BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Televisi dibandingkan dengan media massa lainnya seperti radio, surat kabar, majalah, buku dan sebagainya, tampaknya memiliki sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Bisa bersifat informatif, hiburan, pendidikan, maupun kontrol sosial dan bahkan gabungan keempat unsur tersebut. Penyampaian isi atau pesan juga seolah-olah langsung antara komunikator dengan komunikan. Informasi yang disampaikan pun mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat jelas secara visual. Dunia pertelevisian tanah air mengalami perkembangan yang cukup pesat beberapa tahun belakangan ini. Awalnya Indonesia mempunyai satu stasiun televisi dan itu pun dimiliki oleh pemerintah yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI). Pada tahun 1989, lahirlah stasiun televisi swasta pertama di Indonesia dengan nama Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) dan kemudian berturutturut lahirlah stasiun-stasiun televisi swasta lainnya. Maraknya komunitas televisi swasta membawa banyak dampak dalam kehidupan masyarakat, baik positif maupun negatif. Kehadiran televisi pun juga sering menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Pada satu sisi masyarakat dipuaskan oleh kehadiran televisi yang menayangkan program-program hiburan dan memberikan informasi, namun di sisi lain televisi juga tidak jarang menuai kecaman dari masyarakat karena tayangan-tayangan yang kurang bisa diterima oleh masyarakat ataupun individu-individu tertentu. Penyiaran saat ini tidak lagi menjadi monopoli Jakarta. Stasiun televisi lokal pun ikut menyemarakkan dunia pertelevisian tanah air. Televisi lokal mulai bermunculan pada tahun 2000. Fenomena menjamurnya televisi lokal di berbagai daerah dapat dijadikan indikator telah menyebarnya sumber daya penyiaran. Hingga April 2007, permintaan izin pendirian televisi lokal yang masuk ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) mencapai angka 100 stasiun (Usman, 2009: 1).
Kehadiran televisi lokal di belantika penyiaran diharapkan dapat memberi alternatif tontonan dan dapat mengakomodasi khazanah lokalitas yang saat ini kurang terampung dalam tayangan televisi. Banyak masalah yang dihadapi oleh industri televisi lokal menuntut perhatian dan upaya untuk mengatasinya. Hal ini bukan hanya menjadi tanggung jawab regulator penyiaran, melainkan juga menjadi tanggung jawab pengelola televisi lokal itu sendiri. Dari sudut regulator diharapkan ada regulasi atau kebijakan yang memihak terhadap tumbuh kembangnya televisi lokal. Televisi berlangganan atau televisi berbayar (pay per view) juga turut mewarnai perkembangan jagad pertelevisian Indonesia. Hingga tahun 2008, paling tidak terdapat 13 stasiun televisi berlangganan yang beroperasi di Indonesia. Televisi berlangganan kini tidak hanya menyediakan jasa siaran stasiun televisi asing ataupun nasional, tetapi juga memproduksi sendiri program-program mereka. Stasiun televisi asing juga banyak beroperasi di Indonesia. Siaran mereka bisa ditangkap di Indonesia, atara lain melalui televisi berlangganan. Mereka bahkan menanamkan modalnya di stasiun televisi Indonesia. Diperkirakan di masa mendatang bakal bermunculan lagi stasiun televisi berjaring. Itu artinya mulai terjadi desentralisasi penyiaran. Penyiaran yang awalnya terpusat di Jakarta, pada stasiun televisi nasional, akan menyebar ke daerah-daerah. Televisi berjaringan atau desentralisasi penyiaran sesuai dengan amanat UU Penyiaran No. 32 tahun 2002. Undang-undang ini mengharuskan televisi nasional yang ingin bersiaran di daerah memiliki stasiun televisi lokal atau menjalin jaringan dengan stasiun televisi lokal yang sudah ada (Usman, 2009: 2). Sejak tumbangnya Orde Baru dan munculnya gerakan reformasi di Indonesia, masyarakat merasakan arus deras kebebasan pers yang disertai dengan munculnya berbagai media massa baru, termasuk stasiun televisi. Sebagian media massa tersebut cenderung menekankan pada berita-berita sensasional dan kurang menghormati kode etik. Hal ini terjadi karena belum adanya aturan yang tegas di bidang pertelevisian yang dapat digunakan sebagai kode etik, setidaknya hingga disahkannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Morissan, 2004: 289).
Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2002, stasiun radio dan televisi dikategorikan sebagai lembaga penyiaran, yaitu penyelenggaraan penyiaran. Sedangkan yang dimaksud dengan penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui pemancaran dan/ atau sarana transmisi yang dapat diterima secara serentak oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran (Morissan, 2004: 300-301) Realitas tersebut merupakan angin surga bagi kehidupan media massa di tanah air. Setidaknya, media massa pada orde ini dapat lebih memberdayakan dirinya sembari tetap mempertahankan empat fungsi pokoknya, yakni memberikan informasi (to inform), menjadi media pendidikan (to educate), sarana hiburan bagi masyarakat (to entertain), dan kontrol sosial (social control). Keempat fungsi pokok tersebut harus dilakukan dalam bingkai-bingkai norma yang berlaku, baik norma hukum, norma agama, norma susila, maupun norma kesopanan. Pada masa kebebasan pers sebagaimana yang dialami Indonesia saat ini, jumlah stasiun penyiaran televisi diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan masyarakat. Berbagai stasiun televisi, baik yang berskala nasional maupun lokal, bersaing satu sama lainnya untuk menarik sebanyak mungkin perhatian penonton. Dalam suasana persaingan, stasiun televisi harus mengatur sumber daya manusia yang dimiliki seefektif mungkin untuk dapat memenangkan persaingan. Pada pasal 7 undang-undang penyiaran disebutkan, untuk penyelenggaraan penyiaran dibentuk sebuah Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang merupakan lembaga negara yang bersifat independen. Televisi sebagai media massa, memiliki fungsi yang sama dengan media massa lainnya dan harus dijalankan secara ideal. Fungsi media massa menurut Onong Uchjana Effendy (2005: 149-150) antara lain: a. Menginformasikan (to inform) Fungsi ini adalah fungsi yang pertama dan utama, yaitu di mana media massa berfungsi untuk menginformasikan kepada masyarakat luas mengenai peristiwa yang terjadi atau tentang gagasan orang lain.
b. Mendidik (to educate) Sebagai sarana pendidikan, media massa banyak menyajikan pengetahuan sehingga pengetahuan masyarakat luas bertambah. Media massa berfungsi mencerdaskan masyarakat, menawarkan nilai-nilai etika dan menuntun masyarakat ke arah perilaku yang lebih baik. c. Menghibur (to entertain) Dalam menjalankan fungsi ini, media massa menampilkan hal-hal yang bersifat ringan dan menghibur untuk mengimbangi berita-berita yang berat dan berbobot. d. Mempengaruhi (to influence) Media massa dapat mempengaruhi masyarakat untuk memberikan image yang positif maupun negatif terhadap suatu hal, melalui apa yang ditulis dan disiarkan. Dalam menjalankan fungsinya, televisi bukanlah sesuatu yang benar-benar bebas dan independen. Ini karena sebuah stasiun televisi tidak sekedar dibentuk untuk menjalankan fungsinya sebagai media massa, tetapi juga untuk menyampaikan suatu ideologi yaitu ide, nilai dan kepercayaan tertentu yang dianut atau dimiliki oleh kelompok atau kelas tertentu (Eriyanto, 2001: 87). Ideologi yang dimiliki media massa ini berusaha disebarkan pada pihak lain, termasuk audience. Ideologi inilah yang mempengaruhi tujuan sebuah media massa dan akhirnya menjadi dasar dalam menentukan visi dan misi sebuah stasiun televisi. Visi dan misi diperlukan karena sebuah stasiun televisi juga merupakan organisasi yang harus memiliki tujuan dan arah, di mana semua kebijakan dan keputusan perusahaan diambil dalam rangka untuk mencapai visi. DAAI TV merupakan stasiun televisi yang memfokuskan diri dalam bidang kemanusiaan yang menitikberatkan pada penyebaran cinta kasih lintas agama, suku, bangsa, dan negara. Siarannya terdiri dari drama, anak, talk show, motivasi dan spiritual, feature dan magazine, dokumenter, dan lingkungan (www.daaitv.co.id). DAAI TV senantiasa mengangkat cerita nyata yang digali dari kisah perjuangan hidup dan jalinan kasih antar manusia untuk memberikan inspirasi
serta mencerminkan keindahan dan kehangatan hidup. Nilai-nilai ini lah yang kemudian disampaikan melalui program-program siarannya. Waktu siaran tayang DAAI TV adalah setiap hari mulai pukul 05:30 sampai 00:00 WIB dan mengudara selama 19,5 jam. DAAI TV menjangkau siaran dari Jabodetabek dengan jangkauan transmisi 40 kw dari Kebon Jeruk Jakarta dan Medan dengan jangkauan siaran transmisi berkekuatan 20 kw dari Sibolangit, Deli Serdang, Medan. Sebagai sebuah stasiun televisi, DAAI TV juga memiliki kewajiban untuk menjalankan fungsinya sebagai media massa. Untuk menjalankan fungsinya, DAAI TV memerlukan visi dan misi yang jelas karena visi dan misi membuat sebuah perusahaan tetap fokus dalam mengambil tindakan, apakah keputusan yang diambil memenuhi visi perusahaan tersebut, selain itu juga memberikan pengarahan yang jelas tentang apa yang dilakukan dan tidak dilakukan. Visi dan misi yang dijalankan oleh DAAI TV akan mempengaruhi semua bagian perusahaan secara menyeluruh dan pada akhirnya akan mempengaruhi bentuk dan content dari semua produknya. Sehingga bisa dikatakan bahwa penerapan atau implementasi visi dan misi akan dapat terlihat pada output atau hasil dari program siarannya. Dengan berfokus pada visi dan misinya, DAAI TV menyiarkan berbagai program yang didominasi oleh tayangan-tayangan positif dan bermanfaat bagi masyarakat untuk mencapai visinya yaitu menjernihkan hati manusia, mencerahkan dunia. Sementara misi dari DAAI TV, seperti yang dikutip dari www.daaitv.co.id, yaitu menjadi stasiun televisi berbudaya humanis terfavorit bagi seluruh keluarga. Ada juga misi yang menjadi konsentrasi isu program yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan budaya kemanusiaan/ sosial kemanusiaan. Moto dari DAAI TV yaitu: a. Kebenaran Menyajikan fakta yang benar-benar terjadi di dalam kehidupan. b. Kebajikan Menyajikan tayangan positif dan bermanfaat bagi pemirsa.
