MEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF. Rahmawati

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PERAN TASAWUF DALAM KEHIDUPAN MANUSIA MODERN. kenyataan yang tidak dapat disangkal bahwa apabila dikeluarkan dari konteks

Al-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

Disebarluaskan melalui: website: November, TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

Begitu Singkatnya Umur Manusia

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah

Bab 4 PEMAHAMAN SUFIYAH. Kandungan THARIQ

Mengenal Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah

Hakikat Manusia Menurut Islam

Mutiara Islahul Qulub 3

Standar Kompetensi : 3. Membiasakan perilaku terpuji.

BAB V KESIMPULAN. permasalahan yang dibahas. Dalam kesimpulan ini peneliti akan memaparkan

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

Istiqomah. Khutbah Pertama:

Mutiara Islahul Qulub 6

Modul ke: Kesalehan Sosial. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perintah Pertama di Dalam Alquran

BAB IV PERBANDINGAN PEMURNIAN TAREKAT IBNU TAIMIYAH DAN HAMKA

Memacu Diri Agar Istiqomah Beribadah

Disebarluaskan melalui: Website: November, TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

Sucikan Diri Benahi Hati

Macam-Macam Dosa dan Maksiat

malam bentangkan gelap, ia berdiri menyesali diri karena takut tiada tara menjadi teman kesedihan pada siang hari

DAFTAR TERJEMAH. Alquran No Halaman Bab Terjemah 1

Bahagian Pertama: Tafsiran Ayat-ayat 1-8 MAFHUMNYA:

ASAS-ASAS ISLAM. Agama Islam Iman & Taat Kenabian Pentafsiran Iman Ibadat-ibadat Agama & Syariah Hukum Syariah

Penulis: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An Nawawi

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

Disebarluaskan melalui: website: TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Bulan Penuh Rahmat itu Telah Meninggalkan Kita. Written by Mudjia Rahardjo Friday, 15 November :41 -

Kufur kepada thaghut adalah syarat sahnya ibadah seseorang, sebagaimana wudhu merupakan syarat sah shalat.

Motivasi Untuk Bertaubat

Malu Kepada Allah. Khutbah Pertama:

Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama

TUGAS MATA KULIAH AL QUR AN AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP. Dosen pengampu : Masyhudi Riaman, S.Pd. Disusun Oleh : Sahri Ramadani

Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada (Al-Hajj: 46).

Majlis Ugama Islam Singapura Khutbah Jumaat 6 Mac 2015 / 15 Jamadilawal 1436 Kepentingan Akhlak Yang Mulia

Tauhid Yang Pertama dan Utama

Jika kamu mengikuti kebanyakan manusia di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. [Q.S. 6 : 116]

Allah Al-Ghalib (Maha Menang) dan An-Nashir (Maha Penolong)

Apabila kamu melihat dunia dikuasai oleh ahli-ahli dunia dengan perhiasan dan kekosongannya, dengan penipuan dan perangkapnya dan dengan racunnya

Ahli Ibadah dengan Pelacur yang Cantik Jelita Sebuku Roti Penebus Dosa

BAB IV ANALISIS. A. Perbedaan Ajaran Shalahuddin al-ayubi Dengan Ajaran Bahauddin. Secara mendasar setiap tarekat pasti memiliki perbedaan dengan yang

Bab 4 Belajar Mendirikan Shalat Berlatih Akhlak Mulia Membangun Kesejahteraan Umat

ZIKIR Oleh Nurcholish Madjid

Pendukung dan Penghalang dari Taubat

Tegakkan Shalat Dengan Berjamaah

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

Tipu Daya Setan Terhadap Manusia

Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab

Kekhususan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Yang Tidak Dimiliki Oleh Umatnya

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

AKHLAK DAN TASAWUF. Presented By : Saepul Anwar, M.Ag.

