BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

MATERI PENYEGARAN KADER

BETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J.

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan. kualitas sumberdaya manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

frekuensi kontak dengan media massa (Suhardjo, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja puskesmas,

Anak balitanya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT I dan Polio di Posyandu. Ibu ani adalah peserta asuransi kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

MENGISI DAN MEMBACA KARTU MENUJU SEHAT (KMS) Manjilala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela (Mantra,

Rumah Bersalin Gratiis Rumah Zakat

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy,

Kartu Menuju Sehat (KMS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak janin

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009, p.98).

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan karena kesehatan bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun

5) Penanggulangan diare. 6) Sanitasi dasar. 7) Penyediaan obat esensial. 5. Penyelenggaraan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, tergantung pada keberhasilan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

KMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya

BAB I PENDAHULUAN. (SDKI) tahun 2012 adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi

POSYANDU DAN KADER KESEHATAN. dr. ZULKIFLI, MSi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

KUESIONER PERILAKU KADER DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoadmojo, 2007 perilaku dari pandangan biologis merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. Fenomena ini dikenal sebagai penuaan penduduk yang terjadi di seluruh dunia. Pada Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan pelaksanaan pembangunan kesehatan masyarakat tidak

Wujud pemberdayaan masyarakat UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) Promotif, Preventif Mulai dicanangkan 1986

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan di tiap kelurahan/rw. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

HUBUNGAN FREKUENSI KEHADIRAN ANAK USIA 1-3 TAHUN (BATITA) DALAM PENIMBANGAN DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI ANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem Kesehatan Nasional merupakan suatu tatanan yang mencerminkan

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Posyandu Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan sebutan posyandu, yaitu salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh, dari, dan bersama masyarakat untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu dan balita. Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama mencakup lima program prioritas yaitu : KB, Gizi, KIA, Imunisasi dan Penanggulangan diare (Depkes RI, 2009). Tujuan penyelenggaraan posyandu menurut Depkes yaitu : a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran. b. Mempercepat penerimaan NKKBS. c. Meningkatkan ketrampilan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang sesuai dengan kebutuhan (Zulkifli, 2003). Posyandu merupakan perpanjangan tangan puskesmas yang memberikan pelayanan dan pemantauan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu. Kegiatan posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat. Posyandu sebagai wadah peran serta masyarakat yang menyelenggarakan sistem pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar, peningkatan kualitas manusia, secara empirik telah dapat memeratakan pelayanan tentang kesehatan. Kegiatan tersebut meliputi pelayanan informasi, pendidikan gizi masyarakat serta pelayanan kesehatan ibu dan anak. Peran serta posyandu sangat penting karena posyandu sebagai wahana pelayanan berbagai program guna meningkatkan derajat kesehatan serta melihat kemunduran kinerja posyandu (Aritonang, 2000).

Revitalisasi posyandu adalah supaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak, yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi kerja dan kinerja posyandu, pelaksanaannya diselenggarakan dengan dukungan lembaga kesehatan masyarakat desa, tim penggerak pembinaan kesejahteraan keluarga, lembaga swadaya masyarakat, sektor swasta, sektor terkait serta lembaga otonom yang berminat (Ulfah, 2005). 2. Kegiatan posyandu Pada hakekatnya di posyandu diselenggarakan upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif atas dasar-dasar dari masyarakat, oleh masyarakat sebagian besar pelayanan dalam posyandu dilakukan oleh kader pada waktu-waktu hari buka posyandu, sebulan sekali. Hari buka posyandu diatur atas dasar kesepakatan antara masyarakat kader dan petugas disesuaikan menurut kemampuan dan kesempatan yang ada. Apabila diperlukan, hari buka Posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan. Tugas kader pada hari buka posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan 5 meja (Ismawati, 2010), meliputi: 1. meja 1 adalah meja untuk pendaftaran. Di meja ini kader bertugas menuliskan nama balita pada KMS yang baru dan lengkap bagi bayi dan balita yang belum mempunyai KMS. 2. Meja ke 2 adalah penimbangan, di meja ini kader bertugas menimbang anak dan mencatat beratnya pada secarik kertas yang akan dipindahkan pada KMS. 3. Meja ke 3 adalah pencatatan. Di meja ini dilakukan pencatatan satu dengan membubuhkan titik pada titik KMS anak sesuai dengan berat badan anak pada bulan tersebut seperti tercantum pada kertas. 4. Meja ke 4 adalah menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu dari anak yang bersangkutan dan memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada data KMS

anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai masalah yang dialami sasaran. 5. Meja ke 5 merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya dilakukan oleh petugas kesehatan. Pelayanan yang diberikan antara lain: Pelayanan imunisasi, pelayanan keluarga berencana, pengobatan pemberian pil, vitamin A. B. Kader Posyandu 1. Pengertian Kader Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Sehingga seorang kader posyandu harus mau bekerja secara sukarela dan ikhlas, mau dan sanggup melaksanakan kegiatan posyandu, serta mau dan sanggup menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan dan mengikuti kegiatan posyandu (Ismawati, 2010). Didalam pedoman pola keterpaduan KB kesehatan provinsi Jawa Tengah bahwa kader adalah anggota masyarakat yang berprestasi dan bekerja untuk kepentingan bersama masyarakat melaksanakan posyandu KB kesehatan sejajar dengan tenaga profesional, menggerakan masyarakat untuk melaksanakan pos KB kesehatan. Kenyataannya tidak semua kader telah mendapatkan pelatihan dan kader sering berganti-ganti sehingga menurunkan kualitas kegiatan pemantauan pertumbuhan anak di Posyandu. Kader juga sering tidak aktif sehingga kegiatan di Posyandu tidak terlaksana sesuai yang diharapkan. Kendala tersebut mengakibatkan upaya-upaya promosi kesehatan dan pencegahan gizi buruk atau kurang pada balita menjadi kurang efektif, sehingga mungkin gizi buruk menjadi tinggi (DepKes RI, 2003). 2. Syarat menjadi kader Bahwa pembangunan dibidang kesehatan dapat dipengaruhi dari keaktifan masyarakat dan pemuka-pemukanya termasuk kader, maka pemilihan calon kader yang akan dilatih perlu mendapat perhatian. Secara

disadari memilih kader yang merupakan pilihan masyarakat dan mendapat dukungan dari kepala desa setempat kadang-kadang tidak gampang. Namun bagaimana pun proses pemilihan kader ini hendaknya melalui musyawarah dengan masyarakat, sudah barang tentu para pamong desa harus juga mendukung. Salah satu persyaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk pemilih calon kader posyandu sebagai berikut (Zulkifli, 2003) : 1. Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia. 2. secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader. 3. Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap didesa yang bersangkutan. 4. Aktif dalam kegiatan kegiatan sosial maupun pembangunan desanya. 5. Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat calon kader lainnya dan berwibawa. 6. Sanggup membina paling sedikit 10 KK untuk meningkatkan keadaan kesehatan lingkungan. Dari persyaratan-persyaratan yang di utamakan diatas dapatlah disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain sanggup bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat serta mempunyai krebilitas yang baik dimana prilakunya menjadi panutan masyarakat, memiliki jiwa pengabdian yang tinggi, mempunyai penghasilan tetap, pandai baca tulis, sanggup membina masyarakat sekitarnya. Kader Posyandu mempunyai peran yang besar dalam upanya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Selain itu peran kader ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan dengan melalui kegiatan yang dilakukan seperti di Posyandu (Zulkifli, 2003).

3. Peran kader dalam posyandu Peranan kader dalam penyelenggaraan posyandu meliputi: a. Memberitahukan hari dan jam buka posyandu kepada para ibu pengguna posyandu (ibu hamil, ibu usia subur serta ibu yang mempunyai bayi anak balita). b. Menyiapkan peralatan untuk penyelenggaraan posyandu sebelum posyandu dimulai seperti timbangan, buku catatan, KMS, dan alat peraga penyuluhan. c. Melakukan pendaftaran bayi, balita, ibu hamil, dan ibu usia subur yang hadir di posyandu. d. Melakukan penimbangan bayi dan balita. e. Mencatat hasil penimbangan KMS. f. Melakukan penyuluhan perorangan kapada ibu-ibu dimeja IV, dengan isi penyuluhan sesuai permasalahan yang dihadapi ibu yang bersangkutan. g. Melakukan penyuluhan kelompok kepada ibu-ibu sebelum meja I atau setelah meja V. h. Melakukan kunjungan rumah khususnya pada ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan balita serta pasangan usia subur, untuk menyuluh dan mengingatkan untuk datang keposyandu (Syakira, 2009). Peranan kader posyandu sangat pokok maka ada hal-hal yang mempengaruhi praktek kader dalam pelayanannya. Karakteristik sangat berpengaruh pada perilakunya yaitu predisposing factor meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan lama menjadi kader. Enabling factor yaitu penghasilan dan reinforcing factor adalah frekuensi pelatihan yang didapat, Perhatian petugas kesehatan terhadap kader dalam bentuk penyuluhan dan pelatihan perlu ditingkatkan. 4. Umur Umur adalah usia seseorang yang dihitung sejak mulai lahir sampai dengan batas akhir hidupnya. Umur sangat mempengaruhi seseorang didalam melaksanakan suatu kegiatan ataupun aktifitas. Menurut Nilawati

