I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu dari Sembilan bahan pokok di Indonesia. Kebutuhan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

I. PENDAHULUAN. mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin banyak. Upaya pemenuhan

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH CAIR DAN NIRA TERHADAP KARAKTERISTIK GULA SEMUT (Palm Sugar)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

PRODUKSI GULA CAIR DARI PATI SAGU SULAWESI TENGGARA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gula merah kelapa diperoleh dari nira kelapa yang telah diuapkan dan dicetak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nira yang dihasilkan oleh setiap tanaman tersebut memiliki ciri fisik serta

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

AREN (Arenga pinnata MERR)

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

PENDAHULUAN. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi. kelangsungan hidup manusia. Salah satunya adalah tanaman aren (Arenga

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama seperti nau, hanau, peluluk, biluluk,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

I. PENDAHULUAN. bermanfaat jika diolah, misalnya dibuat marmalade (Sarwono, 1991). Bagian

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sebagai santan pada masakan sehari-hari, ataupun sebagai

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

DIVERSIFIKASI PRODUK AREN UNTUK PANGAN DAN PROSPEK PASAR

<-- ' ' '\' l~i~ ;~~ B riicl~"':ii

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Hampir 60% produksi kakao berasal dari pulau Sulawesi yakni

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI STARTER SIFAT FISIKOKIMIA ANGGUR NIRA SIWALAN. ( Borassus sundaicus) SKRIPSI 0 L E H : DULCE M.S. GUSMAO ( )

Proses Pembuatan Madu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merr)merupakansalahsatubahannabati yang

Mengenal Jenis-Jenis Gula

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian,

I. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu jenis buah yang digemari, selain rasanya

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

Proceeding Lokakarya Nasional Pemberdayaan Potensi Keluarga Tani Untuk Pengentasan Kemiskinan, 6-7 Juli 2011

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

PENDAMPINGAN PENERAPAN DIVERSIFIKASI PRODUK GULA KELAPA/MERAH KEMASAN KECIL

DARi BATAWG YAWG DITUNDA EKSTRAKSI NIRANVA

DARi BATAWG YAWG DITUNDA EKSTRAKSI NIRANVA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan ragi). Di Sulawesi Utara, pengolahan etanol dari nira aren dilakukan

SINTESA DAN UJI BIODEGRADASI POLIMER ALAMI

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. berbagai usaha untuk meningkatkan produksi gula selain gula tebu karena gula tebu

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

I PENDAHULUAN. beragam jenis minuman tradisional. Walaupun memiliki nama yang berbeda-beda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN.

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

Pembuatan Gula Aren Cair dengan Pengaturan Kapur dan Suhu Evaporasi

UJI KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA PEMBUATAN KECAP DENGAN PENAMBAHAN AIR KELAPA PADA BERBAGAI KONSENTRASI

AREN. Gambar 1. Pohon Industri Produk Turunan Aren Sumber : BPTP Banten (2005)

Untuk Daerah Tertinggal

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKULTAS TEKMOLOGI PERTAMlAN INSTITUT PERTAIUIAN BOGOR BOGOR. Oleh R. DODl KUSUMAH F

I. PENDAHULUAN. makanan selingan berbentuk padat dari gula atau pemanis lainnya atau. makanan lain yang lazim dan bahan makanan yang diijinkan.

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus

ANALISIS USAHA DAN TEKNOLOGI PEMBUATAN GULA SEMUT AREN (STUDI KASUS : PADA USAHA PEMBUATAN KUE SKALA RUMAH TANGGA BOMIS JAYA) 1.

POTENSI NIRA AREN (Arenga pinnata) SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PADA NIRA DAN MUTU GULA AREN YANG DIHASILKAN DI BEBERAPA SENTRA PRODUKSI DI BENGKULU

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan noga kacang hijau adalah

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fermentasi yang banyak ditemui dalam produk bir, anggur dan sebagainya.

