REPRESENTASI SISWA SMA DALAM MEMAHAMI KONSEP FUNGSI KUADRAT DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF (VISUALIZER VERBALIZER)

dokumen-dokumen yang mirip
PERANAN REPRESENTASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Kartini (Dosen Pendidikan Matematika FKIP UNRI)

REPRESENTASI VISUAL DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KONTEKSTUAL

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED

Pendahuluan REPRESENTASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Muhamad Sabirin

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Representasi Matematis Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah Persamaan Kuadrat Ditinjau dari Perbedaan Gender

P 46 PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL YANG TERINTEGRASI DENGAN SOFT SKILL

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Representasi Matematis. solusi dari masalah yang sedang dihadapinya (NCTM, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 2, NOMOR 2, JULI 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

REPRESENTASI MATEMATIS MAHASISWA CALON GURU DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIKDALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER

Deskripsi Representasi Matematis Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal PISA

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

BAB V PEMBAHASAN. analisis deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang Kemampuan. VII B MTs Sultan Agung Berdasarkan Kemampuan Matematika:

BAB II KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DALAMMATERI BARISAN DAN DERET ARITMATIKA

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum belief diartikan sebagai keyakinan atau kepercayaan diri terhadap

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs. NEGERI BOJONG PADA MATERI STATISTIKA. Zuhrotunnisa ABSTRAK

Profil Berpikir Analitis Masalah Aljabar Siswa Ditinjau dari Gaya Kognitif Visualizer dan Verbalizer

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Representasi Mahasiswa Berkemampuan Matematika Tinggi Dalam Memecahkan Masalah Program Linier

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH

MULTI REPRESENTASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB V PEMBAHASAN. bahwa kemampuan representasi matematis siswa kelas XI-TSM 2 SMK Ngunut

BAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide

BAB V PEMBAHASAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

fungsi Dan Grafik fungsi

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DIKAJI DARI TEORI BRUNER DALAM MATERI TRIGONOMETRI DI SMA

REPRESENTASI PEMECAHAN MASALAH DESIMAL SISWA SD DITINJAU DARI GENDER

P 46 BERPIKIR KREATIF SISWA MEMBUAT KONEKSI MATEMATIS DALAM PEMECAHAN MASALAH

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN

Melatih Literasi Matematis Siswa dengan Metode Naive Geometry

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATERI KULIAH GEOMETRI ANALITIK DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP PGRI PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa dalam berfikir secara matematika (think mathematically).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH STATISTIK PENDIDIKAN

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH KALKULUS II

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENURUT GAYA KOGNITIF MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATA KULIAH MATEMATIKA EKONOMI

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MAHASISWA MENGGUNAKAN MEDIA PROGRAM GEOGEBRA PADA MATA KULIAH GEOMETRI TRANSFORMASI

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MENGGUNAKAN MASALAH OPEN ENDED

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

REPRESENTASI MATEMATIS. Oleh: Ahmad Nizar Rangkuti, S. Si., M.Pd 1

PENGGUNAAN TUGAS MIND MIND SEBAGAI INSTRUMEN PENILAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA MATERI FUNGSI KUADRAT

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

Pengembangan Media Pembelajaran dengan GeoGebra untuk Visualisasi Penggunaan Integral pada Siswa SMA

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar siswa kita. Padahal matematika sumber dari segala disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

y

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

BAB II LANDASAN TEORI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

MBS - DTA. Sucipto UNTUK KALANGAN SENDIRI. SMK Muhammadiyah 3 Singosari

MATERI PRASYARAT. ke y= f(x) =ax2 + bx +c

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DITINJAU DARI RASA PERCAYA DIRI MAHASISWA. Oleh :

Analisis Kesalahan Konten Matematika pada Buku Siswa Tematik Sekolah Dasar Kelas V Semester I Kurikulum 2013

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI SMP

Eko Wahyu Andrechiana Supriyadi 1, Suharto 2, Hobri 3

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB V PEMBAHASAN. yang dilihat dari kemampuan representasi visual, simbolik dan verbal. Tunggangri, berikut adalah pembahasan dari temuan peneliti.

