HUBUNGAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DBD DENGAN KEBERADAAN LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD KELURAHAN KASSI-KASSI KOTA MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

HUBUNGAN JUMLAH PENGHUNI, TEMPAT PENAMPUNGAN AIR KELUARGA DENGAN KEBERADAAN LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD KOTA MAKASSAR

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

HUBUNGAN PRAKTIK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KBERADAAN JENTIK

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT ENDEMISITAS DEMAM BERDARAH DI KELURAHAN ADATONGENG KECAMATAN TURIKALE KABUPATEN MAROS

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

Keywords : Mosquito breeding eradication measures, presence of Aedes sp. larvae.

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN TINDAKAN 3M PLUS TERHADAP KEJADIAN DBD

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN PERILAKU 3M DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK DI DUSUN TEGAL TANDAN, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK AEDES

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

HUBUNGAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) 3M (MENGURAS, MENUTUP, MENGUBUR) DENGAN KEBERADAAN ANGKA JENTIK PADA HOUSE INDEKS

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

Efryanus Riyan* La Dupai** Asrun Salam***

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES AEGYPTI DENGAN KEBERADAAN LARVA DI KELURAHAN KASSI-KASSI KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI PUSKESMAS GOGAGOMAN KOTA KOTAMOBAGU.

Fajarina Lathu INTISARI

Kata kunci: DBD, Menguras TPA, Menutup TPA, Mengubur barang bekas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah


BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN Ronald Imanuel Ottay

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEBERADAAN LARVA AEDES AEGYPTI DI WILAYAH ENDEMIS DBD DI KELURAHAN KASSI-KASSI KOTA MAKASSSAR 2013

HUBUNGAN PERILAKU PSN TERHADAP KEBERADAAN LARVA AEDES AEGYPTI DI WILAYAH KERJA PELABUHAN KETAPANG BANYUWANGI

KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

Perbedaan praktik PSN 3M Plus di kelurahan percontohan dan non percontohan program pemantauan jentik rutin kota Semarang

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

JURNAL. Suzan Meydel Alupaty dr. H. Hasanuddin Ishak, M.Sc,Ph.D Agus Bintara Birawida, S.Kel. M.Kes

Hubungan Tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Keberadaan Jentik Vektor Chikungunya di Kampung Taratak Paneh Kota Padang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

Dinas Kesehatan Provinsi Bali 2) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 3) Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Denpasar *)

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

HUBUNGAN PELAKSANAAN KEGIATAN 3M DENGAN KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti DI KELURAHAN KAWUA KABUPATEN POSO. Budiman

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK DI DAERAH ENDEMIK DBD DI KELURAHAN SANANWETAN KECAMATAN SANANWETAN KOTA BLITAR

Sitti Badrah, Nurul Hidayah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman 1) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KELUARGA TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN PANCORAN MAS ABSTRAK

Unnes Journal of Public Health

FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD. Asep Irfan (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

: Suhu, Kelembaban, Perilaku Masyarakat dan Keberadaan jentik

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANAWANGKO

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

GAMBARAN FAKTOR KEBERHASILAN KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG DALAM PROGRAM KAWASAN BEBAS JENTIK

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PERILAKU 3M PLUS DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI KELURAHAN BIROBULI SELATAN KOTA PALU SULAWESI TENGAH

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN ABIANBASE KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

I. IDENTITAS RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA ANTIGA, WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGGIS I

SURVEY KEPADATAN LARVA AEDES AEGYPTI DI KECAMATAN MAMUJU KABUPATEN MAMUJU

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

Keberadaan Kontainer sebagai Faktor Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Palu, Sulawesi Tengah

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2013

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagianpersyaratan guna mencapai derajat sarjana strata 1 kedokteran umum

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: INDRIANI KUSWANDARI

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) bertujuan untuk mewujudkan

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK

Keyword : PSN, Dengue hemorrhagic fever.

