HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PRODI DIII KEBIDANAN STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

ARIS RAHMAD F

Metsi Daud 1. Keywords: Emotional Intelligence, Academic Achievement

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak orang yang cenderung

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sekolah yang tidak lepas dari cita-cita mencetak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh dan memproses pengetahuan. Hal ini berarti Kondisi menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. 2010). Sehingga diupayakan generasi muda dapat mengikuti setiap proses

BAB I PENDAHULUAN. Mencuatnya prestasi gemilang Gita Gutawa, meski masih berusia belia,

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

kebenaran yang didasarkan atas manfaat atau kegunaannya(soleh, 1988).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN INTELEKTUAL MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA

Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SMA Negeri 2 Mataram

BAB I PENDAHULUAN. Proyek konstruksi merupakan suatu industri yang melibatkan kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

ANALISIS FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR MAHASISWA D-IV BIDAN PENDIDIK

EFFECTIVENESS OF GROUP COUNSELING SERVICES TO IMPROVE EMOTIONAL INTELLIGENCE

BAB III METODE PENELITIAN

KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. 1. perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

PERSEPSI SISWA TENTANG KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN INTENSITAS BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

Dina Febriastuti MAN 1 Sumenep

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS II SMK KESEHATAN BHAKTI KENCANA TASIKMALAYA

PENGARUH INTELLIGENCE QUOTIENT

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA KULIAH MICROTEACHING MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Hubungan Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Hasil Belajar TIK Siswa Kelas XI SMAN 7 Denpasar Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RATIH DEWI PUSPITASARI K

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) DAN FASILITAS PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI UNS

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

Tatik Haryani, Bambang Priyo Darminto Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA Miftahul Jannah 1, Ade Susanti 2, dan Benni 3

HUBUNGAN LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh YSIYAR JAYANTRI CUT ROHANI LOLIYANA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 1. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Mareta et al., Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual,...

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR

Kontribusi Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran TIK Kelas XI di SMA PGRI 1 Padang

Dian Nur Antika Eky Hastuti, Budiyono, Sariyatun Program Studi Magister Pendidikan Sejarah, FKIP UNS

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

Putri Yulia 1, Muryati Defina 1

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa. Masa depan bangsa ini berada di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang

Ramtia Darma Putri 1) Rosmawati 2) Abu Asyari 3) Program Studi Bimbingan Konseling

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KONTROL DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 6 PADANG JURNAL FIRDILA ARIESTA NPM:

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Jawa Siswa Kelas X SMA N 1 Klirong Kebumen

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR DI SDN KEBON KACANG 01 PAGI

Dhoni Aprianto, A , Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012.

JURNAL PENGARUH PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 PAPAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR SEJARAH DENGAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA SMA SANTO MIKAEL SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV. variabel terikat (Y) dan tiga variabel bebas (X 1, X 2, X 3 ). Variabel terikat (Y)

