Akselerasi 05/23/11. A. Konsep Cerdas Istimewa

dokumen-dokumen yang mirip
SESI 1: HAKIKAT KEBERBAKATAN. Konsep, Oleh Drs.Yuyus Suherman,M.Si

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

PENDIDIKAN ANAK DG POTENSI KECERDASAN & BERBAKAT ISTIMEWA. Oleh: H i d a y a t (Dosen PLB & Psikologi FIP UPI Bandung)

Permasalahan Anak Berbakat Di Indonesia

TERMAN IQ RENZULI KECERD, TASK COMMIT & KREATIVITAS TYLER & TORRANCE IQ + KREATIVITAS

ANAK BERBAKAT MATERI 6 MATA KULIAH DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN

KONSEPSI PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

kemampuan dan prestasi luar biasa yg dimiliki seseorang kemampuan berprestasi yang menajubkan dalam musik, catur, matematika dll

Mata kuliah : Pendidikan Anak Berbakat

PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Oleh: Arumi Savitri Fatimaningrum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

1. Sekolah khusus Yaitu semua siswa yang belajar di sekolah ini adalah siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

PENGELOLAAN PENDIDIKAN ANAK GIFTED DI INDONESIA

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang. berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rini Restu Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR

UPAYA PEMBERDAYAAN PESERTA DIDIK ISTIMEWA MELALUI PROGRAM AKSELERASI OLEH PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

HAND OUT POKOK POKOK PERKULIAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bawah kemampuannya. Belum ada definisi yang dapat diterima secara universal

BAB II KAJIAN TEORITIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

2016 PROGRAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSI SISWA BERBAKAT DI KELAS AKSELERASI SMA X MEDAN

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal hidup di dunia untuk mengejar masa depan. Kata belajar bukan

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013

PENDIDIKAN ANAK DENGAN BAKAT DAN CERDAS ISTIMEWA

PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

Pendekatan thd intelegensi. General factor specific factor

TES INTELLIGENSI. NENY ANDRIANI, M.PSI, PSIKOLOG, CH, CHt, M.NLP

MENURUT WECHSLER 1. Entitas atau kuantitas yang mampu diukur oleh tes-tes inteligensi bukanlah kuantitas sederhana. Dengan demikian inteligensi tidak

BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Problem Focused Coping. fisik, psikis dan sosial. Namun sayangnya, kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan pribadi yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Abstrak. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kreativitas. MIF Baihaqi

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan test dan dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar mempunyai

BAB V PEMBAHASAN. A. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Visual

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP AKSELERASI. Skripsi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogiek. Pais artinya anak, gogos artinya

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB II LANDASAN TEORI. yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak

Guru Pendidikan khusus Psikolog

Psikologi Pendidikan SETIAWATI

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan

BAB II LANDASAN TEORI. untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru atau berbeda, belum ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. meletakkan hubungan dari proses berpikir. Orang yang intelligent adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Secara sederhana Flavell mengartikan metakognisi sebagai knowing

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tradisional kerap kali memosisikan guru sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