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN DAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI RW.XII KELURAHAN SENDANGMULYO TEMBALANG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

Transkripsi:

HUBUNGAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DBD DENGAN KEBERADAAN LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD KELURAHAN KASSI-KASSI KOTA MAKASSAR THE RELATIONSHIP OF DENGUE MOSQUITOES NEST-ERADICATION WITH THE PRESENCE OF Aedes aegypti LARVAE IN THE DHF ENDEMIC AREA OF KASSI-KASSI, THE CITY OF MAKASSAR Dewi Mustika Jaya 1, Erniwati Ibrahim 1, Anwar 1 1 Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNHAS, Makassar (pahlevidewimustika@yahoo.co.id/085298898846) ABSTRAK Kelurahan Kassi-Kassi merupakan kelurahan yang paling banyak terjadi kasus DBD selama 3 tahun terakhir. Pada tahun 2010 kasus DBD yang terjadi di Kelurahan Kassi-kassi sebanyak 8 penderita DBD. Pada tahun 2011 terjadi 4 kasus sedangkan tahun 2012 terjadi 2 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan desain cross sectional study. Populasi adalah seluruh rumah yang ada di Kelurahan Kassi-Kassi sebanyak 3908 rumah, dengan jumlah sampel 100 rumah, sampel diambil dengan metode Proporsional Sampling. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan dianalisis statistik dengan uji chi Square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan larva 57.0%, menguras TPA (Tempat Penampungan Air) 50.0%, mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air 84.0%, menutup TPA 25.0%, menabur bubuk abate 0%, dan memelihara ikan pemakan jentik 5.0%. Penelitian ini menunjukkan bahwa menguras TPA (p=0.000) dan menutup TPA (p=0.000) berhubungan dengan keberadaan larva Aedes aegypti, sedangkan mengubur barang bekas yang dapat menampung air (p=0.947) dan memelihara ikan pemakan jentik tidak berhubungan dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Penelitian ini menyarankan masyarakat Kelurahan Kassi-Kassi Kecamatan Rappocini agar lebih sering mengupayakan untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) yaitu dengan menguras TPA dan menutup rapat TPA. Kata Kunci : PSN DBD, Keberadaan Larva Aedes aegypti, Tempat Penampungan Air (TPA). ABSTRACT Kassi-Kassi is the most common area of dengue cases over the last 3 years. By the year of 2010, there were 8 patients of DHF (Dengue Hemorrhagic Fever). In 2011 occurred in 4 cases, while 2 cases occurred in 2012. This study generally aims to discover the relationship of dengue mosquito nest eradication in the presence of Aedes aegypti larvae. The type of research utilized is an observational with cross-sectional study design. The population is all the houses in Kassi-Kassi which consist of 3908 houses, with a sample size of 100 houses. The samples were taken with the Proportional Sampling methods. Data are presented in distribution table and analyzed statistically with chi Square method. The result of this study indicates that the presence of larvae 57.0%, draining landfill 50.0%, burying the junk that can hold water 84.0%, 25.0% covering the landfill, sowing abate powder 0%, and maintaining larvae-eating fish 5.0%. This study shows that the draining landfill (p = 0.000) and covering landfill (p = 0.000) associated with the presence of Aedes aegypti, while burying the junk that can hold water (p = 0947) and maintain a larva-eating fish was not associated with the presence of Aedes aegypti. This study suggests the people in Kassi-Kassi, the district of Rappocini, to be more often seeking the eradication of the dengue mosquitoes nest by draining and covering the landfill. Key word : dengue mosquitoes nest-eradication DHF, presence of Aedes Aegypti Larvae, landfill. 1

