A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. islam bahkan juga di negara-negara barat. Terbukti dengan ditandai semakin

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Jika fungsi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NONPARAMETRIK DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang tersedia secara optimal untuk dapat menghasilkan output yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, bank syariah telah muncul semenjak awal tahun 1990-an dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Lembaga Keuangan atau yang lebih khusus lagi disebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sangat pesat setelah adanya liberalisasi keuangan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut turut sebesar

I. PENDAHULUAN. serangkaian deregulasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) telah membawa

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan lahirnya UU No 7 Tahun1992 tentang perbankan nasional Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang begitu cepat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. /atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries)

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, bank berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK UMUM KONVENSIONAL DAN BANK UMUM SYARIAH DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) ( Periode Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB I PENDAHULUAN (pakjun 1983) dan paket kebijakan oktober 1988 (pakto 1988). Deregulasi

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 80 % dari keseluruhan system keuangan (Abidin, 2007).Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bisnis modern di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi menghimpun dana

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bank berperan sebagai perantara keuangan (financial

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam UU perbankan No. 10 Tahun 1998 pasal 4 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. tulang punggung perekonomian negara dimana sebagai salah satu pelaku. keseluruhan sistem keuangan (Abidin, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bank juga sebagai lembaga keuangan memegang peranan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran tingkat kesehatan bank dikenal dengan metode CAMEL (Capital

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bank Umum Syariah (BUS) Nasional di Indonesia dengan tahun amatan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan syariah di Indonesia telah muncul pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Pada waktu itu bank- bank sentral

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah krisis finansial dunia yang terjadi saat ini perbankan syariah

BAB I PENDAHULUAN. Januari Diakses melalui http// Tanggal 12 Oktober Undang-Undang Perbankan Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BERMASALAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri perbankan yang menjalankan usahanya berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN. ditengah kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan

BAB V PENUTUP. independen yang berupa Return On Asset (ROA), BOPO, Financing to Deposit Ratio

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karolina, 2014 Pengaruh Kecukupan Modal Terhadap Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perbankan nasional selama kurun waktu tahun 2003 sampai 2009

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan bank syariah dalam sistem perbankan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketika Bank Muamalat pertama kali berdiri dan beroperasi tahun Lalu. banking system, yakni sistem konvensional dan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) yang menyimpan

BAB I PENGANTAR. perkembangan industri perbankan. Perkembangan dan pertumbuhan industri

BAB I PENDAHULUAN. karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. bank yang sehat dan dapat beroperasi secara optimal. syariah atau bank yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil, sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara bisa berjalan dengan lancar. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat tersebut, maka pembinaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan UU ini memicu lahirnya bank syariah yang baru, baik status bank umum syariah

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam industri keuangan di Indonesia khususnya dunia perbankan. Mulai

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan intermediasi memandang bahwa sebuah lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Di

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan

2015 DAMPAK SPIN OFF TERHADAP KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berupa penghimpunan dana dengan berbagai jenis skema maupun

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi. Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pemerintah secara formal meletakkan dasar-dasar hukum operasionalnya

BAB I PENDAHULUAN. peran lembaga keuangan tersebut menjadi sangat penting. taraf hidup rakyat banyak (UU RI No. 10 tahun 1998).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh. masyarakat dan negara kita adalah mencapai keadilan dan kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas peredaran uang. Dari definisi tersebut

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank sangat penting dan berperan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian suatu bangsa karena bank selaku stabilisator moneter mempunyai kewajiban ikut serta menstabilkan nilai tukar uang, nilai kurs, atau harga barang-barang untuk relatif stabil atau tetap. Bank juga sebagai dinamisator perekonomian yang maksudnya bahwa bank merupakan pusat perekonomian, sumber dana, pelaksana lalu lintas pembayaran, memproduktifkan tabungan, dan pendorong kemajuan perdagangan nasional dan internasional. 1 Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam ke dalam transaksi keuangan perbankan serta bisnis lain yang terkait. 2 Seiring dengan berjalannya waktu, perbankan syariah di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat dari tahun ke tahun. Hal ini terbukti di tahun 2009, bank syariah mengalami penambahan sebanyak 45 jaringan kantor dan sampai dengan September 2014 jumlahnya bertambah menjadi 2.997 jaringan kantor perbankan syariah. Tetapi, perkembangan bank syariah di Indonesia juga mengalami fluktuasi dalam kurun waktu 6 tahun terakhir, seperti terlihat pada Grafik di bawah ini: 1 Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009, hal. 2. 2 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: AlvaBet, 2003, hal. 2.

