BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya.

dokumen-dokumen yang mirip
PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB II KAJIAN TEORI. hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Makna kecerdasan emosional oleh psikolog Peter Salovey dan John Mayer

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. kompetensi perilaku. Hal ini diperjelas Goleman (2006:56) yang

ARTIKEL ILMIAH. Oleh RUCI ENRIS JUMANIAR NIM A1D110114

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DESKRISPSI KEMAMPUAN SISWA MENGELOLA EMOSI PADA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

ARTIKEL ILMIAH. Kecerdasan Emosional Dalam Kegiatan Belajar Siswa Kelas III. Di SMP Negeri 7 Kota Jambi. Oleh : DESWATI ERA1D08063

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya,

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Mengembangkan. Diri Siswa Di SMK Negeri 1 Boyolangu Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan salah satunya perubahan emosi. Menurut Goleman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Suryabrata (2006), variabel diartikan sebagai segala sesuatu

KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. secara terpadu. UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai warga masyarakat. Meskipun manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bangsa yang mampu bertahan dan mampu memenangkan persaingan yang semakin

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. Cet. 1,hlm 6. (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2012), hlm ), hlm. 48.

NO : TB : BB : PETUNJUK PENGISIAN 1. Berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda sendiri.

BAB II LANDASAN TEORITIK

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari eksistensi manusia di dunia. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dengan semangat yang menggebu. Awalnya mereka menyebut

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahwa kecerdasan didefinisikan bermacam-macam antara lain 1 :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. dengan keadaan yang terjadi pada bangsanya. Pola pikir mahasiswa saat ini hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Oleh sebab itu manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sempurna perkembangan akal budinya (untuk berfikir, dan kemampuan mengolah tingkah laku dengan pola-pola baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

Dampak Kegiatan Outward Bound Terhadap Pengembangan Kecerdasan Emosi (EQ) Herman Subarjah Sumardiyanto ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI. Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123

BAB I PENDAHULUAN. Widjaja, 2006). Pegawai memiliki peran yang besar dalam menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. SMA Negeri 6 Jakarta merupakan salah satu SMA favorit dibilangan Jakarta Selatan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terlepas dari kegiatan belajar. Melaksanakan aktivitas sendiri, maupun dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak akan bisa tahan untuk hidup sendiri di dunia ini. Hal ini

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. Masa anak-anak identik dengan penerimaan berbagai pengetahuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi manusia terjadi semenjak manusia itu berada. dalam kandungan hingga akhir masa hidupnya. Hal ini sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang semakin modern seperti ini di dunia pendidikan setiap

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI (EMOTIONAL QUOTIENT) DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA SEMESTER VIII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifatsifat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Goleman (1993), orang yang ber IQ tinggi, tetapi karena

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN UMUR MAHASISWI SEMESTER I DIV KEBIDANAN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalangan masyarakat, misalnya penggunaan smartphone. Bagi masyarakat, smartphone

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan merupakan anugerah Allah Subhanahuwatallah yang tidak ternilai

BAB I PENDAHULUAN. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan pada tuntutan-tuntutan, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODELOGI PENELITIAN. perananya dalam menentukan variabel secara teliti. Selain itu ia juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSI DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME SEKRETARIS. Oleh: Sri Utaminingsih, SH., MPd., MH.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau selalu membutuhkan orang lain dalam rangka bersosialisasi. Dalam kata lain, manusia adalah individu sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi inilah, manusia mengadakan interaksi sosial dengan lingkungan disekitarnya. Dalam kehidupan bermasyarakat, individu sebagai makhluk sosial akan melakukan aktifitas yang berbeda sesuai dengan tujuan yang dinginkan untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam pemenuhan kebutuhan individu akan mengalami perbedaan yang nantinya akan mengalami akibat berupa positif atau negatif dimana individu itu tinggal. Individu melakukan aktifitas sebagai makhluk sosial tidak akan terlepas dari faktor yang ada pada diri individu. Faktor yang ada dalam individu inilah yang akan digunakan untuk mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya. Menurut Bimo Walgito (2003) interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan lainnya yang dapat mempengaruhi atau sebaliknya, jadi terdapat hubungan yang saling timbal balik. Interaksi merupakan hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan tersebut dapat saling berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Suatu interaksi tidak akan mungkin terjadi apabila tidak