PENDAHULUAN DBD merupakan salah satu penyakit menular yang berbahaya yang dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan dapat menimbulkan wabah/kejadian luar biasa (KLB) sehingga penyakit DBD termasuk dalam salah satu masalah kesehatan masyarakat diberbagai negara (Fathi, dkk, 2005). Selama satu dekade angka kejadian atau incidence rate (IR) DBD meningkat dengan pesat di seluruh dunia. Diperkirakan 50 juta orang terinfeksi DBD setiap tahunnya dan 2,5 milyar orang (1/5 penduduk dunia) tinggal di daerah endemik DBD. Pada tahun 2007 di Amerika terdapat lebih dari 890.000 kasus Dengue yang dilaporkan dengan jumlah kasus sebanyak 26.000 diantaranya tergolong dalam penyakit DBD (WHO, 2005). Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Penduduk berisiko terinfeksi yang hidup di wilayah Asia Tenggara sebanyak 1,6 milyar (52 %). Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (Dinkes Prov. Sul-Sel, 2012). Berdasarkan laporan Subdin P2PL Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2009, tercatat bahwa penyakit DBD yang ditemukan sebanyak 3.553 penderita dengan jumlah kematian 24 orang (CFR = 0,86 %). Pada tahun 2010 sebanyak 446 kasus dan mengalami penurunan pada tahun 2011 dengan jumlah 373 kasus (CFR = 1,3 %). Rata-rata angka IR di Provinsi Sulawesi Selatan cenderung mengalami penurunan bila dibandingkan dengan target nasional yaitu 36 per 100.000 penduduk (Dinkes Prov. Sul-Sel, 2012). Salah satu kota yang ada di provinsi Sulawesi Selatan adalah Kota Makassar. 10 pola penyakit terbanyak pada pasien di puskesmas maupun rumah sakit di Kota Makassar menunjukkan tingginya kasus penyakit DBD, berdasarkan data Subdin Yankes Dinas Kesehatan Kota Makassar distribusi kasus DBD menurut waktu (tahun) yaitu pada tahun 2008 dengan jumlah penderita 262 orang dan kematian 3 orang (CFR = 1,14 %). Pada tahun 2009 jumlah kasus 255 penderita dan meninggal 1 orang (CFR = 0,39 %). Pada tahun 2010 jumlah penderita 182 orang dengan kematian 3 orang (CFR = 1,64 %). Sedangkan pada tahun 2011 distribusi kasus DBD dinyatakan berdasarkan waktu (bulan) dengan jumlah kasus 85 yang tetinggi di bulan Januari dengan kasus 14 orang dan terendah di bulan November terdapat 3 kasus (Dinkes Kota Makassar, 2012). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan kasus DBD di Makassar dari tahun 2008 sampai tahun 2011. Puskesmas Kassi-Kassi merupakan salah satu Puskesmas di Kota Makassar yang wilayah kerjanya termasuk daerah endemis kasus demam berdarah dengue, jumlah kasus DBD tahun 2

2009 sebanyak 43 penderita dengan satu kematian. Pada tahun 2010, penderita DBD berjumlah 85 orang dan yang meninggal satu orang. Sebanyak 7 penderita DBD pada tahun 2011 (P2PL Dinkes Kota Makassar, 2012). Kelurahan Kassi-kassi merupakan kelurahan yang paling banyak terjadi kasus DBD selama 3 tahun terakhir. Pada tahun 2010 kasus DBD yang terjadi di Kelurahan Kassi-kassi sebanyak 8 penderita DBD. Pada tahun 2011 terjadi 4 kasus sedangkan tahun 2012 terjadi 2 kasus. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD dengan keberadaan larva Aedes aegypti (Puskesmas Kassi-kassi, 2012). BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2013 di Kelurahan Kassi-Kassi. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan penelitian cross sectional study karena dilakukan dengan mencari hubungan antara faktor penyebab dengan faktor risiko. Populasi penelitian adalah seluruh rumah yang berada di Kelurahan Kassi-Kassi Kota Makassar dengan jumlah rumah 3908. Sampel penelitian adalah sebagian rumah di Kelurahan Kassi Kassi Kecamatan Rappocini Kota Makassar. Teknik penarikan sampel pada penelitian ini menggunakan metode proporsional sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi langsung di rumah responden. Uji statistik yang digunakan adalah Chi- Square. Data disajikan dengan tabel tabulasi silang dengan disertai penjelasan singkat. HASIL Karakteristik Umum Responden Tabel 1 menunjukkan berdasarkan kelompok umur, responden dengan jumlah terbanyak adalah responden dengan kelompok umur 34-39 sebanyak 24 orang (24.0%), sedangkan responden dengan jumlah paling sedikit adalah responden dengan kelompok umur 72-79 sebanyak 1 orang (1.0%). Sebagian besar responden memiliki latar belakang pendidikan tamat SMA yaitu sebanyak 55 orang (55.0%), sedangkan sebagian kecil responden tamat SD yaitu 3 orang (3.0%). Umumnya pekerjaan responden adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebanyak 55 orang (55.0%), sedangkan responden yang bekerja sebagai PNS/TNI/Polri sebanyak 6 orang (6.0%). 3