(2008) menyatakan bahwa kader yang muda lebih banyak memberikan kotribusi semangat, motivasi, dan inovasi didalam melaksanakan waktu luang dalam melaksanakan tugasnya sebagai kader membantu masyarakat. 5. Pendidikan kader posyandu Pendidikan adalah suatu jenjang pendidikan formal yang ditempuh seseorang sampai mendapatkan sertifikat kelulusan/ijazah, baik itu pendidikan dasar, menengah maupun pendidikan tinggi. Studi Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (2005) menyatakan tingkat pendidikan seorang kader Posyandu berpengaruh terhadap kemampuan dan ketrampilannya dalam melaksanakan kegiatan program Posyandu, dimana kader yang berpendidikan tinggi kemungkinan memiliki pengetahuan yang tinggi, mempunyai kemauan untuk bekerja. Pendidikan kesehatan diperlukan untuk mendapatkan informasi masalah atau hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga prilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin bertambah pula kecakapannya baik secara intelektual dan emosionalnya. Tingkat pendidikan formal kader berperan penting dalam pengelolaan posyandu khususnya dalam pencatatan dan pelaporan. Hal ini dimungkinkan karena kader dengan pendidikan formal yang tinggi akan mudah cepat dan mudah dimengerti serta memahami segala sesuatu yang diperolehnya baik pada waktu mengikuti kursus maupun waktu melaksanakan kegiatan di posyandu (Depkes RI, 2003). 6. Pengetahuan kader posyandu Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu subjek tertentu. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Tingkat pengetahuan dan ketrampilan kader akan lebih baik jika dasar pendidikan tamat dasar atau tinggi, mengikuti kursus, mendapat pengajaran lima modul dasar dalam kursus, aktif dalam mengikuti pembinaan serta mempunyai frekuensi tinggi mengikuti pembinaan. Tingginya nilai pengetahuan dan ketrampilan kader dipengaruhi oleh pendidikan formal, keikutan dalam kursus kader, frekuensi mengikuti pembinaan, keaktifan kader di posyandu dan lamanya menjadi kader. Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan kader dengan cara mengikuti kursus, pelatihan secara berkala dari segi pengetahuan, teknis dari beberapa sektor sesuai dengan bidangnya (Depkes RI, 2003). 7. Pekerjaan Pekerjaan adalah tugas utama atau kegatan rutinitas yang dimiliki oleh seorang kader untuk membantu, dan membiayai kehidupan keluarga serta menunjang kebutuhan rumah tangganya. Pekerjaan juga dapat mempengaruhi seseorang didalam menjaga kesehatan, baik individu maupun kesehatan keluarga. Karakteristik yang berhubungan dengan pekerjaan karena kesibukan membuat seseorang terabaikan akan kesehatannya, termasuk kader Posyandu. Kesibukan akan pekerjaan terkadang membuat ibu lupa terhadap tugas dan tanggungjawab yang dibebankan kepadanya. Sebaiknya seorang kader Posyandu itu tidak memiliki pekerjaan yang tetap, dan mempunyai pengalaman yang lama menjadi kader dan tidak adanya pergantian kader dalam satu tahun (Suegianto, 2005). 8. Penghasilan Penghasilan adalah jumlah uang yang diperoleh seseorang sebagai imbalan dari pekerjaan atau tugas yang dilaksanakannya. Kader Posyandu yang mempunyai penghasilan tetap dan cukup untuk menghidupi kebutuhan keluarganya tentunya akan dapat melaksanakan pekerjaan sebagai kader Posyandu tanpa terbebani dengan kondisi kehidupan ekonomi keluarganya.