*Hp: /

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR Tulozomasi Hulu 1*), Irna Minauli 1 1 Program Studi Magister Psikologi, Program Pascasarjana, Universitas Medan Area *) E-mail : viktorhulu@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan meneliti hubungan antara kecerdasan emosi dan efikasi diri dengan prestasi belajar. Populasi penelitian adalah siswa/i kelas XI SMA Santo Thomas-3 Medan. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan kemudian diketahui berjumlah 100 orang. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan skala kecerdasan emosi, skala efikasi diri, dan analisis dokumentasi terhadap Daftar Kumpulan Nilai (DKN) untuk melihat prestasi belajar siswa. Data penelitian yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan uji statistik korelasi product moment dan analisis regresi berganda. Hasil analisa data menunjukkan bahwa secara bersama-sama, ada hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dan efikasi diri dengan prestasi belajar pada siswa siswa/i SMA Santo Thomas-3 Medan. Selain itu, didapat informasi bahwa efikasi diri siswa/i SMA Santo Thomas-3 Medan tergolong baik dan kecerdasan emosional mereka pun tergolong tinggi. Kata Kunci: kecerdasan emosi, efikasi diri, prestasi belajar Abstract This study aimed to examine the relationship between emotional intelligence and self-efficacy with academic achievement. The study population was the students of class XI at SMA Santo Thomas-3 Medan. Sample selection was done by using purposive sampling and with sample size was 100 people. Data were collected by using the emotional intelligence, the self-efficacy scale, and analysis of Daftar Kumpulan Nilai (DKN) documentation to measured students academic achievements. The research data were analyzed using product moment correlation and multiple regression analysis. The result of data analysis showed that together, there was a significant relationship between emotional intelligence and self-efficacy with students academic achievements at SMA Santo Thomas-3 Medan. In addition, it was found that the students' selfefficacies were classified as good and their emotional intelligences were relatively high. Keywords: emotional intelligence, self-efficacy, academic achievement PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam meraih sebuah prestasi. Mengingat posisi pendidikan yang sangat strategis dan sentral dalam membentuk dan membina sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan berprestasi, maka masalah pendidikan menjadi pusat perhatian bagi bangsa Indonesia. Hasan (Louis, 1992) mengatakan bahwa seluruh lembaga pendidikan hendaknya dapat menghasilkan individuindividu yang berkualitas yang dapat mengembangkan tenaga dan pikirannya bagi pembangunan nasional. Salah satu jalan untuk mencapainya adalah dengan meningkatkan proses belajar dan hasil belajar siswa di sekolah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka 50

ISSN : 2085-6601 pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal. Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Menurut Irwanto (1997), belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Dengan belajar, siswa dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan. Hilgard dan Broker (Purwanto, 1990) mengatakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan perilaku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang. Dalam situasi ini, efektivitas dalam belajar juga berperan penting untuk menunjang keberhasilan di bidang pendidikan. Belajar akan menghasilkan perubahanperubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Dalam proses belajar-mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi. Menurut Goleman (2000), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosi dan efikasi diri. Kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustrasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama. Sedangkan efikasi diri merupakan keyakinan atau kepercayaan individu mengenai kemampuan dirinya untuk mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, menghasilkan sesuatu dan mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan tertentu. Dalam belajar siswa, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah (Goleman, 2002). Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence siswa. Hasil beberapa penelitian di University of Vermont mengenai analisis struktur neurologis otak manusia dan penelitian perilaku oleh LeDoux (1970) menunjukkan bahwa dalam peristiwa penting kehidupan seseorang, EQ selalu mendahului inteligensi rasional. EQ yang baik dapat menentukan keberhasilan individu dalam prestasi belajar membangun kesuksesan karir, mengembangkan hubungan suami-istri yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas, khususnya dalam kalangan remaja (Goleman, 2002). Kemunculan istilah kecerdasan emosi dalam pendidikan, bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut. Teori Daniel Goleman, sesuai dengan judul bukunya, memberikan definisi baru terhadap kata cerdas. Walaupun 51

