ASFIKSIA FAKTOR DOMINAN PENYEBAB KEMATIAN NEONATAL

dokumen-dokumen yang mirip
HAMIL GANDA PENYEBAB BERMAKNA BERAT BAYI LAHIR RENDAH

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari.

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN NEONATUS RISIKO TINGGI

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Kematian Neonatal

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN NASKAH PUBLIKASI

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

Yulrina Ardhiyanti, Faktor Ibu yang Berhubungan dengan Kejadian Persalinan Lama di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

Analisis Hubungan Kunjungan Neonatal, Asfiksia dan BBLR dengan Kematian Neonatal

Penolong Persalinan dan Kejadian Komplikasi Persalinan di Jawa Barat

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

SKRIPSI. FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (Studi Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Kendangsari Surabaya)

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

ANALISIS MULTILEVEL PENYEBAB BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN PARITAS DAN USIA IBU DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM INSANI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN KEHAMILAN GANDA DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

Prevalensi Kejadian Asfiksia Neonatorum Ditinjau Dari Faktor Risiko Intrapartum Di PONEK RSUD Jombang

Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kematian Bayi Asfiksi

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR SOEDIRMAN KEBUMEN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28 hari

MATERNAL FACTOR THAT RELATED WITH LOW BIRTH WEIGHT BABIES AT THE REGIONAL GENERAL HOSPITAL PRINGSEWU YEAR Siti Indarti* ABSTRACT

KELANGSUNGAN HIDUP BAYI PADA PERIODE NEONATAL BERDASARKAN KUNJUNGAN ANC DAN PERAWATAN POSTNATAL DI INDONESIA

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSU MEURAXA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DAN PERDARAHAN POSTPARTUM

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

Rendah. Veronica Magdalena Pinontoan 1, Sandra G.J Tombokan 2, 1. RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado 2,3, Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Ciamis Tahun 2013)

ABSTRAK. Yuliana Elisabeth Eluama, 2015 Pembimbing I : dr. Dani, M.Kes Pembimbing II: dr. Jeanny E. Ladi, M.Kes., PA

Gambaran kematian maternal di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado 1 Januari Desember 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT IMMANUEL TAHUN 2011

Relationship of Age, Parity And Maternal Education With Intra Uterin Fetal Death In Maternity RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin In 2013

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA PERIODE Lestrina *, Eny **

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

MODEL PREDIKSI KEJADIAN KEMATIAN NEONATAL DI KECAMATAN PURBOLINGGO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR PROVINSI LAMPUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN DI PUSKESMAS SIMPANG RAMBUTAN KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. angka mortalitas tertinggi di negara-negara yang sedang berkembang.

Hubungan Antara Partus Lama Dan Kondisi Air Ketuban Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir (Stady Kasus Di Rsud Kota Salatiga Tahun 2012)

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi kesehatan dunia yaitu Worid Health Organization (WHO) telah membuat program-program untuk meningkatkan derajat kesehatan

Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kehamilan Risiko Tinggi

KLASIFIKASI DATA BERAT BAYI LAHIR MENGGUNAKAN. (Studi Kasus di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Tahun 2014)

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN PERVAGINAM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARULAHIR

Hubungan Umur dan Paritas Dengan Kejadian Abortus Di RSUD Kabupaten Rokan Hulu 2015

BAB I PENDAHULUAN. bayi berat lahir rendah (BBLR), dan infeksi (Depkes RI, 2011). mampu menurunkan angka kematian anak (Depkes RI, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETAHANAN HIDUP BAYI NEONATAL DI INDONESIA

DETERMINAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN IBU NIFAS DALAM MELAKUKAN PERAWATAN TALI PUSAT BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWALO TAHUN 2015

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN JUMLAH PERSALINAN DI WILAYAH PUSKESMAS MAMBURUNGAN KOTA TARAKAN

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Hardiana 1 PENDAHULUAN

KEMATIAN PERINATAL DI BLU RSU PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Aribul Maftuhah

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

Diah Eko Martini ...ABSTRAK...