Sesuai dengan pedoman penyelenggaraan Posyandu (Depkes RI,2006) bahwa kader Posyandu adalah orang yang bersedia dan sanggup melaksanakan kegiatan pelayanan di Posyandu pada hari buka maupun tidak buka Posyandu secara sukarela, artinya seorang kader Posyandu tanpa pamrih dalam melaksanakan tugasnya. 9. Lama Menjadi Kader Kader yang sudah lama bertugas diharapkan semakin baik perannya dalam melaksanakan tugas-tugasnya, tetapi jika tidak didukung dengan adanya pembinaan atau latihan kader akan terjadi sebaliknya yaitu kader semakin menurun kinerjanya dalam penyelenggaraan Posyandu. Karena itu agar diusahakan kader dapat bertahan dan tidak gonta-ganti dengan memberi dukungan baik moril maupun materi dari semua pihak. Untuk membantu kader yang pengalamannya masih kurang adalah dengan adanya pembinaan dari petugas secara rutin setiap kali pelaksanaan Posyandu. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan Posyandu antara lain menurut Syafrida (2003), menyimpulkan bahwa kader Posyandu yang aktif mempunyai lama kerja sebagai kader antara 5 10 tahun. 10. Ketrampilan Kader Ada 3 jenis kemampuan dasar bersifat manusia (human skill), kemampuan teknik (technicall skill), dan kemampuan membuat konsep (conceptual skill). Keterampilan teknik adalah kemampuan untuk menggunakan alat, prosedur, dan teknik yang berhubungan dengan bidangnya. Keterampilan manusia adalah kemampuan untuk dapat bekerja, mengerti, dan mengadakan motivasi kepada orang lain. Keterampilan konsep adalah kemampuan untuk melakukan kerja sama di dalam pekerjaan, pekerjaan itu dapat memberikan keterampilan. Sedangkan keterampilan kader lebih kepada keterampilan teknis dalam kegiatan posyandu (Notoadmojo, 2003).

Ketrampilan petugas adalah teknik yang dimiliki oleh petugas dalam memberikan pelayanan berdasarkan dan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Ketrampilan petugas posyandu merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam sistem pelayanan di posyandu, karena dengan pelayanan kader yang terampil akan mendapat respon positif dari ibu-ibu balita sehingga terkesan ramah, baik, pelayanannya teratur hal ini yang mendorong ibu-ibu rajin ke posyandu. Ketrampilan disini dilihat dalam usaha melancarkan proses pelayanan di posyandu (Notoadmojo, 2003). C. Kurva Pertumbuhan Balita 1. Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan adalah anak yang diberi cukup makan sehat dan tidak sakit, sehingga anak akan bertambah umurnya, makin bertambah berat dan bertambah tinggi, makin bertambah besar, bertambah pula kepandaian / ketrampilannya (Depkes RI, 2006). Perkembangan adalah bertambahnya fungsi tubuh yaitu pendengaran, penglihatan, kemampuan bicara, kecerdasan dan tanggung jawab (Depkes RI, 2003). Setiap anak yang dilahirkan memiliki garis pertumbuhan normal masing-masing. Garis pertumbuhan normal ini ada yang bawah di garis median, yang lebih rendah dan ada yang lebih tinggi (Growth Trajectory). Ada anak yang berat badannya berada di Bawah Garis Merah, atau pada pita kuning, dan ada yang terletak pada pita hijau, tetapi garis pertumbuhan mereka mengikuti garis pertumbuhan normal (Depkes RI, 2002). Bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan kebutuhan, maka disebut gizi seimbang atau gizi baik dan grafik berat badan anak pada KMS berada pada pita hijau. Bila jumlah asupan zat gizi kurang dari yang dibutuhkan gizi kurang, grafik berat badan anak pada KMS berada pada pita berwarna kuning atau dibawah garis merah. Sedangkan bila jumlah asupan zat gizi melebihi dari yang dibutuhkan disebut gizi lebih, grafik berat badan anak pada KMS berada pada pita berwarna kuning diatas pita hijau. Dalam