EQ merupakan hal yang relatif baru dibandingkan IQ, namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosi tidak kalah penting dengan IQ (Goleman, 2002). Menurut Goleman (2002), kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Lebih jauh, menurut Goleman (2000), khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosinya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosi yang tinggi. Kecerdasan emosi adalah dasar bagi lahirnya kecakapan emosi yang diperoleh dari hasil belajar, dan dapat menghasilkan kinerja yang menonjol dalam pekerjaan. Patton (2002) menambahkan bahwa keberhasilan antarpribadi yang berasal dari kecerdasan emosi akan menjadi salah satu ketrampilan paling penting dalam hidup. Emosi menambah kedalaman dan kekayaan dalam hidup seseorang. Kecerdasan emosi ini didasarkan kepada kemampuan manusia dalam mengelola emosi dan perasaan. Kecerdasan emosi ini dikatakan sangat berpengaruh dalam performance dan kecakapan emosi kita dalam bekerja, dan juga kemampuan kita dalam menghadapi suatu masalah. Para siswa pasti pernah mengalami masalah yang rumit dalam lingkungan sekolah dan akademiknya. Permasalahan tersebut pasti akan mempengaruhi proses belajar atau pencapaian prestasi yang diinginkan para siswa. Siswa yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi tentu akan dapat mengatasi segala bentuk permasalahan yang dialaminya dan ketika siswa dapat menghadapi dan mengatasi permasalahan tersebut, maka siswa dapat meraih prestasi yang baik. Sebaliknya, siswa yang memiliki kecerdasan emosi yang rendah akan mengalami kesulitan dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan yang dihadapi dan sulit untuk meraih prestasi yang tinggi atau memiliki prestasi yang rendah di sekolah. Selain hal yang diuraikan di atas, prestasi belajar yang baik juga dipengaruhi oleh efikasi diri. Menurut Bandura (1997), efikasi diri adalah pertimbangan subyektif individu terhadap kemampuannya untuk menyusun tindakan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas khusus yang dihadapi. Efikasi diri tidak berkaitan langsung dengan kecakapan yang dimiliki individu, melainkan pada penilaian diri tentang apa yang dapat dilakukan, tanpa terkait dengan kecakapan yang dimiliki. Dengan adanya keyakinan dalam diri siswa maka usaha untuk mencapai prestasi yang diharapkan akan menjadi kenyataan. Konsep dasar teori efikasi diri adalah pada masalah adanya keyakinan bahwa pada setiap individu mempunyai kemampuan mengontrol pikiran, perasaan dan perilakunya. Dengan demikian efikasi diri merupakan masalah persepsi subyektif. Artinya efikasi diri tidak selalu menggambarkan kemampuan yang sebenarnya, tetapi terkait dengan keyakinan yang dimiliki individu (Bandura, 1986). Schwartetman dan Gottman (Bandura, 1997) menekankan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan individu akan 52