Analisis Univariat Tabel 2 menunjukkan bahwa keberadaan larva Aedes aegypti diukur melalui pemeriksaan larva pada kontainer air di setiap rumah. Jumlah rumah yang diperiksa sebanyak 100 rumah, ditemukan 57 rumah (57.0%) yang postif terdapat larva Aedes aegypti dan tidak positif terdapat larva Aedes aegypti ada 43 rumah (43.0%). Tabel 3 menunjukkan bahwa menguras tempat penampungan air (TPA), sama jumlahnya yang menguras dan tidak menguras masing- masing yaitu 50 rumah (50.0%). Umumnya responden mengubur/menimbun barang bekas yaitu 84 rumah (84.0%), sedangkan tidak mengubur terdapat 16 rumah (16.0%). Berdasarkan menutup rapat TPA, rumah paling banyak tidak menutup rapat TPA dibandingkan menutup rapat TPA yaitu masing-masing sebanyak 25 rumah (25.0%) dan 75 rumah (75.0%). Sedangkan yang tidak menabur abate tiga bulan terakhir 100 rumah (100.0%). Lebih banyak yang tidak memelihara ikan pemakan jentik dibandingkan dengan yang memelihara ikan pemakan jentik yaitu masing-masing 95 rumah (95.0%) dan 5 rumah (5.0%). Analisis Bivariat Hubungan antara variabel independen (Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD) dengan variabel dependen (keberadaan larva Aedes aegypti) dapat di lihat pada tabel 3 diantaranya sebagai berikut. Hasil analisis uji statistik pada tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara menguras TPA (tempat penampungan air) dengan keberadaan larva Aedes aegypti, diperoleh nilai p = 0.000, karena nilai p<0.05 dengan demikian Ho ditolak. Artinya dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara menguras TPA dengan keberadaan larva Aedes aegypti di Kelurahan Kassi-Kassi Kota Makassar. Mengubur/menimbun barang-barang bekas yang dapat menampung air bukan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberadaan larva Aedes aegypti. Hasil analisis uji statistik diperoleh nilai p = 0.306, karena nilai p>0.05 dengan demikian Ho diterima. Artinya dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara mengubur/menimbun barang bekas dengan keberadaan larva Aedes aegypti di Kelurahan Kassi-Kassi Kota Makassar. Menutup rapat TPA (tempat penampungan air) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberadaan larva Aedes aegypti. Hasil analisis uji statistik diperoleh nilai p = 0.000, karena nilai p<0.05 dengan demikian Ho ditolak. Artinya dapat disimpulkan bahwa ada 4