keadaan gizi baik dan sehat atau bebas dari penyakit, pertumbuhan seorang anak akan normal, sebaliknya bila dalam keadaan gizi tidak seimbang, pertumbuhan seorang anak akan terganggu, misalnya anak tersebut jadi kurus, pendek, atau gemuk (Depkes RI, 2003). 2. Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum (Almatsier, 2001). Antropometri dikenal sebagai indikator untuk penilaian status gizi perseorangan maupun masyarakat. Pengukuran antropometri dapat dilakukan oleh siapa saja dengan hanya memerlukan latihan sederhana. Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu pertumbuhan linear, dan ukuran komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa tubuh yang bebas lemak. Penilaian pertumbuhan merupakan komponen esensial dalam surveilan kesehatan anak karena hampir setiap masalah yang berkaitan dengan fisiologi, interpersonal, dan domain sosial dapat memberikan efek yang buruk pada pertumbuhan anak. Alat yang sangat penting untuk penilaian pertumbuhan adalah kurva pertumbuhan (growth chart) pada gambar terlampir, dilengkapi dengan alat timbangan yang akurat, papan pengukur, stadiometer dan pita pengukur (Moersintowarti B.Narendra, 2000). Tanda-tanda tumbuh kembang fisik dapat diamati dengan pertumbuhan besarnya, dan ukuran-ukuran antropometri, dan gejala atau tanda lain pada rambut, gigi geligi, otot, lutut serta jaringan lemaknya. namun ukuran antropometri yang sering digunakan adalah berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala, LLA, tebal lipatan kulit. Berat badan merupakan ukuran antropometri yang sepenuhnya digunakan pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada setiap kelompok umur.

Merupakan indikator tunggal yang terbukti pada waktu ini untuk keadaan gizi dan keadaan tumbuh kembang. (Suyitno, H dan Moersintowati B.N.2002). Di Indonesia ada 3 jenis Indeks antropometri yaitu: 1. Indeks Berat Badan / Umur Pengukuran total berat badan termasuk air, lemak, tulang dan otot. Indeks BB/U merupakan indikator yang paling utama digunakan. 2. Indeks Tinggi Badan / Umur atau Panjang Badan / Umur TB/U lebih menggambarkan status gizi masa lalu. TB/U selain digunakan untuk indikator status gizi dapat pula digunakan sebagai indikator perkembangan keadaan sosial ekonomi masyarakat. 3. Indeks Berat Badan / Tinggi Badan atau Berat Badan / Panjang Badan Ukuran antropometri yang terbaik adalah menggunakan BB/TB atau BB/PB karena dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik. BB/PB merupakan indikator yang baik untuk menanyakan status gizi saat ini, terlebih bila data umur akurat sulit diperoleh, oleh karena itu indeks BB/TB disebut sebagai indikator status gizi yang independen terhadap umur. 3. Kartu Menuju Sehat Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS ini ganguan pertumbuhan atau resiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.155 / Menkes / Per / I / 2010, maka KMS balita dibedakan antara KMS anak laki-laki dengan KMS anak perempuan. KMS untuk anak laki-laki berwarna dasar biru dan terdapat tulisan untuk laki-laki. Sedangkan KMS anak perempuan berwarna dasar merah muda dan terdapat tulisan untuk anak perempuan.

Pertumbuhan balita dari KMS dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang. Hasil penimbangan dicatat di KMS dan dihubungkan antara titik berat badan pada KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak pada balita yang sehat, berat badan akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai umurnya (Depkes RI, 2000). 1. Balita naik berat badannya bila : a. Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna. b. Garis pertumbuhan naik pindah ke pita warna diatasnya. Sumber : Depkes RI 2000. 2. Balita tidak naik berat badannya bila : a. Garis pertumbuhannya turun b. Garis pertumbuhannya mendatar c. Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya. Sumber : Depkes RI 2000.

3. Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian sehingga harus dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit. Sumber : Depkes RI 2000. 4. Berat badan balita 3 bulan berturut-turut tidak naik, artinya balita mengalami gangguan pertumbuhan sehingga harus dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit. Sumber : Depkes RI 2000. 5. Balita tumbuh baik bila garis berat badan anak naik setiap bulannya. 6. Balita sehat, jika berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah ke pita warna diatas.

D. Kerangka Teori Faktor Predisposisi - Pendidikan Kader - Lama Kerja - Umur Kader - Pekerjaan Pengetahuan kader dalam menilai kurva pertumbuhan balita Faktor Pendukung - Penghasilan Faktor pendorong - Pelatihan - Perhatian petugas kesehatan dan tokoh masyarakat Ketrampilan kader dalam menilai kurva pertumbuhan balita GAMBAR 1 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN KADER DALAM MENILAI KURVA PERTUMBUHAN BALITA Sumber : Notoatmodjo (2002), dengan modifikasi

E. Kerangka Konsep Pengetahuan kader Lama kerja Ketrampilan kader dalam menilai kurva pertumbuhan balita GAMBAR 2 KERANGKA KONSEP PENELITIAN F. Hipotesis 1. Ada hubungan antara pengetahuan kader dengan ketrampilan kader dalam menilai kurva pertumbuhan balita. 2. Ada hubungan antara lama kerja dengan ketrampilan kader dalam menilai kurva pertumbuhan balita.