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

Transkripsi:

I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1.1.Latar Belakang Masalah Di Indonesia dapat ditemui aren hampir di seluruh wilayah terutama di 14 provinsi diantaranya Papua, Maluku, Maluku Utara, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bengkulu, Kalimantan Selatan dan Nangroe Aceh Darussalam. Total luas area di 14 propinsi sekitar 70.000 ha (Maliangkay, 2008). Total area produksi nira seluruh Indonesia tahun 2010 sebesar 60.482 ha diantaranya, daerah Nangroe Aceh Darusalam 4.081 ha, Sumatra Utara 4.357 ha, Sumatra Barat 1.830 ha, Bengkulu 1.748 ha, Jawa Barat 13.135 ha, Banten 1.448 ha, Jawa Tengah 3.078 ha, Kalimantan Selatan 1.442 ha, Sulawesi Utara 6.000 ha, Sulawesi Selatan 7.293 ha, Sulawesi Tenggara 3.070 ha, Maluku 1.000 ha, Maluku Utara 2.000 ha, dan terakhir Papua 10.000 ha (Syakir dan Effendi, 2010). Kualitas gula merah aren yang dihasilkan sangat ditentukan oleh bahan baku utamanya yaitu nira. Salah satu sifat nira yaitu asam dengan ph 5.5-6.5 (Erwinda, dkk, 2014). Gula merah aren dengan mutu baik bewarna kuning sampai kecoklatan, memiliki kandungan sukrosa minimal 77%, gula reduksi maksimal 10%, kadar air maksimal 10%, kadar abu maksimal 2% serta padatan tidak larut air maksimal 1% (SNI 01-3743-1995).

Nira merupakan salah satu bahan pangan yang mudah rusak karena kontaminasi mikroba. Proses kerusakan nira sebenarnya sudah dimulai sejak awal produksi. Apabila nira didiamkan beberapa lama akan terjadi proses fermentasi sukrosa oleh mikroorganisme menjadi alkohol dan lama kelamaan menjadi asam (Erwinda, dkk, 2014). Gula merah aren yang berkualitas tinggi tentunya sangat tergantung pada kualitas nira yang diproses. nira yang disadap pada pagi hari memiliki ph lebih rendah dari nira yang ditampung pada sore hari. Nira yang disadap pada pagi hari kadar sukrosanya lebih rendah dari nira yang disadap sore hari. Hal ini karena pada saat siang hari penguapan lebih besar dibanding pada saat malam hari (Rahman, 2009). Hasil analisis mengungkapkan bahwa perlakuan terhadap penampungan berpengaruh nyata terhadap kadar sukrosa nira yang disadap pada sore hari, tetapi tidak berpengaruh nyata pada sukrosa yang disadap pada pagi hari. Nira yang digunakan sebagai bahan baku gula merah sebaiknya berkadar sukrosa diatas 12% (Rahman, 2009). Bahan tambahan yang digunakan dalam proses pembuatan gula kelapa kristal adalah gula pasir dan air. Gula pasir digunakan untuk bahan kasalisator atau inti kristal dari luar (Joseph, 2007). Sukrosa murni dengan dosis 5-15% ditambahkan untuk membuat gula semut berbahan baku gula merah kelapa dengan mutu yang baik. Penambahan sukrosa pada pembuatan gula semut diduga lebih tinggi jika bahan bakunya gula bermutu rendah, karena gula bermutu rendah mempunyai kandungan sukrosa

lebih rendah. Namun bila penambahan sukrosa terlalu tinggi akan memperbesar biaya produksi (Tegar, 2010). Permasalahan yang ada saat ini, produksi gula merah di daerah Kampung Sawah Lega Desa Wargasaluyu kecamatan Gununghalu Kabupaten Bandung Barat sedang mengalami penurunan kualitas dari segi tekstur khususnya yang menyebabkan gula produksinya sulit untuk mengkristal atau tidak sesuai dengan SNI gula merah yang ada. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh konsentrasi sukrosa terhadap karakteristik gula merah aren? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki kualitas gula merah aren di daerah Kampung Sawah Lega Desa Wargasaluyu kecamatan Gununghalu Kabupaten Bandung Barat akibat perubahan musim yang berubah - ubah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh penambahan konsentrasi sukrosa terhadap karakteristik gula merah aren yang dapat memperbaiki kualitas gula merah aren sehingga tidak mudah rusak akibat faktor perubahan cuaca yang berubah - ubah. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Membantu masyarakat untuk melakukan kegiatan usaha tani tanaman aren.

