BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu diperlukan pihak ketiga (Akuntan Publik) yang dapat memberi keyakinan kepada investor dan kreditor bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen dapat dipercaya. Dalam melaksanakan tugas auditnya seorang auditor harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Selain standar audit, seorang auditor juga harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian professional, kerahasiaan, perilaku profesional serta standar teknis bagi seorang auditor dalam menjalankan profesinya (Restu dan Nastia, 2013). Dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik kepentingan dengan manajemen perusahaan. Manajemen ingin operasi perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil, salah satunya tergambar melalui laba yang lebih tinggi dengan maksud untuk menciptakan penghargaan. Dan ini mengancam kredibilitas auditor sebagai pihak yang ditugasi untuk menambah kredibilitas laporan keuangan. Yang pada akhirnya menyebabkan 1
2 bermunculnya kasus perusahaan yang jatuh dan gagal bisnis sering dikaitkan dengan kegagalan auditor (Restu dan Nastia, 2013). Seperti kasus yang menimpa akuntan publik Justinus Aditya Sidharta yang diindikasi melakukan kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan PT Great River Internasional, Tbk. Kasus tersebut muncul setelah adanya temuan auditor investigasi dari Bapepam yang menemukan indikasi penggelembungan account penjualan, piutang dan aset hingga ratusan milyar rupiah pada laporan keuangan Great River yang mengakibatkan perusahaan tersebut akhirnya kesulitan arus kas dan gagal dalam membayar utang (Lauw dkk, 2012). Selain itu terdapat kasus keuangan dan manajerial perusahaan publik yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan publik yang menyebabkan perusahaan didenda oleh Bapepam (Christiawan., 2003 dalam Restu dan Nastia., 2013). Dalam konteks skandal keuangan di atas, memunculkan pertanyaan apakah trik-trik rekayasa tersebut tidak mampu terdeteksi oleh akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan tersebut atau sebenarnya telah terdeteksi namun auditor justru ikut mengamankan praktik kejahatan tersebut. Tentu saja jika yang terjadi adalah auditor tidak mampu mendeteksi trik rekayasa laporan keuangan, maka yang menjadi inti permasalahannya adalah kompetensi auditor tersebut. Namun jika yang terjadi justru akuntan publik ikut mengamankan praktik rekayasa tersebut, seperti yang terungkap juga pada skandal yang menimpa Enron, Andersen, Xerox, WorldCom, Tyco, Global Crossing, Adelphia dan Walt Disney (Sunarsip., 2002 dalam ST Nur., 2011) maka inti permasalahannya adalah independensi dan faktor lainnya seperti fee
3 audit yang diterima oleh auditor tersebut dan sikap profesionalisme seorang auditor sangat penting dalam menghasilkan audit yang berkualitas (Restu dan Nastia, 2013). Selain itu AAERs (Accounting and Auditing Releases) menyatakan SEC selama 11 periode (Januari 1987 Desember 1997) menyatakan bahwa salah satu penyebab kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan adalah rendahnya tingkat skeptisme profesional audit. Dari 45 kasus kecurangan dalam laporan keuangan, 24 kasus (60%) diantaranya terjadi karena auditor tidak menerapkan tingkat skeptisme profesional yang memadai dan ini merupakan urutan ketiga dari audit defesiensi yang paling sering terjadi (Noviyanti., 2008 dalam Rina., 2010). Jadi rendahnya tingkat skeptisme dapat menyebabkan kegagalan dalam mendeteksi kecurangan. Kegagalan ini selain merugikan kantor akuntan publik secara ekonomis, juga menyebabkan hilangnya reputasi akuntan publik dimata masyarakat dan hilangnya kepercayaan kreditor dan investor dipasar modal (Rina, 2010). Terkait dengan konteks inilah, muncul pertanyaan seberapa tinggi tingkat kompetensi, independensi, profesionalisme, skeptisme dan fee auditor dan apakah hal tersebut berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik. Kualitas audit ini penting karena dengan kualitas audit yang tinggi maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Selain itu adanya kekhawatiran akan merebaknya
4 sekandal keuangan, dapat mengikis kepercayaan publik terhadap laporan keuangan auditan dan profesi akuntan publik (ST Nur, 2011). Penelitian mengenai kualitas audit juga dilakukan oleh Restu Agusti dan Nastia Putri Pertiwi (2013) yang meneliti tentang pengaruh kompetensi, independensi dan profesionalisme terhadap kualitas audit. Restu Agusti dan Nastia Putri Pertiwi menunjukan bahwa kompetensi, independensi dan profesionalisme berpengaruh terhadap kualitas audit secara parsial dan secara simultan. Selanjutnya hasil penelitian dari Novie Susanti Suseno (2013) yang meneliti tentang analisis pengaruh independensi auditor dan fee audit terhadap kualitas audit. Novie Susanti Suseno menunjukan bahwa independensi auditor dan fee audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Dan hasil penelitian dari Indira Januarti dan Faisal (2010) yang meneliti tentang pengaruh moral reasoning dan skeptisme profesional auditor pemerintah terhadap kualitas audit laporan keuangan pemerintah daerah menunjukan bahwa skeptisme professional berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Berdasarkan temuan dari penelitian-penelitian diatas, peneliti tertarik untuk menguji ulang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada waktu, tempat penelitian dan variabel yang di uji. Perbedaan pertama dari penelitian sebelumnya adalah perbedaan waktu, penelitian ini dilakukan pada tahun 2014, sedangkan penelitian sebelumnya pada tahun 2013 dan 2010. Perbedaan yang kedua dari penelitian ini adalah variabel yang digunakan. Penelitian ini mencoba menggabungkan variabel-variabel dari penelitian sebelumnya. Variabel yang digunakan yaitu variable kompetensi,
5 independensi, profesionalisme, skeptisme, fee audit dan kualitas audit. Perbedaan yang ketiga adalah tempat dilakukannya penelitian, penelitian ini dilakukan di Jakarta Barat. Atas dasar latar belakang diatas, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kompetensi, Independensi, Profesionalisme, Skeptisme dan Fee Audit Terhadap Kualitas Audit. B. Rumusan Masalah Penelitian Dari latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit? 2. Apakah independensi berpengaruh terhadap kualitas audit? 3. Apakah profesionalisme berpengaruh terhadap kualitas audit? 4. Apakah skeptisme berpengaruh terhadap kualitas audit? 5. Apakah fee audit berpengaruh terhadap kualitas audit? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan : a) Untuk menganalisis pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit b) Untuk menganalisis pengaruh independensi terhadap kualitas audit c) Untuk menganalisis pengaruh profesionalisme terhadap kualitas audit d) Untuk menganalisis pengaruh skeptisme terhadap kualitas audit e) Untuk menganalisis pengaruh fee audit terhadap kualitas audit
6 2. Kontribusi Penelitian a) Kontribusi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada KAP khususnya auditor, baik auditor senior maupun auditor junior agar menjalankan pemeriksaan akuntansi harus berdasarkan pada Standar Profesional Akuntan Publik dan selalu menegakkan Kode Etik Akuntan sebagai profesi akuntan publik. b) Kontribusi Kebijakan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam mengevaluasi kebijakan yang terdapat di KAP mengenai kompetensi, independensi, profesionalisme, skeptisme dan fee audit terhadap kualitas audit. Dan menjadi masukan bagi auditor dalam melaksanakan pekerjaannya.