A. Konsep Cerdas Istimewa Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menggunakan istilah warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Penggunaan istilah potensi kecerdasan ini berkait erat dengan latar belakang teoritis yang digunakan. Potensi Kecerdasan berhubungan dengan kemampuan intelektual, sedangkan bakat tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual. Pendapat ini mula-mula dikemukakan oleh United States Office of Education (Feldhusen, 1994) bahwa anak berbakat adalah anak yang diidentifikasi oleh orang dengan kualifikasi profesional. Anak-anak yang telah mampu menunjukkan prestasinya dan atau berupa potensi kemampuan pada beberapa bidang seperti: 1) kemampuan inteligensi umum; 2) kemampuan akademik khusus (specific academic aptitude); 3) berpikir produktif atau kreatif; 4) kemampuan kepemimpinan; 5) kemampuan di bidang seni; 6) kemampuan psikomotorik. Beberapa jenis kemampuan lainnya seperti yang disebut oleh Gardner dengan teorinya yang dikenal Multiple Intelligences (1983) yaitu, kecerdasan linguistik, kecerdasan musikal, kecerdasan spasial, kecerdasan logikal matematikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal. Pengertian Cerdas Istimewa dalam program percepatan belajar ini dibatasi hanya pada kemampuan intelektual umum saja. Ada dua acuan yang bisa digunakan untuk mengukur kemampuan intelektual umum yaitu acuan unidimensional, yang lebih dikenal sebagai batasan yang diberikan oleh Lewis Terman (1992) dan acuan multimensional, yang disampaikan oleh Renzulli, Reis, dan Smith (1978) dengan Konsepsi Tiga Cincin (The Three Ring Conception). Dalam mengidentifikasi peserta didik cerdas istimewa menggunakan pendekatan multidimensional, kriteria yang digunakan lebih dari satu (bukan sekedar intelligensi). Batasan yang digunakan adalah peserta didik yang memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf kecerdasan ditetapkan skor IQ 125-130 ke atas skala Wechsler (Pada alat tes yang lain = rerata skor IQ plus dua standar deviasi), dimensi kreativitas tinggi (ditetapkan skor CQ dalam nilai baku tinggi atau plus satu standar deviasi di atas rerata) dan pengikatan diri (Task commitment) terhadap tugas baik (ditetapkan skor TC dalam kategori nilai baku baik, atau plus satu standar deviasi di atas rerata). 1

C.1. Macam-macam Konsep Cerdas Istimewa Konsep Cerdas Istimewa saat ini mengacu pada suatu pandangan yang bukan lagi yang disebut monodimensional, suatu pandangan yang multidimensional yang dikemukakan pada awal dan menjadi konsep yang penting dikemukan oleh Renzulli. Gambar 1.Renzulli s Three-Ring Theory Above Average General Ability High levels of Creativity High levels of motivation (Task commitment) Ketiga kemampuan tersebut (inteligensi, kreativitas, dan task commitment) ini mengarah pada anak-anak cerdas istimewa untuk mempunyai kemampuan-kemampuan atau bakat-bakat istimewa lainnya yang lebih spesifik. Gambar mengenai kemampuan tersebut oleh Renzulli digambarkan sebagai berikut: 2

Definisi berbakat yang hampir serupa dikembangkan oleh Mönks. Ia mengkaji model yang dikemukakan oleh Renzulli, yaitu dengan memperhatikan interaktif alamiah perkembangan manusia dan proses dinamika perkembangannya, Mönks (1992) memodifikasi Three-Ring Concept menjadi model Triadis atau Triadic Interdependence Model, yaitu kemampuan intelektual, kreativitas, dan motivasi yang tinggi, serta adanya dukungan dari faktor lingkungan sosial 3

The Multi Factor Model (Mönks, 1992) School Peers High Intelligence Ability Creativity Motivation Giftedness Family Dari gambar di atas meberi gambaran kita mengenai peran pentingnya faktor eksternal bagi perkembangan dan aktualisasi suatu keberbakatan istimewa yang dimiliki peserta didik, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat atau teman sebaya. Heller (2004) mengembangkan Model multifaktor yang pada dasarnya merupakan pengembangan dari three ring concept dari Renzulli dan Triadic Interdependence model Mönks serta Multiple Intelligences dari Howard Gardner. Ia menyatakan bahwa konsep keberbakatan dapat ditinjau berdasarkan: 1) faktor bakat (talent) sebagai potensi yang ada dalam individu yang dapat meramalkan aktualisasi performance dalam area yang spesifik. Bakat ini mencakup tujuh area yang masing-masing berdiri sendiri; dan 2) faktor performance (unjuk kerja) dalam delapan area yang spesifik. Bakat (talent) dapat berkembang menjadi performance dengan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu 1) karakteristik kepribadian yang mencakup: cara mengatasi stres, motivasi berprestasi, strategi belajar, kecemasaan terhadap tes, pengendalian terhadap harapan; dan 2) kondisi-kondisi lingkungan yang mencakup: lingkungan belajar yang dikenal, iklim keluarga, kualitas pembelajaran, iklim kelas, dan peristiwa-peristiwa kritis. 4

Di dalam proses terwujudnya performance, bakat juga dapat mempengaruhi faktor kepribadian dan kondisi lingkungan. Misalnya bakat yang ada pada anak dapat mempengaruhi bagaimana orangtua atau guru memperlakukannya. Gambar 3. The Munich Model of Giftedness by Kurt A. Heller (2005) 5