HADITS KEduapuluh tujuh Arti Hadits / :

Jadilah Pembuka Pintu Kebaikan

Tafsir Surat Al-Kautsar

TATA IBADAH HARI MINGGU VI SESUDAH EPIFANIA ALLAH YANG KREATIF MENJUMPAI MANUSIA YANG PUTUS ASA

MENGIKUTI HAWA NAFSU

Hukum orang yang memanfaatkan Islam untuk kepentingan pribadi

DI BULAN SUCI RAMADHAN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

Allah Itu Maha Indah dan Mencintai Keindahan

Nasehat Bagi Orang Yang Melalaikan Shalat

KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Drs.

Fakar Al-Mazda Roby atul Adawya

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat


TAWASSUL. Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.6 Nabi Ibrahim AS., Nabi Ismail AS., Nabi Luth AS., dan Nabi Ishaq AS.

??????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

TAUHID. Aku ciptakan jin dan manusia tiada lain hanyalah untuk beribadah kepadaku (QS. Adz-Dzariyat : 56)

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis dan dibahas tentang

"SABAR ANUGERAH TERINDAH"

I. PENDAHULUAN II. RUMUSAN MASALAH

Pembaharuan.

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Penyakit Lupa dan Lalai

Metode Bijak Memperbaiki Aib

Kesadaran Akan Keberadaan. Ahmad Munir

TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA)


KONSEP ANAK DALAM ISLAM

Kedudukan Tauhid Dalam Kehidupan Seorang Muslim

???????????????????????????????????????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Sikap Yahudi di dalam Al-Qur an

3 Wasiat Agung Rasulullah

Di dalam shahih Muslim disebutkan dari Jabir Radhiyallahu Anhu, dia berkata, Aku

BAB IV ANALISIS. Setelah mengetahui legalitas şallallahu alaihi wasallam dan alaihi

Khutbah Jum'at. Memaafkan Sesama Sebelum Ramadhan Tiba. Bersama Dakwah 1

UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA STATUS DAN TANGGUNGJAWAB MANUSIA

Berkawan dengan Orang Shalih

BAB I KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM. Tujuan bab : Setelah membaca bab ini anda diharapkan dapat menjelaskan konsep ketuhanan dalam Islam

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

TIGA WASIAT ROSULULLOH

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.1 Nabi Adam AS.

ISLAM DAN MITOLOGI Oleh Nurcholish Madjid

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

MEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF Rahmawati Abstrak: Tulisan ini akan membahas sekelumit tentang konsep fana dan baqa, dari segi pengertian, tujuan dan kedudukannya. Juga dibahas sejarah berkembangnya dan tokoh yang mengembangkannya, serta rujukannya dalam al-qur an dan al-sunnah. Pemahaman terhadap fana dan baqa merupakan dasar untuk memahami hakikat diri dan hakikat ketuhanan. Paham ajaran ini merupakan peningkatan dari paham makrifat dan mahabbah. Paham ini mulai dikembangkan oleh Abu Yazid Al Bustami pada abad III Hijriyah yang dipandang sebagai cikal bakal timbulnya ajaran kesatuan wujud atau ittihad. Kata Kunci: Fana, baqa, ittihad Al-Munzir Vol. 7, No. 2, November 2014 Memahami Ajaran Fana dan Baqa

