HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN IKTERUS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. bulan, 80% anak meninggal terjadi saat umur 1-11 bulan. 1 Menurut profil

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BULAN. Oleh: J DOKTER

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR SOEDIRMAN KEBUMEN

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Aribul Maftuhah

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA PERIODE NASKAH PUBLIKASI

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah

BAB I PENDAHULUAN. angka mortalitas tertinggi di negara-negara yang sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. berat badan kurang dari 2500 gram pada saat lahir (Hasan & Alatas, 2005).

PERBEDAAN LUARAN JANIN PADA PERSALINAN PRETERM USIA KEHAMILAN MINGGU DENGAN DAN TANPA KETUBAN PECAH DINI JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

ABSTRAK INSIDENSI DAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO IKTERUS NEONATORUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2005

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

PENGARUH UMUR KEHAMILAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. sama. Angka tersebut yang akan menjadi indikator penilaian derajat

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

PENDAHULUAN BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan

BAB I PENDAHULUAN. 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 359 per

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

HUBUNGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. 1 Infeksi

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA BERAT DAN KELAHIRAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT DR. OEN SURAKARTA PERIODE HALAMAN JUDUL SKRIPSI

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan masa yang penting bagi perkembangan janin.

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. sebesar 25 per-1000 kelahiran hidup dengan Bayi Berat Lahir. Rendah (BBLR) penyebab utamanya. 2 Kematian bayi baru lahir di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah observasional analitik komparatif kategorik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

Rendah. Veronica Magdalena Pinontoan 1, Sandra G.J Tombokan 2, 1. RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado 2,3, Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. kejang pada bayi baru lahir, infeksi neonatal. 1 Hiperbilirubinemia merupakan

ABSTRAK. HUBUNGAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LLA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) IBU KEHAMILAN ATERM DENGAN DISMATURITAS BAYI LAHIR DI SEBUAH RS DI MEDAN

Correlation between Fetal Maturity and Asphyxia on Babies in Neonatology Room of Dr. H Abdul Moeloek Hospital Province Lampung

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

Faktor Penyulit pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yang Dirawat di RSUD Al Ihsan Bandung Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) dalam suatu negara. Angka Kematian Bayi (AKB)

BAB I PENDAHULUAN. bayi berat lahir rendah (BBLR), dan infeksi (Depkes RI, 2011). mampu menurunkan angka kematian anak (Depkes RI, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan medik maupun paramedik serta sebagai pelayanan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : AINUN JARIAH

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI NEONATORUM DI RSUD UNGARAN TAHUN 2014 ABSTRAK

Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. S DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR ) DI BANGSAL KBRT RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. (BBLR) adalah salah satu dari penyebab utama kematian pada neonates

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PERSALINAN PRETERM DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM MEURAXA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012

HUBUNGAN USIA, GRAVIDA, DAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN PREEKLAMSIA DI RSUD WONOSARI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. perlu diperhatikan untuk ketahanan hidupnya (Muslihatun, 2010; h. 3).

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA SALATIGA

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE

Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Tingkat Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Plered, Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Elli Hidayati, 2 Martsa Rahmaswari. Abstrak

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG MEDICAL RECORD RSUD PARIAMAN

ABSTRAK. Audylia Hartono Pembimbing I : Rimonta F. Gunanegara, dr., Sp.OG. Pembimbing II : July Ivone, dr., MKK., MPd.Ked.

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

BAB I PENDAHULUAN. berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat

The Relationship of Postterm Pregnancies dnd Premature Infants With Neonatal Asphyxia

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran prematur merupakan masalah kesehatan perinatal yang

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DAN PERDARAHAN POSTPARTUM

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2)

INDUKSI PERSALINAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR LABOR INDUCTION WITH THE INCIDENT OF ASPHYXIA NEWBORN

Transkripsi:

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN IKTERUS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Nyun Astangunilah Yaestin 1610104183 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2017

HALAMAN PERSETUJUAN HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN IKTERUS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Nyun Astangunilah Yaestin 1610104183 Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui Untuk Dipublikasikan Pada Program Studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas Aisyiyah Yogyakarta Oleh : Pembimbing Tanggal : Anjarwati, S.SiT., MPH :. Tanda Tangan :.