Dalam Munich Model kecerdasan berisi tujuh kemampuan: Kemampuan intelektual Kemampuan kreatif, Kompetensi sosial, Kecerdasan praktis, Kecerdasan artistik, musikalitas, Ketrampilan motorik. Karakteristik kepribadian (non koqnitif) yang berpengaruh, antara lain, motivasi berprestasi, Strategi belajar dan bekerja, control expectations, harapan untuk sukses dan ketakutan untuk gagaldge, dan konsep diri. Delapan bidang performance yaitu: matematika, natural sciences, tehnologi, Ilmu komputer, seni (musik, lukis), bahasa, atletik, olahraga, dan relasi sosial. Kondisi lingkungan yang berpengaruh, antara lain: Iklim keluarga, Jumlah saudara dan urutan kelahiran, Tingkat pendidikan orangtua, Stimulasi lingkungan rumah Tuntutan dan prestasi yang dditetapkan orangtua, Lingkungan belajar yang ramah, Iklim sekolah (teman sekelas), Gaya pendidkan Kualitas pengajaran, Pembelajaran dengan differensiasi Reaksi social terhadap kesuksesan, maupun kegagalan Peristiwa kehidupan Secara lengkap Model Munich mengenai kecerdasan dapat dilihat pada gambar 4 di bawah ini. 6

Gambar 4. The Munich Model of Giftedness 7

C. 2. Kecerdasan Intelektual (Intellectual Giftedness) Yang kita bicarakan disini adalah kecerdasan intelektual atau disebut juga kecerdasan akademikal. Yaitu suatu kecerdasan pada bidang yang berhubungan dengan hal-hal yang menyangkut intelektual dan masalah akademik atau pendidikan di sekolah. Kelompok cerdas istimewa ini Wechsler memberikan klasifikasi keberbakatan dengan batas sekitar skor 130 ke atas. Feldhusen juga memberikan batasan skor IQ dalam mengidentifikasikan bakat sekitar 125 atau 130. Renzulli memberikan skor IQ di atas rata-rata sebagai batasan untuk mengidentifikasikan keberbakatan. Beberapa ahli mendefinisikan bakat intelektual adalah individu yang mempunyai skor tes inteligensi dua deviasi standar atau lebih di atas rerata. Beberapa ahli yang lain dalam mendefinisikan kurang memberikan batas yang spesifik, dan lebih setuju menggunakan skor pada puncak rentang (sekitar 2% sampai 10%, atau dua deviasi standar atau lebih) pada pengukuran kemampuan umum. Mönks mengatakan dengan tes inteligensi dengan skor batas IQ 130 ke atas, sedang bila menggunakan prestasi akademik puncak rentang 10%. C.3. Komponen Cerdas Istimewa Menurut Renzulli ada tiga komponen dalam cerdas istimewa yaitu 1) Inteligensi; 2) kreativitas; 3) task commitment. Dibawah ini akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Inteligensi : Inteligensi secara garis besar dapat diartikan menjadi tiga, pertama sebagai suatu kemampuan mental individu untuk menyesuaikan diri dengan suatu masalah atau pengalamanpenglaman baru dalam hidup, atau terhadap berbagai macam masalah maupun tuntutan yang timbul dalam ligkungan; Kedua, Inteligensi diartikan sebagai suatu kemampuan individu untuk berpikir abstrak atau kemampuan untuk menggunakan ide-ide, konsep-konsep dan simbol-simbol untuk menghasilkan sesuatu yang berguna, seperti antara lain dalam menghadapi masalah-masalah yang membutuhkan pemecahan dengan simbol-simbol verbal, numerikal, matematika, maupun kemampuan untuk menggunakan formula-formula. Sedangkan pengertian ketiga, inteligensi didefinisikan sebagai kemampuan untuk belajar, artinya inteligensi menunjukkan seberapa jauh seseorang dapat dilatih atau dididik. Makin inteligen makin siap individu tersebut untuk belajar mengenai hal-hal yang lebih banyak, luas, dan mendalam. Seorang inteligen tidak hanya mampu 8