74 Pendahuluan Konsep fana dan baqa mulai dikembangkan oleh Abu Yazid Al Bustami pada abad III Hijriyah yang dipandang sebagai cikal bakal timbulnya ajaran kesatuan wujud atau ittihad (Asmaran AS, 1994: 151). Dari segi bahasa fana berarti hilangnya wujud sesuatu. Fana berbeda maknanya dengan al-fasad yang berarti rusak. Fana artinya tidak nampaknya sesuatu, sedangkan rusak adalah berubahnya sesuatu kepada sesuatu yang lain. Dalam kaitan ini Ibnu Sina ketika membedakan antara benda-benda yang bersifat samawiyah dan benda-benda yang bersifat alam, mengatakan bahwa keberadaan benda alam itu atas dasar permulaannya, bukan atas perubahan bentuk yang satu kepada bentuk yang lainnya, dan hilangnya benda alam itu dengan cara fana, bukan cara rusak. Adapun arti fana menurut kalangan sufi adalah hilangnya kesadaran pribadi dengan dirinya sendiri atau dengan sesuatu yang lazim digunakan pada diri. Menurut pendapat lain, fana berarti bergantinya sifat-sifat kemunusiaan dengan sifat-sifat ketuhanan. Dan dapat pula berarti hilangnya sifat-sifat yang tercela. Dalam pada itu Mustafa Zahri mengatakan bahwa yang dimaksud fana adalah lenyapnya inderawi atau kebasyariahan, yakni bersifat sebagai manusia biasa yang suka pada syahwat dan hawa nafsu. Orang yang telah diliputih hakikat ketuhanan, sehingga tidak lagi melihat daripada alam baharu, alam rupa dan alam wujud ini, maka dikatakan telah fana dari alam cipta atau dari alam makhluk (Mustafa Zahri, 1985: 234). Selain itu, fana juga dapat berarti hilangnya sifat-sifat buruk (maksiat) lahir batin. Sebagai akibat dari fana adalah baqa. Secara harfiah baqa berarti kekal, sedang menurut yang dimaksud para sufi, baqa adalah kekalnya Memahami Ajaran Fana dan Baqa Al-Munzir Vol. 7, No. 2, November 2014

75 sifat-sifat terfuji, dan sifat-sifat Tuhan dalam diri manusia. Karena lenyapnya (fana) sifat-sifat basyariah, maka yang kekal adalah sifatsifat ilahiah. Dalam istilah tasawuf, fana dan baqa datang beriringan, sebagaimana dinyatakan oleh para ahli tasawuf: "Apabila nampaklah nur kebaqaan, maka fanalah yang tiada, dan baqalah yang kekal. " Tasawuf itu ialah mereka fana dari dirinya dan baqa dengan Tuhannya, karena kehadiran hati mereka bersama Allah (Mustafa Zahri, 1985: 234). Dengan demikian, dapatlah difahami bahwa yang dimaksud dengan fana adalah lenyapnya sifat-sifat basyariah, akhlak yang tercela, kebodohan dan perbuatan maksiat dari diri manusia. Sedangkan baqa adalah kekalnya sifat-sifat ketuhanan, akhlak yang terpuji, ilmu pengetahuan dan kebersihan diri dari dosa dan maksiat. Untuk mencapai baqa ini perlu dilakukan usaha-usaha seperti pertaubat, berzikir, beribadah, dan menghias diri dengan akhlak yang terpuji. Selanjutnya fana yang dicari oleh orang sufi adalah penghancuran diri (al-fana an al-nasf), yaitu hancurnya perasaan atau kesadaran tentang adanya tubuh kasar manusia. Menurut al-qusyairi, fana yang dimaksud adalah fananya seseorang dari dirinya dan dari makhluk lain terjadi dengan hilangnya kesadaran tentang dirnya dan tentang makhluk lain itu. Sebenarnya dirinya tetap ada dan demikian pula makhluk lain ada, tetapi ia tak sadar lagi pada mereka dan pada dirinya. Kalau seorang sufi telah mencapai al-fana al-nafs, yaitu kalau wujud jasmaniah tak ada lagi (dalam arti tak disadarinya lagi), maka yang akan tinggal ialah wujud rohaninya dan ketika itu ia bersatu dengan Tuhan secara rohaniah. Menurut Harun Nasution, kelihatannya persatuan dengan Tuhan ini terjadi langsung Al-Munzir Vol. 7, No. 2, November 2014 Memahami Ajaran Fana dan Baqa

