BAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan. Istilah risiko (risk) memiliki banyak definisi,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah Undang-Undang Keselamatan Kerja (UUKK) No. 1 tahun Undangundang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sistem perdagangan dunia. Standar dan norma-norma global menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. standar kualitas pasar internasional. Hal tersebut semakin mendorong banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih besar dan beraneka ragam karena adanya alih teknologi dimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mengemudi adalah kegiatan menguasai dan mengendalikan kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan layout untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Layout

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB I PENDAHULUAN. ke tahun. Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statistik D.I

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labour Organization (ILO), bahwa di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja juga tinggi (Ramli, 2013). terjadi kecelakaan kasus kecelakaan kerja, 9 pekerja meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Disisi lain kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada daya kerja. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusianya, agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi di segala bidang maka perindustrian di

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masyarakat, termasuk di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sedang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pertumbuhan industry dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pesat di segala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa, properti,

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan K3 juga salah satu penyebab terjadinya kecelakaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstitusi Indonesia pada dasarnya memberikan perlindungan total bagi rakyat

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organisasi) dan. GATT (General Agremeent on Tariffs and Trade) yang akan berlaku tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan atau organisasi mempunyai harapan maupun keinginan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. oleh terbakarnya kilang minyak milik British Petroleum di Teluk Meksiko

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Vesta (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perkembangan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan berarti memberi. kesempatan kepada karyawan dalam memenuhi kelangsungan hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

BAB 1. PENDAHULUAN. lainnya. 2 Divisi Poultry Breeder Charoen Pokphand Indonesia, menyebutkan data

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

TEKNIK IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENGENDALIAN RESIKO PADA PANGGUNG GAS OKSIGEN PT ANEKA GAS INDUSTRI V

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat

BAB 1 PENDAHULUAN. bersangkutan.secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang. yang dapat mengakibatkan kecelakaan(simanjuntak,2000).

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. telah diatur. Kecelakaan terjadi tanpa disangka-sangka dalam sekejap mata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

GAMBARAN PENGENDALIAN RISIKO KECELAKAAN KERJA DI AREA PRODUKSI PT SINAR SOSRO TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA TAHUN 2017 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas dan efisiensi kerja yang baik

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. seperti ini bisa dicegah dengan melakukan Procedure Lock dan Tagging serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kecelakaan kerja di dunia masih tinggi. Setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi, 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat kerja dan diperkirakan bahwa kerugian tahunan akibat kecelakaan kerja dan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan di beberapa negara dapat mencapai 4% dari Produk Nasional Bruto (PNB) (ILO, 2013). Menurut Hauer dalam Hakkert & Braimaister (2002) dalam Pramana (2011), setiap hari manusia berhadapan dengan risiko, yaitu kemungkinan terjadinya sebuah kecelakaan. Istilah risiko (risk) memiliki banyak definisi, tetapi pengertian secara ilmiah sampai saat ini ini masih tetap beragam. Menurut kamus bahasa Indonesia versi online dalam buku Manajemen Risiko Bisnis, risiko adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuat atau tindakan. Dengan kala lain, risiko merupakan kemungkinan situasi atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan serta sasaran sebuah organisasi atau individu. Di Indonesia jumlah kasus kecelakaan akibat kerja tahun 2011-2014 yang paling tinggi pada 2013 yaitu 35.917 kasus kecelakaan kerja (Tahun 2011 = 9.891; Tahun 2012 = 21.735; Tahun 2014 = 24.910) dan jumlah kasus penyakit 1

2 akibat kerja tahun 2011-2014 terjadi penurunan (Tahun 2011 = 57.929; Tahun 2012 = 60.322; Tahun 2013 = 97.144; Tahun 2014 = 40.694) (Kemenkes, 2015). Data kecelakaan kerja menurut Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan pada akhir 2015 terjadi kecelakaan kerja mencapai 105.182 kasus dengan korban meninggal dunia 2.375 orang. Dengan kata lain, inilah akibat kelalaian dalam hal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Gatra, 2016). Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Syarat-syarat keselamatan kerja ditetapkan salah satu untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan dan termasuk di tempat kerja yang sedang dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya (UU No 1 Tahun 1970). Laporan ILO tahun 2008 menyatakan bahwa tiap tahun diperkirakan 1.200.000 jiwa pekerja meninggal karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sementara kerugian ekonomi akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja mencapai 4 persen dari pendapatan perkapita tiap negara (Menakertrans, 2011). Data di PT Jamsostek menyebutkan kejadian kecelakaan cenderung meningkat dalam kurun waktu lima tahun terakhir, menyusul makin bertambahnya jumlah peserta yang terdaftar. Tahun 2011 tercatat sebanyak 99.491 kasus kecelakaan kerja atau rata-rata 414 kasus per hari, dengan pembayaran jaminan mencapai Rp 504 miliar.tahun 2012 meningkat menjadi 103.000 kasus atau naik sebesar 3,41%. Jumlah pekerja yang mengalami