mendapat pengetahuan dan pengalaman yang telah dipelajari saja, tetapi ia mampu pula menerapkannya pada situasi-situasi baru, Renzulli tidak menyebutkan inteligensi yang superior sebagai suatu hal yang esensial, tetapi cukup pada taraf inteligensi di atas rata-rata. Kemampuan inteligensi yang berada pada taraf di atas rata-rata tersebut bila didukung dengan kreativitas atau cara berpikir yang divergen dan komitmen pada tugas yang tinggi akan memunculkan suatu keberbakatan pada individu. Renzulli memberikan tekanan pada perilaku sebagai indikator keberbakatan dalam aktivitas proyek kreatif dan ia kurang memberikan status indikator, seperti status yang diperoleh dari skor tes inteligensi, dalam ia mendefinisikan keberbakatan. Di bawah ini adalah gambar atau kurve mengenai distribusi rentang IQ (intelligence quotient), yang mengungkap skor rerata, standar deviasi dan presentasi dari prevalensinya.. 2. Kreativitas: kreativitas berasal dari kata Latin creare yang mempunyai arti menciptakan. Kemampuan untuk menciptakan, dimiliki oleh setiap individu, hanya dengan derajat yang berbeda. Guilford adalah ahli yang mula-mula memberikan definisi mengenai kreativitas, yang selanjutnya diikuti oleh ahli-ahli berikutnya. Kreativitas adalah komponen yang sering ditetapkan sebagai 9

kriteria keberbakatan, karena inteligensi yang tinggi belum mampu mengidentifikasikan suatu keberbakatan, bila tidak disertai dengan kreativitas. Menurut Guilford kreativitas ditandai dengan adanya sensitivitas pada problem; kelancaran berpikir; mempunyai ide-ide baru, dan juga ketepatan dan manfaat ide tersebut; fleksibilitas, mampu menyesuaikan dengan perubahan; kemampuan analisis dan sintesis, pengorganisasian ide ke hal yang lebih luas, meliputi pola dan struktur simbolik diperinci sebelum membentuk sesuatu yang baru; kompleksivitas atau menghubungan ide-ide; dan yang terakhir adalah evaluasi atau penilaian. Munandar mengembangkan teori Torrance, a) Fluency ditandai dengan mampu mencetuskan banyak ide, banyak cara menyelesaikan masalah dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban; b) Flexibility, ke rampilan berpikir fleksibel atau luwes ditandai dengan mampu memproduksi gagasan, jawaban dengan berbagai variasi pendekatan bila menemukan masalah; dan mampu melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, serta mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran; c) Originality, Seseorang berpikir original bila mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, mampu membuat kombinasi yang unik dan tidak lazim; d) Elaboration, berarti mampu memperkaya dan mengembangkan gagasan atau produk dan mampu menambahkan atau memperinci detil-detil suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga lebih menarik. Bagaimanakah hubungan antara inteligensi dengan kreativitas? Hubungan inteligensi dengan kreativitas, munurut beberapa ahli (Breinstein dkk, 1994; Munandar, 1992) inteligensi yang tinggi tidak selalu diikuti dengan kreativitas yang tinggi. Dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa korelasi antara keduanya hanya sekitar + 0,10 hingga + 0,30 (Anastasi dalam Breintein, 1994). 3. Komitmen terhadap tugas (task commitment): Kemampuan inteligensi dan kreativitas tinggi belum mampu memunculkan keberbakatan, karena itu beberapa ahli mengemukakan kriteria lain di luar faktor kemampuan antara lain melibatkan faktor kepribadian, seperti misalnya komponen komitmen pada tugas yang dikemukakan Renzulli (1978), atau komponen motivasi menurut Mönks (1992). Komitmen pada tugas adalah rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang dihadapi, mendorong seseorang untuk tekun dan ulet, meskipun mengalami macam-macam rintangan dan hambatan, melakukan dan menyelesaikan tugas yang telah menjadi tanggungjawabnya, karena ia telah mengikatkan diri terhadap tugas tersebut atas kehendaknya sendiri. 10