ISSN : 2085-6601 kemampuannya untuk menghasilkan sebuah karya, berusaha mengerahkan kemampuan kognitif, emosi, sosialisasi dan keahlian yang mendasari individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Melalui efikasi diri, siswa dituntut untuk mengintegrasikan kemampuan secara optimal untuk mencapai tujuan. Bandura (1997) lebih jauh menjelaskan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan yang ada dalam diri seseorang terhadap kemampuan atau potensi dalam dirinya untuk mencapai tujuan tertentu dengan sukses dan mengontrol keadaan-keadaan di sekitarnya demi mencapai hasil yang memuaskan. Dengan adanya efikasi diri pada siswa, diharapkan bahwa siswa dapat meraih prestasi yang tinggi di sekolah. Selanjutnya, Robbins (2001) mengemukakan, bahwa semakin tinggi efikasi diri seseorang, maka semakin besar kepercayaan diri atau keyakinan terhadap kemampuannya untuk berhasil dalam tugas. Efikasi diri yang tinggi diyakini mampu mempengaruhi munculnya motivasi dalam diri siswa untuk dapat memperbaiki cara belajarnya. Apabila siswa sudah termotivasi untuk memperbaiki metode belajarnya, maka siswa tersebut dapat meningkatkan prestasi belajarnya lebih baik. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi dan efikasi diri yang kuat akan mampu memperbaiki dan meningkatkan prestasi belajarnya di sekolah. Ketika siswa menghadapi tantangan atau permasalahan dalam proses belajarnya, siswa yang memiliki kecerdasan emosi dan efikasi diri yang tinggi akan mampu mengatasinya. Sebaliknya, siswa yang memiliki tingkat efikasi diri dan kecerdasan emosi yang rendah akan mengalami hambatan dalam mencapai prestasi yang diharapkan. Dari pengamatan peneliti di SMA Santo Thomas 3 Medan, para siswa-siswi di SMA tersebut ada kecenderungan menjadi raguragu untuk mencoba hal baru dan kurang memiliki keberanian dalam menghadapi hambatan, sehingga siswa merasa tidak nyaman dan tidak optimal dalam mengembangkan diri mereka, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Dan beberapa siswa memiliki permasalahan-permasalahan, baik permasalahan akademik (prestasi belajar) maupun permasalahan perilaku siswa yang meliputi kemampuan mengendalikan diri, motivasi diri sendiri, ketahanan menghadapi frustasi, mengatur suasana hati, kemampuan menjukkan suasana hati, kurang bisa mengendalikan emosinya seperti mengendalikan diri sendiri dalam bergaul dengan temannya, kurang berempati sama teman. Beberapa siswa yang memiliki kecerdasan emosional dan efikasi diri yang kurang kuat adalah siswa-siswa yang memiliki prestasi belajar yang kurang juga. Dalam kaitan pentingnya kecerdasan emosional dan efikasi diri pada diri siswa sebagai salah satu faktor penting untuk meraih prestasi belajar, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti mengenai hubungan antara kecerdasan emosi dan efikasi diri dengan prestasi belajar pada Siswa SMA Santo Thomas 3 Medan. METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMA Santo Thomas -3 Medan. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria sampel sebagai berikut : 1. Siswa-siswi SMA Santo Thomas -3 Medan kelas XI 2. Usia 16-17 tahun. Sampel yang terpilih kemudian diketahui berjumlah 100 orang dari 176 orang anggota populasi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Skala kecerdasan emosi : disusun berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh Goleman (2002), berdasarkan beberapa aspeknya yakni kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan kecakapan sosial. Setelah melalui uji coba, skala ini memiliki 34 butir pernyataan dengan koefisien daya beda item bergerak mulai dari 0,276 0,587 (p < 0,05) dan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach s sebesar = 0.840. 2. Skala efikasi diri : disusun berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Albert Bandura (1994) berdasarkan beberapa 53