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

PENGETAHUAN IBU MERUPAKAN FAKTOR DOMINAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Oleh : Dra. Hj. Syarifah, M.Kes. ABSTRAK

Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011

HUBUNGAN PELAKSANAAN ASUHAN SAYANG IBU DENGAN PROSES PERSALINAN DI RUANG BERSALIN BLUD RUMAH SAKIT KABUPATEN KONAWE

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Maolinda et al.,persalinan Tindakan...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELANGSUNGAN HIDUP BAYI YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA TAHUN 2012 ABSTRACT

Transkripsi:

ASFIKSIA FAKTOR DOMINAN PENYEBAB KEMATIAN NEONATAL Siti Masitoh, Theresia EVK, Karningsih Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes KemenKes Jakarta III Jalan Arteri JORR Jatiwarna Kec. Pondok Melati Bekasi 17415 Email : imasmarkus@yahoo.co.id ABSTRACT Neonatal death is number of infant deaths up to 4 weeks of age per 1000 live births in the year. One attempt to reduce neonatal mortality rate is a know risk factor of which came from the maternal, neonatal, pregnancy and childbirth factors research objectives to determine the correlation between mothers and neonates with neonatal mortality. Casecontrol study. Sample size is 80 with random sampling method.. The result of the 80 responden found the majority of woman aged 20-35 years 65 (81,3 %), not working 48 (60 %), parity is 1-3 for 59 (73,8 %) and complications of childbirth 47 (58,8 %). Based on factors largely neonatal asphyxia 44 (55 %), not LBW 50 (62,9 %), not gemelli 72 (90 %) and 37-40 weeks of gestation 53 (66,3 %). Test result Chi-Square of 8 obbtained significant six variables are age, parity, employment, asphyxia, LBW and gestation. Test result Logistic Regression risk age < 20 and >35 years of neonatal death was 6.5 times greater than the age 20-35 years. Parity >3 had a7.9 times greater than parity 1-3. Asphyxia has a 21.3 times greater risk compared to neonatal not asphyxis. The greatest influence on neonatal death was asphyxia after controlling the variables of age and parity. Keywords : neonatal death, risk factors, asphyxia. ABSTRAK Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi berusia hingga 4 minggu per 1000 kelahiran hidup dalam satu tahun. Salah satu usaha untuk menurunkan Angka Kematian Neonatal adalah mengenal risiko diantaranya dari factor ibu, neonatal, factor kehamilan dan persalinan. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan factor ibu dan neonatus dengan kematian neonatal. Desain penelitian adalah kasus control. Sampel sebesar 80 dengan random sampling. Hasil penelitian dari 80 responden didapatkan sebagian besar ibu berusia 20-35 tahun 65 (81,3 %), tidak bekerja 48 (60 %), paritas yaitu 1-3 sebesar 59 (73,8 %) dan komplikasi persalinan 47 (58,8 %). Berdasarkan factor neonates sebagian besar tidak asfiksia 44 (55 %), tidak BBLR 50 (62,9 %), tidak gemelli 72 (90 %) dan masa gestasi 37-40 minggu 53 (66,3 %). Hasil uji kai kuadrat dari 8 variabel didapatkan enam bermakna yaitu usia ibu, paritas ibu, pekerjaan ibu, asfiksia, BBLR dan masa gestasi. Hasil uji regresi logistic risiko usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun terhadap kematian neonatal sebesar 6,5 kali lebih besar dibandingkan usia ibu 20-35 tahun. Paritas ibu lebih dari tiga memiliki risiko 7,9 kali lebih besar dibandingkan paritas satu sampai tiga. Asfiksia memiliki risiko 21,3 kali lebih besar dibanding neonatus tidak asfiksia. Variabel terbesar pengaruhnya terhadap kematian neonatal adalah asfiksia, setelah dikontrol dengan variable usia dan paritas. Kata Kunci : kematian neonatal, factor resiko, asfiksia 163

