BAB V. KONSEP PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI KONSEP PERANCANGAN

Bab V Konsep Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Kembali Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong di

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Transformasi pada objek

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1.

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Jenis musik biasanya didasarkan pada karakter dominan pada sebuah karya

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB V PENDEKATAN & KONSEP. Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

Pencapaian pejalan kaki dalam hal ini khususnya para penumpang kendaraan ang

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB VI HASIL RANCANGAN

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

BAB V. Sport Hall/Ekspresi Struktur KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP. Gambar 4.2 Pemintakatan berdasarkan fungsi hunian dan publik yaitu fungsi hunian berada di lantai atas dan umum di lantai dasar

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN


Transkripsi:

BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya jumlah pemuda di Yogyakarta. Menanggapi peningkatan jumlah pemuda di kota ini, diperlukan sebuah wadah yang dapat memfasilitasi dan mewadahi berbagai kegiatan para pemuda. Pusat kegiatan pemuda pada perancangan ini mengarah pada bentuk fasilitas Youth Center. Tipologi Youth Center ini biasanya menggabungkan beberapa fungsi utama, yaitu pendidikan, kesenian dan olahraga. Kemudian fungsi lain dari bangunan ini adalah diadaptasi dari budaya bersosialisasi masyarakat Yogyakarta. Untuk mewadahi kebiasaan bersosialisasi tersebut maka muncul fungsi bangunan sebagai ruang interaksi dengan banyaknya ruang-ruang komunal untuk bersosialisasi antar individu, individu dengan komunitas, maupun antar komunitas pemuda. Gb 5.1. Youth Center sebagai Fasilitas Bersosialisasi 97

Adanya berbagai fungsi yang dicakup dalam fasilitas ini sangat membantu para pemuda untuk menggali potensi dan mengembangkan diri. Baik dari segi fisik seperti olahraga, kreativitas dari segi kesenian dan pengetahuan serta ketrampilan dari segi edukasi. Dengan diperkuat dengan faktor budaya bersosialisasi, maka akan membentuk pribadi yang baik, sehingga dalam jangka panjang akan tercipta keberlanjutan generasi muda (Youth Sustainability). Gb 5.2. Self Improvement di dalam Fasilitas Youth Center Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/personal_development, Analisis Penulis 2. Youth Community Center sebagai Landmark Pemuda di Yogyakarta Selain menjadi fasilitas yang mewadahi kegiatan pemuda, Youth Center dapat menjadi sebuah ikon/landmark bagi pelajar dan pemuda di Yogyakarta. Dengan fungsinya sebagai landmark, Youth Center ini dapat menjadi tujuan wisata atau rekreasi bagi pemuda dan remaja di sekitar Yogyakarta, seperti Magelang dan Solo, sehingga fasilitas ini benar-benar menjadi pusat dan tujuan bagi pemuda-pemuda dari berbagai wilayah dan dari berbagai komunitas. 98

B. KONSEP TATA RUANG LUAR 1. Pencapaian Menuju Bangunan Gb 5.3. Pencapaian Menuju Bangunan Konsep pencapaian menuju bangunan yang digunakan adalah pencapaian secara tersamar. Konsep ini memberikan pengalaman ruang yang cukup baik namun tidak membuang efektivitas lahan dengan percuma. Selain dari faktor efektivitas dan pengalaman ruang, kemudahan akses juga menjadi salah satu pertimbangan pemilihan konsep pencapaian ini. Pencapaian secara tersamar tidak memberikan manuver yang terlalu sulit, pintu masuk juga mudah ditemukan dengan bantuan sedikit signage. Sehingga konsep ini dianggap paling ideal dibandingkan dengan alternatif-alternatif pencapaian bangunan yang lainnya. 2. Sirkulasi Ruang Luar Sirkulasi ruang luar bangunan menggunakan konsep pemisahan jalur pedestrian dengan jalur mobil, dari pintu masuk site, jalur menuju bangunan hingga akses ke dalam bangunan, sehingga akses dan sirkulasi ruang luar dibagi menjadi 3 yaitu akses pengunjung pejalan kaki, akses kendaraan pengunjung, dan akses bagi pengelola. Hal ini untuk memberikan faktor keamanan dan kenyamanan bagi pejalan kaki. Selain itu, faktor fleksibilitas dalam penentuan 99