aspek efikasi diri yakni tingkat kesulitan tugas (level), keleluasan bidang tugas (generality), kekuatan keyakinan (strength). Setelah melalui uji coba, skala ini memiliki 27 butir pernyataan dengan koefisien daya beda item bergerak mulai dari 0,267 0,588 (p < 0,05) dan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach s sebesar 0.827. 3. Analisis dokumentasi : peneliti melakukan analisa terhadap Daftar Kumpulan Nilai (DKN) semester ganjil di sekolah untuk melihat prestasi belajar siswa. Langkah selanjutnya setelah pengumpulan data dilakukan adalah menganalisis data. Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis statistik. Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah korelasi product moment dan analisis regresi berganda. HASIL PENELITIAN Analisa data dengan menggunakan teknik analisa Product Moment menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan oleh koefisien r x2y = 0,623 dan p < 0,01. Selain itu, diketahui pula bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara efikasi diri dengan prestasi belajar siswa, yang ditunjukkan oleh koefisien r x1y = 0,488 dan p < 0,01. Selanjutnya, teknik analisis regresi ganda dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dan efikasi diri dengan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan oleh koefisien F = 53,756 dengan p < 0,01. Berdasarkan hasil pengujian Product Moment dan regresi model penuh atas variabel- variabel bebas kecerdasan emosional dan efikasi diri dengan prestasi belajar didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 1. Ringkasan Hasil Analisis Data Variabel F R R 2 p X1 - Y - 0,623 0,388 0,000 X2 - Y - 0,488 0,238 0,000 X1 X2 Y 53.756 0,725 0,526 0.000 Berdasarkan data tabel 1, diketahui bahwa kecerdasan emosional memiliki daya prediksi yang sangat signifikan terhadap prestasi belajar siswa sebesar 38,8%.; efikasi diri memiliki daya prediksi terhadap prestasi belajar siswa sebesar 23,8%; dan secara bersama-sama kecerdasan emosional dan efikasi diri memiliki daya prediksi yang sangat signifikan terhadap prestasi belajar siswa sebesar 52,6%. Kemudian dari hasil analisis regresi secara bertahap dapat diketahui sebagai berikut : Tabel 2. Bobot Masing-masing Prediktor Variabel Beta (β) T p X1 Y 0,333 7,666 0,000 X2 Y 0,261 5,314 0,000 Berdasarkan data tabel 2, dapat diketahui bahwa kecerdasan emosional memiliki daya prediksi yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa dengan (beta) = 0.333, uji daya prediksi (t) = 7,666, dan p = 0,000. Kemudian efikasi diri memiliki daya prediksi yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa dengan (beta) = 0.261, uji daya prediksi (t) = 5,314, dan p = 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kecerdasan emosional memiliki daya prediksi yang lebih besar daripada efikasi diri terhadap tercapainya prestasi belajar siswa. Lebih lanjut, deskripsi data digunakan untuk menggambarkan kondisi sebaran data pada siswa-siswa SMA Santo Thomas -3 Medan. Rerata empiris dan rerata hipotesis diperoleh dari respon subyek penelitian melalui dua instrumen penelitian yaitu skala kecerdasan emosional dan skala efikasi diri. Berdasarkan hasil pengukuran melalui skala kecerdasan emosional dan efikasi diri yang telah diisi diketahui bahwa efikasi diri siswasiswa di SMA Santo Thomas -3 Medan berada pada kategori baik yang terlihat dari nilai rerata emprik (61,39) lebih tinggi dibanding dengan rerata hipotetik (55). Sementara itu, kecerdasan emosional yang dimiliki para siswa-siswa di SMA Santo Thomas -3 Medan dikategorikan tinggi, karena rerata empirik (96.41) lebih tinggi dari rerata hipotetik (85). DISKUSI Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan prestasi belajar. Ini berarti bahwa semakin tinggi kecerdasan emosionalnya akan semakin meningkatkan prestasi belajar di antara para siswa yang menjadi responden dalam 54