Karakteristik/ciri anak mempunyai task commitment tinggi, menurut Renzulli antara lain: 1). Kapasitas untuk mendalami bidang tertentu yang ditekuni,antusias, keterlibatan tinggi, rasa ingin tahu tinggi pada bidang yang ditekun; 2). Ketekunan, 3). Daya tahan kerja; 4). Keyakinan diri mampu menyelesaikan tugas; 5). Dorongan untuk berprestasi; 6). Kemampuan mengenali masalah pada bidang yang ditekuni; 7). Kemampuan menanggapi topik yang mutakhir terkait dengan bidang yang ia tekuni; 8). Menetapkan standar kerja yang tinggi 9). Selalu bersedia melakukan introspeksi diri dan terbuka terhadap kritik dari orang lain; 10). Mampu mengembangkan rasa keindahan, kualitas, dan kesempurnaan pekerjaannya, maupun pekerjaan orang lain. C.3. Tingkat Kecerdasan Istimewa Cerdas istimewa ini bila kita mencoba untuk memahami, ternyata bisa dipilah menjadi empat tingkatan. Keempat tingkatan yang terbagi merdasarkan kemampuan inteligensi ini mempunyai karakteristik yang berbeda pada masing-masing tingkat. Gagne membagi Cerdas Istimewa jadi empat tingkat, yaitu 1. Basically gifted) yaitu berada pada taraf +1SD di atas rerata, atau ekuivalen dengan IQ sekitar 112/115, kelompok ini kira-kira berjumlah 15-20%, atau dengan rasio 1 banding 5 atau 6. 2. Moderately gifted mempunyai IQ berada pada +2 SD di atas rerata atau dengan IQ sekitar 125/130, jumlahnya kurang lebih 2-4% dari populasi. 3. Highly gifted yaitu mereka yang tingkat inteligensinya berada +3SD di atas rerata atau IQ kurang lebih 140-145, jumlah sekitar 0,01-0,003% atau 1 banding 300 4. Extremely gifted yaitu +4SD, dengan ekuivalen IQ sekitar 155-160, atau 1 banding 10.000. C.4. Macam-macam Tipe Cerdas Istimewa Ada beberapa macam Cerdas Istimewa, masing-masing mempunyai karakteristik dan caracara identifikasi yang berbeda dan penanganan serta pendampingan psikologis yang berbeda. Kesemuanya tentu membutuhkan ketrampilan, keahlian dan pengalaman. 11

Ada empat macam tipe : 1. Gifted Learner: Gifted Learner adalah peserta didik cerdas istimewa yang mempunyai potensi tinggi dan mampu mengaktualkan atau menunjukkan performansi yang tinggi pula. Kelompok ini yang saat ini telah sediakan program layanan khusus oleh pemerintah, yaitu dengan program akselerasi. 2. Gifted Underachievement: Gifted Underachievement adalah peserta didik yang mempunyai potensi tinggi, namun ia tidak mampu untuk mengaktualkan seluruh potensinya, sehingga prestasi akademiknya berada di bawah potensi sesungguhnya. Kelompok ini ditandai dengan skor IQ yang tinggi, namun prestasi akademik rendah, jadi dengan kata lain ada diskrepansi yang tinggi antara skor IQ dengan nilai rapor dan hal itu yang menyebabkan ia mengalami hambatan dalam berprestasi, penyebabnya bisa bermacam-macam 3. Gifted with Learning disability: Gifted dengan Learning disability adalah peserta didik mempunyai inteligensi tinggi, namun ia memiliki kesulitan belajar, seperti contohnya disertai dengan gangguan disleksia, atau mempunyai gangguan komunikasi (Communication disorder), autism, atau disertai dengan gangguan ADHD. Kelompok anak berbakat ini adalah paling sulit diidentifikasi, karena mereka biasanya lebih dipandang sebagai peserta didik yang bermasalah, sehingga pihak sekolah maupun orangtua lebih berupaya menghilangkan kekurangannya dan kurang memperhatikan kelebihan yang dimilikinya. 4. Asyncronic/Dysincronic Gifted: Gifted a synchronic ini adalah kelompok peserta didik yang mempunyai inteligensi sangat tinggi, namun aspek yang lain tertinggal, misalnya anak usia 5 tahun memiliki kemampuan berpikir/inteligensi (usia mental) seperti anak usia 7 tahun, namun tahap pekembangan emosi sosialnya seperti anak usia 5 tahun. Tentu ini tidak seimbang, dan menimbulakn ketidak harmonisan dia dalam melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan. 12