3 kecelakaan kerja relatif masih tinggi pada tiap tahunnya. PT Jamsostek yang sekarang ditransformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mendata selama tahun 2013 jumlah pesertanya yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 129.911 orang dengan perincian sekitar 69,59% terjadi di dalam perusahaan ketika mereka bekerja. Terjadi di luar perusahaan sebanyak 10,26 % dan sekitar 20,15% merupakan kecelakaan lalu lintas. Sementara data BPJS Ketenagakerjaan mencatat terjadinya 8.900 kasus kecelakaan kerja dalam rentang waktu Januari - April 2014 (BPJS, 2015). Angka kecelakaan kerja di Indonesia menurun dalam 2010 sampai dengan 2011, hal ini membuktikan bahwa kecelakaan memang dapat dicegah di tempat kerja, tapi angka kematian dalam kecelakaan kerja tidak ikut turun. Pada tahun 2010 lalu jumlahnya menurun dari 98.711 menjadi jadi 86.368 kasus tahun 2011. Muji Handaya, Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Kemenakertrans RI mengatakan masih tingginya angka kematian dalam kecelakaan kerja karena kasus kecelakaan lalu lintas yang dialami pekerja saat berangkat sampai pulang ke rumah, dihitung masuk kematian akibat kecelakaan kerja. Sedangkan faktor pekerja dan lingkungan serta fasilitas alat pelindung diri yang kurang memadai turut menentukan besarnya proporsi kecelakaan kerja (Djumena, 2011). Berdasarkan laporan yang disampaikan Dirjen Pembinaan Pengawas Ketenagakerjaan Kemenakertrans Muji Handaya seusai menyampaikan hasil Pertemuan Asia-Europe Meeting (ASEM) Workshop on National Occupational Safety and Health (OSH) bahwa angka kecelakaan kerja di Indonesia tergolong tinggi dibanding sejumlah negara di Asia dan Eropa, pada tahun 2010 kecelakaan

4 kerja di Indonesia tercatat sebanyak 98.711 kasus. 1.200 kasus di antaranya mengakibatkan pekerja meninggal dunia dan menurut Muji Handaya bahwa dengan angka kecelakankerja tersebut, rata-rata ada tujuh pekerja yang meninggal dunia setiap hari (Djumena, 2011). Terjadinya kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja merupakan dampak dari paparan risiko yang akan selalu ada di setiap tempat dan proses kerja, bahkan di setiap tempat kegiatan manusia. Banyak sekali jenis risiko dan setiap risiko memiliki dampak yang berlainan. Secara garis besar risiko terdiri dari risiko keselamatan kerja dan risiko kesehatan kerja. Risiko keselamatan kerja biasanya bersifat akut (mendadak) dan menyebabkan terjadinya cedera. Sedangkan risiko kesehaatan kerja biasanya bersifat kronik (paparan dalam jangka waktu lama) dan menyebabkan gangguan kesehatan pekerja (Syaaf, 2008). Kerugian materi akibat kecelakaan seperti kerusakan sarana produksi, biaya pengobatan dan kompensasi ini terjadi karena masih kurangnya kesadaran dan pemahaman kalangan pengusaha di Indonesia akan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai salah satu unsur untuk meningkatkan daya saing.k3 tidak akan berjalan seperti apa adanya tanpa ada intervensi dari manajemen berupa upaya terencana untuk mengelolanya. Karena itulah ahli K3 sejak awal tahun 1980-an berupaya meyakinkan semua pihak, khususnya manajemen organisasi untuk menempatkan K3 setara dengan unsur lain dalam organisasi. Hal inilah yang mendorong lahirnya berbagai konsep mengenai manajemen K3 (health and safety management). Semua sistem manajemen K3