2 2500 2000 1500 1000 BUS UUS BPRS 500 0 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2015, diolah Gambar 1. 1 Perkembangan Jumlah Perbankan Syariah di Indonesia Pada grafik di atas, dapat dilihat bahwa perkembangan jaringan kantor perbankan syariah di Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) maupun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) mengalami fluktuasi dalam kurun waktu 6 tahun terakhir. Di mana BUS merupakan lembaga syariah yang memiliki jaringan kantor paling banyak daripada UUS dan BPRS. Penambahan jumlah bank tentu akan disertai dengan peningkatan modal, sehingga kemampuan untuk melakukan ekspansi meningkat. Semakin luas jangkauan pelayanan, tentu akan semakin meningkat kemampuan dalam menghimpun dana nasabah. Tetapi, laju pertumbuhan jaringan kantor perbankan syariah mulai mengalami perlambatan pada tahun 2013, khususnya

3 UUS yang diwajibkan oleh Bank Indonesia harus spin off pada tahun 2023. 3 Pelambatan ini tentunya berdampak terhadap kemampuan akselerasi penghimpunan dana pihak ketiga perbankan syariah. Beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang masih tinggi, terjadi konsolidasi cabang di mana ada kantor yang ditutup juga menjadi faktor penyebab menurunnya jumlah perbankan syariah. Selain itu, penurunan laba menjadi faktor yang melatarbelakangi, yaitu biaya pencadangan yang naik dan pendapatan operasional yang tidak tumbuh signifikan. Unit usaha syariah dituntut untuk meningkatkan kinerja usahanya. Salah satu cara untuk mengukur kinerja usaha perbankan syariah yaitu melalui tingkat efisiensi. Tingkat efisiensi dapat memberikan gambaran mengenai kinerja perbankan syariah. Perbankan yang tidak efisien berarti kinerjanya masih kurang baik. Bank yang efisien dapat memberikan keyakinan kepada para investor bahwa dana yang diinvestasikan di bank tersebut akan memberikan hasil atau keuntungan. Sedangkan bagi para nasabah, perbankan yang efisien dapat memberikan keuntungan karena biaya transaksi di perbankan tersebut lebih murah dibandingkan perbankan yang lain (yang tidak efisien). Bagi pemerintah, bank yang efisien akan memberikan keuntungan berupa pajak perusahaan. Oleh karena itu, para pemangku kepentingan 3 Ditegaskan dalam Pasal 40 Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/10/PBI/2009 tentang Unit Usaha Syariah.

4 khususnya pemerintah, otoritas moneter serta manajemen bank harus memberikan perhatian terhadap masalah efisiensi perbankan tersebut. 4 Perusahaan harus memiliki kinerja keuangan yang sehat dan efisien untuk mendapatkan keuntungan atau laba. Kinerja perbankan adalah hasil yang dicapai suatu bank dalam mengelola sumber daya yang ada secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh manajemen. 5 Tabel 1. 1 Hasil DEA Production Approach Kredit dan Dana Tahun 2011-2014 Nama Bank 2011 2012 2013 2014 BCA Syariah 100% 100% 100% 100% BRI Syariah 100% 100% 100% 100% Bank Syariah Mandiri 100% 100% 100% 100% Panin Syariah 100% 100% 100% 100% BII 100% 100% 100% 100% Danamon 80.20% 100% 88.90% 88.80% CIMB NIAGA 100% 100% 100% 100% Sumber : www.ojk.go.id 2015, diolah Tabel di atas merupakan pengukuran tingkat efisiensi bank menggunakan pendekatan production approach. Pendekatan production approach digunakan untuk menilai kemampuan bank menyalurkan kredit dan menghimpun dana masyarakat. Dalam pendekatan ini peran bank dianalisis 4 Rahmat Hidayat, Efisiensi Perbankan Syariah: Teori dan Praktek, Jawa Barat: Gramata Publishing, 2014, hal. 64. 5 Sulistyoningsih Maisyaroh, 2006. Analisis Efisiensi Biaya pada Bank Umum Syariah di Indonesia menggunakan X-Efisiensi. Skripsi, Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. hal. 3.

