Permasalahan Anak Berbakat Di Indonesia
|
|
- Teguh Atmadjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Permasalahan Anak Berbakat Di Indonesia Sri Sayekti FIP IKIP Veteran Semarang basiroh_1428@yahoo.co.id ABSTRAK Bakat yang dimiliki oleh sebagian individu masih belum terwujud,yaitu masih berupa potensi,maka perlu dikembangkan. Berkembangnya bakat dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan juga faktor lingkungan. Sekolah merupakan salah satu lingkungan yang memiliki peranan yang cukup besar untuk mengembangakan bakat khususnya bagi peserta didik. Banyak peserta didik yang memiliki bakat yang luar biasa, tetapi tidak dapat berkembang secara optimal. Hal ini berarti ada permasalahan dengan keberbakatan yang dialami oleh peserta didik. Salah satu penyebab permasalahan tersebut adalah kurang atau belum adanya pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Meskipun saat ini di sekolah baik negeri maupun swasta telah menyelenggarakan pendidikan khusus untuk anak berbakat akademik (program akselerasi ),namun masih banyak mengalami permasalahan. Untuk itu penyusunan program pendidkan di sekolah bagi peserta didik harus disesuaikan dengan kebutuhan dan juga budaya Indonesia. Kata Kunci : Anak berbakat dan Permasalahanya PENDAHULUAN Anak berbakat akademik di Indonesia cukup banyak, diantara mereka ada yang sudah berhasil dalam mengembangkan potensinya secara optimal, tetapi masih ada juga yang potensinya belum terwujud. Diberbagai massmedia sering ditampilkan peserta didik yang telah berhasil menunjukan prestasi yang cukup menakjubkan, baik ditingkat nasional maupun tingkat internasional. Namun demikian, jika dikaji lebih lanjut ada kemungkinan jumlah peserta didik yang telah berhasil menunjukan prestasinya masih jauh dari yang diharapkan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh sekolah dan juga pemerintah untuk mengakomodasi kebutuhan perkembangan siswa berbakat, tetapi masih banyak permasalahan yang dihadapai. Tulisan ini bermaksud mengkaji tentang : Apakah arti keberbakatan dan permasalahan-permasalahan yang dialami anak berbakat di Indonesia. PEMBAHASAN Pengertian Berbakat Kata berbakat berasal dari bahasa Inggris yaitu gifted atau talent. Dalam bahasa Indonesia istilah berbakat mewakili arti gifted dan talented. Meskipun sebenarnya dua kata tersebut memiliki perbedaan. Gifted menunjukan kemampuan berpikir dengan ditandai IQ yang tinggi ( ± 140 ), disamping itu gifted menunjukkan kecakapan khusus yang menonjol MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 16
2 pada suatu bidang ilmu pengetahuan tertentu dimana antara gifted satu dengan gifted yang lainnya tidak sama, tergantung pembawaan mereka masing-masing. Talent hanya menunjukkan kemahiran menguasai sesuatu bidang khusus saja, misalnya seni musik, bahasa, melukis, matematika dan sebagainya. Kemahiran tersebut berasal dari pembawaan anak. Secara singkat talent adalah penonjolan pada salah satu bidang tertentu saja dari sesuatu individu yang dibawa seajak lahir, atau secara umum talent disebut juga kecakapan khusus yang sifatnya non intelektif ( Sutratinah Tirtonegoro, 1984 : 4). Hal ini senada yang disampaikan oleh Gagne ( 1985 ) yang menyatakan bahwa talented berbeda dengan giftedness karena talented lebih dilihat sebagai suatu potensi dalam bidang tertentu. Ia mengatakan bahwa gifted lebih diasosiasikan dengan kemampuan intelgensi umum ( g ), sementara talented mengarah pada kemampuan yang spesifik atau aptitude ( bakat ). Berdasarkan pertimbangan bahwa gifted meliputi macam-macam dimensi atau bidang kemampuan atau ketrampilan, sedang intellectual giftedness hanya merupakan salah satu bentuk keberbakatan, karena itu sebaiknya digunakan istilah anak berbakat untuk gifted dan talented ( Munandar 1985 ). Jadi jika berbicara tentang anak berbakat berarti sudah terkandung aspek gifted dan talented. Konsep anak berbakat itu sendiri masing-masing ahli memiliki sudut pandang yang berbeda-beda, namun semua dapat dipakai sebagai rujukan untuk memahami tentang pengertian anak berbakat. United States Office of Education (USOE) mendifinisikan anak-anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang profesional diidentifikasikan sebagai anak-anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mereka memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul. Kemampuan tersebut secara potensial atau yang telah nyata meliputi : Kemampuan intelektual umum,kemampuan akademik khusus,kemampuan berpikir kreatif- produktif, kemampuan memimpin,kemampuan dalam salah satu bidang seni,kemampuan psikomotor ( seperti