2. Meningkatkan nilai produksi yang berlimpah untuk kegiatan pengolahan gula merah aren. 3. Meningkatkan daya terima konsumen. 4. Memberikan informasi mengenai pengaruh konsentrasi sukrosa terhadap karakteristik kimia gula merah aren. 5. Memberi solusi cara menangani gula merah aren akibat perubahan cuaca kepada masyarakat sekitar. 1.5. Kerangka Pemikiran Gula merah aren telah dikenal di Indonesia sebagai bahan pemanis makanan dan minuman, yang dapat dijadikan sebagai pengganti penggunaan gula pasir. Gula merah aren dapat dibentuk menjadi dua produk, yaitu gula cetak dan gula semut. Gula cetak diperoleh dengan memasak nira aren hingga menjadi kental seperti gulali, kemudian mencetaknya dalam cetakan. Untuk gula semut, proses memasaknya lebih panjang yaitu hingga gula merah aren mengkristal, kemudian dikeringkan (dijemur atau dioven) hingga kadar airnya di bawah 3% Pohon aren berpotensi bisa menghasilkan 10 sampai 15 liter air nira tiap harinya, dan proses penampungan ini dapat dilakukan setiap harinya selama tiga bulan, pada saat pagi dan sore hari. Air nira hasil sadapan ini setelah dikurangi kadar airnya dan menjadi padat inilah yang akan menjadi gula merah aren (Reviansyah, 2011). Nira aren mudah mengalami kerusakan karena dipengaruhi oleh kondisi lingkungan selama penyadapan dan pengangkutan ke tempat pengolahan dan

kerusakan akibat fermentasi. Fermentasi ini disebabkan oleh mikroba yang mengkontaminasi nira (Hamzah dan Hasbullah, 2010). Cuaca juga dapat mempengaruhi kualitas serta kuantitas dari air nira yang disadap oleh petani pada tanaman aren. Apabila terjadi musim kemarau, maka kuantitas air nira sedikit namun memiliki kualitas yang baik untuk dimasak menjadi gula merah aren. Pada musim hujan, air nira yang dihasilkan banyak namun kualitas gula merah aren yang dihasilkan kurang baik karena air nira tersebut telah tercampur dengan air hujan, dari permasalahan berikut juga mengakibat gula merah aren di lokasi tidak menjadi keras atau mudah meleleh walaupun pada suhu ruang. Faktor perubahan ph nira berubah menjadi asam terjadi karena proses hidrolisis sukrosa menjadi gula pereduksi oleh mikroororganisme pada nira yang tidak segera dilakukan proses pengolahan. Nira dengan ph yang sudah sedikit asam masih bisa diolah menjadi gula, namun semakin rendah ph Nira, maka semakin sulit untuk mengolah dan membentuk kristal. Hal ini terjadi karena ph semakin menurun itu berarti nira juga mengalami fermentasi semakin lama. Fermentasi di dalam Nira menyebabkan beberapa perubahan antaralain merubah sukrosa menjadi gula-gula yang lebih sederhana antara lain glukosa dan fruktosa. Beberapa gula invert seperti fruktosa tidak bisa mengalami kristalisasi dan selalu dalam kondisi yang cair. Makanya yang tersisa dari gula yang sedang mengkristal itu karena mengandung bagian-bagian yang tidak bisa mengkristal tersisa dalam bentuk masih cair. Gula cair sisa pengkristalan ini mengandung fruktosa dan gula invert lainnya yang tidak mengkristal (Kusumanto, 2013).