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN IKTERUS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Nyun Astangunilah Yaestin, Anjarwati Email : nyuna_soebrata@yahoo.co.id Latar Belakang : Angka Kematian Bayi (AKB) didunia pada tahun 2011 sebesar 29 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini meningkat pada tahun 2015 sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup.karena adanya beberapa komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi atau sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital. Metode : Jenis penelitian survey analitik. Waktu penelitian pada bulan November 2016 sampai Mei 2017. Sampel penelitian berjumlah 45 bayi.,menggunakan data sekunder. Analisa menggunakan Chi-square. Hasil : p-value 0,025 dengan Odds Ratio (OR) adalah 5,062. Simpulan : Ada hubungan yang signifikan antara berat badan lahir rendah dengan kejadian ikterus di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Background : New born mortality in the world in 2011 was 29 occurrences per 1000 living birth. This number increased in 2015 into 32 of 1000 living birth. It happened because there were several complications such as asphyxia, jaundice, hypothermia, neonatorum tetanus, infection or sepsis, birth trauma, low birth weight, respiration disturbance syndrome, and congenital disorder. Method : The study employed analytical study. The study was conducted from November 2016 until May 2017. The samples of the study were 45 babies with jaundice as the samples of the study. Data collecting used secondary data. The data was analyzed by using Chisquare. Result : p-value of 0.025 and closeness correlation reveals Odds Ratio (OR) of 5.062. Conclusion : Therefore it can be concluded there is correlation between low birth weight and jaundice. PENDAHULUAN Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin dalam darah lebih dari 5 mg/ml dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya gangguan fungsional dari liver, sistem biliary, atau sistem hematologi (Muslihatun, 2010). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR tidak hanya dapat terjadi pada bayi prematur, tapi juga pada bayi cukup bulan yang mengalami hambatan pertumbuhan selama kehamilan (Kader, 2014). Morbiditas dan mortalitas dalam berat lahir bayi berisiko tinggi pada kelompok BBLR dan BBLB sehingga membutuhkan perawatan neonatal yang intensif. Berat lahir merupakan indikator penting perkiraan maturitas dan kemampuan neonatus untuk bisa bertahan (Stoll, 2017). Angka Kematian Bayi (AKB) didunia pada tahun 2011 sebesar 29 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini meningkat pada tahun 2015 sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup. Kematian bayi ini terjadi pada tahun pertama kehidupan (World Health Statistic, 2016). Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi umur 0-

11 bulan dibandingkan dengan jumlah kelahiran hidup. AKB di Kota Yogyakarta mengalami peningkatan dalam 5 tahun terakhir. Pada Tahun 2013 angka kematian bayi sebesar 11,8 per 1000 kelahiran hidup dan meningkat menjadi 14,19 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2014 (Profil Kesehatan Yogyakarta, 2015). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014, Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2007 adalah 34 per 1000 kelahiran hidup. Tahun 2012 terdapat 32 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini terjadi karena adanya beberapa komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi atau sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan MTBM (Kementrian Kesehatan, 2014). Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Yogyakarta (2015) terdapat pola sepuluh besar penyakit diantaranya adalah ikterus neonatorum. Ikterus menempati peringkat dua setelah asfiksia. Ikterus neonatorum secara umum terjadi apa usia 2-7 hari setelah lahir. Bayi berat lahir rendah mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi dan mudah terserang komplikasi. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastro intestinal, ginjal, dan termoregulasi (Kementrian Kesehatan, 2014). Hubungan antara berat lahir dan risiko meninggal dalam tahuntahun pertama kehidupan telah lama diketahui dan berat lahir sering digunakan peneliti sebagai alat ukur risiko mortalitas. Angka kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) dalam suatu populasi biasanya dipertimbangkan sebagai indikator kesehatan utama pada ibu hamil dan janinnya. Adapun implikasi kesehatan atas bayi makrosomia ( 4000 gram) masih kurang mendapat perhatian (Stoll, 2007). Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang berperan aktif dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi. Bidan memiliki tanggung jawab besar dalam kesehatan ibu dan anak, baik yang bertugas di desa, Puksesmas, dan rumah sakit. Hal ini sudah tercantum dalam Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan menyelenggarakan praktik bidan pasal 11 yang berbunyi bidan berwenang untuk pemberian konseling dan penyuluhan pada pasal 13 yang berbunyi penanganaan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan. Agama Islam dalam Al-Quran pada surat Al-Insiroh menerangkan bahwa dibalik kesusahan ada kemudahan. Rosulloh bersabda, Allah tidak menurunkan penyakit melainkan pasti menurunkan obatnya. (HR. Bukhari) Hadist diatas Allah menjelaskan bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya. dengan penanganan yang baik, serta tindakan yang sesuai akan mencegah komplikasi yang muncul seperti ikterus neonatorum. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, populasi bayi pada tahun 2016 ada 737 bayi. Jumlah persalinan pada Januari sampai Desember 2016 ada 295 persalinan dengan bayi yang memiliki berat badan > 2500 gram berjumlah 223 (75,5%), dan yang memiliki berat badan lahir rendah berjumlah 72 (24,4%). Hasil persentase tersebut adalah bayi yang dirawat di RS PKU Muhammadiyah dan pasien yang rujukan. Angka kejadian bayi ikterus