164 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 1, Nomor 2, Maret 2014, hlm : 163-168 PENDAHULUAN Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indicator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, pada tatanan provinsi maupun nasional. Selain itu program-program kesehatan di Indonesia banyak yang menitikberatkan pada upaya penurunan AKB (DepKes, 2007). Kematian Neonatal (KN) adalah jumlah kematian bayi yang berusia hingga 4 minggu per 1000 kelahiran hidup dalam satu tahun. Menurut catatan medic RSU Kab. Tangerang 2011 kematian neonatal sebesar 200 dari 1710 neonatal yang dirawat (11,69%) lebih kecil dibandingkan th 2010 sebesar 209 dari 1708 neonatal yang dirawat (12,23%). Salah satu upaya untuk menurunkan Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah dengan mengenal risiko diantaranya yang berasal dari factor ibu, neonatal serta factor kehamilan dan persalinan (Wantania, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan factor ibu dan neonates dengan kematian neonatal di RSU Kabupaten Tangerang Th 2011. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN METODOLOGI Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol. Populasi adalah seluruh neonates yang dirawat periode Januari - Desember 2011. Sampel adalah semua neonatus dirawat dan berusia sampai empat minggu serta memiliki catatan medik lengkap sesuai variable yang diteliti sebagai kasus berjumlah 16. Neonatus yang dirawat, memiliki catatan medic lengkap dan hidup sebagai control berjumlah 64. Data yang digunakan adalah data sekunder dan tehnik pengambilan sampel secara random sampling dengan perbandingan kasus dan control yaitu 1 : 4 untuk meningkatkan power uji, sehingga jumlah sampel keseluruhan 80. Data dianalisis secara Univariat, Bivariat dan Multivariat. Analisa Bivariat dilakukan dengan uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95 % (alpha = 5 %). Analisa multivariate dilakukan untuk mengetahui apakah secara bersama-sama variable independen berhubungan dengan kematian neonatal dan untuk mengetahui variable yang paling dominan dengan kematian neonatal. Analisa multivariate menggunakan program Multiple Logistic Regression. No Variabel Independen Tabel 1 Hasil Analisis Bivariat Factor Ibu Dan Neonatus Yang Mempengaruhi Kematian Neonatal Kematian Neonatal Kasus Kontrol Jumlah P Value OR CI 95 % 1 Usia Ibu 6.479 0) < 20 th & > 35 th 10 (62,5%) 5 (7,8%) 15 (18,8%) 0.000 (1.283-32.723) 1) 20-35 th 6 (37,5%) 59 (92,2%) 65 (81,3%) 2 Pekerjaan 2.777 0) Tidak bekerja 16 (100%) 32 (50%) 48 (60%) 0.001-1) Bekerja 0 32 (50%) 32 (40%) 3 Paritas 7.985 0) > 3 12 (75%) 9 (14,1%) 21 (26,3%) 0.000 (1.893-37.658) 1) 1-3 4 (25%) 55 (85,9%) 59 (73,8%) 4 Komplikasi Persalinan 6.137 0) Ya 12 (75%) 35 (54,7%) 47 (58,8%) 0.233 (0.880-42.795) 1) Tidak 4 (25%) 29 (45,3%) 33 (41,3%) 5 Asfiksia 21.300 0) Ya 14 (87,5%) 22 (34,4%) 36 (45%) 0.000 (3.077-147.468) 1) Tidak 2 (12,5%) 42 (65,6%) 44 (55%)

Masitoh, Asfiksia Faktor Dominan Penyebab Kematian Neonatal 165 No Variabel Independen Kematian Neonatal Jumlah P OR Kasus Kontrol Value CI 95 % 6 BBLR 8.125 0) Ya 12 (75%) 18 (28,1%) 30 (37,5%) 0.001 (0.947-69.718) 1) Tidak 4 (25%) 46 (71,9%) 50 (62,5%) 7 Gemelli 1.428 0) Ya 3 (18,8%) 5 (7,8%) 8 (10%) 0.194 (0.163-12.553) 1) Tidak 13 (81,3%) 59 (92,2%) 72 (90%) 8 Masa Gestasi 2.454 0) <37 & >40 minggu 10 (62,5%) 17 (26,6%) 27 (33,8%) 0.015 (0.403-14.953) 1) 37-40 minggu 6 (37,5%) 47 (73,4%) 53 (66,3%) Jumlah 16 (20%) 64 (80%) 80 (100%) Dari 80 sampel didapatkan sebagian besar usia ibu adalah 20-35 tahun yaitu 65 (81,3 %), ibu tidak bekerja yaitu 48 (60 %) paritas ibu yaitu 1-3 sebesar 59 ( 73,8 %) dan ibu dengan komplikasi persalinan yaitu 47 ( 58,8 %). Berdasarkan factor neonates dari 80 sampel didapat sebagian besar tidak asfiksia yaitu 44 (55 %), tidak BBLR yaitu 50 (62,9 %), tidak gemelli yaitu 72 (90 %) dan massa gestasi 37-40 minggu sebesar 53 (66,3 %). Berdasarkan tabel 1 diatas hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia ibu dengan kematian neonatal. Neonatus yang dilahirkan dengan usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun memiliki kontribusi terhadap terjadinya kematian neonatal 19,6 kali bila dibandingkan dengan neonatus yang dilahirkan dari usia ibu 20-35 tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa usia ibu kurang dari 20 tahun saat hamil biasanya secara fisik (organ reproduksi) dan emosional belum matang dan masih terlalu tergantung pada orang lain sehingga seringkali mengakibatkan komplikasi. Sedangkan usia ibu lebih dari 35 tahun berisiko terhadap kelainan kromosom yang berdampak pada kesehatan janin yang dikandungnya (DepKes, 2007). Penelitian ini didukung Prabumurti dkk (2006) dengan jumlah sampel 58 menunjukkan bahwa umur dinyatakan ada hubungan bermakna dengan kematian neonatal (p=0,0023 dan OR=7,69). Hasil uji statistic chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan kematian neonatal. Nilai OR lebih kecil dari satu menunjukkan ada risiko pekerjaan terhadap kejadian kematian neonatal. Asumsi peneliti, ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu lebih banyak dibandingkan ibu yang bekerja sehingga neonatus lebih dirawat dan resiko lebih kecil untuk sakit. Selain itu peneliti menyadari jumlah sampel yang sedikit dalam penelitian ini sehingga hasil tidak dapat digeneralisasikan. Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubunganyang bermakna antara paritas ibu dengan kematian neonatal. Neonatus yang dilahirkan dari ibu dengan paritas lebih dari tiga memiliki kontribusi terjadinya kematian neonatal 18,3 kali lebih besar dibandingkan dengan neonatus yang dilahirkan dari ibu paritas satu sampai tiga. Hal ini terjadi karena lebih tinggi paritas maka lebih tinggi risiko kematian maternal maupun neonatal. Paritas pertama dapat ditangani dengan asuhan obstetric yang lebih baik, sedangkan risiko pada paritas lebih dari tiga dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana menurut Saifudin (2002). Selain itu jumlah anak lebih dari empat dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga melahirkan BBLR dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim sudah lemah (Sarimawar, 2003). Penelitian ini didukung