dalam olah raga ) (Utami Munandar 1995 :23 ).Dari difinisi tersebut dapat teridentifikasi bahwa bakat yang dimiliki anak itu dibedakan antara bakat yang sudah terwujud dan nyata dalam prestasi yang unggul, dan bakat yang belum terwujud yaitu sebagai potensi, maka perlu dikembangkan. Renzulli, dkk, menyatakan bahwa dengan model Three Ring Conception, Ia menyatakan bahwa 3 ciri pokok yang merupakan kriteria keberbakatan ialah : adanya kemampuan umum di atas rata-rata, kreativitas di atas rata-rata dan pengikatan diri terhadap tugas ( task commitment yang tinggi ). Difinisi yang dikemukakan Renzulli ini melihat keterkaitan antara tiga persyaratan atau kriteria keberbakatan. Seperti yang dikatakan Terman, bahwa intelegensi yang tinggi tak sinonim dengan keberbakatan. Wallach ( 1976 ) pun menunjukkan bahwa pencapaian skor tertinggi pada test akademik MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 17
3 tentu mencerminkan potensi untuk kinerja kreatif atau produktif ( Utami Munandar, 1995 : 26). Dengan demikian untuk mengidetifikasi bakat atau keberbakatan tidak cukup hanya dilihat dari kemampuan yang di atas rata-rata, tetapi juga kreativitas dan komitmen terhadap tugas sebagai ciri afektif yang memberi motivasi pada anak berbakat. Menurut Mo nks, anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan intelektual, kreativitas dan motivasi yang tinggi serta adanya dukungan dari faktor lingkungan sosial. Konsep keberbakatan ini menunjukkan bahwa kompetensi internal ( intelektual, kreativitas dan motivasi ) tidak akan terwujud bila lingkungan ( sekolah, keluarga dan teman sebaya ) tak memberi kesempatan atau mendukung untuk berkembang. Dalam hal ini Mo nk memodifikasi model Renzulli ( Three Ring Concept ) menjadi model Triadis atau Triadic Interpendene Model. Faktor-faktor yang mendukung munculnya giftedness pada seorang anak 1. Faktor pembawaan a. Intelgensi dan kreativitas Seperti yang dikatakan Renzulli, bahwa kriteria keberbakatan adalah dimilikinya kemampuan di atas rata-rata dan kreativitas. Oleh karena itu anak yang berbakat harus memiliki kemampuan intelgensi dan kreativitas yang tinggi untuk mendukung keberbakatannya. b. Kepribadian Motivasi dan komitmen terhadap tugas mempunyai andil yang cukup besar dalam mendukung munculnya giftedness. Dengan memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugas dan motivasi yang tinggi pula maka individu akan mempunyai rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang dihadapi, mendorong individu untuk tekun dan ulet,meskipun mengalami macam-macam rintangan dan hambatan dan semuanya itu akan dilakukan atas kehendaknya sendiri. 2. Faktor Lingkungan a. Keluarga 1). Sosial ekonomi keluarga Untuk mendukung munculnya giftedness anak, diperlukan fasilitas yang memadai, misalnya buku-buku, sarana-sarana belajar yang lain seperti computer, permainan, piano dan lain-lain. Bagi keluarga yang ekonominya menengah ke atas penyediaan sarana belajar seperti di atas tidaklah menjadi permasalahan. 2). Tingkat pendidikan orang tua Semakin tinggi pendidikan orang tua seharusnya dapat memberikan stimulasi, perhatian yang baik terhadap munculnya keberbakatan anak. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 18
4 3). Pola asuh orang tua Jenis pola asuh yang diterapkan dalam keluarga akan berpengaruh juga pada keberbakatan anak. 4). Aspirasi dan persepsi orang tua terhadap keberbakatan anak. Aspirasi dan persepsi keberbakatan dari orang tua akan mempengaruhi aspirasi dan persepsi anak terhadap keberbakatan yang ada pada dirinya. Misalnya labeling terhadap anak, tuntutan yang tak sesuai dengan kebutuhan anak dan sebagainya. 5). Terpenuhinya kebutuhan anak dan rancangan program untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka sejak awal atau usia dini. b. Sekolah Lingkungan sekolah yang dapat mendukung giftedness anak antara lain : Kurikulum yang sesuai dengan keberbakatan anak,sarana atau fasilitas belajar yang mendukung,program dan strategi pembelajaran yang tepat, sikap atau karakteristik guru dan teman terhadap anak. c. Masyarakat 1). Memberi kesempatan pada anak-anak yang giftedness untuk belajar mengembangkan keberbakatannya ( misalnya : memanfaatkan fasilitas pabrikpabrik, rumah-rumah sakit, laboratorium, telkom ) dan sebagainya. 2). Adanya kerja sama yang baik antara sekolah dan masyarakat. Misalnya para orang tua dan tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki keahlian tertentu dapat menjadi mentor bagi anak berbakat. 