pada bayi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta terjadi peningkatan jika dilihat dari jumlah bayi ikterus pada penelitian sebelumnya dan dari hasil studi pendahuluan pada penelitian ini. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah survey analitik. Lokasi penelitian di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2016 sampai Mei 2017. Sampel penelitian adalah bayi yang mengalami ikterus dan memiliki berat badan lahir rendah dan didapatkan berjumlah 45 bayi. Pengumpulan data menggunakan data sekunder yaitu dengan menggunakan rekam medis pasien yang menjadi pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Analisa data secara univariat dan bivariat menggunakan Chi-square dengan SPSS 16. HASIL ANALISIS Tabel 6. Hasil Distribusi Frekuensi Ikterus di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Kategori Frekuensi % IkterusFisiologi Ikterus Patologi 35 10 77,8 22,2 JUMLAH 45 100 Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa berdasarkan frekuensi kejadian ikterus yang lebih banyak adalah ikterus fisiologi yaitu 35 bayi (77,8%), bayi yang mengalami ikterus patologi yaitu 10 bayi (22,2%). Tabel 7. Distribusi Frekuensi Berat Badan Lahir Rendah di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Kategori Frekuensi % BBLR BBLSR 31 14 68,9 31,1 JUMLAH 45 100 Berdasarkan tabel 7 berjumlah 31 (68,9%) dan bayi yang menunjukan bahwa bayi yang memiliki Berat Badan Lahir Sangat mengalami Berat Badan Lahir Rendah Rendah berjumlah 14 (31,1%). Tabel 8. Cross Tabulasi Berat Badan Lahir Rendah dengan Kejadian Ikterus di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Kategori Ikterus Fisiologi Ikterus Patologi F % F % BBLR BBLSR 27 8 60 17,8 4 6 8,9 13,3 JUMLAH 35 77,8 10 22,2 Berdasarkan hasil tabulasi silang didapatkan bahwa bayi yang mengalami ikterus fisiologi yang dialami oleh bayi yang mengalami BBLR yaitu berjumlah 27 (60%), bayi yang BBLRS berjumlah 8 (17,8%). Bayi yang mengalami ikterus patologi dan merupakan bayi BBLR berjumlah 4 (8,9%), bayi yang BBLRS dan mengalami ikterus patologi berjumlah 6 (13,3%).