166 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 1, Nomor 2, Maret 2014, hlm : 163-168 Yanrida (2004) bahwa kematian neonatal 50 % terjadi pada ibu dengan paritas lebih dari tiga dan penelitian Prabumurti dkk (2006) menyatakan ada hubungan bermakna paritas dengan kematian neonatal (p=0,006 dan OR=8,25). Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin banyak paritas (> 3) maka akan berisiko terhadap kematian neonatal. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan komplikasi persalinan ibu dengan kematian neonatal. Namun demikian kematian neonatal dari ibu yang mengalami komplikasi persalinan cukup tinggi baik pada kasus sebanyak 12 (75 %) maupun pada control yaitu 35 (54,7%). Hal ini karena penyebab tidak langsung kematian neonatal dari factor ibu meliputi penyulit dalam kehamilan atau persalinan yaitu hiperemesisgravidarum, toksemia gravidarum, abortus atau keguguran, kelainan letak kehamilan, penyakit trofoblas, penyakit dan kelainan plasenta dan tali pusat, air ketuban dan kelainannya, kehamilan ganda (Hutagalung, 2012). Hasil uji statistic chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asfiksia dengan kematian neonatal. Neonatus dengan asfiksia memiliki kontribusi terjadinya kematian neonatal 13,6 kali debandingkan dengan neonatus tidak asfiksia. Hal ini disebabkan suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak menangis/ bernafas spontan dapat menyebabkan kematian bila tidak mendapat tindakan yang cepat dan tepat. Tindakan awal yaitu mengeringkan, menghangatkan dan member rangsang taktil pada bayi. Apabila bayi belum memberi respon bernafas dengan tindakan awal ini maka dilanjutkan dengan melakukan resusitasi pada bayi baru lahir tersebut dan dipersiapkan untuk dirujuk ke tempat pelayanan kesehatan lebih baik (Saifudin, 2006). Menurut asumsi peneliti asfiksia sebagai penyebab kematian neonatal dimungkinkan karena pertolongan yang tidak cepat dan tepat, prosedur tetap yang belum dijalankan sesuai dengan standar serta keterlambatan penanganan pada bayi asfiksia sehingga bayi meninggal. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh ada hubungan yang bermakna antara BBLR dengan kematian neonatal 7,6 kali dibandingkan pada neonatus tidak BBLR. Hasil ini sesuai teori yang mengatakan BBLR merupakan salah satu factor terpenting penyebab kematian neonatal dan juga sebagai determinan yang cukup bermakna bagi kematian bayi dan balita. Menurut Chase dalam Hutagalung (2012) bayi lahir dengan BBLR memiliki kemungkinan untuk meninggal selama masa neonatal sebanyak 20-30 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat normal. Hal ini didukung penelitian Prabamurti dkk (2006) bahwa ada hubungan bermakna BBLR dengan kematian neonatal (p=0,016 dan OR=6,12) begitupun Supriatiningsih (2009) menyatakan ada hubungan bermakna antara BBLR dengan kematian neonatal. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara gemelli dengan kematian neonatal. Waalaupun jumlah gemelli kecil yaitu 3 (18,8 %) pada kasus dan 5 (7,8 %) pada control tetapi dapat mengakibatkan kematian neonatal sesuai teori, berat badan pada kehamilan kembar tidak sama, dapat berbeda antara 50 sampai 1000 gram karena pembagian darah pada plasenta untuk kedua janin tidak sama (Wiknyjosastro, 2002). Menurut asumsi peneliti berat badan lahir neonatus gemelli biasanya kurang dari 2500 gram dan perkembangan fisiknya belum matang sehingga rentan terkena infeksi, rentan sakit sehingga beresiko terhadap kematian neonatal.