hubungan antara menutup rapat TPA dengan keberadaan larva Aedes aegypti di Kelurahan Kassi- Kassi Kota Makassar. Memelihara ikan pemakan jentik/predator bukan merupakan faktor yang mempengaruhi keberadaan larva Aedes aegypti. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara memelihara ikan pemakan jentik dengan keberadaan larva Aedes aegypti di Kelurahan Kassi-Kassi Kota Makassar. PEMBAHASAN Menguras Tempat Penampungan Air (TPA) Menguras tempat penampunga air (TPA) merupakan salah satu cara pencegahan penyakit DBD, dengan cara membersihkan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. pencegahan ini lebih sering dilakukan di tingkat rumah tangga tetapi tidak menutup kemungkinan dapat dilakukan di perkantoran maupun tempat umum lainnya. Hasil uji statistik pada penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara menguras tempat penampungan air (TPA) dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang tidak menguras tempat penampunga air (TPA) dan ada larva Aedes aegypti sebesar 94.0%, sedangkan yang menguras tempat penampunga air (TPA) dan tidak ada larva Aedes aegypti sebesar 20.0%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lintang, dkk (2010) yang dilakukan di Kota Semarang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara menguras tempat penampungan air (TPA) dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Meskipun demikian, hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Syarief (2008) di wilayah Puskesmas Tarakan Kota Makassar yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara menguras tempat penampungan air dalam rumah dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Tempat penampungan air (TPA) terdiri dari tempat penampungan air (TPA) dalam rumah dan tempat penampungan air (TPA) luar rumah. Tempat penampungan air (TPA) dalam rumah yaitu ember/baskom, gentong, tempayan, dan bak mandi/wc. Sedangkan tempat penampungan air (TPA) luar rumah yaitu kaleng vas bunga, kolam ikan, dan lain-lain (Bustan, 2007). Keberadaan tempat penampungan air (TPA) di dalam maupun luar rumah sangat berpengaruh terhadap ada tidaknya larva Aedes aegypti, bahkan tempat penampungan air (TPA) tersebut bisa menjadi tempat perkembangbiakan menjadi nyamuk dewasa sehingga dapat menjadi vektor DBD (Fatimah, 2006). Salah satu tempat penampungan air (TPA) dalam rumah yang sering dijumpai 5

adalah bak mandi/wc. Menguras tempat penampungan air (TPA) tersebut minimal sekali dalam seminggu dapat mengurangi tempat berkembagbiaknya larva Aedes aegytpi (Dina dalam Fatimah, 2006). Mengubur Barang Bekas Mengubur barang bekas merupakan praktik pemberantasan sarang nyamuk DBD dengan cara mengubur barang-barang bekas yang berpotensi menampung air dan terdapat larva Aedes aegypti serta tidak dimanfaatkan lagi, seperti kaleng bekas, potongan bambu, dan ban bekas. Hasil uji statistik pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara mengubur barangbarang bekas dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Hasil penelitian ini cenderung tinggi pada rumah tangga yang tidak mengubur barang-barang bekas dibandingkan dengan yang mengubur barang-barang bekas. Hal ini disebabkan karena tidak mempunyai cukup ruang dan kurangnya lahan yang digunakan untuk mengubur barang-barang bekas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rumah tangga yang tidak mengubur barang-barang bekas dan ada larva Aedes aegypti sebesar 56.2%, sedangkan rumah tangga yang mengubur barang-barang bekas dan tidak ada larva Aedes aegypti sebesar 42.9%. Kurangnya masyarakat Kelurahan Kassi-Kassi yang mengubur barang-barang bekas disebabkan oleh padatnya penduduk. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggara (2005) di wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Kota Makassar yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara mengubur barang-barang bekas dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Demikian juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yudhastuti dan Vidiyani (2005) di Surabaya. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wati (2009) yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan praktik mengubur barang-barang bekas di desa endemis dan desa non endemis penyakit DBD (p=0,0001). Hal ini disebabkan karena faktor perbedaan karakteristik masyarakat di masing-masing lokasi penelitian dan lahan kosong yang menunjang. Menutup Rapat Tempat Penampungan Air (TPA) Menutup rapat tempat penampungan air (TPA) memegang peranan penting dalam pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) yaitu keberadaan larva Aedes aegypti. Menutup rapat tempat penampungan air (TPA) seperti menutup rapat gentong, ember/baskom, dan bak mandi/wc. Hasil uji statistik pada penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara menutup rapat tempat penampungan air (TPA) dengan keberadaan larva Aedes 6