5 sebagai produsen jasa keuangan, berbagai bentuk kredit, dana dan jasa lainnya dimasukkan sebagai output sedangkan inputnya adalah modal, tenaga kerja, aktiva tetap, dan biaya operasional. 6 Bank dikatakan efisien apabila seluruh indikator yang digunakan untuk mengukur efisiensi lebih dari sama dengan 100 persen. 7 Dapat dilihat bahwa pada tahun 2014, Bank Danamon mengalami inefisiensi dengan nilai 88,80 persen. Pada tabel tersebut dapat terlihat bahwa Unit Usaha Syariah (UUS) yang telah diteliti masih mengalami inefisiensi, sedangkan pada Bank Umum (BUS) Syariah seluruhnya telah efisien dilihat dari Production Approach Kredit dan Dana. Pertumbuhan UUS yang tergolong masih lambat dari BUS menjadi salah satu penyebab utama operasional UUS yang tidak efisien. Sehingga, perlu dilakukan penelitian apakah Unit Usaha Syariah yang lain juga mengalami inefisiensi. Dalam beberapa kasus yang terekam, antara UUS dan bank induk adalah adanya fenomena dan problematika yang tidak dapat ditemukan dalam BUS. Beberapa fenomena dan problematika tersebut misalnya, secara umum skala bisnis usaha UUS dibandingkan dengan bank induk relatif masih terlalu kecil yang tentunya akan berdampak pada efek kausalitas terhadap rendahnya 6 J.M.V Mulyadi, 2015. Penilaian Efisiensi Bank dengan Data Envelopment Analysis pada 10 Bank Berperingkat Besar Di Indonesia, Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 2, No. 2, Desember 2015, hal. 117. 7 Diana Y. Arcarya dan Guruh S.R. 2008. Analisis Efisiensi Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Data Envelopment Analysis (DEA). Paper dalam buku Current Issue Lembaga Keuangan Syariah Tahun 2009, Tim IAEI, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

6 komitmen bank induk untuk terus mengembangkan UUS. 8 Secara langsung ataupun tidak langsung, akan berpengaruh terhadap pencapaian profitabilitas dari bank tersebut. Tabel 1. 2 Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah Tahun 2012-2015 Indikator Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 BUS UUS BUS UUS Aset (milliar) 145.467 195.018 242.276 204.961 67.383 213.423 82.839 DPK (milliar) 115.415 147.512 183.534 170 723 47.136 174.895 56.280 Pembiayaan (milliar) 102.655 147.505 184.122 147.944 51.386 153.968 59.028 FDR (%) 88,94 100 100,32 86,66 109,02 88,03 104,88 NPF (%) 2,52 2,22 2,62 4,95 2,55 4,84 3,03 BOPO (%) 78,41 74,97 78,21 96,97 80,19 97,01 83,41 Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2015, diolah Perkembangan perbankan syariah mengalami peningkatan kinerja dari tahun 2011-2015 dilihat dari indikator aset, DPK, dan pembiayaan yang nilainya terus bertambah yang menunjukkan semakin baik kinerja perbankan syariah. Tetapi, dilihat dari Non Performing Financing (NPF) atau kredit bermasalah mengalami kenaikan dari tahun ke tahun yang menunjukkan bahwa tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank semakin tinggi karena semakin tingginya rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan 2003, hal. 33. 8 Iman Hilman dkk, Perbankan Syariah Masa Depan, Jakarta: Senayan Abadi Publishing,

7 bank syariah yang semakin buruk meskipun angkanya masih di bawah 5 persen. Bank Indonesia (2008) menjelaskan bahwa kinerja bank tergolong relatif baik apabila perbankan memiliki tingkat NPF di bawah 5 persen. Serta dilihat dari rasio BOPO yang semakin tinggi, menunjukkan bank tersebut semakin tidak efisien. Dalam kegiatan mobilisasi dan penanaman dana sangat ditentukan oleh mampu tidaknya bank mengelola berbagai risiko yang berkaitan dengan usaha bank. Pengelolaan bank dilaksanakan melalui langkah-langkah pencegahan atas terjadinya risiko kerugian yang sewaktu-waktu dapat timbul. Dengan kondisi seperti ini, maka penilaian efisiensi bank menjadi sangat penting, karena efisiensi merupakan gambaran kinerja suatu perusahaan sekaligus menjadi faktor yang harus diperhatikan bank untuk bertindak rasional dalam meminimumkan tingkat risiko yang dihadapi dalam menghadapi kegiatan operasinya. Efisiensi merupakan salah satu cara ukuran menilai kinerja keuangan suatu bank. Salah satu sasaran yang harus dicapai oleh perbankan syariah khususnya Unit Usaha Syariah yaitu peningkatan fungsi intermediasi, efisiensi, dan daya saing industri perbankan syariah di Indonesia. Peningkatan efisiensi merupakan salah satu fokus kegiatan penting dalam pengembangan dan pengaturan perbankan syariah nasional.

8 Efisiensi merupakan perbandingan antara output dengan input. 9 Ukuran kinerja yang diharapkan adalah kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada. Salah satu indikator efisiensi dapat dilihat dengan memperhatikan besarnya rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dan Non Performing Financing (NPF). Kinerja perbankan dapat dikatakan efisiensi apabila rasio BOPO dan NPF mengalami penurunan. Namun, penilaian efisiensi perbankan khususnya perbankan syariah peru dikaji ulang tidak hanya melihat dari rasio BOPO dan NPF, akan tetapi dengan menggabungkan variabel input dan output. 10 Efisiensi dapat dilihat juga dengan memperhatikan pertumbuhan tingkat indikator kinerja bank seperti jumlah simpanan, pembiayaan, dan total aktiva. Semakin besar jumlah pembiayaan menunjukkan semakin baik dan produktif bank dalam kegiatan operasinya serta semakin optimal sebuah bank dalam mengelola dananya. Keuntungan dari pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat tersebutlah yang disebut pendapatan operasional. Pembiayaan dan pendapatan operasional merupakan variabel output dalam penelitian ini. Dana pihak kedua dan ketiga merupakan sumber dana dalam kegiatan operasi suatu bank dan merupakan keberhasilan bank jika mampu membiayai 9 Mumu Daman Huri dan Indah Susilowati, Pengukuran Efisiensi Relatif Emiten Perbankan Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA): Studi Kasus Bank-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002, Jurnal Dinamika Pembangunan, Vol 1 No. 2 / Desember 2004: 95-110. 10 Rino Adi Nugroho, 2009, Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) dengan Metode Stochastic Frontier Analysis, Makalah Simposium Nasional Akuntasi.

9 operasinya dari sumber dana ini. Biaya operasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk seluruh biaya operasional usaha suatu perusahaan. Dalam kegiatan operasionalnya, setiap bank memiliki aktiva untuk kegiatan operasi, pembiayaan ataupun untuk investasi. Tanpa aktiva, bank tidak dapat melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Dana pihak kedua dan pihak ketiga, biaya operasional serta total aktiva merupakan variabel input dalam penelitian ini. Terdapat dua pendekatan yang digunakan dalam mengukur tingkat efisiensi bank, yaitu pendekatan parametrik dan non-parametrik. 11 Dengan menggunakan pendekatan parametrik maupun non-parametrik, tujuan dari penelitian mengenai efisiensi perbankan adalah untuk memperoleh suatu frontier yang akurat. Prosedur parametrik untuk melihat hubungan antara biaya diperlukan informasi yang akurat untuk harga input dan variabel exogen lainnya. Pendekatan non-parametrik tidak dapat memperhitungkan faktorfaktor seperti perbedaan harga antar daerah, perbedaan peraturan, perilaku baik buruknya data, observasi yang ekstrim dan lain sebagainya sebagai faktor-faktor ketidakefisienan. Dengan demikian, pendekatan non-parametrik dapat digunakan untuk mengukur inefisiensi secara lebih umum. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan non-parametrik yaitu Data Envelopment Analysis (DEA), pendekatan nonparametrik dipilih karena tidak perlu menetapkan syarat-syarat tertentu, misalnya parameter populasi yang menjadi induk sampel penelitiannya dan 11 Harjun Muharam dan Rizki Pusvitasari. 2007. Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis (Periode Tahun 2005). Jurnal Ekonomi Semarang. Universitas Diponegoro Semarang