2 memenuhi syarat adanya kontak sosial dan komunikasi. Keberhasilan seseorang dalam melakukan interaksi sosial salah satunya dipengaruhi oleh baik buruknya emosional yang dimiliki oleh individu tersebut. Sehubungan dengan peristiwa atau kejadian yang dialami manusia, tidak lepas dari hubungan dengan orang lain, baik dengan orang-orang yang berada dalam lingkungan keluarga, teman, dan masyarakat. Hampir sebagian besar waktu dalam kehidupan seseorang digunakan untuk berhubungan dengan orang lain. Hubungan tersebut dilakukan antara lain untuk mencapai pemenuhan kebutuhan. Pada saat berinteraksi dengan orang lain seseorang mungkin akan merasa bahwa cara pandangnya tidak dipahami, mendapat reaksi yang kurang menyenangkan. Hal ini mengakibatkan individu menghindari relasi sosial sehingga timbul konflik yang pada akhirnya menghasilkan masalah dalam perilaku sosialnya. Sebagaimana Golmen (2003) yang menyatakan bahwa membina hubungan dengan orang lain merupakan salah satu keterampilan seseorang dalam mengelola emosi. Keterampilan seseorang dalam mengelola emosi merupakan bagian dalam kecerdasan emosional. Emosi dalam kajian ilmiah biasanya dikaji melalui kecerdasan emosional sebagaimana pada penelitian ini. Dalam pemenuhan kebutuhan individu sebagai manusia yang mempunyai sifat manusiawi dan sosial maka hubungan dengan lingkungan tersebut disebut interaksi sosial. Interaksi sosial berhubungan dengan lingkungan, khususnya masyarakat dimana individu tersebut berada, interaksi sosial juga dipengaruhi oleh adanya kecerdasan emosional.

3 Kecerdasan emosional tersebut meliputi empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, memecahkan masalah antar pribadi, kesetiakawanan, keramahan, dan rasa hormat. Kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan oleh Peter Salovey dan John Meyer pada tahun 1990, yang mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan mengenali perasaan dan emosi baik diri sendiri maupun orang lain, memilah semua dan menggunakan informasi untuk membimbing atau mengendalikan pikiran dan tindakan (Shapiro, 1998 : 8). Emosi dalam diri individu mempunyai peranan yang sangat penting karena emosi berhubungan dan mempengaruhi sikap dan cara individu dalam interaksi sosial. Emosi individu menyertai individu dalam berinteraksi karena dengan emosi inilah individu akan dapat menyampaikan sesuatu dengan cara yang dia inginkan atau yang dimaksud. Dengan adanya emosi ini cara dan hasil yang didapatkan individu dari interaksi sosial tersebut berbeda-beda karena tiap individu mempunyai tingkat emosi yang berbeda pula. Ketika individu harus bersikap maka emosilah yang memegang peranan. Emosi dalam diri individu dikelompokkan dalam golongan besar (Goleman, 1999 : 411), yaitu : a. Amarah, seperti : benci, tersinggung, terganggu, jengkel, mengamuk. b. Kesedihan, seperti : muram, putus asa, kesepian, ditolak. c. Rasa takut, seperti : cemas, gugup, khawatir, was-was, ngeri. d. Kenikmatan, seperti : bahagia, gembira, puas, bangga, takjub. e. Cinta, seperti : penerimaan, persahabatan, kasih, kasmaran.