5 betujuan untuk mengelola risiko K3 di perusahaan agar kejadian yang tidak diinginkan atau menimbulkan kerugian dapat dicegah (Ramli, 2010). Bagian produksi yang disebut juga sebagai pabrik merupakan tempat melakukan proses produksi. Bagian produksi sebagai salah satu tempat diterapkannya penggunaan alat dan mesin, menjadi tempat dengan potensi bahaya yang besar dan risiko pekerjaan yang tinggi. Hal ini menjadi fokus perusahaan agar dapat dilakukan pengendalian bahaya dan pengendalian risiko pekerjaan untuk melindungi pekerja dari kecelakaan kerja. Sistem Manajemen secara keseluruhan yang memiliki fungsi perencanaan, pengambilan keputusan, organisasi. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut meliputi kebijakan, tanggung jawab, wewenang, seleksi, pelatihan, pengenalan bahaya, dan pengendalian risiko kecelakaan. Pada dasarnya SMK3 mencari dan mengungkapkan kelemahan operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Terjadinya kecelakaan tidak terlepas dari perencanaan yang kurang lengkap dan praktek manajemen yang kurang mantap. Kegagalan sistem menyebabkan kecelakaan karena kecelakaan kerja pada dasarnya berakar pada manajemen (Ramli, 2009). PT Sinar Sosro adalah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan minuman. Produk utama yang dihasilkan adalah dari teh seduh, teh celup, teh siap minum sampai teh siap minum bercita rasa buah. Sistem distribusi yang canggih mendukung produk-produk sosro menjangkau konsumen di seluruh Indonesia. Berdasarkan survei awal, PT Sinar Sosro telah di sertifikasi ISO 9001:2008 dan telah memperoleh sertifikasi HALAL dari Departemen Agama RI

6 dan Standar Higienis yang dijamin oleh Departemen Kesehatan RI. Berdasarkan keterangan dari Manager HRD PT Sinar Sosro, sejak 28 Juli 1984 di Deli Serdang dan belum menerapkan Sistem Menejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan belum memiliki tenaga kerja yang telah disertifikasi Ahli K3. Hal ini disebabkan oleh biaya yang cukup mahal untuk mengikutsertakan karyawan dalam pelatihan K3. Di samping itu, perusahaan juga belum memiliki departemen khusus seperti departemen HES yang dapat fokus mengurus penerapan pengendalian bahaya K3 perusahaan. Namun demikian, PT Sinar Sosro telah memiliki Tim P2K3 yang berjumlah 25 orang dan terbentuk pada tahun 2008. Seluruh Tim P2K3 juga merupakan pekerja di Area Produksi PT Sinar Sosro. Berdasarkan survei pendahuluan, PT Sinar Sosro berhasil mendapatkan prestasi zero accident pada periode tahun dan, tepatnya pada saat perusahaan menerapkan standar ISO 9001. Penerapan pengendalian K3 mulai diperhatikan sejak tahun 2012 dan terintegrasi dengan penerapan ISO 9001. Beberapa program yang dilaksanakan meliputi Program K3, Pelatihan K3, dan Rambu Informasi dan Komunikasi. Pada periode 2015 hingga 2016 perusahaan menerapkan pengendalian K3 yang terintegrasi dengan ISO 9001, perusahaan tidak pernah mendapatkan prestasi zero accident. Tercatat pada tahun 2015 terdapat sekitar 12 kecelakaan yang terjadi di area produksi dan 8 kecelakaan pada tahun 2016. Area produksi merupakan salah satu dari 3 area yang ada di PT Sinar Sosro. Berdasarkan survei pendahuluan, area produksi merupakan area yang

7 paling banyak dan tinggi tingkat risiko kecelakaan kerjanya. Pada area produksi terdapat mesin untuk memproses produk air minum, bahan baku produksi berupa air panas dan masih belum adanya pengukuran untuk pencahayaan pada area produksi. Perusahaan menerapkan pengendalian pada tingkat risiko kecelakaan yang tinggi pada area produksi berupa sign board safety yang ada di sekitar wilayah kerja area produksi. Namun, sign board safety yang ada masih belum dapat mencakup seluruh wilayah produksi serta beberapa rambu yang ada masih belum memenuhi syarat seperti untuk rambu berupa tulisan hanya di letakkan di dinding dengan tulisan yang hanya bisa dilihat dari dekat. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin meneliti lebih dalam bagaimana pengendalian risiko kecelakaan kerja di Area Produksi PT Sinar Sosro Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara Tahun 2017. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana pengendalian risiko kecelakaan kecelakaan kerja di PT Sinar Sosro Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana gambaran pengendalian risiko kecelakaan kerja pada area produksi PT. Sinar Sosro tahun 2017

8 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Manager, memberi masukan kepada manager tentang upaya pengendalian risiko kecelakaan kerja sehingga dapat dijadikan informasi yang bermanfaat untuk melaksanakan tindakan koreksi untuk mengurangi tingkat kecelakaan kerja di PT Sinar Sosro Tj. Morawa Kabupaten Deli Serdang. 2. Bagi Pekerja, sebagai bahan masukan dan menambah wawasan agar dapat meningkatkan keselamatan dalam bekerja 3. Bagi Penulis, menambah wawasan penulis tentang upaya pengendalian risiko kecelakaan kerja. 4. Bagi Peneliti, sebagai bahan informasi serta dapat bemanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.