JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 5 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 PELAKSANAAN PENGAWASAN KEGIATAN INVESTASI OLEH BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH DI KALIMANTAN TIMUR Abstrak Zainal Aqli 1 (zainala6@gmail.com) Deny Slamet Pribadi 2 (dspputih@yahoo.com) Nur Arifudin 3 (nurarifuddin_lo@yahoo.com) Permasalahan dalam penelitian ini yaitu lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) yang mengakibatkan timbulnya kesenjangan antara nilai rencana dan realisasi Penanaman Modal yang diterbitkan oleh BPPMD. Hasil penelitian berisikan tentang gambaran umum, permohonan Izin Prinsip, pelaksanaan pengawasan yang telah dilakukan oleh BPPMD, kendala yang dialami dalam pelaksanaan pengawasan dan data nilai rencana dan realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) menurut sektor 2011-2013. Kesimpulan dari penelitian yaitu kendala yang dihadapi oleh BPPMD yaitu lemahnya pengawasan terhadap izin prinsip yang dilakukan oleh Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan Penanaman Modal BPPMD, kurangnya Sumber Daya yang dimiliki BPPMD, kurangnya pembinaan ke perusahaan penanam modal mengenai penyampaian Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM), dan koordinasi yang kurang antara instansi/lembaga di bidang penanaman modal baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yaitu BPPMD sebaiknya fokus memaksimalkan pengawasan Izin Prinsip, perlunya penganggaran secara khusus dari pemerintah provinsi kepada BPPMD mengenai kebutuhan operasional, perlunya pembinaan baik melalui sosialisasi, konsultasi maupun fasilitas penyelesaian masalah yang dihadapi oleh penanam modal dan perlunya rapat secara berkala serta pendelegasian atau pemisahan kewenangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam hal pengawasan. Kata kunci : penanaman modal, pelaksanaan, pengawasan, badan perijinan dan penanaman modal daerah 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 2 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 3 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 Pendahuluan Salah satu tujuan pembentukan pemerintahan negara adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Amanat tersebut, antara lain, telah dijabarkan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan merupakan amanat konstitusi yang mendasari pembentukan seluruh peraturan perundang-undangan di bidang perekonomian. Konstitusi mengamanatkan agar pembangunan ekonomi nasional harus berdasarkan prinsip demokrasi yang mampu menciptakan terwujudnya kedaulatan ekonomi Indonesia. Keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan dimantapkan lagi dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI Tahun 1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka Demokrasi Ekonomi sebagai sumber hukum materiil. Dengan demikian, pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi menjadi bagian dari kebijakan dasar penanaman modal. Berkaitan dengan hal tersebut, penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. 2
Pelaksanaan Pengawasan Kegiatan Investasi (Zainal Aqli) Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain melalui perbaikan koordinasi antar instansi Pemerintah Pusat dan daerah, penciptaan birokrasi yang efesien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Dengan perbaikan berbagai faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi penanaman modal akan membaik secara signifikan. Pengawasan penanaman modal, penerbitan izin investasi dan penerbitan nilai rencana dan realisasi investasi di Kalimantan timur dilakukan oleh Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Kalimantan timur. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) yang mengakibatkan timbulnya kesenjangan antara nilai rencana dan realisasi Penanaman Modal yang diterbitkan oleh BPPMD. Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui peran BPPMD dalam menangani kegiatan investasi serta programprogram yang telah diterapkan oleh BPPMD terhadap penanam modal dan untuk menganalisis kegiatan pengawasan setelah perusahaan memperoleh Izin Prinsip yang telah dilakukan BPPMD sehingga masih menyebabkan kesenjangan rencana dan realisasi serta memberikan solusi atau saran untuk menanggulangi permasalahan yang dihadapi BPPMD; 3
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 Metode Penelitian terdiri dari Jenis penelitian yang penulis pergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif empiris. Pendekatan penelitian yang digunakan dengan jenis penelitian empiris adalah studi kasus Hukum nonyudisial. Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPDM) Kalimantan Timur yang terletak di jalan Basuki Rahmat Samarinda. Waktu dan jadwal penelitian dimulai dari tanggal 20 Januari 2014 sampai dengan tanggal 20 Juli 2014. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah diperoleh dari dua cara yaitu Data Primer dan Data Sekunder. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian normatif empiris, data yang di gunakan meliputi data primer dan data sekunder. Analisa data yang akan penulis gunakan terhadap data-data yang dipakai dalam penulisan penilitian ini adalah deskriptif kualitatif Pembahasan 1. Gambaran Umum Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 46 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Kalimantan Timur. 2. Permohonan Izin Prinsip Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal. 4
Pelaksanaan Pengawasan Kegiatan Investasi (Zainal Aqli) Berisikan tentang siapa saja yang dapat mengajukan permohonan Izin prinsip dan prosedur pengajuan. 3. Pelaksanaan Pengawasan yang telah dilakukan oleh Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPPMD) di Kalimantan Timur. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Drs. Suria Rahman yang menjabat Kepala Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan Penanaman Modal di Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah, adapun pelaksanaan pengawasan kegiatan investasi yang telah dilakukan oleh Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah meliputi: a. Melakukan sosialisasi. Sosialisasi yang dilakukan Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah yaitu mengundang perusahaan-perusahaan untuk memberikan bimbingan tentang penanaman modal. 4 b. Melakukan kunjungan langsung ke perusahaan. kunjungan langsung yang dilakukan Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah yaitu berupa pemantauan, pembinaan dan pengawasan. 5 c. Mempermudah perusahaan dalam memberikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal. Seiring berkembangnya teknologi, Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah juga memberikan alternatif bagi perusahaan yang tidak sempat memberikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal ke Badan Perizinan dan 4 Hasil Wawancara dengan Bapak Surya Rahman yang memegang jabatan Kepala Sub Bidang Pengendalian dan Pengawasan Penanaman Modal di Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah, tanggal 1 April 2014 5 Ibid 5
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 Penanaman Modal Daerah maupun ke Badan Koordinasi Penanaman Modal yaitu secara online melalui SPIPISE (Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik), sehingga Laporan Kegiatan Penanaman Modal dapat diserahkan tepat waktu. 6 d. Melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah Kegiatan koordinasi oleh Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah yaitu dengan mengadakan rapat dengan dinas-dinas yang terkait dengan penanaman modal. 7 e. Penyampaian informasi melalui media Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah dalam melakukan kegiatan tidak lupa juga untuk menginformasikan kepada masyarakat mengenai perkembangan investasi dan kegiatan-kegaitan yang telah dan akan dilakukan oleh Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah. 8 Melalui upaya-upaya tersebut, Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah mengharapkan dapat teratasinya kendala yang dihadapi sehingga regulasi penanaman modal dapat berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4. Kendala yang dialami dalam Pelaksanaan Pengawasan Kegiatan Investasi oleh Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah. Dalam Pelaksanaan pengawasan kegiatan investasi di Kalimantan Timur oleh Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah diakui masih belum maksimal 6 Ibid 7 Ibid 8 Ibid 6
Pelaksanaan Pengawasan Kegiatan Investasi (Zainal Aqli) oleh Kepala Sub Bagian Pembinaan dan Pengawasan Penanaman Modal Bapak Drs. Suria Rahman melalui suatu wawancara. Adapun hal-hal yang menjadi kendala yang dihadapi Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah dalam pelaksanaan kegiatan penanaman modal di Kalimantan Timur yaitu: 1. Terbatasnya ruang lingkup dari pengawasan kegaitan investasi yang hanya mengawasi Izin Prinsip. 9 2. Kurangnya Sumber Daya Manusia di Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah. 10 3. Kurangnya kesadaran perusahaan dalam hal menyampaikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal. 11 4. Lemahnya koordinasi antara lembaga/instansi di bidang penanaman modal baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 12 5. Data Nilai Rencana dan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penamanam Modal Asing (PMA) Menurut Sektor Tahun 2011-2013. Pembahasan dari penelitian ini yaitu: 1. Kendala yang dihadapi oleh Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) dalam Pelaksanaan Pengawasan Kegiatan Investasi di Kalimantan Timur. a. Lemahnya pengawasan terhadap Izin Prinsip yang dilakukan oleh Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan Penanaman Modal BPPMD 9 Ibid 10 Ibid 11 Ibid 12 Ibid 7
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 Izin Prinsip adalah izin dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang wajib dimiliki dalam rangka memiliki usaha. Kewajiban perusahaan baik PMDN maupun PMA untuk memiliki Izin Prinsip sebelum memulai kegiatan usahanya diatur dalam Pasal 23 ayat (2) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 5 Tahun 2013. Dalam Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Pasal 3 ayat (2) butir (b) menyebutkan bahwa ruang lingkup pengendalian pelaksanaan penanaman modal mencakup Izin Prinsip, Izin Prinsip Perluasan dan Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal. Pengawasan Izin Prinsip oleh Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah berupa pengecekan kelengkapan izin-izin yang dimiliki oleh perusahaan penanam modal misalnya Izin Lingkungan, Izin Mendirikan Bangunan, dan lain-lain. Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan Penanaman Modal BPPMD hanya melakukan pengawasan terhadap LKPM yang diatur dalam Pasal 5 butir (e) Perka BKPM Nomor 3 Tahun 2012. Adapun tindakan yang dilakukan untuk mengatasi lemahnya pengawasan yaitu berupa melakukan kunjungan langsung ke perusahaan dalam mengecek kelengkapan Izin Prinsip yang dimiliki oleh perusahaan penanam modal. Menurut penulis, kegiatan pengawasan berupa kunjungan langsung yang dilakukan oleh Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) sudah bagus, namun Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) tidak fokus dalam kegiatan pengawasan Izin Prinsiip karena apabila dilihat dari 8
Pelaksanaan Pengawasan Kegiatan Investasi (Zainal Aqli) kesenjangan nilai investasi antara rencana dan realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) masih menunjukkan bahwa pengawasan tidak maksimal yang dilakukan oleh BPPMD sehingga membuat kesenjangan. b. Kurangnya Sumber Daya yang dimiliki BPPMD dalam Pelaksanaan Pengawasan Kegiatan Investasi terhadap banyaknya Izin Prinsip yang diterbitkan Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah memiliki kekurangan sumber daya manusia untuk mengawasi izin yang diterbitkan dalam tiaptiap kabupaten/kota, kurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk langsung melakukan pengawasan ke lapangan/lokasi proyek penanaman modal. Selain kekurangan sumber daya manusia, kurangnya sarana dalam hal transportasi yang dapat menunjang Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah dalam mengawasi perusahaan penanam modal yang terletak di daerah terpencil. Dampak dari kekurangan sumber daya ini yaitu berpengaruh pada lambatnya kinerja Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah dalam memantau tiap-tiap Izin yang diterbitkan. Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah belum berbuat apa-apa untuk mengatasi masalah kurangnya Sumber Daya, sehingga menurut penulis perlunya penambahan Sumber Daya dianggap perlu untuk mengatasi dampak dari kekurangan Sumber Daya seperti lambatnya kinerja dalam memantau tiap-tiap Izin yang diterbitkan. 9
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 c. Kurangnya pembinaan ke perusahaan penanam modal mengenai penyampaian Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) yang dilakukan oleh Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan Penanaman Modal BPPMD Setiap penanam modal berkewajiban menyampaikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal. LKPM (Laporan Kegiatan Penanaman Modal) adalah laporan mengenai perkembangan realisasi penanaman modal dan kendala yang dihadapi penanam modal yang wajib disampaikan secara berkala. Penyampaian LKPM oleh perusahaan yang masih dalam tahap konstruksi (tahap pembangunan) wajib menyampaikan LKPM setiap 3 bulan (triwulan) menggunakan formulir LKPM, sedangkan perusahaan yang dalam tahap produksi/operasi komersial (telah ada izin usaha) wajib menyampaikan LKPM setiap 6 bulan (semester) dengan menggunakan formulir LKPM. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) untuk menanggulangi masalah pembinaan yaitu dengan melakukan sosialisasi dan mempermudah perusahaan dalam memberikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) dalam bentuk on-line. Menurut penulis, belum terlaksananya secara maksimal mengenai pembinaan yang dilaksanakan oleh Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan Penanaman Modal BPPMD seperti bimbingan sosialisasi ketentuan pelaksanaan penanaman modal, pemberian konsultasi serta fasilitas penyelesaian masalah/hambatan yang dihadapi penanam modal merupakan penghambat yang menyebabkan kurang sadarnya penanam 10
Pelaksanaan Pengawasan Kegiatan Investasi (Zainal Aqli) modal dalam melaksanakan kewajibannya dalam menyampaikan LKPM. Perlunya kegiatan secara intensif dan berkala dalam melakukan pembinaan baik sosialisasi, konsultasi maupun fasilitas penyelesaian masalah/hambatan yang dihadapi penanam modal dianggap dapat menanggulangi masalah tersebut. d. Koordinasi yang kurang antara Instansi/Lembaga dibidang Penanaman Modal baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah Lemahnya koordinasi kelembagaan ditimbulkan karena ketidakjelasan tugas dan fungsi pokok masing-masing instansi dan juga oleh mekanisme koordinasi yang tidak berjalan baik. 13 Untuk itu, diperlukan mekanisme koordinasi yang dipahami dan mengikat bagi instansi-instansi terkait, misalnya menyangkut masalah promosi investasi, perizinan, fasilitas investasi, dan lain-lain. 14 Lemahnya koordinasi akan mengakibatkan tidak terlaksananya pengendalian pelaksanaan penanaman modal yang meliputi pemantauan, pembinaan serta pengawasan pelaksanaan penanaman modal. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) untuk mengatasi masalah koordinasi yaitu dengan mengadakan rapat dengan dinas-dinas yang terkait dengan penanaman modal. Menurut penulis, mengadakan rapat saja tidak cukup untuk mengatasi lemahnya koordinasi antar dinas baik di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 13 Ana Rokhmatussa dyah dan Suratman, op.cit., halaman 92. 14 Ana Rokhmatussa dyah dan Suratman, op.cit., halaman 92-93 11
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 2. Upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi kendala Pelaksanaan Pengawasan Kegiatan Investasi Adapun upaya yang perlu dilakukan oleh Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan Penanaman Modal BPPMD yang dibahas berdasarkan kendalakendala yaitu: a. Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan Penanaman Modal BPPMD harus lebih fokus dalam mengawasi Izin Prinsip Dalam mengatasi lemahnya pengawasan kegiatan penanaman modal, sebaiknya Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah harus lebih fokus pada tugasnya yaitu mengawasi Izin Prinsip, penambahan kegiatan pengawasan hanya akan menimbulkan kelemahan-kelemahan pengawasan baru. Seperti yang diketahui, Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah dalam mengawasi Izin Prinsip masih kurang maksimal sehingga terjadinya kesenjangan antara laporan penerbitan nilai rencana dan realisasi. Perlunya kejelasan mengenai tugas pokok dan fungsi karena tidak dituliskan secara eksplisit dalam Perka Nomor 3 Tahun 2012 serta dalam Pergub Nomor 46 Tahun 2006 mengenai Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah sehingga kejelasan mengenai ruang lingkup pengawasan Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah diatur dalam Peraturan tersendiri dan tidak tergabung dalam Peraturan kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. 12
Pelaksanaan Pengawasan Kegiatan Investasi (Zainal Aqli) b. Penganggaran secara khusus dari Pemerintah Provinsi dalam hal peningkatan Sumber Daya Dalam mengatasi masalah kekurangan sumber daya dalam Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD), peran Pemerintah Provinsi sangat diperlukan dalam hal membantu Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah yang akan melakukan kegiatan pengawasan terhadap banyaknya Izin Prinsip yang diterbitkan. Menurut penulis, sumber daya manusia baik secara kuantitas maupun kualitas atau ahli dibidangnya perlu ditambah agar pengawasan dapat terlaksana secara efektif serta tepat waktu, apabila sumber daya manusia telah terpenuhi, maka hal yang perlu ditambah juga yaitu sarana transportasi. Pemerintah Provinsi perlu menganggarkan berdasarkan kebutuhan operasional di lapangan sehingga pemantauan/pengawasan banyaknya Izin Prinsip dapat berlangsung dengan cepat dan tanpa hambatan serta efektif karena seperti yang diketahui transportasi yang cepat di daerah terpencil itu sangat kurang. Jadi, perlunya penganggaran secara khusus berdasarkan kebutuhan operasional yang diperlukan di lapangan serta penambahan sumber daya manusia baik kuantitas maupun kualitasa merupakan hal yang dapat memaksimalkan pelaksanaan pengawasan. c. Meningkatkan pembinaan ke perusahaan penanam modal serta tidak segan memberikan sanksi oleh Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan Penanaman Modal BPPMD 13
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 Berdasarkan Perka BKPM Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian, Pasal 2 ayat (2) tujuan pengendalian pelaksanaan penanaman modal. Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah sebelumnya harus melakukan pembinaan baik melaluli sosialisasi dan konsultasi dengan perusahaan mengenai hambatan yang dialami perusahaan tersebut, namun apabila kegiatan sudah sesuai dengan peraturan perundangundangan maka perusahaan yang tidak menyampaikan LKPM harus diberikan sanksi yang tegas yaitu berupa sanksi administrasi yang dimulai dari peringatan tertulis sampai pada pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal yang terbukti tidak menyampaikan LKPM kepada Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah. Dalam hal ini, telah terjadinya penyimpangan yang telah melanggar peraturan perundang-undangan maka perlunya pengawasan yang bersifat represif yaitu suatu kegiatan penegakan hukum oleh Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah kepada perusahaan penanam modal dalam rangka menjaga keselarasan antara peraturan perundang-undangan dengan keadaan yang sebenarnya sehingga ketentuan peraturan perundang-undangan dapat kembali terlaksana dan perusahaan penanam modal mentaati aturan yang telah tercantum dalam peraturan perundang-undangan. 14
Pelaksanaan Pengawasan Kegiatan Investasi (Zainal Aqli) d. Rapat secara berkala dan pemisahan wewenang antara Instansi/Lembaga dibidang Penanaman Modal baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah Agar menjaga koordinasi antar instansi/lembaga dibidang penanaman modal, rapat secara berkala oleh tiap-tiap instansi/lembaga dibidang penanaman modal dianggap perlu dilakukan karena dalam kegiatan pelaksanaan yang terdiri dari pemantauan, pembinaan dan pengawasan, koordinasi yang aktif sangat diperlukan guna menunjang pelaksanaan kegiatan penanaman modal agar tercapainya tujuan penanaman modal berdasarkan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nomor 3 Tahun 2012. Seperti yang tercantum dalam Perraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nomor 3 Tahun 2012, hampir tiap pelaksanaan kegiatan penanaman modal baik dibidang pemantauan, bidang pembinaan maupun pengawasan wajib dilakukan koordinasi oleh tiap-tiap instansi mulai dari Badan Koordinasi Penanaman Modal, PDPPM (Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman Modal) yang dalam hal ini dilakukan oleh Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD), dan PDKPM (Perangkan Daerah Kabupaten/Kota bidang Penanaman Modal). Dengan adanya pendelegasian wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan urusan penanaman modal, diharapkan daerah mampu menangkap peluang dan tantangan persaingan global melalui peningkatan daya saing daerah atas potensi dan keanekaragaman daerah masing-masing. Oleh 15
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 karena itu, dengan kesempatan dalam penyelenggaraan urusan penanaman modal tersebut, pemerintah daerah harus mampu mengembangkan potensi daerah masing-masing guna mempercepat pertumbuhan ekonomi penduduk dan banyaknya investasi yang masuk ke daerah. Dengan adanya pendelegasian wewenang tersebut pemerintah daerah harus mampu mempercepat pelayanan kepada masyarakat terutama pelaku usaha yang akan menanamkan modalnya di daerah secara lebih cepat, efektif, dan efisien. 15 Penutup Kesimpulan dalam penelitian ini adalah: 1. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pengawasan kegiatan investasi oleh Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) di Kalimantan Timur. a. Lemahnya pengawasan terhadap Izin Prinsip yang dilakukan oleh Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan Penanaman Modal BPPMD b. Kurangnya Sumber Daya yang dimiliki BPPMD dalam Pelaksanaan Pengawasan Kegiatan Investasi terhadap banyaknya Izin Prinsip yang diterbitkan c. Kurangnya pembinaan ke Perusahaan Penanam Modal mengenai penyampaian Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) yang dilakukan oleh Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan Penanaman Modal BPPMD d. Koordinasi yang kurang antara Instansi/Lembaga dibidang Penanaman Modal baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah 15 Ana Rokhmatussa dyah dan Suratman, op.cit., halaman 98-99 16
Pelaksanaan Pengawasan Kegiatan Investasi (Zainal Aqli) 2. Adapun upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pengawasan kegiatan investasi oleh Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMP) di Kalimantan Timur a. Badan Perizinan dan Penanamn Modal Daerah sebaiknya fokus memaksimalkan pengawasan Izin Prinsip dulu, karena dalam terbitan nilai rencana dan realisasi penanaman modal masih menunjukkan angka kesenjangan yang besar antara rencana dan realisasi. b. Dalam hal kekurangan sumber daya, perlunya penambahan sumber daya manusia baik kuantitas maupun kualitas serta perlunya pemerintah provinsi menganggarkan dana maupun sarana berdasarkan kebutuhan operasional yang dibutuhkan Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah yang akan melakukan kegiatan pengawasan terhadap banyaknya Izin Prinsip. c. Perlunya pembinaan baik melalui sosialisasi, konsultasi maupun fasilitas penyelesaian masalah yang dihadapi penanam modal oleh Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah terhadap perusahaan penanaman modal terkait dengan penyampaian LKPM (Laporan Kegiatan Penanaman Modal), namun apabila langkah tersebut tidak berhasil maka Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah harus tegas dalam memberikan sanksi kepada perusahaan penanaman modal yang terbukti tidak menyampaikan LKPM sehingga dapat memberikan efek jera. d. Perlunya rapat secara berkala serta pendelegasian atau pemisahan kewenangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam 17
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 hal pengawasan kegiatan investasi sehingga dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang cepat dan persaingan usaha yang sehat. Saran dalam penelitian ini adalah: 1. Dalam memperjelas wewenang pengawasan, perlunya dibuat suatu peraturan yang mengatur secara eksplisit mengenai tugas pokok, fungsi, wewenang dan hal yang perlu mengenai Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah Provinsi Kalimantan Timur. 2. Untuk mengatasi lemahnya kesadaran perusahaan penanam modal dalam menyampaikan LKPM, perlunya pembinaan melalui sosialisasi, konsultasi dan fasilitas penyelesaian masalah/hambatan yang dihadapi penanam modal serta pengawasan yang ketat oleh Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah baik pengawasan yang bersifat Preventif dan/atau Represif kepada setiap perusahaan penanaman modal di Kalimantan Timur. 3. Untuk mengatasi kurangnya Sumber Daya yang dimiliki oleh Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah, perlunya penambahan sumber daya manusia baik kuantitas maupun kualitas serta perlunya penganggaran secara khusus yang berdasarkan kepada kebutuhan operasional di lapangan yang dilakukan oleh pemerintah daerah provinsi sehingga dapat memudahkan Badan Perizinan dan Penanaman Modal Daerah dalam mengawasi setiap izin yang diterbitkan. 18
Pelaksanaan Pengawasan Kegiatan Investasi (Zainal Aqli) DAFTAR PUSTAKA A. BUKU Dirdjosisworo, Soedjono, 1999, Hukum Perusahaan mengenai Penanaman Modal Di Indonesia, Mandar Maju, Bandung. Harjono, Dhaniswara, 2007, Hukum Penanaman Modal, Tinjauan Terhadap Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hermawan, Asep, 2009, Penelitian Bisnis-Paradigma Kuantitatif, Grasindo, Jakarta. K. Harjono, Dhaniswara, 2007, Hukum Penanaman Modal, Tinjauan terhadap Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Rokhmatussa dyah, Ana dan Suratman, 2011, Hukum Investasi dan Penanaman Modal, Sinar Grafika, Jakarta. Setyosari, Punaji, 2010, Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Kencana, Jakarta. Syah, Hidayat, 2010, Pengantar Hukum Metodologi Penelitian Pendekatan Verifikatif, Suska Pres, Pekanbaru. B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Peraturan Presiden RI Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal. Peraturah Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian Intensif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal. Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 46 Tahun 2008 tentang tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Kalimantan Timur. Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 6 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kota Samarinda dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. 19
Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 C. ARTIKEL INTERNET http://www.negarahukum.com/hukum/perizinan.html, diakses pada tanggal 4 Februari 2014 http://tesisdisertasi.blogspot.com/2010/08/pengertian-pengawasan.html, diakses pada tanggal 4 Februari 2014 D. LAIN-LAIN Echols, John M. dan Hasan Shadily, 1988, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. 20