10 penggunaannya lebih sederhana serta mudah digunakan karena tidak membutuhkan banyak spesifikasi bentuk fungsi sehingga kemungkinan kesalahan pembentukan fungsi akan lebih kecil. Pendekatan non-parametrik dengan teknik analisis DEA didesain khusus untuk mengukur efisiensi relatif suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) dalam kondisi banyak input maupun output. Hal ini disebabkan DEA menggunakan teknik seperti pemograman matematika yang dapat menangani banyak variabel maka teknik DEA menjadi pilihan yang tepat untuk mengukur efisiensi dengan beberapa input dan output. Selain itu penelitian ini hanya mengukur dan menganalisis efisiensi teknik dan DEA ini menjadi alat manajemen paling populer untuk mengukur efisiensi. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, maka peneliti tertarik mengambil judul TINGKAT EFISIENSI KINERJA KEUANGAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (Studi Kasus Unit Usaha Syariah Tahun 2011-2015). Penelitian ini dianggap penting karena dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat mengetahui dan menyampaikan tingkat efisiensi tiap Unit Usaha Syariah di Indonesia yang masih belum banyak diteliti oleh peneliti terdahulu dan peneliti dapat menemukan variabel apa saja yang masih harus dikoreksi dan ditingkatkan kinerjanya.

11 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat efisiensi unit usaha syariah dilihat dari variabel input dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA)? 2. Bagaimana tingkat efisiensi unit usaha syariah dilihat dari variabel output dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA)? 3. Bagaimana tingkat efisiensi unit usaha syariah dilihat dari perbandingan variabel output dan variabel input dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA)? C. Tujuan Penelitian Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis tingkat efisiensi kinerja keuangan unit usaha syariah dilihat dari variabel input dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). 2. Menganalisis tingkat efisiensi kinerja keuangan unit usaha syariah dilihat dari variabel output dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).

12 3. Menganalisis tingkat efisiensi kinerja keuangan unit usaha syariah dilihat dari perbandingan variabel input dan variabel output dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Bagi peneliti Diharapkan dapat menambah dan meningkatkan kemampuan peneliti dalam permasalahan efisiensi perbankan syariah dengan menggunakan metode DEA. b. Bagi Akademisi Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam ilmu ekonomi Islam dan manajemen keuangan terkait pengukuran efisiensi dengan menggunakan metode DEA serta dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Praktisi Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi nasabah untuk melakukan transaksi di unit-unit usaha syariah di seluruh Indonesia. b. Bagi Perusahaan Diharapkan hasil penelitian ini menjadi pertimbangan bagi seluruh perbankan syariah khususnya unit usaha syariah di Indonesia untuk meningkatkan efisiensi pada periode berikutnya sejalan dengan kebijakan yang berlaku.

13 E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan disajikan untuk memberikan gambaran dari keseluruhan isi penelitian ini. Sistematika yang jelas dan terarah dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca. Penulisan dalam penelitian ini dibagi ke dalam lima (5) bab, di antaranya sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, serta sistematika pembahasan. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI Bab ini memuat uraian tentang tinjauan pustaka terdahulu dan kerangka teori yang relevan dan terkait dengan tema skripsi yaitu berupa artikel ilmiah, hasil penelitian maupun buku. BAB III: METODE PENELITIAN Bab ini memuat secara rinci metode penelitian yang digunakan peneliti beserta justifikasi/alasannya; jenis penelitian, desain, lokasi, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, definisi konsep dan variabel serta analisis data yang digunakan. BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi hasil penelitian dengan analisis data menggunakan pendekatan intermediasi model constant return to scale (CRS) serta pembahasannya.

14 BAB V: PENUTUP Bab terakhir berisi kesimpulan, saran-saran atau rekomendasi. Kesimpulan menyajikan secara ringkas seluruh penemuan penelitian yang ada hubungannya dengan masalah penelitian.