letak pintu masuk bagi pejalan kaki dan kendaraan juga diperhitungkan. Konsep ini memungkinkan masing-masing mendapatkan pintu masuk dan jalur yang paling sesuai tanpa harus terikat untuk berdekatan. Akses bagi pejalan kaki dapat ditempatkan di dekat halte bis dan jalur kendaraan umum, sedangkan akses kendaraan pengunjung dapat diletakkan di jalur utama yang memiliki luas jalur memadai, selain itu kepadatan lalu lintas juga menjadi salah satu faktor penentu dalam menentukan pintu masuk bagi kendaraan pengunjung. Gb 5.4. Sirkulasi Ruang Luar 3. Orientasi dan Tata Masa Bangunan Konsep orientasi dan tata masa bangunan yang diaplikasikan adalah konsep tata masa radial. Konsep ini memberikan orientasi bangunan yang jelas, baik ke arah luar maupun ke arah dalam. Orientasi yang jelas, terutama ke arah dalam, sangat cocok dengan bangunan dengan tipe center karena tipe tata masa ini memiliki area yang menjadi pusat orientasi dari bangunan tersebut yang dapat berupa ruang tertutup maupun ruang terbuka. Sehingga pusat dari bangunan tersebut dapat menjadi interaction space yang memicu interaksi sosial bagi pengunjung karena pusat dari bangunan tersebut pasti dilalui pengunjung yang ingin menuju ke zona yang mereka inginkan. 100

Gb 5.5. Orientasi dan Tata Masa Bangunan 4. Tata Lansekap Gb 5.6. Tata Lansekap 101

Konsep tata lansekap yang digunakan adalah konsep terpusat, yaitu pemusatan desain lansekap dalam satu area saja. Hal ini memberikan kemungkinan ineteraksi sosial yang lebih tinggi daripada tata lansekap yang terpisah-pisah. Selain itu, konsep ini sangat cocok dengan tata masa bangunan radial yang memiliki pusat interaksi. 5. Tata Parkir Gb 5.7. Tata Parkir Konsep tata parkir lurus dengan akses satu arah memberikan tingkat efektivitas yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, namun dengan tingkat efektivitas menengah tersebut, konsep tata parkir ini dapat memberikan akses dan sirkulasi yang mudah baik parkir, keluar parkir maupun antar dan jemput. 6. Bentuk Bangunan Konsep bentuk bangunan yang digunakan adalah bentuk lengkung yang mengikuti bentukan tata masa bangunan. Bentuk ini dipilih karena melihat dari fungsi bangunan yang merupakan bangunan non-formal sehingga bentuk bangunan yang teratur dan kaku diangga kurang cocok. Bentuk bangunan dengan 102

garis lengkung diharapkan tidak memberikan kesan kaku dan formal bagi pengunjung yang datang sehingga mereka dapat beraktivitas dengan nyaman. Selain wujud bangunan, pendekatan konsep juga dilakukan melalui pemilihan warna dan material. Pemilihan warna berkisar dengan warna terang dengan aksen yang memberikan kesan aktivitas, seperti paduan antara putih dengan oranye atau kuning. Sedangkan pemilihan konsep material menggunakan konsep tekstur kasar. Konsep ini dipilih untuk menonjolkan lokalitas material untuk mendukung konsep sebagai landmark pemuda di Yogyakarta. Gb 5.8. Wujud Bangunan 7. Zonasi Fungsional Konsep Zonasi fungsional yang diaplikasikan adalah bentuk radial yang terpusat. Konsep ini dipilih karena bentuk ini memiliki zona pusat sebagai ruang interaksi pusat, sehingga keberadaan zona pusat bersama ini akan memicu kemungkinan interaksi sosial yang lebih tinggi dibanding bentuk zonasi lainnya. Bentuk radial juga memberikan orientasi bangunan yang lebih jelas untuk mengarahkan pengunjung ke zona interaksi.pada bentuk radial ini penentuan zonasi publik, semi-privat dan privat dapat mengikuti pola radial dari pusat. Pusat 103

interaksi dapat diletakkan ruang-ruang yang bersifat publik, kemudian dari pusat menuju zona-zona cabang dapat diletakkan ruang-ruang lebih privat yang membutuhkan privasi dan batas-batas ruang. Zonasi diletakkan berdasarkan hubungan antar zonasi, zonasi yang saling berhubungan diletakkan berdekatan agar kegiatan di dalamnya dapat saling mendukung, seperti zonasi olahraga yang diletakkan dekat kolam renang dan GOR eksisting, kemudian zonasi aktivitas outdoor yang diletakkan dekat ruang terbuka hijau. Gb 5.9. Zonasi Fungsional Tapak C. KONSEP TATA RUANG DALAM 1. Zonasi Ruang Zonasi ruang ditentukan berdasarkan cluster dan tingkat privasi zona-zona tersebut. Cluster-cluster yang bersifat publik di gabungkan menjadi ruang pusat yang berhubungan dengan pintu masuk dan area outdoor. Kemudian cluster lainnya yang bersifat lebih privat menjadi cabang yang mengelilingi ruang pusat. Namun di dalam tiap cluster yang bersifat semi privat masing-masing memiliki ruang komunal yang bersifat publik sehingga tiap cluster tetap memiliki open 104