aegypti dengan p=0.000. Responden yang menutup rapat tempat penampungan air (TPA) dan tidak ada larva Aedes aegypti yaitu 80.0%, sedangkan yang tidak menutup dan ada larva Aedes aegypti yaitu 69.3%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lintang, dkk (2010) di Kota Semarang dengan nilai p = 0.002, berarti ada hubungan antara menutup rapat tempat penampungan air (TPA) dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Hasil penelitian tidak sejalan dengan yang dilakukan oleh Benvie (2005) di wilayah Puskesmas Maricayya Selatan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara menutup rapat tempat penampungan air (TPA) dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Menurut WHO (2005), tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti adalah air bersih yang tergenang. Responden Kelurahan Kassi-Kassi lebih suka menampung air sebanyak mungkin untuk keperluan sehari-hari di tempat penampungan air (TPA) seperti: baskom, ember, gentong, dan tempayan. Sehingga nyamuk Aedes aegypti lebih suka menetaskan telurnya di TPA tersebut hingga menjadi larva Aedes aegypti. Sehingga menutup rapat tempat penampungan air (TPA) sangat berperan penting dapat mengurangi jumlah larva Aedes aegypti yang ada di dalam TPA bahkan tidak ada larva Aedes aegypti di TPA dalam rumah karena adanya tutup TPA tersebut. Salah satu yang berpotensi untuk keberadaan larva Aedes aegypti di Kelurahan Kassi-Kassi adalah TPA di rumah kontrakan atau kos. Banyaknya kampus di sekitar Kelurahan Kassi-Kassi menyebabkan rumah-rumah di Kelurahan Kassi-Kassi menjadi rumah yang strategis untuk dijadikan rumah kontrakan maupun kos. Penghuni rumah kontrakan maupun kos yang menggunakan wc/kamar mandi secara bersama-sama biasanya tidak memperhatikan kebersihan bak mandi/wc yang setiap hari digunakan, sehingga hal itu berpotensi untuk keberadaan larva Aedes aegypti. Jadi, TPA yang tidak ditutup rapat berpotensi ada larva di TPA tersebut. Abatisasi WHO, 2005 mengemukakan bahwa cara memberantas jentik Aedes aegypti secara kimiawi dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik, salah satunya berupa butiran pasir temefos 1% yang sering dikenal dengan nama bubuk abate. Abatisasi / pemakaian larvasida merupakan praktik penggunaan/menabur bubuk abate di TPA yang ada dalam rumah, seperti: bak mandi/wc, gentong, ember/baskom, dan tempayan. Hasil penelitian tentang abatisasi tidak dapat dianalisis lebih lanjut karena datanya homogen/konstan. Artinya bahwa semua responden Kelurahan Kassi- Kassi tidak menabur bubuk abate dalam tiga bulan terkhir. Dalam penelitian ini, kurangnya pengetahuan akan pentingnya bubuk abate ditabur di TPA setiap bulan merupakan penyebab 7

utama bahwa semua rumah tidak menabur bubuk abate dalam tiga bulan terakhir. Dengan demikian perlu adanya faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain berupa fasilitas (Respti dan Keman, 2007), sehingga responden mau melakukan abatisasi. Selain itu sebagian responden masih merasa tidak aman untuk melakukan abatisasi karena air dalam TPA-nya akan menjadi kotor, serta takut jika bubuk abate akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan. Maka diperlukan upaya untuk memberikan informasi yang benar mengenai bubuk abate dan cara penggunaannya. Selain informasi/pengetahuan yang diberikan dari pihak puskesmas, adanya pembagian rutin bubuk abate setiap bulannya juga menjadi salah satu solusi untuk menciptakan koordinasi antara masyarakat dengan pegawai Puskesmas Kassi-Kassi. Memelihara Ikan Pemakan Jentik Predator merupakan pemeliharaan ikan pemakan jentik / larva Aedes aegypti dalam hal ini ikan cuppang yang diletakkan di TPA seperti bak mandi/wc dan gentong atau di kolam ikan dengan tujuan untuk mengurangu jumlah larva Aedes aegypti yang terdapat di kolam ikan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara ikan pemakan jentik / predator dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Tetapi dalam hal ini larva Aedes aegypti merupakan makanan dari predator (cuppang). Berdasarkan hasil penelitian, responden yang memelihara ikan pemakan jentik (cuppang) dan tidak ada larva Aedes aegypti sebesar 40.0%, sedangkan yang tidak memelihara ikan pemakan jentik dan ada larva Aedes aegypti sebesar 56.8%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2009) di Rukun Warga (RW) 04 Pulo Gadung Jakarta menunjukkan bahwa predator tidak ada hubungan dengan keberadaan jentik, hal ini di karenakan predator hanya sebagai beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan larva bukan faktor utama ada tidaknya larva Aedes aegypti. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lintang, dkk (2005) yang menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara predator dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Hasil penelitian tidak sejalan dengan yang dilakukan oleh Respti dan Keman (2007) yang menunjukkan bahwa ada hubungan predator dengan keberadaan larva Aedes aegypti dan DBD. KESIMPULAN Menguras tempat penampungan air (TPA) berhubungan dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Mengubur barang bekas tidak berhubungan dengan keberadaan larva Aedes aegypti. 8

Menutup Rapat tempat penampungan air (TPA) berhubungan dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Menabur bubuk abate tiga bulan terakhir tidak dapat dianalisis karena semua responden tidak menabur bubuk abate dalam tiga bulan terakhir, dan memelihara ikan pemakan jentik tidak berhubungan dengan keberadaan larva Aedes aegypti. SARAN Untuk mengurangi risiko penyakit DBD, sebaiknya masyarakat Kelurahan Kassi-Kassi Kecamatan Rappocini lebih sering menguras tempat penampungan air (TPA) dan menutup rapat TPA. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masih banyak masyarakat di Kelurahan Kassi- Kassi. Masyarakat sebaiknya menabur bubuk abate minimal sebulan sekali di tempat penampungan air (TPA) karena bubuk ini berguna untuk mematikan larva Aedes aegypti penyebab penyakit DBD di setiap TPA yang ada dirumah. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa semua reponden tidak menabur bubuk abate dalam tiga bulan terakhir. DAFTAR PUSTAKA Anggara. 2005. Hubungan 3M dan 3M plus dengan keberadaan larva aedes aegypti di wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Kota Makassar Tahun 2005. Skripsi tidak diterbitkan FKM Unhas. Benvie. 2005. Hubungan 3M dan 3M plus dengan Demam Berdarah Dengue di wilayah Puskesmas Maricayya Selatan. Skripsi tidak diterbitkan FKM Unhas. Bustan, M, N. 2007. Epidemiologi Penyakit Menular. Surakarta: Rineka Cipta. Dinkes Kota Makassar. 2012. Jumlah Penderita DBD di Kota Makassar. Makassar: Dinas Kesehatan Kota Makassar Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel. (2012). Profil Kesehatan Sulawesi Selatan [online] http://dinkessulsel.go.id/new/index.php?option=com_content&task=view&id=908&itemi d=102 [diakses 10 Desember]. Fathi., Soedjajadi, K., & Chatarina, U. W. (2005). Peran faktor lingkungan dan perilaku terhadap penularan demam berdarah dengue di Kota Mataram. Jurnal Kesehatan Lingkungan, vol. 2, no.1, hal. 1-10. http://journal.unair.ac.id/filerpdf/kesling-2-1- 01.pdf. diakses tanggal 10 Maret 2013. 9

Fatimah. 2006. Perbedaan faktor-faktor risiko yang mempengaruhi keberadaan jentik vektor Aedes aegypti dan Aedes albopictus di Puskesmas Buntapan. Tesis tidak diterbitkan FKM Unhas. Lintang, S, D. dkk. 2010. Perbedaan praktik PSN 3M Plus di kelurahan percontohan dan non percontohan program pemantauan jentik rutin Kota Semarang. Jurnal Entomologi Indonesia, ISSN: 1721-6781. http://pei-pusat.org/jurnal/wp-content/uploads/2012/08/5.- Lintang-Dian.pdf. diakses tanggal 13 Februari 2013. Puskesmas Kassi-Kassi. Jumlah Penderita DBD di Kecamatan Rappocini. Makassar : Puskesmas Kassi-Kassi. Syarief, Ahmad. 2008. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan larva Aedes aegytpi dan Aedes albopictus di wilayah Puskesmas Tarakan Kota Makassar Tahun 2008. Skripsi tidak diterbitkan FKM Unhas. Wati, N.A.P. 2009. Perbedaan faktor-faktor risiko yang mempengaruhi keberadaan jentik vektor dengue (Aedes aegypti dan Aedes albopictus) antara desa endemis dan sporadis Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul. Tesis tidak diterbitkan FKM Unhas. WHO. 2005. Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue. Jakarta : EGC Yudhastuti, R., & Vidiyani, A. 2005. Hubungan kondisi lingkungan, kontainer dan perilaku masyarakat dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di daerah endemis demam berdarah dengue Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan 1:170-182. http://journal.lib.unair.ac.id/index.php/jkl/article/view/687. diakses tanggal 26 Maret 2013. 10

LAMPIRAN Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Kakteristik Umum Responden di Kelurahan Kassi -Kassi Kota Makassar Karakteristik Umum Responden N % Kelompok Umur (tahun) 16-23 13 13.0 24-31 19 19.0 32-39 24 24.0 40-47 15 15.0 48-55 14 14.0 56-63 5 5.0 64-71 10 10.0 72-79 13 13.0 Tingkat Pendidikan Tamat SD 3 3.0 Tamat SMP 17 17.0 Tamat SMA 54 54.0 Tamat Perguruan Tinggi 26 26.0 Pekerjaan Sekolah 10 10.0 Ibu Rumah Tangga 53 53.0 PNS/TNI/Polri 6 6.0 Wiraswasta 23 23.0 Lainnya 8 8.0 TOTAL 100 100.0 Sumber : Data Primer, 2013 Tabel 2. Distribusi Keberadaan Larva Aedes aegypti Berdasarkan Rumah di Kelurahan Kassi - Kassi Kota Makassar Keberadaan Larva n % Ada 57 57.0 Tidak Ada 43 43.0 TOTAL 100 100.0 Sumber : Data Primer, 2013 11

Tabel 3. Hubungan Variabel Independen dengan Keberadaan Larva Aedes aegypti di Kelurahan Kassi-Kassi Kota Makassar Keberadaan Larva Variabel Independen Ada Tidak Ada Total n % n % n % Menguras TPA Tidak 47 94.0 3 6.0 50 Ya 10 20.0 40 80.0 50 100.0 Mengubur Barang Bekas Tidak 9 56.2 7 43.8 16 100.0 Ya 48 57.1 36 42.9 84 100.0 Menutup Rapat TPA Tidak 52 69.3 23 30.7 75 100.0 Ya 5 20.0 20 80.0 25 100.0 Predator Tidak 54 56.8 41 43.2 95 100.0 Ya 3 60.0 2 40.0 5 100.0 Sumber : Data Primer, 2013 Hasil Uji (C195%) p = 0.000 p = 0.306 p = 0.000 p = 0.035 12