Masitoh, Asfiksia Faktor Dominan Penyebab Kematian Neonatal 167 Tabel 2 Hasil Analisis Regresi Logistik Faktor Usia Ibu, Paritas dan Asfiksia dengan Kematian Neonatal No. Variabel Koefisien (B) SE Nilai p OR (95 % CI) 1. Usia ibu 1.869 0.826 0.002 6.479 (1.283-32.723) 2. Paritas Ibu 2.078 0.791 0.009 7.985 (1.693-37.658) 3. Asfiksia 3.059 0.987 0.002 21.300 (3.077-147.468) Dari enam variabel yang berhubungan, setelah dilakukan analisis multiple regresi didapatkan tiga variable yang memiliki p lebih kecil dari 0.05. Asfiksia merupakan factor dominan penyebab kematian neonatal. Hasil penelitian ini didukung Supriatiningsih dkk (2009) bahwa ada hubungan yang bermakna asfiksia dengan kematian neonatal. Sekitar 24 % bayi yang berumur kurang dari satu bulan meninggal karena asfiksia. Pada bayi yang mengalami asfiksia perlu penanganan yang benar agar tidak menimbulkan kecacatan bayi dan gangguan pada tumbuh kembangnya. Hal ini terjadi karena kurangnya asupan oksigen pada organ-organ tubuh neonatal sehingga fungsi kerja organ tidak optimal. Glikogen yang dihasilkan tubuh dalam hati berkurang yang menyebabkan terjadinya ikterus dalam jangka panjang dan kematian dalam jangka pendek. KESIMPULAN DAN SARAN Usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun memiliki risiko terhadap kematian neonatal sebesar 6,5 kali lebih besar dibandingkan usia ibu 20-35 tahun. Ibu dengan paritas lebih dari tiga memiliki risiko delapan kali lebih besar terhadap kematian neonatal dibandingkan ibu dengan paritas satu sampai tiga. Neonatus dengan asfiksia memiliki risiko 21 kali lebih besar terhadap kematian neonatal dibandingkan neonatus yang yang tidak mengalami asfiksia. Hasil penelitian ini menunjukkan asfiksia merupakan factor dominan penyebab kematian neonatal. Disarankan tenaga kesehatan khususnya bidan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengikuti program KB dan meningkatkan sosialisasi tentang pelaksanaan program pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas kesehatan (Puskesmas/ Polindes terdekat) dengan meningkatkan pemanfaatan program Jampersal. DAFTAR RUJUKAN Departemen Kesehatan RI 2007. Asuhan Persalinan Normal, Asuhan Essensial Persalinan Jakarta : JNPK-KR. Hidayat,A.Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian dan Tehnik Analisa Data. Ed 1. Jakarta : Salemba Medika. Hutagalung, R. 2012. Kematian Neonatal Dini. Diakses tgl 20/11-2012 dari www.takiya10.com Prabamurti, dkk. 2006. Analisis factor risiko status kematian neonatal di Kec. Losari Kab. Brebes Th 2006. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3/No.1/ Jan 2008. Saifudin, AB. 2002. Buku Panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : YBPSP. Sarimawar, D. 2003. Penyebab Kematian bayi baru lahir (Neonatal) diakses tgl 11/11-2 0 1 2 d a r i http/sarimd@litbang.depkes.go.id.

168 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 1, Nomor 2, Maret 2014, hlm : 163-168 Supriatiningsih, dkk. 2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian neonatal di Kota Metro Lampung Th 2009. Jurnal kesehatan "Metro Sri Wawai" Vol II No.2 Ed. Desember 2009. Wantania, J. dkk. 2011. Faktor risiko kehamilan dan persalinan yang berhubungan dengan kematian neonatal di RSU Prof. RD Kandou Manado. Perinasia Tahun XVII No 3 Ed. Des 2011. Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan Ed.3 Jakarta : YBPSP Yanrida, R. 2004. Hubungan factor maternal dan perawatan bayi dengan kematian neonatal pada keluarga miskin di Kab. Padang Pariaman Th 2004. Universitas Andalas Padang : FKM. Tesis.