3). Aspirasi dan persepsi masyarakat terhadap anak berbakat Pemahaman masyarakat terhadap karakteristik keberbakatan anak akan menentukan aspirasi dan persepsinya terhadap anak yang berbakat tersebut, apakah positif atau negatif 4). Memberi kebebasan dan tidak ada diskriminasi dalam memberi kesempatan dan hadiah atau penghargaan terhadap munculnya keberbakatan. 3. Mengidentifikasi anak berbakat yang masih berada pada usia muda Kita dapat menggunakan observasi partisipan dan non partisipan untuk mengidentifikasi keberbakatan anak. Identifikasi tersebut meliputi : a. Rasa ingin tahu anak Salah satu cirri anak berbakat ialah rasa ingin tahunya tinggi. Dia tidak mudah puas terhadap jawaban yang diberikan yang sering membuat orang dewasa tidak sabar atau bahkan kebingungan untuk menjawab pertanyaan anak. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 19
5 b. Kemampuan bahasa Bahasa merupakan alat sosialisasi dan merupakan dasar perkembangan intelegensi. Anak berbakat intelektual dapat dikenali dari perkembangan bahasa yang cepat, membaca pada usia dini, cepat mengingat kata-kata dan perbendaharaan kata yang luas melebihi kelompok sebayanya. c. Kreativitas dalam bermain Anak berbakat biasanya lebih kreatif dalam menggunakan ala- alat permainan seperti permainan yang memberi bentuk atau konstruktif, menggambar, menulis. Dari hasil karya permainan tersebut dapat mengidentifikasi keberbakatan anak. d. Membandingkan perilaku anak dengan cirri-ciri anak berbakat e. Minat anak Jika anak secara intens melakukan kegiatan dengan dorongan internalnya ( motivasi ) yang dilakukan dengan senang, maka kemungkinan besar itulah minat dan bakatnya. Untuk membedakan mana anak yang berbakat dan bukan, dapat diketahui dari kemampuan anak secara mandiri dalam mengembangkan minatnya tersebut. Anak berbakat selain mempunyai tempo yang cepat dalam belajar, juga bisa dilepas ( mandiri dan mampu mengubah lagi dengan motivasi dalam diri yang kuat (Pikiran Rakyat,2002 ) f. Loncatan Perkembangan Intelektualitas Anak-anak berbakat mempunyai dorongan yang sangat besar untuk mengembangkan intelektualitasnya, keras kepala dan sangat perfeksionis serta mempunyai cara berpikir ( cognitive style ) yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Jika teridentifikasi pada anak-anak seperti ini maka ia memerlukan pengasuhan dan pendidikan yang terstruktur yang tidak menghambat perkembanganya. 4. Permasalahan anak berbakat di Indonesia UU Republik Indonesia No 2 th 1989 tentang Sistem Pendidkan Nasional pasal 8 ayat ( 2 ) bahwa warga Negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus. Pada pasal 24 dipertegas bahwa setiap peserta didik pada suatu satuan pendidikan mempunyai hak-hak berikut : Ayat ( 1 ) mendapat perlakuan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. Karena peserta didik berbeda-beda dalam hal bakat, minat dan kemampuannya, maka implikasinya ialah bahwa perlakuan pendidikan perlu disesuaikan dengan potensi setiap peserta didik. Mereka yang tingkat kecerdasannya jauh di bawah rata-rata tidak dapat menarik manfaat dari pendidikan biasa ( reguler ) yang dimaksudkan untuk mayoritas peserta didik dengan tingkat kecerdasan rata-rata atau lebih. Mereka yang termasuk tuna grahita ini memerlukan pendidikan luar biasa agar kemampuan mereka yang tebatas dapat dikembangkan secara optimal. Demikian pula peserta didik dengan kemampuan MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 20
6 intelektual yang jauh di atas rata-rata, yang disebut dengan anak berbakat ( gifted ) atau dengan kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa, anak-anak tersebut memerlukan pendidikan khusus agar bakat atau potensi mereka yang unggul dapat diwujudkan sepenuhnya. Dari ayat-ayat tersebut, jelas bahwa sistem pendidikan nasional amat mendukung penyelenggaraan program pendidikan khususnya bagi anak berbakat dan telah diusahakan membentuk Kelompok Kerja Luar Biasa (KKPLB) di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional. Dewasa ini di sekolah-sekolah, baik sekolah negeri atau swasta, telah menyelenggarakan pendidikan khusus untuk anak berbakat ( program akselerasi ), namun demikian masih banyak permasalahan-permasalahan yang dirasakan oleh anak-anak berbakat di Indonesia dalam memperoleh layanan pendidikan. Adapun permasalahan-permasalahan tersebut adalah : a. Masih adanya anggapan dari masyarakat bahwa jika betul-betul anak berbakat, ia dapat memenuhi kebutuhan pendidikannya sendiri, jika guru dapat melakukan tugasnya yang baik, anak berbakat tidak memerlukan perhatian khusus, berbeda dengan yang menyandang ketunaan. b. Mengidentifikasi anak berbakat untuk menemukan siapa yang termasuk anak