Bimafika, 2009, 1, 33-37 KUALITAS KIMIA AIR TANAH DI DUSUN TOISAPU Adriani Bandjar * Jurusan Kimia Unversitas Pattimura ABSTRACT The research of garbage open dumping effect to water quality from its source on Toisapu village had been carried out. It took place at RT 06 and RT 07 analyzed water chemical quality consist of ammonia content, nitrite and nitrate content using UV-VIS spektrofotometer, water hardness measurement by titrimetric methode, dissolve oxygen and biochemical oxygen demand (BOD) measurement taken for 5 days to get good result. The observation and analysis result show that ammonia level was 0,933 ppm, nitrite level was 0,486 ppm, and nitrate level 0,095 ppm. Water harness value was 198,1782 mg/l and BOD was 0,9 m/l. Those result show that each value still fulfil maximum standard that permited as water consumption by Indonesia Healthy Ministry Regulation. Keywords: Ammonia, BOD, Hardness, Nitrate, Nitrite Pendahuluan Salah satu sumber daya alam yang terbatas jumlahnya dan sangat penting bagi mahluk hidup adalah air. Air dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, minum, mencuci, dan memasak, perikanan, industri, energi, dan rekreasi. Perubahan kualitas air yang mencapai tingkat yang mengganggu pemanfaatan air dikategorikan sebagai pencemaran air. Periubahan lingkungan sangat ditentukan oleh sikap maupun perlindungan manusia pada lingkungannya (Pairunan, 1992). Peningkatan kualitas air adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas air. Semakin maju tingkat hidup seseorang, maka semakin tinggi tingkat kebutuhan airnya. Untuk keperluan minum maka dibutuhkan rata-rata 5 liter per hari (Sutrisno dkk., 1996). Air di dalam tubuh manusia, berkisar antara 50-70% dari seluruh berat badan, di tulang terdapat air sebanyak 22% berat tulang, di darah dan ginjal terdapat sebanyak 85%. Pentingnya air bagi kesehatan dapat di lihat dari jumlah air yang ada di dalam organ, misalnya 80% dari darah terdiri dari air, demikian juga organ-organ yang lain seperti urat syaraf 75 %, ginjal 80%, hati 70% dan oto 70%. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian (Slamet, 1994). Air tanah akan tercemar oleh air yang berasal dari proses pembusukan sampah organi yang merembes ke dalam tanah, atau terbawa bersama air hujan yang meresap ke dalam tanah. Selain air tanah terdapat juga mata air, yakni air tanah yang keluar ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, namun bahan tercemar dari sampah di Tempt Pembuangan Akhir (TPA) akan menyebar ke dalam air tanah mengikuti aliran air tanah tersebut (Sutrisno dkk., 1996). Fenomena sampah bila tidak ditangani dengan baik akan menjadi masalah akibat bau dan lalat pada sumber air penduduk. Sampah padat terdiri dari berbagai komponen, baik bersifat organik maupun anorganik. Sampah organic adalah sampah yang mengandung senyawa-senyawa organik, dan oleh karenanya tersusun oleh unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Bahan-bahan ini mudah didegradasi oleh mikroba. Sementara itu sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat didegradasi oleh mikroba. Sampah organik terdiri dari atas Korespondensi : email:
daun-daunan, kayu, karton, tulang, sisa lapisan tanah yang mendasarinya, banyak unsur makanan ternak, sayur-sayuran, buah-buahan. kimia dan biologi yang semula ada akan Sedangkan sampah anorganik terdiri atas dilepaskan melepaskan melalui penyaringan dan kaleng, plastic, besi dan logam-logam lainnya, gelas, mika atau bahan-bahan yang tidak tersusun oleh senyawa-senyawa organik. Seiring pertambahan jumlah penduduk dan penyerapan ke lapisan tanah yang ada di sekitarnya. Cairan lindi ini dapat mengakibatkan adanya BOD yang cukup besar. Sampah-sampah di sekitar kota Ambon aktivitas manusia menyebabkan sampah ditumpuk menjadi satu pada tempat bertambah banyak. Sampah terdiri dari bahan penampungan sampah sementara dan organic maupun anorganik yang dianggap tidak berfungsi lagi, sehingga umumnya sampah ini selanjutnya diperlukan sebagai barang buangan. Sampah dapat berasal dari bahan buangan rumah tangga dapat juga berasal dari buangan pabrik. Sampah dapat menyebabkan polutan sehingga menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit, menurunkan sumber daya, menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai akibat selanjutnya diangkut ke TPA sampah di dusun Toisapu. Dengan adanya perubahan iklim yang ekstrim yaitu musim hujan dan musim panas, sehingga curah hujan yang sangat lebat dengan frekuensi tinggi, tidak menutup kemungkinan adanya tumpukan sampah di TPA di Dusun Toisapu ini akan menghasilkan lindi yang akan masuk ke dalam tanah dan menimbulkan sumber pencemaran di dalam tanah pada sumber air. Dengan jarak sumber air (± 1 km) negatifnya. Masalah sampah dewasa ini dari TPA sampah dan jenis tanah yang berbatu memang masih menjadi persoalan yang belum dan karang maka sumber air tanah yang dipakai terpecahkan dengan baik. pada masyarakat di dusun Toisapu ini Pencemaran sumber air oleh sampah khususnya RT 06 perlu di lakukan penelitian. terjadi karena sampah yang dibuang dengan Penelitian ini bertujuan untuk dan cara terbuka (open dumping) dan tertimbun di TPA mengalami dekomposisi oleh air hujan menentukan kualitas air tanah di dusun Toisapu terutama parameter kimia penting yang dapat menghasilkan cairan lindi (leachate). Cairan digunakan sebagai indicator adanya pengaruh lindi adalah cairan yang mengandung zat terlarut dari rembesan air lindih dari tempat dan tersuspensi yang sangat halus sebagai hasil pembuangan sampah. Adapun manfaat dari penguraian oleh mikroba, biasanya terdiri atas kalsium (Ca), Magnesium (Mg), natrium (Na), penelitian ini adalah sebagai bahan informasi kepada masyarakat di dusun Toisapu yang Kalium (K), besi (Fe), klorida (Cl), Sulfat (SO 4 ), mengkonsumsi air tanah di sekitarnya dan posfat (PO 4 ), seng (Zn), nikel (Ni), sebagai masukan kepada Pemda Kota Ambon karbondioksida (CO 2 ), air (H 2 O) gas nitrogen (N 2 ), amoniak (NH 3 ), asam sulfide (H 2 S), asam organik dan gas hidrogen (H 2 ) (Soemirat, 1999). Cairan lindi yang ditemukan di dasar TPA sampah merembes ke arah lapisan tanah untuk mencegah terjadinya pencemaran air tanah sebagai akibat dari pengolahan sampah sistem open dumping. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan dibawahnya. Ketika cairan merembes melalui 34
Bahan yang digunakan adalah sampel air yang diambil dari sumber air tanah yang dikonsumsi masyarakat di dusun Toisapu terutama di RT06 dan RT 07 yang terletak paling dekat dengan lokasi tempat penimbunan akhir samah. Bahan-bahan kimia yang digunakan sebagai berikut : Larutan baku amoniak, nitrit dan nitrat 100 ppm, asam sulfaminat 0,6 %, larutan penyangga asetat, larutan mangan sulfat, iodida, asam sulfat pekat, natrium tiosulfat, larutan pereaksi 1-naftilamina 0,6 %, garam Rochele 40 % dan reagen Nessler. Kadar Amoniak, Nitrit dan Nitrat ditetapkan secara spektrometri UV-VIS sedangkan kadar oksigen terlarut dan kebutuhan oksigen biologi BOD (Biological Oksigen Demand) ditetapkan secara titrimetri. Prosedur Kerja Penetapan amoniak, nitrit dan nitrat dimulai dengan membuat larutan standar masing masing senyawa kemudian direaksikan dengan pereaksi pewarna. Setelah ditunggu sebentar sampai terbentuknya warna yang stabil kemudian masing masing larutan standard yang telah diwarnai diukur absorbansnya dengan alat UV- VIS untuk membuat kurva kalibrasi. Untuk amoniak absorbansinya diukur pada panjang gelombang 435 nm, untuk nitrit pada panjang gelombang 520 nm, dan untuk nitrat pada panjang gelombang 410 nm. Kurva kalibrasi masing masing senyawa dibuat antara absorbans versus konsentrasi masing-masing larutan standar. Setelah itu diukur absorbans sampel air untuk masing-masing parameter yang ditetapkan setelah terlebih dahulu sampel air direaksikan dengan pereaksi pewarna. konsentrasi amoniak, nitrit dan nitrat ditetapkan dari kurva kalibrasi yang terlebir dahulu telah ditetapkan. Penetapan kadar oksigen terlarut dilakukan dengan cara titrasi Wingkler dengan penentuan titik akhir titrasi ditandai dengan hilangnya warna biru secara sempurna. Sedangkan nilai BOD ditetapkan dengan mengukur selisih kadar oksigen pada 0 hari dan 5 hari. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Penentuan Amoniak Amoniak merupakan suatu zat yang menimbulkan bau yang sangat tajam dan menusuk hidung. Jadi kehadiran bahan ini dalam air minum akan menyebabkan perubahan fisik air tersebut serta mengurangi penerimaan air ini oleh masyarakat. Kandungan amonika yang terdapat pada air di dusun Toisapu adalah 0,933 ppm. Rendahnya kadar amoniak yang terkandung di dalam air di daerah ini disebabkan karena NH 3 dapat menempel pada butir-butir tanah liat. Sesungguhnya kadar NH 3 dapat dihilangkan melalui aerasi atau reaksi dengan hipoklorit, HOCl atau kaporit hingga terbentuk kloramin atau N 2 yang tidak berbahaya (Alaert, 1987) keberadaan NH 3 pada air ini disebabkan karena letak sumber air dekat dengan pemukiman rumah penduduk yang merupakan pemasok amonika ke dalam air lewat pembuangan kotoran manusia maupun hewan baik air seni maupun tinja serta pembusukan limbah organik yang terakumulasi pada lokasi tersebut. Berdasarkan standar baku mutu air minum dari Departemen Kesehatan RI, batas maksimum kadar amoniak yang diperbolehkan terdapat dalam air adalah 1,5 mg/l maka dapat berdasarkan standar ini, air minum didaerah 35
Toisapu sebesar 0,993 mg/l masih layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat 0,095 mg/l maka air pada daerah ini masih memenuhi persyaratan untuk dikonsumsi. b. Penentuan Nitrtt d. Penentuan kesadahan Pengujian kandungan nitrit pada sumber air Kesadahan air sangat ditentukan oleh di dusun Toisapu diperoleh kadar sebesar 0,486 lapisan tanah dan batuan yang dilaluinya. Jika ppm. Keberadaan nitrit di sumber air lokasi yang dilalui adalah area yang disebabkab oleh adanya kandungan amoniak mengandung unsure kapur maka air akan dalam perairan. Kandungan nitrit yang tinggi sadah, karena mengandung ion kalsium dan dapat menimbulkan efek yang sama dengan magnesium. Kesadahan air di dusun Toisapu nitrat yakni terbentuknya methemoglobinemia. berdasarkan hasil penelitian adalah sebesar Nitrit bersifat racun sehingga standard 194,174 mg/l adanya kesadahan air yang tinggi persyaratan kualitas air minum yang ditetapkan di daerah ini disebabkan karena sumber air yang oleh DEPKES RI yaitu maksimum 1 mg/l. ada berdekatan dengan batu karang. Air yang Kandungan nitrit di sumber air Toisapu yang di mengandung kesadahan yang tinggi dapat peroleh sebesar 0,486 ppm. Nilai ini tidak mengganggu kesehatan dan menimubulkan melampaui ambang batas maksimum dari kerak pada alat masak air. Berdasarkan nilai standard yang ditetapkan oleh depkes sehingga kesadahan air yang diperoleh menunjukan masih aman untuk dikonsumsi. bahwa air di daerah ini masih layak untuk di konsumsi karena tingkat kesadahannnya masih c. Penentuan Nitrat di bawah ambang batas maksimal yang Bila dilihat dari lokasi pengambilan sampel diperbolehkan yakni sebesar 500 mg/l. di dusun Toisapu khususnya pada RT 06, ternyata letak jarak sumber air dengan TPA e. Penentuan oksigen terlarut dan BOD sampah kurang lebih 1 Km maka konsentrasi Kebutuhan oksigen biokimia (BOD) nitrat yang diperoleh cukup kecil adapun merupakan salah satu parameter yang penting konsentrasi nitra rata-rata setelah dilakukan tiga untuk menentukan kekuatan atau daya cemar air kali pengulangan sebesar 0,095 ppm. Air oleh sampah. Parameter BOD dapat digunakan dengan konsentrasi nitrat 67-1100 mg/l dapat untuk mengukur zat organik yang kemungkinan mengakibatkan methemoglobinemia pada bayi akan dioksidasi oleh kegiatan bakteri aerobic yang memperoleh susu dengan menggunakan yang hidup dengan oksigen. Adapun nilai air tersebut. Kandungan nitrat nitrat yang oksigen terlarut (DO) dan BOD dari air ini melebihi 45 mg/l dalam air merupakan berturut-turut adalah 7,4 mg/l dan 0,9 mg/l. peringatan agar berhati-hati dalam penggunaan berdasarkan hasil tersebut air di daerah ini air tersebut, untuk campuran makanan atau masih memiliki kadar BOD yang berada di minuman kadar nitrat yang diperbolehkan adalah bawah ambang batar yang ditetapkan yakni 6 1 mg/l (Sutrisno, dkk., 1996). Berdasarkan hasil mg/l dan dapat dikatakan bahwa air didusun penelitian yang telah dilakukan pada sumber air Toisapu masih layak untuk dikonsumsi. di dusun Toisapu dengan kandungan nitrat yakni 36
Kandungan amoniak, nitrit dan nitrat dalam air tanah bersumber dari hasil degradasi bahan organik terutama yang bersumber dari protein serta dari penggunaan pupuk urea dari kegiatan pertanian. Kandungan dari ketiga parameter tersebut dalam sampel air di lokasi penelitian relatif rendah menunjukkan bahwa belum adanya indikasi pengaruh dari hasil penguraian sampah dari kegiatan open dumping di wilayah tersebut yang mungkin disebabkan karena letaknya yang cukup jauh (sekitar 1 km) dan adanya system penyaringan alamiah yang cukup baik karena jenis tanah yang berupa liat dan berkapur. Dari hasil pengamatan di lokasi penelitian juga tidak terlihat kegiatan pertanian yang berarti dan petani umumnya tidak menggunakan pupuk kimia dalam kegiatan bercocok tanam. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis terhadap sumber air di dusun Toisapu maka dapat diketahui bahwa kadar amoniak 0,933 ppm, nitrit, 0,486 ppm, nitrat 0,095 ppm, kesadahan air 198,1782 mg/l dan BOD 0,9 mg/l. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kualitas air yang ada di dusun Toisapu masih memenuhi persyaratan sebagai air untuk konsumsi karena parameter kimianya masih di bawah standard maksimum yang ditentukan oleh DEPKES RI. DAFTAR PUSTAKA Alaerts, G dan Santika, S, 1987, Metode Penelitian Air, Edisi I, Penerbit Nasional, Surabaya. Pairunan, L,1992, Analisa Kualitas Air Tambak, Skripsi FMIPA UNHAS. Slamet Juli Soemirat, 1994, Kesehatan Lingkungan, Edisi I, Penerbit Universitas Gadja Mada, Jogjakarta. Sudarmadji dan R.Subekti, 1997, Respon Air Tanah Terhadap Air Hujan Di Sekitar TPA Tambokboyo, Sleman. Slamet, 1994, Kesehatan Lingkungan, UGM, Yogyakarta. Sutrisno, C.T., Suciati, E. 1996, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Rieneka Cipta, Jakarta. Williams, H.D. and Flemming, J.,1995, Spectroscopic Methods In Organic Chemistry, Fifth edition, McGraw-Hill Comp.,London. 37