space room sebagai ruang interaksi di dalam cluster. Sedangkan untuk cluster pengelola yang bersifat privat tidak memiliki ruang komunal, sehingga untuk menyatukan ruang-ruang di dalam cluster ini nantinya akan digunakan hubungan ruang yang berbeda dari cluster-cluster lain. Gb 5.10. Zonasi Ruang 2. Hubungan Antar Ruang Setelah didapatkan zonasi ruang yang sesuai, maka selanjutnya ditentukan hubungan antar ruang di dalam tiap cluster dan hubungan antar cluster. Pada ruang pusat, tiap ruang harus dapat saling mengakses karena memiliki tingkat privasi yang sama dan saling melengkapi. Pada cluster cabang semi-privat, terdapat ruang komunal pada masing-masing cluster, sehingga ruang komunal tersebut menjadi ruang publik penyatu dari ruang-ruang semi-privat lainnya. Sehingga hubungan antar ruang yang terjadi adalah setiap ruang semi-privat dapat mengakses ruang komunal. Sedangkan pada cluster pengelola tidak 105

memiliki ruang komunal sebagai penyatu, sehingga hubungan ruang pada cluster ini adalah ruang yang lebih membutuhkan privasi diletakkan di dalam ruang besar. Sedangkan penghubunga dengan cluster lain melalui sirkulasi koridor. Gb 5.11. Hubungan Antar Ruang 3. Sirkulasi Dalam Bangunan Setelah didapatkan hubungan antar ruang, kemudian ditentukan sirkulasi dari bangunan, baik antar zona maupun antar ruang. Pintu masuk hanya berhubungan dengan cluster pusat, kemudian dari cluster pusat dapat mengakses ke seluruh zona baik secara langsung maupun tidak langsung. Zona yang memfasilitasi kegiatan-kegiatan edukasi, kesenian dan olahraga saling berhubungan namun tidak secara langsung. Sedangkan area aktivitas outdoor berhubungan langsung dengan zona olahraga karena aktivitas outdoor didominasi dengan aktivitas olahraga, selain dengan zona olahraga, zona aktivitas outdoor berhubungan langsung dengan ruang terbuka di taman. 106

Untuk sirkulasi di dalam masing-masing cluster, digunakan beberapa jenis, yaitu sirkulasi radial dan sirkulasi bebas. Pada cluster pusat, terdapat bebrapa ruangan publik yang bebas diakses, sehingga masing-masing ruang dapat saling mengakses yang dihubungkan dengan ruang sirkulasi. Begitu pula dengan zona aktivitas outdoor digunakan jenis sirkulasi yang sama. Sirkulasi di zona edukasi, kesenian dan olahraga menggunakan jenis radial dengan ruang komunal sebagai ruang pusat. Ruang pusat ini berfungsi sebagai ruang interaksi bersama. Pada zona pengelola, digunakan akses bebas yang dihubungkan oleh ruang sirkulasi. Pada zona ini terdapat beberapa ruang yang berada di dalam ruang yang lebih besar sehingga sirkulasinya harus melewati ruang besar tersebut kemudian menuju ruang yang berada di dalamnya. Gb 5.12. Alur dan Sirkulasi 107

D. KONSEP SISTEM BANGUNAN 1. Konsep Penekanan Ruang Pemicu Interaksi Sosial a. Orientasi Orientasi menjadi salah satu faktor penting yang menjadi pemicu interaksi. Orientasi bangunan dan ruang yang baik akan dengan mudah memicu interaksi paling dasar yaitu secara visual. Selain orientasi bangunan secara keseluruhan dengan site atau lingkungan sekitar, orientasi antar ruang juga merupakan faktor yang ditekankan agar tercipta suatu pusat aktivitas di dalam ruang. b. Tatanan Ruang Organisasi ruang perlu diperhatikan dalam pembentukan denah agar interaksi dapat terjadi dengan baik. Penggunaan koridor-koridor sebisa mungkin dikurangi dan diganti dengan adanya ruang-ruang komunal yang harus dilewati untuk mencapai ruang-ruang tertentu, sehingga interaksi lebih dapat terpicu di ruang komunal tersebut yang dapat menjadi sub-pusat aktivitas di dalam bangunan. Tatanan ruang juga dapat menentukan tingkat interaksi yang diinginkan. c. Ukuran Ruang Ukuran ruang memungkinkan terjadinya interaksi sosial dalam beberapa grup-grup kecil, sedangkan ruang yang lebih kecil dapat menekan interaksi dalam sebuah grup. Selain ukuran ruang, penempatan layout furnitur dalam jarak yang tepat dapat memicu interaksi sosial dengan baik tanpa mengurangi privasi dari ruang personal individu penggunanya. d. Fleksibilitas Ruang Fleksibilitas merupakan salah satu implikasi desain pendukung dalam konsep ruang pemicu interaksi sosial. Dikatakan pendukung karena tanpa fleksibilitas ruang pun interaksi sosial yang baik sudah dapat terjadi dengan orientasi, tatanan ruang dan ukuran ruang yang tepat. Namun fleksibilitas dapat membantu skala interaksi menjadi interaksi yang lebih besar. 108