76 setelah tercapainya al-fana al-nafs (Harun Nasution, 1983: 81). Tak ubahnya dengan fana yang terjadi etika hilangnya kejahilan, maksiat dan kelakuan buruk di atas. Dengan hancurnya hal-hal ini yang langsung tinggal (baqa) ialah pengetahuan, takwa dan kelakuan baik. Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa yang dituju dengan fana dan baqa ini adalah mencapai persatuan secara rohaniah dan batiniah dengan Tuhan, sehingga yang disadarinya hanya Tuhan dalam dirinya. Adapun kedudukannya adalah merupakan hal, karena hal yang demikian tidak terjadi terus-menerus dan juga karena dilimpahkan oleh Tuhan. Fana merupakan keadaan dimana seseorang hanya menyadari kehadiran Tuhan dalam dirinya, dan kelihatannya lebih merupakan alat, jembatan atau maqam menuju ittihad (penyatuan rohani dengan Tuhan). Berbicara fana dan baqa ini erat hubungannya dengan al-ittihad, yakni penyatuan batin atau rohaniah dengan Tuhan, karena tujuan dari fana dan baqa itu sendiri adalah ittihad itu. Hal yang demikian sejalan dengan pendapat Mustafa Zahri yang mengatakan bahwa fana dan baqa tidak dapat dipisahkan dengan pembicaraan paham ittihad. Dalam ajaran ittihad sebagai salah satu metode tasawuf sebagai dikatakan oleh al- Baidawi, yang dilihat hanya satu wujud sungguhpun sebenarnya yang ada dua wujud yang berpisah dari yang lain. Karena yang dilhat dan yang dirasakan hanya satu wujud, maka dalam ittihad ini bisa terjadi pertukaran peranan antara yang mencintai (manusia) dengan yang dicintai (Tuhan) atau tegasnya antara sufi dan Tuhan (Mustafa Zuhri, 1985: 236). Dalam situasi ittihad yang demikian itu, seorang sufi telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhan, suatu tingkatan di mana yang mencintai dan yang dicintai telah menjadi satu, sehingga salah satu dari mereka Memahami Ajaran Fana dan Baqa Al-Munzir Vol. 7, No. 2, November 2014

77 dapat memanggil yang satu dengan kata-kata: Hai Aku Maka yang satu kepada yang lainnya mengatakan aku. Dengan demikian jika seorang sufi mengatakan misalnya mahasuci aku, maka yang dimaksud aku disitu bukan sufi sendiri, tetapi sufi yang telah bersatu batin dan rohaninya dengan Tuhan, melalui fana dan baqa. Tokoh yang Memperkenalkan Fana, Baqa dan Ittihad. Dalam kajian sejarah tasawuf, Abu Yazid al-bustami (w. 874 M/) disebut-sebut sebagai sufi yang pertama kali memperkenalkan paham fana dan baqa ini. Nama kecilnya adalah Thaifur. Ia sangat istimewa dalam hati kaum sufi seluruhnya. Bermacam-macam pula anggapan orang tentang pendirinnya. Ia pernah mengatakan: Kalau kamu lihat seseorang sanggup melakukan pekerjaan keramat yang besar-besar, walaupun dia sanggup terbang di udara, maka janganlah kamu tertipu, sebelum kamu lihat bagaimana dia mengikuti perintah syariat dan menjauhi batas-batas yang dilarang syari`at (Hamka, 1984: 102). Ketika Abu Yazid telah fana dan mencapai baqa maka dari mulutnya keluarlah kata-kata yang ganjil yang jika tidak hati-hati memahami akan menimbulkan kesan seolah-olah Abu Yazid mengaku dirinya sebagai Tuhan, padahal yang sesungguhnya ia tetap manusia, yaitu manusia yang mengalami pengalaman batin bersatu dengan Tuhan. Di antara ucapan ganjil yang keluar dari dirinya, misalnya: Tidak ada Tuhan, melainkan saya. Sembahlah saya, amat sucilah saya, alangkah besarnya kuasaku. Selanjutnya Abu Yazid mengatakan, Tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku. Maha suci Aku, Maha Suci Aku, Maha Besar Aku. Selanjutnya diceritakan yang berikut: Al-Munzir Vol. 7, No. 2, November 2014 Memahami Ajaran Fana dan Baqa

78 Seorang lewat di rumah Abu Yazid dan mengetok pintu. Abu Yazid bertanya: Siapa yang engkau cari? Jawabnya: Abu Yazid. Lalu Abu Yazid mengatakan: pergilah. Di rumah ini tidak ada kecuali Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Tinggi. Di lain waktu Abu Yazid berkata, Yang ada dalam baju ini hanyalah Allah. Ucapan yang keluar dari mulut Abu Yazid itu, bukanlah kata-katanya sendiri tetapi kata-kata itu diucapkannya melalui diri Tuhan dalam ittihad yang dicapainya dengan Tuhan. Dengan demikian sebenarnya Abu Yazid tidak mengaku dirinya sebagai Tuhan. Bagi orang yang bersikap toleran, ittihad dipandang sebagai penyelewengan (inhiraf), tetapi bagi orang yang keras berpegang pada agama, itu dipandang sebagai kekufuran. Falam ittihad ini selanjutnya dapat mengambil bentuk hulul dan wahdat al-wujud. Dengan demikian untuk mencapai hulul dan wahdatul wujud pun sama dengan al-ittihad, yaitu melalui fana dan baqa. Fana, Baqa dan Ittihad Menurut Alquran Faham fana dan baqa yang ditujukan untuk mencapai ittihad itu dipandang oleh sufi sebagai sejarah dengan konsep liqa al-rabbi menemui Tuhan. Fana dan baqa merupakan jalan menuju berjumpa dengan Tuhan. Hal ini sejalan dengan firman Allah yang berbunyi: Barang siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepadanya. (QS. al-kahfi/18 : 110). Memahami Ajaran Fana dan Baqa Al-Munzir Vol. 7, No. 2, November 2014

79 Paham ittihad ini juga dapat dipahami dari keadaan ketika Nabi Musa ingin melihat Allah. Musa berkata: Ya Tuhan, bagaimana supaya aku sampai kepada-mu? Tuhan berfirman: tinggallah dirimu (lenyapkanlah dirimu) baru kamu kemari (bersatu). Ayat dan riwayat tersebut memberi pentunjuk bahwa Allah Swt. telah memberi peluang kepada manusia untuk bersatu dengan Tuhan secara rohaniah atau batiniah, yang caranya antara lain dengan beramal saleh, dan beribadat semata-mata karena Allah, menghilangkan sifatsifat dan akhlak yang buruk, menghilangkan kesadaran sebagai manusia, meninggal dosa dan maksiat, dan kemudian menghias diri dengan sifat-sifat Allah, yang kesemuanya ini tercakap dalam konsep fana dan baqa. Adanya konsep fana dan baqa ini dapat dipahami dari isyarat yang terdapat dalam ayat sebagai berikut. Semua yang ada di dunia ini akan binasa. Yang tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemulian (QS. Al- Rahman, 55: 26-27). Penutup Paham tentang fana dan baqa mulai dikembangkan oleh Abu Yazid Al Bustami pada abad III Hijriyah. Fana dan baqa erat hubungannya dengan al-ittihad, yakni penyatuan batin atau rohaniah dengan Tuhan, karena tujuan dari fana dan baqa itu sendiri adalah ittihad. Al-Munzir Vol. 7, No. 2, November 2014 Memahami Ajaran Fana dan Baqa

80 Paham ini dianggap sebagai cikal bakal timbulnya ajaran kesatuan wujud atau ittihad Di antara beberapa inti ajaran tasawuf, pemahaman terhadap fana dan baqa merupakan dasar untuk memahami hakikat diri dan hakikat ketuhanan. Paham ini merupakan peningkatan dari paham makrifat dan mahabbah. Daftar Pustaka Aceh, Abu Bakar. Pengantar Ilmu Tarekat. Jakarta: Ramadhani, 1993 Asmaran As. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Grafindo Persada, 1994 Ghazali, Muhammad. Akhlak Seorang Muslim (terjemahan Moh. Rifai dari judul asli Khuluq Al Muslim. Wicaksana, Semarang, 1993 Hamka. Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984 Muthahhari, Murthada. Falsafah Akhlak. (terjemahan). Faruq Bin Diya dari judul asli Falsafi Akhlaq. Bandung: Pustaka Hidayah, 1995 Nasution, Harun. Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1983 Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press, 1979. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990 Zahri, Mustafa. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Bina Ilmu, 1995. Memahami Ajaran Fana dan Baqa Al-Munzir Vol. 7, No. 2, November 2014