berbakat. Siapa yang melakukannya dan bagaimanakah menemukan mereka? c. Kurikulum pendidikan di Indonesia tidak cukup fleksibel untuk anak berbakat. Yang terjadi sekarang ini adalah kurikulumnya sama dengan anak-anak reguler / normal, hanya waktu pencapaiannya yang berbeda ( bisa dipercepat). d. Guru-guru tidak dipersiapkan untuk mendidik anak berbakat sehingga sering tidak dapat memenuhi kebutuhan anak berbakat. e. Masing-masing sekolah yang menyelenggarakan pendidikan khusus bagi anak-anak berbakat, belum memiliki standard yang sama baik dalam menyeleksi murid untuk mengidentifikasikan keberbakatannya ( siapakah yang berwenang untuk mengidentifikasi, alat ukur apa yang sebaiknya digunakan ), program, materi pembelajaran dan sebagainya. f. Labelisasi anak berbakat sebagai kelompok anak-anak yang elit. Baik dalam bakat pembawaan yang unggul, maupun elit dari golongan sosial yang tinggi. Hal ini terjadi karena memang sebagian besar anak-anak berbakat yang teridentifikasi dan terlayani adalah dari kelas sosial ekonomi menengah ke atas. Sebenarnya masih ada anakanak berbakat yang kurang beruntung ( karena kemiskinan, keterlantaran dan sebabsebab yang lain) yang tidak mendapat kesempatan untuk mengaktualisasikan kemampuannya. g. Program akselerasi yang diselenggarakan di sekolah-sekolah masih belum dapat memenuhi kebutuhan anak-anak berbakat yang sifatnya spesifik/ khusus, misalnya MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 21
7 apakah bakat anak dalam bidang seni, bahasa, matematika dan sebagainya, karena program ini orientasinya lebih kepada percepatan penyelesaian program pendidikan. 5. Pendidikan anak berbakat yang sesuai dengan kondisi budaya Indonesia Anak berbakat tidak akan dapat mencapai prestasi yang tinggi dengan sendirinya tanpa memerlukan perhatian dan pelayanan pendidikan khusus. Adapun pendidikan anak berbakat yang sesuai dengan kondisi budaya Indonesia antara lain : a. Memberi kesempatan pendidikan yang sama kepada semua anak untuk mengembangkan potensi ( keberbakatannya ), seperti halnya pendidikan untuk anak yang mengalami ketunaan. b. Memperhatikan prosedur untuk mengidentifikasi keberbakatan, misalnya alat ukur apa yang akan digunakan dan siapa yang berwenang melakukannya. Alat ukur ( test psikologis ) yang digunaka harus standard an disesuaikan dengan kondisi dan budaya Indonesia. c. Penyusunan kurikulum Kurikulum untuk pendidikan anak berbakat sebaiknya diprogram secara khusus, dibedakan dengan anak-anak reguler sehingga mampu memenuhi kebutuhan keberbakatan anak. Disamping memenuhi kebutuhan individual siswa juga dikembangkan program yang merangsang siswa untuk berinteraksi dengan kelompok guna memungkinkan siswa mengembangkan ketrampilan sosial. d. Mempersiapkan guru bagi anak berbakat Semua anak di sekolah memerlukan guru yang baik, demikian juga anak berbakat; tidak semua guru dapat mendidik anak berbakat. Untuk itu diperlukan adanya persiapan khusus bagi para guru anak berbakat sesuai dengan tujuan pendidikan nasional Indonesia, melalui pelatihan, lokakarya, pendidikan dan sebagainya. Sering terjadi kurikulum yang selalu diolah, dibenahi, tetapi kompetensi, karakteristik, ketrampilan guru kurang diperhatikan. Karena guru menentukan tujuan dan sasaran belajar, membantu dalam pembentukan nilai-nilai pada anak ( nilai hidup, moral, sosial ), memilih pengalaman belajar, menetukan metode / strategi mengajar dan yang paling penting menjadi model perilaku bagi siswa ( Utami Munandar, 1995 : 100 ). e. Memberi kebebasan terhadap media kebudayaan bagi semua warga negara tanpa diskriminasi (jenis kelamin, suku, agama, sosial ekononi dan seterusnya). Hal ini akan mempengaruhi sikap orang tua dan anak dalam mengembangkan keberbakatannya melalui jalur pendidikan formal. Di lapangan sering dijumpai persyaratan-persyaratan tertentu (jenis kelamin) untuk memilih program pendidikan atau karir tertentu sehingga akhirnya anak memilih pendidikan maupun karir yang tidak sesuai dengan keberbakatannya. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 22
8 f. Program pendidikan secara khusus : - Pengayaan (Enrichment) adalah pembinaan anak supernormal dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat vertikal (intensif, pendalaman ) dan horisontal (ekstensif, memperluas). - Percepatan (Acceleration) yaitu cara penanganan anak supernormal dengan memperbolehkan naik kelas secara meloncat atau menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat. - Pengelompokan Khusus (Segregation) dapat dilakukan secara penuh atau sebagian yaitu bila sejumlah anak supernormal dikumpulkan dan diberi kesempatan untuk secara khusus memperoleh pengalaman belajar yang sesuaia dengan potensinya. PENUTUP Bakat merupakan suatu potensi yang perlu dikembangakan, jika potensi tersebut tidak dikembangkan dengan baik dapat menimbulkan permasalahan sendiri bagi individu yang bersangkutan. Sekolah merupakan salah satu faktor sosial bagi peserta didik mempunyai tanggung jawab yang besar bagi pengembangan bakat peserta didik.oleh sebab itu,berbagai upaya atau program yang disusun guna memfasilitasi siswa yang memiliki bakat khusus,perlu memperhatikan berbagai aspek baik yang berkaitan dengan jenis program, kurikulum,kebutuhasn siswa, sarana dan prasarana, guru dan sosiokultural. DAFTAR PUSTAKA Bandi Delphie, Anak Berkebutuhan Khususus, 2006, Bandung : Refika Aditama. Conny Setiawan, Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, 1997, Jakarta : Grasindo. Lay Kekeh Marthan, Manajemen Peniikan Inklusif, 2007, Jakarta, Dep Pend Nas Dirjen Pend Tinggi,Direktorat Ketenagaan. Pikiran Rakyat, Khusus Keluarga, Deteksi Dini dan Penanganan Anak Berbakat, 2002, Pikiran Rakyat, Cyber Media. Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal, 1984, Jogyakarta : Rineka Cipta Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, 1995, Jakarta : Rineka Cipta.Pemandu Anak Berbakat, 1982, Jakarta : Rajawali MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 23
A. Latar Belakang Masalah
negara. 2 Sementara fungsi dan tujuan pendidikan dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam pengertian bahasa disebut the process of training and developing the knowledge,
Lebih terperinciAkselerasi 05/23/11. A. Konsep Cerdas Istimewa
A. Konsep Cerdas Istimewa Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menggunakan istilah warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Penggunaan istilah potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang. berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai meninggalkan ketergantungannya pada
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Task Commitment 2.1.1. Pengertian Task Commitment Task commitment adalah salah satu karakteristik yang mestinya dimiliki oleh siswa berbakat menurut konsep The Three Ring Conception
Lebih terperinciKONSEPSI PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
KONSEPSI PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT Oleh : Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd. MA. Dosen FIP Universitas Negeri Yogyakarta PENGANTAR PENGALAMAN REFORMASI PENDIDIKAN AS SEBAGAI RESPON TERHADAP PRESTASI RUSIA YANG
Lebih terperinciANAK BERBAKAT MATERI 6 MATA KULIAH DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN
ANAK BERBAKAT TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM: Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa dapat memahami karakteristik dan jenis-jenis keberbakatan guna melakukan deteksi dini TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena pertumbuhan kehidupan masyarakat maju, semakin lama semakin menunjukkan bahwa kunci perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberadaan anak gifted menjadi sangat bernilai. Potensinya yang unggul dalam intelektualitas, kreativitas, dan motivasi menjadikan anak berbakat sebagai kekayaan
Lebih terperinciPENDIDIKAN ANAK DG POTENSI KECERDASAN & BERBAKAT ISTIMEWA. Oleh: H i d a y a t (Dosen PLB & Psikologi FIP UPI Bandung)
PENDIDIKAN ANAK DG POTENSI KECERDASAN & BERBAKAT ISTIMEWA Oleh: H i d a y a t (Dosen PLB & Psikologi FIP UPI Bandung) HAKEKAT KEBERBAKATAN BERVARIASI TERGANTUNG NILAI-NILAI YG DIANGGAP IDEAL ZAMAN YUNANI
Lebih terperinciSESI 1: HAKIKAT KEBERBAKATAN. Konsep, Oleh Drs.Yuyus Suherman,M.Si
SESI 1: HAKIKAT KEBERBAKATAN Konsep, Dan Definisi Oleh Drs.Yuyus Suherman,M.Si yuyus@upi.edu HAKEKAT KEBERBAKATAN BERVARIASI TERGANTUNG NILAI-NILAI YG DIANGGAP IDEAL ZAMAN YUNANI KEPANDAIAN BERPIDATO ROMAWI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan dan strategi agar sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percepatan arus informasi dalam era globalisasi dewasa ini menuntut semua bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan dan strategi agar sesuai dengan kebutuhan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, sehingga dapat memfungsikan diri sesuai dengan kebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki peran yang strategis dalam mewujudkan individu yang berkualitas, sehingga dapat memfungsikan diri sesuai dengan kebutuhan pribadi dan
Lebih terperinci2.3.3 Tujuan Kelas Akselerasi Manfaat Kelas Akselerasi Keunggulan Kelas Akselerasi Kelemahan Kelas Akselerasi...