e. Penggunaan Void dan Transparansi Void dan permainan transparansi dapat memicu interaksi sosial yang lebih besar daripada penggunaan dinding-dinding masif. Dengan penggunaan void dan transparansi maka akan terjadi interaksi sosial secara visual dan verbal. 2. Konsep Pencahayaan Pencahayaan alami dimanfaatkan secara maksimal untuk ruang-ruang yang membutuhkan pencahayaan secara alami. Hal ini berhubungan erat dengan penataan ruang. Ruang-ruang yang membutuhkan pencahayaan secara alami akan ditempatkan di sisi bangunan dengan orientasi ke luar, sedangkan ruangan yang tidak memerlukan cahaya alami dapat diletakkan lebih di tengah bangunan. Cahaya alami juga semaksimal mungkin dimasukkan hingga ke dalam bangunan dengan membuat bukaan-bukaan atau dengan cara pemantulan-pemantulan dari shading. 3. Konsep Penghawaan Konsep penghawaan di dalam bangunan didominasi dengan penggunaan penghawaan buatan, namun pada beberapa ruang dengan fungsi khusus membutuhkan penghawaan alami, terutama pada area dengan fungsi olahraga. Penghawaan alami dapat dimasukan melalui ventilasi di bawah dan di atas ruang dengan posisi yang berlawanan, sehingga terjadi penghawaan ventilasi silang (cross ventilation). 4. Konsep Sistem Struktur Sistem struktur yang digunakan adalah sistem modul dan kolom dengan perkuatan dinding-dinding pemikul untuk mengantisipasi adanya gempa bumi karena letak kota Yogyakarta yang berada di kawasan rawan gempa. Bentukan bangunan yang diharapkan adalah bentuk yang dinamis sehingga sistem modul dan kolom dianggap paling fleksibel dalam pembentukan denah bangunan yang dinamis. 109

5. Konsep Sistem Utilitas a. Sanitasi Jaringan air bersih menggunakan sistem downfeed dengan sumber dari PDAM atau sumur yang dipompa menuju bak penampungan di atap bangunan yang kemudian disalurkan ke seluruh bangunan. Selain bersumber dari PDAM dan sumur, sumber air lainnya adalah dengan menggunakan penampungan air hujan di bagian atap bangunan. Air hujan yang ditampung ini akan di saring dalam bak penyaringan dan digunakan untuk keperluan mandi dan penyiraman tanaman. Jaringan air kotor terdiri dari air hujan, air lemak, air sabun, dan air tinja. Keempat jenis air buangan ini memiliki pengolahan yang berbeda-beda, air tinja akan masuk ke septictank, air lemak akan masuk ke bak penangkap lemak sebelum di buang ke riol kota. Air sabun dapat diberikan pengolahan dan kemudian dipergunakan kembali untuk penyiraman tanaman. Sedangkan air hujan dapat langsung dibuang ke riol kota atau digunakan kembali dengan pengolahan terlebih dahulu. b. Jaringan Listrik Suplai listrik utama berasal dari PLN, sedangkan suplai listrik cadangan didapat dari generator set yang diletakkan di ruang genset khusus bersama dengan MDP (Main Distribution Panel). Dari MDP tersebut kemudian akan diteruskan menuju SDP (Sub Distribution Panel) pada beberapa area bangunan dan kemudian langsung dapat digunakan melalui stop kontak atau distribusi langsung. c. Pencegahan Kebakaran Pencegahan kebakaran di dalam bangunan menggunakan fire sprinkler, fire extinguisher, sirkulasi darurat, tangga darurat dan pendeteksi asap dan panas. Sedangkan pada luar bangunan disediakan hidran atau sumber air setiap radius 30 meter. 110