ISSN : 2085-6601 penelitian ini. Kecerdasan emosional juga mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri, empati serta kecakapan sosial. Ketrampilan yang berkaitan dengan kecerdasan emosi antara lain misalnya kemampuan untuk memahami orang lain, kepemimpinan, kemampuan membina hubungan dengan orang lain, kemampuan berkomunikasi, kerjasama tim, membentuk citra diri positif, memotivasi dan memberi inspirasi dan sebagainya. Berdasarkan data deskriptif yang diperoleh diketahui bahwa 76 responden memiliki kecerdasan emosional yang baik. Ini berarti bahwa para siswa tersebut diduga memiliki kemampuan dalam mengelola dan mengendalikan emosi yang baik, sehingga mereka dapat mengarahkan dan memotivasi dirinya sendiri dalam meraih prestasi belajar di kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian berikutnya menunjukkan bahwa efikasi diri memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar. Ini berarti bahwa semakin tinggi efikasi diri maka semakin meningkatkan prestasi belajar siswa-siswi pada sekolah SMA Santo Thomas -3 Medan. Efikasi diri menggambarkan suatu keadaan bagaimana seseorang menilai mengenai kemampuan dirinya sendiri. Efikasi diri mengacu pada keyakinan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melakukan tugas yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu (Bandura, 1986). Efikasi diri menggambarkan suatu keadaan bagaimana seseorang merasa yakin atas kemampuan yang dimiliki untuk bisa menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada dirinya sendiri. Apabila individu percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka individu tersebut akan termotivasi untuk melakukan hal tersebut sehingga berpengaruh terhadap perilakunya. Smett (1994) menyatakan bahwa untuk memutuskan perilaku tertentu akan dibentuk atau tidak, seseorang tidak hanya mempertimbangkan informasi dan keyakinan tentang kemungkinan keuntungan dan kerugiannya, tetapi juga mempertimbangkan sampai sejauh mana dia dapat mengatur perilakunya. Kenyataannya ada tiga pertimbangan yang dibuat: (a) harapan akan kemungkinan hasil dari perilaku (outcome expectancies); (b) harapan dapat membentuk perilaku secara tepat (efficacy expectancies); dan (c) nilai hasil (outcome value). Apabila individu percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka individu tersebut akan termotivasi untuk melakukan hal tersebut sehingga berpengaruh terhadap perilakunya. Berdasarkan hasil analisa deskriptif diketahui bahwa terdapat 30 siswa yang memiliki kategori efikasi diri yang rendah, sedangkan yang memiliki efikasi diri sedang hingga sangat tinggi terdapat 70 orang siswa. Ini menandakan bahwa sebagian responden siswa-siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki efikasi diri yang baik. Mereka merasa memiliki kemampuan yang bisa diandalkan, dapat berpikir, berperasaan dan bertingkah laku secara positif sehingga dapat mengaktualisasikan prestasi belajarnya secara baik. Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa secara bersama-sama efikasi diri dan kecerdasan emosional dapat memprediksi prestasi belajar. Kemudian dari hasil analisis regresi bertahap didapatkan hasil bahwa efikasi diri memiliki daya prediksi yang positif dan signifikan terhadap tercapainya prestasi belajar dan kecerdasan emosional juga memiliki daya prediksi yang positif dan signifikan terhadap tercapainya prestasi belajar. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kecerdasan emosional memiliki daya prediksi yang lebih besar daripada variabel efikasi diri terhadap tercapainya prestasi belajar yang baik. Daya prediksi yang dapat disumbangkan variabel kecerdasan emosional dan efikasi diri adalah sebesar 52,6 persen. Hal ini bermakna bahwa terdapat 47,4 persen variabel-variabel lain yang dapat memprediksi prestasi belajar siswa, seperti status sosial ekonomi, sarana dan prasarana belajar, relasi sosial, dan dukungan sosial yang diperoleh dari lingkungan sekolah SMA Santo Thomas -3 Medan. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara 55

kecerdasan emosional dan prestasi belajar pada siswa siswa/i SMA Santo Thomas-3 Medan, demikian pula halnya antara efikasi diri dan prestasi belajar pada siswa siswa/i SMA Santo Thomas-3 Medan tersebut. Diketahui pula bahwa secara bersama-sama, ada hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dan efikasi diri dengan prestasi belajar pada siswa siswa/i SMA Santo Thomas-3 Medan. Selain itu, didapat informasi bahwa efikasi diri siswa/i SMA Santo Thomas-3 Medan tergolong baik dan kecerdasan emosional mereka pun tergolong tinggi. Berdasarkan temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi mampu mengatasi semua tantangan dan tekanan baik yang datang dalam melakukan proses belajar di sekolah maupun tantangan yang datang dari luar sekolah. Kecerdasan emosi yang tinggi ditambah dengan efikasi diri yang tinggi pada siswa akan sangat membantu siswa dalam meraih cita-citanya yakni prestasi yang baik di sekolah. Sebaliknya siswa yang memiliki tingkat kecerdasan emosi yang rendah dan efikasi diri yang rendah akan terhambat dalam mencapai prestasi yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA Bandura. (1997). Self-Efficacy, The Exercise of Control. USA : Mc Graw Hill Companies. Goleman. (2000). Walking with Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.. (2000). Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Gottman. (2001). Kiat-Kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.. (2002). Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hawari, Dadang. (2003). IQ, EQ, CQ & SQ. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Minauli, I., Imelda B.,(2011), Hubungan Antara Efikasi Diri Dan Regulasi Diri Dalam Belajar Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa, Analitika: 3 (2): 99-114 Patton. (1998). Emotional Quotient di Tempat Kerja. Jakarta: Pustaka Delapratasa. Winkel. (1997). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia. 56