PEMBAHASAN 1. Kejadian Ikterus Awal terjadinya ikterus dimulai pada janin yaitu pada saat janin bertugas mengeluarkan bilirubin dari darah dilakukan oleh plasenta, dan bukan oleh hati. Setelah bayi lahir, tugas ini langsung diambil alih oleh hati, yang memerlukan sampai beberapa minggu untuk penyesuaian. Selama selang waktu tersebut, hati bekerja keras untuk mengeluarkan bilirubin dari darah. Saat proses tersebut berlangsung, jumlah bilirubin yang tersisa masih menumpuk didalam tubuh, sehingga bilirubin berwarna kuning, maka jumlah bilirubin yang berlebihan dapat memberi warna kuning pada kulit, sclera, dan jaringanjaringan tubuh lainnya (Sukadi, 2010). Hasil penelitian Shiyam (2010) Incidence of neonatal hyperbilirubinemia a population based prospective study in Pakistan pada data tahun 2004-2006 menggunakan uji parametrik dengan SPSS 16 dan EPIDATA 6 dengan hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa 46 bayi yang meninggal, 14 (30%) memiliki diagnosis terkait penyakit kuning, dan penyakit kuning tersebut didominasi pada bayi yang memiliki keadaan berat badan lahir rendah. Hal ini juga sesuai dengan Wiknjosastro (2010) faktor resiko ikterus yaitu Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), komplikasi kehamilan yaitu Diabetes Melitus atau Gestational Diabetes Melitus (GDM), Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Preterm Premature Rupture of Membranes (PPROM), dan Intra Uterine Growth Restriction (IUGR). 2. Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Bayi yang mengalami berat badan lahir rendah yang merupakan pasien rujukan sesuai dengan tanggal yang tercantum pada surat rujukan, dirujuk sebelum 24 jam. Tertera didalam surat rujukan berat badan lahir bayi, tanggal lahir, jenis kelamin, dan identitas pasien. Peneliti dalam melakukan penelitian menemukan beberapa hal, salah satunya didalam penulisan rekam medis yang baru untuk pasien rujukan ada yang menuliskan berat badan lahir ketika bayi masuk rumah sakit dan ada yang tidak menuliskan. Bayi yang memiliki Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) tanpa memandang masa gestasinya baik itu bayi prematur atau cukup bulan dapat menyebabkan tidak adanya atau berkurangnya jumlah enzim yang diambil atau menyebabkan pengurangan reduksi bilirubin oleh sel hepar, selain itu pada BBLR kenaikan bilirubin serum cendrung sama atau sedikit lebih lambat dari pada kenaikan bilirubin pada bayi cukup bulan tetapi jangka waktunya lebih lama yang biasanya mengakibatkan kadar bilirubin yang lebih tinggi (Myles, 2009). Trir (2014) menyebutkan bahwa BBLR sangat rentan mengalami komplikasi yaitu sindrom aspirasi mekonium, hipoglikemi simptomatik penyakit membran hialin, asfiksia, neonatorum, hyperbilirubinemia atau ikterus. 3. Hubungan Berat Badan Lahir Rendah Dengan Kejadian Ikterus Helen (2011) menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang memiliki hubungan dengan ikterus neonatorum, hubungan tersebut terdiri dari gejala mayor (tampak) dan minor contohnya tingkat pendidikan. Gejala mayor yang dimaksud adalah Berat Badan Lahir Rendah, defisiensi enzim G6PD, ABO inkompatibilitas. Ikterus adalah perubahan warna yang terjadi pada permukaan kulit, konjungtiva, sclera yang menjadi kuning. Hal ini terjadi pada beberapa bayi baru lahir baik yang memiliki

berat badan lahir normal dan BBLR. Beberapa penelitian menunjukan bahwa BBLR lebih mudah mengalami ikterus dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan lahir normal. Kematangan pada organ bayi yang BBLR belum maksimal dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan lahir normal. Proses pengeluaran bilirubin melalui organ hepar yang belum matang menyebabkan terjadinya ikterus pada bayi. Sehingga terjadi penumpukan bilirubin dan menyebabkan warna kuning pada permukaan kulit. PENUTUP 1. Simpulan Berdasarkan hasil uji hubungan menunjukan ada hubungan yang signifikan antara berat badan lahir rendah dengan kejadian ikterus dengan p-value 0,025 yang artinya ada hubungan antara BBLR dengan ikterus. 2. Saran Diharapkan dapat menjadi masukan untuk meningkatkan motivasi dalam pemberian asuhan dan KIE kepada orang tua bayi kaitannya dengan bayi yang ikterus dan memiliki berat lahir yang rendah. DAFTAR PUSTAKA 1. Helen. 2011. Prevalence of Neonatal Jaundice on Central Hospital, Warri, Delta State, Nigeria. International Journal of Health Research, September 2011; 4(3): 123-126 2. Kementrian Kesehatan. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 3. Myles. 2009. Buku Ajar Bidan. Edisi 14. Jakarta: EGC. 4. Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 5. Prawiroharjo. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 6. PROFESI Volume 10 / September 2013 Februari 2014. Resiko Kehamilan Pada Usia Remaja, 10(26), 2013 2015. 7. Profil Kesehatan DIY. Profil Kesehatan DIY 2015. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta 8. Qur'an. Ar-Arum :54 9. Shiyam. 2010. Incidence of neonatal hyperbilirubinemia: a population-based prospective study in Pakistan. Tropical Medicine and International Health doi:10.1111/j.1365-3156.2010.02496.xvolume 15 no 5 pp 502 507 may 2010 10. Stoll, B.J. 2017. The Fetus and the Neonatal Infant. In: Behrman R.E., Kliegman R.M., Jenson H.B. ed. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th ed. Philadelphia: Saunders, 671-674. 11. Sukadi A. 2010. Hiperbilirubinemia. In: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi (Edisi Ke-1). Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2010; p. 147-53. 12. Trir, 2014. Komplikasi BBLR. Universitas Negeri Gorontalo. 13. World Health Organization, 2016. Global Health Observatory (GHO). online who.int/gho/child_health/morta lity/neonatal_infant_text/en/ diakses 4 Maret 2017. 14. Wiknjosastro. 2010. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka.