jantung Sehat Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia di Kelurahan Sumberejo Kecamatan Mertoyudan Magelang. [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan UMS. Sianturi E. 2004. Strategi Pencegahan Hipertensi Esensial Melalui Pendekatan Faktor Risiko di Rumah Sakit Dr. Pringadi Kota Medan. [Thesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara. Sigarlaki H. 2006. Karakteristik dan Faktor Berhubungan dengan Hipertensi di Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Makara Kesehatan: Vol. 10. No. 2. 2006: 78-88. 12

Sihombing M. 2010. Hubungan Perilaku Merokok, Konsumsai Makanan/Minuman dan Aktifitas Fisik dengan Penyakit Hipertensi pada Responden Obes Usia Dewasa di Indonesia. Maj Kedokteran Indonesia: Vol. 60. No. 9.September 2010 SKRT. 2007. Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga 2007. Diakses: 5 April 2012. http://www.k4health.org/system/files/laporanl%20skrt%202007 Soeharto, Imam. 2004. Serangan Jantung dan Stroke. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sriyani. 2008. Tinjauan Perilaku Minum Minuman Beralkohol dengan Kondisi Kesehatan pada Pemuda di Desa Kiringan Boyolali. [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan UMS. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Supartha M, Suarta IK, Winaya IBA. 2009. Hipertensi pada Anak. Jurnal Kedokteran Indonesia: Vol.59. No.5. Mei 2009. Suparto. 2010. Hubungan Faktor Risiko Penyakit Hipertensi pada Masyarakat di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar. [Thesis]. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Sutomo B. 2009. Menu Sehat untuk Penderita Penyakit Hipertensi. Jakarta: Demedia. Tagor, G. 2004. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Townsend, RR. 2010. 100 Tanya Jawab Mengenai Hipertensi. Jakarta: Indeks. Udjianti, WJ. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba. Widiastuty D. 2006. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Lanjut di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak 2 Kabupaten Sleman. [Skripsi]. Bali: Universitas Udayana. World Health Organization, International Society of Hypertension Writing Group. 2003.World Health Organization (WHO)/International Society of Hypertension (ISH) statement on management of hypertension. Journal Hypertens: Vol. 21. 2003: 92. Diakses: 1 April 2012. http://www.who.int/cardiovascular_diseases/guidelines/hypertension_gui delines.pdf 13

Yulianti, S dan Maloedyn. 2006. 30 Ramuan Penakluk Hipertensi. Jakarta: Agromedia Pustaka. Zahroh, Karyono, Farid. 2006. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Praktik Merokok pada Remaja Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kudus Tahun 2005. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia: Vol.1, No.1, Januari 2006. 14