Fermentasi dapat diminimalkan atau dikurangi jika, ph nira bisa dijaga diatas angka 6-7,5 sehingga terbentuknya gula-gula fruktosa dan gula invert lainnya bisa diminimalkan dan gula yang tidak mengkristal juga bisa dikurangi, sebaliknya gula kristalnya bisa meningkat dan akan semakin banyak terbentuk (Kusumanto, 2013). Nira yang digunakan untuk gula merah harus memiliki kualitas yang baik. Nira yang kurang baik mudah menjadi basi (lumer), aroma dan rasanya kecut, dan akan menghasilkan gula merah yang mudah lengket. Sedangkan nira yang berkualitas baik dan masih segar memiliki rasa manis, berbau harum, tidak berwarna (bening), derajat keasaman (ph) berkisar 6-7, dan konten gula reduksinya relatif rendah (Soetanto, 2003). Kerusakan nira ditandai dengan rasa nira menjadi asam, berbuih putih dan berlendir. Kerusakan ini terjadi karena aktivitas mikroorganisme terhadap kandungan nira yaitu sukrosa. Gula di dalam larutan tidak kuat dalam lingkungan asam, artinya apabila di dalam larutan terdapat bahan yang bersifat asam maka gula akan mengalami kerusakan dan sukar untuk mengkristal (Erwinda, dkk, 2014). Proses hidrolisis akan merugikan dari segi jumlah rendemen gula merah, bahkan seringkali gula merah tidak terbentuk (tetap berbentuk cairan kental). Nira yang sudah mengalami fermentasi dengan ph kurang dari 5,5 atau kadar gula reduksinya lebih dari 8% tidak dapat digunakan untuk membuat gula merah. Maka perlu ditambahkan sukrosa (gula pasir) dalam pembuatan gula merah tersebut (Imam, 2013).

Kandungan utama yang terkandung dalam nira adalah sukrosa. Nira juga mengandung glukosa dan fruktosa dalam jumlah yang kecil saat nira baru disadap. Nira dari bunga sebenarnya steril, namun saat setelah disadap seringkali terkontaminasi oleh mikroba yang dapat menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa (Imam, 2013). Hasil analisis mengungkapkan bahwa perlakuan terhadap penampungan berpengaruh nyata terhadap kadar sukrosa nira yang disadap pada sore hari, tetapi tidak berpengaruh nyata pada sukrosa yang disadap pada pagi hari. Nira yang digunakan sebagai bahan baku gula merah sebaiknya berkadar sukrosa diatas 12% (Joseph. dkk, 1994 dalam Rahman, 2009). Bahan tambahan yang digunakan dalam proses pembuatan gula kelapa kristal adalah gula pasir dan air. Gula pasir digunakan untuk bahan kasalisator atau inti kristal dari luar (Joseph, 2007). Penggunaan sukrosa sebagai bahan tambahan dalam pembuatan gula semut bertujuan untuk meningkatkan kandungan sukrosa pada gula merah sehingga dapat mempercepat proses pembuatan gula semut, diperlukan sukrosa sebanyak 5-15% dalam bentuk gula kristal putih atau sukrosa untuk membuat gula semut dari gula merah (Tegar, 2010). Proses dan persyaratan pembuatan gula kandungan sukrosa pada bahan baku sangat menentukan keberhasilan proses kristalisasi. Menurut SNI 01-3743- 1995, gula merah dengan mutu baik mengandung minimal sukrosa 77% bb dan maksimal gula reduksi 10 % bb. Pada gula merah kelapa bermutu rendah, jumlah sukrosa yang terkandung cukup rendah, sedangkan kadar gula reduksi tinggi.

sedangkan kemurnian sukrosa yang diperlukan adalah 75,80. Oleh karena itu, diperlukan penambahan sukrosa yang optimal dalam pembuatan gula merah aren (Sunantyo, 1997. dalam Lubis, 2014). 1.6. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat diduga bahwa terdapat pengaruh konsentrasi sukrosa terhadap karakteristik gula merah aren yang dihasilkan. 1.7. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Teknologi Pangan Universitas Pasundan Bandung Jl. Dr. Setiabudhi No.193 Bandung. Selain itu penelitian ini juga dilalukan di Kampung Sawah Lega, Desa Wargasaluyu Kecamatan Gunung Halu Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai dengan Oktober 2016.