4 f. Terkejut, seperti : takjub, terpana, terkesima. g. Jengkel, seperti : benci, jijik, hina, muak, tidak suka. h. Malu, seperti : rasa bersalah, aib, sesal, malu hati. Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan dapat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional. Tingkat kecerdasan emosi tidak terikat dengan faktor genetis, lebih banyak diperoleh lewat belajar dan terus berkembang sepanjang hidup sambil belajar dari pengalaman. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan disekolah dan lingkungan masyarakat (Steven, 2003: 23). Kecerdasan emosional terkait dengan kemampuan membaca lingkungan sosial, kemampuan memahami apa yang diinginkan dan diperlukan orang lain, kelebihan dan kekurangan, kemampuan untuk tidak terpengaruh oleh tekanan dan kemampuan untuk menjadi orang yang menyenangkan (Tebba, 2004 : 13). Kecerdasan emosional telah diterima dan diakui kegunaannya, studi-studi menunjukkan bahwa seseorang eksekutif atau profesional yang secara teknik unggul dan memiliki EQ yang tinggi adalah orang-orang yang mampu mengatasi konflik, melihat kesenjangan yang perlu dijembatani atau diisi, melihat hubungan yang tersembunyi yang menjanjikan peluang berinteraksi, penuh pertimbangan untuk menghasilkan yang lebih berharga, lebih siap, dan lebih cepat dibanding orang lain. Kecerdasan emosional dan interaksi sosial merupakan suatu hubungan yang saling berkaitan, kecerdasan emosional

5 bergerak dibidang intuisi diri individu, sedangkan interaksi sosial bergerak dibidang hubungan individu dengan lingkungan sekitar. Pembahasan antara kecerdasan emosional dengan interaksi sosial akan menghasilkan suatu teori atau realitas, bahwa kecerdasan emosional sangat berperan dalam interaksi sosial yang dilakukan individu. Hal ini dapat dilihat ketika individu memenuhi kebutuhan dengan lingkungannya, kecerdasan emosional memegang peranan penting karena manusia adalah makhluk sosial. Semakin cerdas emosi maka semakin baik dan pintar pula untuk memilih respon yang akan digunakan. Kelompok orang yang meraih sukses adalah kelompok orang yang mampu mengendalikan emosi dan peka terhadap emosi orang lain. Pergaulan setiap individu dalam menjalankan aktivitas kehidupan berawal dari keinginan untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh individu tersebut. Kebutuhan ini yang membuat tiap individu mengadakan interaksi dengan sesama maupun dengan lingkungan sekitar. Remaja perlu berinteraksi dengan lingkungan sosial yang luas, dimana berbagi kepentingan. Bagi remaja hubungan dengan teman sebaya merupakan hal yang sangat penting, karena melalui kelompok teman sebaya ini, remaja akan masuk pada dunia sosial yang unik dimana remaja mulai belajar bergai hal yang tidak ia dapatkan dalam keluarga. Remaja sebagai individu yang mulai tumbuh dan berkembang menjadi individu dewasa masih memiliki sifat murni meniru atau mencoba apa yang ada dalam komunitasnya, sehingga remaja sering kali terbawa oleh lingkungan. Dalam hal ini lingkungan tersebut

6 menentukan sikap remaja walaupun lingkungan tersebut berbeda dengan lingkungan sebelumnya. Remaja sendiri sudah berubah sejak masuk dalam lingkungannya yang lebih luas, misalnya dalam lingkungan sekolah karena lingkungan sekolah individu mulai beradaptasi dengan teman-teman baru. Individu didalam lingkungan sekolah sudah mulai merasa nyaman mendapat dukungan dari teman sebaya dan berusaha untuk diterima dengan baik. Selain itu remaja berlatih untuk mendekatkan diri pada peranan yang berbeda-beda, yaitu disekolah sebagai murid,dirumah sebagai anak,dan dikelompok sosial sebagai teman. Kondisi seperti ini menuntut anak memiliki keterampilan untuk mengelola pribadinya dalam usaha berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Sekolah merupakan tempat kedua setelah rumah dimana disekolah nantinya para siswa bisa berinteraksi dengan dunia luar, tidak hanya dengan temanteman sebaya, kakak kelas, dan juga guru, serta lingkungan sekolah. Kecerdasan emosional sebagai kemampuan mengelola perasaan sedemikian sehingga terekspresikan secara tepat dan efektif yang memungkinkan orang bekerja sama denganlancarmenuju sasaran bersama (Golman, 2003 : 45). Tanpa kecerdasan emosi, individu tidak akan bisa menggunakan kemampuan kognitif mereka sesuai dengan potensi maksimum. Dalam penelitian Adi Farman (2007) Hubungan antara kecerdasan emosional dengan kemampuan berinteraksi sosial pada mahasiswa fakultas psikologi UIN Malang menjelaskan bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional nilai r 0,891, p = 0,000 dikatakan terdapat hubungan yang