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i SURAT PERNYATAAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... xii DAFTAR FOTO... xiii BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperinciPengelolaan Pendidikan Kelas Khusus Istimewa Olahraga. menuju tercapainya Prestasi Olahraga
Pengelolaan Pendidikan Kelas Khusus Istimewa Olahraga menuju tercapainya Prestasi Olahraga Oleh: Sumaryanto Dosen FIK UNY Dipresentasikan dalam acara Program Kelas Khusus Olahraga Di SMA N 4 Yokyakarta,
Lebih terperinciPERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR
PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR Murhima A. Kau Universitas Negeri Gorontalo Email : murhimakau@ymail.com ABSTRAK Permasalahan kreativitas menjadi sangat penting untuk dibicarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia secara garis besar masih lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia secara garis besar masih lebih banyak bersifat klasikal. Artinya, berorientasi pada kuantitas untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk. termasuk anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk dapat memperoleh pendidikan melekat pada semua
Lebih terperinciPENGELOLAAN PENDIDIKAN ANAK GIFTED DI INDONESIA
PENGELOLAAN PENDIDIKAN ANAK GIFTED DI INDONESIA Oleh : Rochmat Wahab Staf Pengajar Jurusan PLB FIP UNY PENGANTAR PENGALAMAN REFORMASI PENDIDIKAN AS SEBAGAI RESPON TERHADAP PRESTASI RUSIA YANG MELUNCURKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program akselerasi merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan. Program kelas akselerasi bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas sumberdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat
Lebih terperinci1. Sekolah khusus Yaitu semua siswa yang belajar di sekolah ini adalah siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
Bentuk-bentuk penyelenggaraan program percepatan belajar, ditinjau dari bentuk penyelenggaraan dapat dibedakan menjadi tiga jenis (Clark, 1983) sebagai berikut: 1. Sekolah khusus Yaitu semua siswa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem penyelenggaraan pendidikan dasar, lanjutan, dan menengah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penyelenggaraan pendidikan dasar, lanjutan, dan menengah di Indonesia beberapa tahun yang lalu masih mengacu pada usaha penciptaan keseimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum telah menjadi bagian terpenting dalam dunia pendidikan. kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran dan metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat
Lebih terperinciKreatifitas Guru Paud Dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Kreatifitas Guru Paud Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Cucu Sopiah FIP IKIP Veteran Semarang Email : cucu_sopiah@ymail.com ABSTRAK Kreativitas Guru PAUD sebagai faktor penting dalam pembelajaran pada PAUD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang unggul baik dalam bidang ilmu pengetahuan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia merupakan sektor penting dalam menunjang tercapainya tujuan pembangunan nasional. Pembangunan nasional membutuhkan kualitas sumber
Lebih terperinciMODEL PEMBELAJARAN AB. Pengembangan Program (Akselerasi vs Eskalasi)
MODEL PEMBELAJARAN AB Prinsip Pengembangan Program (Akselerasi vs Eskalasi) AKSELERASI Model Layanan Pembelajaran: Lompat kelas Model Kurikulum/Program (Telescoping Curriculum Content): Meningkatkan kecepatan
Lebih terperinci2016 PROGRAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSI SISWA BERBAKAT DI KELAS AKSELERASI SMA X MEDAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peserta didik berbakat yang berada pada usia remaja memiliki kemampuan yang lebih tinggi diberbagai bidang dibandingkan dengan anak pada umumnya, khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, masyarakat dan orang tua sebagai penanggung jawab dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah, masyarakat dan orang tua sebagai penanggung jawab dalam pendidikan, terus menerus melakukan upaya pembaharuan untuk meningkatkan mutu pendidikan,
Lebih terperinciTERMAN IQ RENZULI KECERD, TASK COMMIT & KREATIVITAS TYLER & TORRANCE IQ + KREATIVITAS
PENDIDIKAN ANAK DENGAN POTENSI KECERDASAN DAN BERBAKAT ISTIMEWA HAKEKAT KEBERBAKATAN BERVARIASI TERGANTUNG NILAI-NILAI YG DIANGGAP IDEAL ZAMAN YUNANI KEPANDAIAN BERPIDATO ROMAWI KEPANDAIAN BERPERANG TERMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional mengamanatkan negara menjamin hak dasar setiap warga negara terhadap pemenuhan kebutuhan pendidikan serta pengembangan diri dan memperoleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi (knowledge and technology big bang), tuntutan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kebutuhan setiap manusia. Apalagi ketika akulturasi, globalisasi, dan modernisasi sedang berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut dapat diwujudkan melalui pendidikan. Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan hal yang sudah dianggap sebagai insting alami manusia. Sejak dilahirkan, manusia sudah memiliki naluri untuk selalu belajar dengan sifat keingintahuannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas untuk
Lebih terperinciKEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU & ANTISIPASI PENDIDIKAN
KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU & ANTISIPASI PENDIDIKAN I. Pendidikan Anak Berbakat A. Pengalaman Mancanegara & Indonesia Amerika Serikat - 1958 diadakan konferensi ttg pendidikan yg b tuj utk menemukan org
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu alat merubah suatu pola pikir ataupun tingkah laku manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada di atas rata-rata anak seusianya. Hal ini membuat anak berbakat membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia dirumuskan sebagai satu hak yang diperuntukkan bagi semua warga negara, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus. Anak berbakat termasuk golongan
Lebih terperinciSekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler
Sekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler Drs. Didi Tarsidi I. Pendahuluan 1.1. Hak setiap anak atas pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan potensi sumber daya manusia (SDM) serta penerus cita perjuangan bangsa. Untuk mampu melaksanakan tanggung jawab tersebut anak perlu mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terselenggara di dunia dan membawa berbagai perubahan pada kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa perubahan masyarakat Indonesia yang tradisional ke arah yang maju dan berkembang, antara lain terjadi karena lajunya pengembangan
Lebih terperinci139 Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Data yang berkaitan dengan fokus penelitian yang diperoleh dari lapangan telah dianalisis serta temuan-temuan yang dihasilkan dari penelitian juga telah dibahas dan dipaparkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi. Karena itu, sumber daya manusia perlu dikelolah secara. organisasi dalam memenangkan berbagai macam persaingan.
1 A. Konteks Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dalam era modernisasi seperti sekarang ini, sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional merupakan kunci utama dalam tumbuh kembangnya sebuah organisasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rini Restu Handayani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia, melalui pendidikan individu berharap untuk selalu berkembang dan mewujudkan diri. Ini artinya setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmah Novianti, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak berbakat memiliki kemampuan yang tinggi di berbagai bidang seperti akademik, kreativitas, dan task commitment dibandingkan dengan anakanak pada umumnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan penting dalam perkembangan anak karena, pendidikan merupakan salah satu wahana untuk membebaskan anak dari keterbelakangan, kebodohan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Akselerasi atau Program Percepatan Belajar atau terakhir istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan
Lebih terperinciPENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan
PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan pertumbuhan dan perkembangan anak berdasarkan standar perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Luar Biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses penbelajaran karena kelainan fisik,
Lebih terperinciMENGENAL ANAK TUNAGRAHITA. anak yang biasa-biasa saja, bahkan ada anak yang cepat. Yang menjadi persoalan dalam
1 MENGENAL ANAK TUNAGRAHITA A. Pengertian Dilihat dari tingkat kecerdasannya, ada anak normal, ada anak di bawah normal, dan ada anak di atas normal. Sehingga dalam belajarnya pun ada anak yang lamban,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Layanan Konseling Individual Bagi Siswa Kelas Akselerasi. a. Guru bimbingan dan konseling dalam layanan konseling individual
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari uraian sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Layanan Konseling Individual Bagi Siswa Kelas Akselerasi a. Guru bimbingan dan konseling dalam layanan konseling
Lebih terperinciMANAJEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENDIDIKAN ANAK BERKEMAMPUAN UNGGUL
SUB TEMA: MANAJEMEN PENDIDIKAN NASIONAL TOPIK: PENDIDIKAN ANAK BERKEMAMPUAN UNGGUL Oleh: Djadja Rahardja Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa pendidikan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Aprilian Pratamadewi, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan individu memperoleh informasi yang berguna untuk memahami bakat dan potensi pada dirinya
Lebih terperincikemampuan dan prestasi luar biasa yg dimiliki seseorang kemampuan berprestasi yang menajubkan dalam musik, catur, matematika dll
Dita Rachmayani., S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id ISTILAH-ISTILAH KEBERBAKATAN Genius kemampuan dan prestasi luar biasa yg dimiliki seseorang Prodigy Precocius Gifted kemampuan berprestasi yang menajubkan
Lebih terperinciPsikologi Pendidikan SETIAWATI
Psikologi Pendidikan SETIAWATI PPB- FIP- UPI BAKAT MINAT DAN KEMAMPUAN BAKAT MINAT KEMAMPUAN INTELEGENSI WECHSLER W.STERN BINET TERMAN TEORI INTELEGENSI TEORI DAYA (FACULTY THEORY). TEORI DWI FAKTOR (THE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam
Lebih terperinci, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung
1 BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan individu agar dapat mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan. Pendidikan juga merupakan dasar bagi kemajuan individu dan kelansungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini sebagai fase pertama sistem pendidikan seumur hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik
Lebih terperinciPENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS
PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS UU No.20 Thn.2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (2) : Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan perasaan serta sekaligus sebagai alat komunikasi antar manusia. Pengembangan bahasa di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi yang paling mendasar bagi setiap manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam Undang-Undang
Lebih terperinciPENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN adalah tugas - tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa tertentu sesuai dengan norma-norma masyar
TUGAS TUGAS PERKEMBANGAN (Developmental Task) PENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN adalah tugas - tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa tertentu sesuai dengan norma-norma masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang khusus agar memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan
Lebih terperinciPROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
HAND OUT MATA KULIAH KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KODE MK/SKS : UD 100/3 SKS Oleh : Nining Sriningsih, M.Pd NIP. 197912112006042001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945, terutama pada alenia ke empat yang salah satu tujuan didirikan Negara Republik
Lebih terperinciHAND OUT POKOK POKOK PERKULIAHAN
HAND OUT Pertemuan ke : 1, 2, 3, Pokok Bahasan : Hakikat Keberbakatan dan Konsep Anak Berbakat Sub Pokok Bahasan : 1. Konsep Keberbakatan 2. Faktor yang Mempengaruhi Keberbakatan 3. Konsep Anak Berbakat
Lebih terperinciI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan 1. Penjelasan Judul Perancangan Pendidikan PAUD saat ini sangatlah penting, sebab merupakan pendidikan dasar yang harus diterima anak-anak. Selain itu untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bervariasi dalam suatu proses pembelajaran. Perbedaan tersebut dapat menjadi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya kemampuan setiap peserta didik berbeda antara yang satu dengan lainya, hal ini dapat terlihat dari hasil belajar yang dicapai dan prestasi siswa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebijakan peningkatan mutu pendidikan diarahkan pada pencapaian mutu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan peningkatan mutu pendidikan diarahkan pada pencapaian mutu pendidikan yang semakin meningkat yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakat dan kreativitas adalah dua hal kemampuan yang terdapat dalam setiap individu. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hendrix (2011:08) bahwa kedua hal tersebut merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-6 tahun. Pendidikan ini dapat dilaksanakan oleh beberapa lembaga pendidikan antara lain pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan penegasan istilah.
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan penegasan istilah. 1.1 Latar Belakang Visi Indonesia 2030 dimana
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA BAKAT NUMERIK DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
HUBUNGAN ANTARA BAKAT NUMERIK DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh: DEWI ANGGRAENI SULISTYOWATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam Djumhur mengartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Profil Remaja Kreatif Dalam Bidang Iptek dan Bimbingan Untuk Anak Kreatif Kreativitas Kebudayaan & Perkembangan Iptek
BAB I PENDAHULUAN Bab yang dilaporkan ini adalah Profil Remaja Kreatif Dalam Bidang Iptek dan Bimbingan Untuk Anak Kreatif dari buku yang berjudul : Kreativitas Kebudayaan & Perkembangan Iptek yang ditulis
Lebih terperinciUNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup individu. Melalui pendidikan, individu memperoleh informasi dan pengetahuan yang dapat dipergunakan
Lebih terperinciPersepsi Warga Sekolah tentang Program Percepatan Belajar 1 Albertus Suwarto, Ishartiwi
Persepsi Warga Sekolah tentang Program Percepatan Belajar 1 PERSEPSI WARGA SEKOLAH TENTANG PROGRAM PERCEPATAN BELAJAR DI SMP PANGUDI LUHUR DOMENICO SAVIO SEMARANG SMP Pangudi Luhur, Universitas Negeri
Lebih terperinciPENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS
PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS LANDASAN YURIDIS UU No.20 Thn.2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (2) : Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,
Lebih terperinci1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Semua orang berhak untuk mendapatkan pendidikan, karena dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 yang sudah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan paling mendasar yang dapat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan paling mendasar yang dapat dilaksanakan sebaik-baiknya karena menjadi landasan bagi pendidikan di tingkat selanjutnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia sama-sama memiliki kebutuhan, keinginan dan harapan serta potensi untuk mewujudkanya.
Lebih terperinciGURU BERDEDIKASI YANG BERMARTABAT SIAP MENYUKSESKAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DALAM MEWUJUDKAN GENERASI EMAS Pamungkas Stiya Mulyani, M.Pd.
GURU BERDEDIKASI YANG BERMARTABAT SIAP MENYUKSESKAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DALAM MEWUJUDKAN GENERASI EMAS 2045 Pamungkas Stiya Mulyani, M.Pd. Staff pengajar Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan (FITK)
Lebih terperinciSOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni PSG Bekasi
SOSIALISASI PROGRAM PENDIDIKAN INKLUSIF NUFA (Nurul Falah) Bekasi, 22 Juni 2007 PENGERTIAN PENDIDIKAN INKLUSIF Pendidikan inklusif adalah layanan pendidikan yang semaksimal mungkin mengakomodasi semua
Lebih terperinciBAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar
Profesi Keguruan Rulam Ahmadi BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU A. Kompetensi Dasar Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar kompetensi guru yang meliputi guru PAUD/TK/RA, guru SD/MI,
Lebih terperinci2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sebagai pondasi diri seseorang dalam kehidupan, mampu merubah kehidupan seseorang untuk berkembang. Pendidikan merupakan proses menuju perubahan
Lebih terperinciPERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI
PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh CYNTIA DEWI JAYATI F 100 050 197
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah, terutama dalam bidang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu dari sekian banyak negara berkembang di benua Asia yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah, terutama dalam bidang pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Generasi masa depan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas anak-anak saat ini.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Generasi masa depan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas anak-anak saat ini. Setiap orang tua atau pendidik harus mengetahui bagaimana cara memperlakukan,
Lebih terperinciMakalah Psikologi Pendidikan tentang Pengembangan Bakat dan Minat
Makalah Psikologi Pendidikan tentang Pengembangan Bakat dan Minat I. Pendahuluan A. Latar Belakang Seorang anak dikatakan anak luar biasa karena ia berbeda dengan anak-anak lainnya. Perbedaan terletak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran guru sangat strategis pada kegiatan pendidikan formal, non formal maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara pendidik dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan upaya yang dapat mengembangkan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan tugas Negara yang amat penting. pembukaan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, yaitu untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja (terkontrol, terencana dengan sadar dan secara sistematis) diberikan kepada anak didik oleh pendidik agar anak didik dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas, maju, mandiri, dan modern. Pendidikan sangat penting dan menduduki posisi sentral
Lebih terperinci