c. Keindahan Menyajikan tayangan yang dikemas dengan keindahan estetika dan keindahan hidup yang dapat dinikmati oleh pemirsa. Visi dan misi adalah elemen mutlak yang harus dimiliki setiap perusahaan, karena ini mengutarakan tujuan, impian, perilaku, budaya dan strategi perusahaan. Namun hal ini tidaklah cukup, yang jauh lebih penting adalah visi dan misi harus diimplementasikan atau diterapkan dalam setiap bagian perusahaan, karena visi dan misi yang benar-benar diterapkan akan membantu perusahaan untuk mencapai tujuannya. Pada DAAI TV, visi dan misi harus diimplementasikan secara nyata dalam program-program siarannya, artinya setiap program siaran DAAI TV harus benarbenar berfokus dan bertujuan untuk mencapai visi dan misi perusahaan. Sebuah pernyataan visi dan misi hanya akan menjadi kata-kata indah yang tidak bermakna, apabila tidak diterapkan atau terjadi kesalahan dalam penerapannya. Adapun program-program siaran DAAI TV yang terdiri dari drama, anak, motivasi dan spiritual, lingkungan, talk show, feature dan magazine, dokumen. DAAI TV mempunyai program siaran lokal di mana program tersebut merupakan bagian dari program siaran feature dan magazine yaitu Bingkai Sumatera, dan talk show yaitu Selasar Budi. Program Bingkai Sumatera menyajikan berbagai kisah tentang keberagaman aktivitas kehidupan dan nilai inspiratif masyakarat daerah Sumatera. Program Bingkai Sumatera ditayangkan setiap hari Sabtu pukul 18.30 WIB dan tayangan ulangnya setiap hari Sabtu pukul 23.00 WIB, Minggu pukul 07.00 WIB, Senin pukul 06.30 WIB dan 11.00 WIB, Kamis pukul 11.30 WIB, dan Jumat 07.30 WIB. Program Selasar Budi merupakan program talk show inspiratif yang membahas tentang orang-orang yang melakukan kebajikan sehingga bisa menjadi sebuah jalinan cinta kasih tidak terputus yang selalu menebarkan nilai kebaikan disetiap lini kehidupan. Program Selasar Budi ditayangkan setiap hari Minggu pukul 17.00 WIB dan tayangan ulangnya setiap hari Kamis pukul 11.30 WIB.
1.2 Fokus Masalah Berdasarkan uraian konteks masalah di atas, maka fokus masalah yang akan diteliti lebih lanjut adalah sebagai berikut: Bagaimana implementasi visi dan misi DAAI TV Medan dalam program siaran lokal? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi visi dan misi DAAI TV Medan dalam program siaran lokal. 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dari sebuah teks media dan menemukan pesan yang tersembunyi di dalam teks tersebut. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis, penelitian diharapkan berguna dalam memperluas pengetahuan mengenai ilmu komunikasi khususnya analisis wacana. 2. Secara akademis, hasil penelitian diharapkan dapat menambah referensi dan memperkaya khazanah penelitian di bidang komunikasi terutama yang berkaitan dengan analisis wacana di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. 3. Secara praktis, diharapkan dapat berguna bagi masyarakat untuk menambah pengetahuan mengenai implementasi visi dan misi DAAI TV Medan terhadap program siaran lokal dan makna apa yang terkandung di balik program siaran tersebut.