7 signifikan. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Ahmad Mudzhar (2009) yang berjudul kecerdasan emosional dengan prestasi belajar menunjukkan hasil yang signifikan dengan r 0.906 dengan p = 0,000. Dalam penelitian tersebut Adi Farman dan Ahmad Mudzar terlihat persaman dan perbedaan. Adapun persamaannya yaitu dalam hal judul pembahasan dan metode penelitian. Kecerdasan emosional merupakan salah satu pokok pembahasan dalam penelitian sekarang maupun dalam penelitian terdahulu. Metode dalam yang digunakan dalam penelitian yaitu pendekatan kuantitatif. Sedangkan yang membedakan antara penelitian sekarang dengan terdahulu yaitu variabel penelitian, tempat, populasi, sampel yang digunakan dalam penelitian. Peneliti akan mengadakan penelitian dengan mengambil lokasi pada SMK Cendika Bangsa Kepanjen Malang. Hal ini dilakukan karena melihat bahwa kecerdasan emosional dengan interaksi sosial adalah dua hal yang menjadi pelajaran dan teman bergaul siswa-siswi SMK. Berdasarkan fenomena diatas dapat dipahami betapa pentingnya antara kecerdasan emosional dengan interaksi sosial sebagai kemampuan untuk bersosialisasi dalam bermasyarakat, sehingga hal ini menarik peneliti menggali permasalahan dari sudut pandang psikologi pendidikan yang berkaitan dengan kecerdasan emosional dengan interaksi sosial pada siswa - siswi. Persoalan diatas menjadi perhatian peneliti disebabkan siswa-siswi SMK yang secara tidak langsung saling berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat dalam dunia kerja. Peneliti akan mengadakan penelitian dengan mengambil lokasi pada SMK CENDIKA BANGSA Kepanjen Malang yang

8 berkaitan dengan permasalahan Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Interaksi Sosial Pada Siswa- Siswi Kelas X dan XI SMK CENDIKA BANGSA Kepanjen Malang. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang dipaparkan, dapat dirumuskan beberapa persoalan pokok penelitian, yaitu : 1. Bagaimana tingkat Kecerdasan Emosional siswa siswi di lingkungan sekolah SMK CENDIKA BANGSA KEPANJEN? 2. Bagaimana tingkat Interaksi Sosial siswa siswi di lingkungan sekolah SMK CENDIKA BANGSA KEPANJEN? 3. Apakah ada Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Interaksi Sosial Siswa siswi di lingkungan sekolah SMK CENDIKA BANGSA KEPANJEN? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Untuk mengetahui tingkat Kecerdasan Emosional siswa siswi di lingkungan sekolah SMK CENDIKA BANGSA KEPANJEN. 2. Untuk mengetahui tingkat Interaksi Sosial siswa siswi di lingkungan sekolah SMK CENDIKA BANGSA KEPANJEN.

9 3. Untuk mengetahui apakah ada Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Interaksi Sosial Siswa siswi di lingkungan sekolah SMK CENDIKA BANGSA KEPANJEN. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan sumbangan keilmuan yang terkait, khususnya dalam bidang sosial dan sebagai bahan telah bagi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Pihak Sekolah Dapat memberi informasi tentang hubungan antara kecerdasan emosional dengan interaksi sosial siswa yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memberikan pembinaan terhadap siswa di lingkungan sekolah SMK CENDIKA BANGSA KEPANJEN. b. Siswa Agar mampu memberikan sumbangan yang berarti bagi siswa serta lebih membahas secara detail hubungan antara kecerdasan emosional dengan interaksi sosial siswa dengan baik di lingkungan sekolah.

10 c. Peneliti Lanjutan Sebagai pengetahuan tambahan dan sebagai bahan acuan untuk peneliti selanjutnya bagi yang berminat di bidang pembahasan yang sama.