BAB V PEMBAHASAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VII PADA PENERAPAN OPEN-ENDED

Pembelajaran Matematika dengan Problem Posing

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI DIMENSI TIGA

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Amira Yahya. Guru Matematika SMA N 1 Pamekasan. & Amira Yahya: Proses Berpikir Lateral 27

II. TINJAUAN PUSTAKA. melakukan kegiatan belajar sejak dilahirkan. Syah (2006: 92) mengatakan bahwa

KONEKSI KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS TIPE VISUAL-SIMBOLIK SISWA KELAS XI IPA SMAN KEBAK KRAMAT

Persamaan dan Pertidaksamaan Linear

A. DEFINISI DAN BENTUK UMUM SISTEM PERSAMAAN LINEAR KUADRAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

MATHEMATICAL REPRESENTATION ABILITY IN PRIVATE CLASS XI SMA YPI DHARMA BUDI SIDAMANIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Deden Rahmat Hidayat,2014

ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI HIMPUNAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BAKI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

Transkripsi:

REPRESENTASI SISWA SMA DALAM MEMAHAMI KONSEP FUNGSI KUADRAT DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF (VISUALIZER VERBALIZER) Ema Surahmi Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Madura Jalan Raya Panglegur KM 3,5 Pamekasan E-mail : emasurahmi_a11@yahoo.com Abstrak: Representasi siswa dalam memahami konsep fungsi kuadrat adalah gagasan, ungkapan atau ide siswa dalam berbagai bentuk; visual, simbolik dan verbal, sebagai upaya untuk menunjukkan bagaimana mengaitkan konsep fungsi kuadrat dengan skema yang sesuai. Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda dalam mengungkapkan gagasannya, salah satu yang mempengaruhinya adalah dengan adanya perbedaan gaya kognitif yang dimiliki dan memunculkan multiple representation. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif bersifat deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan representasi siswa SMA dalam memahami Konsep Fungsi Kuadrat. Fokus representasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah representasi eksternal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini wawancara berbasis tugas, dengan pemberian tes kemampuan matematika, gaya kognitif dan tes representasi. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Pamekasan Kelas X IPA 1 tahun ajaran 2015/2016 dengan subjek penelitian 2 siswa perempuan satu kemampuan yang setara dengan gaya kognitif visualizer- verbalizer. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; (1) Subjek S1 dengan gaya kognitif Visualizer dalam memahami konsep fungsi kuadrat mengungkapkan ide, gagasan lebih cenderung menggunakan representasi visual (Grafik dan diagram) serta representasi dalam bentuk ekspresi matematik dan persamaan matematik (bentuk umum f(x) = x 2 + bx + c, dengan a 0 dan a,b,c є R bentuk lain dari fungsi kuadrat y = (x x 1 ) (x x 2 ) dan y = (x x p ) 2 + y p, meskipun ada beberapa penyelesaian menggunakan representasi dalam bentuk teks dan kata-kata. (2) Subjek S2 dengan gaya kognitif Verbalizer dalam memahami konsep fungsi kuadrat mengungkapkan ide, gagasan cenderung menggunakan representasi dalam bentuk teks dan kata-kata dalam setiap memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan, namun ada pula representasi yang digunakan dalam bentuk ekspresi matematik dan grafik dan diagram, akan tetapi dibandingkan denga representasi yang digunakan cenderung menggunakan representasi dalam bentuk teks dan kata-kata. Kata Kunci : Representasi, Gaya Kognitif, memahami konsep fungsi kuadrat PENDAHULUAN Representasi matematis merupakan salah satu tujuan umum dari pembelajaran matematika di sekolah. Kemampuan ini sangat penting bagi siswa dan erat kaitannya dengan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah. Untuk dapat mengkomunikasikan sesuatu, seseorang perlu representasi, baik berupa gambar, grafik, diagram, maupun bentuk representasi lainnya. Dengan representasi, masalah yang semula sulit dan rumit dapat dilihat dengan lebih mudah dan sederhana, sehingga masalah yang disajikan dapat dipecahkan dengan lebih mudah. Pada kurikulum 2013 telah dijelaskan tentang perubahan pembelajaran matematika, implementasi kurikulum lama matemaika selalu diasosiasikan dengan (direduksi menjadi) angka, maka dikurikulum 2013 pembelajaran dirancang menjadi pertimbangan antara matematika dengan angka dan tanpa angka (gambar, grafik, pola, dsb) (Kemendikbud, 2013). Gambar, grafik dan pola merupakan bentuk representasi lain yang bisa digunakan guru dan siswa selama pembelajaran. Hal ini mengindikasikan pentingnya penggunaan berbagai representasi dalam pembelajaran matematika. Dalam kasus-kasus tertentu, representasi mempunyai kaitan erat dengan konsep matematika, seperti grafik dengan fungsi contohnya pada materi fungsi kuadrat, yang berkaitan mencari akar-akar penyelesaian yang memotong pada sumbu x dan y, selanjutnya digambarkan dalam grafik kartesius, serta aplikasi dalam penyelesaian soal latihan. Sulit untuk memahami dan memperoleh konsep tanpa menggunakan representasi tertentu, setiap representasi tidak dapat menggambarkan secara seksama 57

58 IGMA, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016, Hlm 57-63 konsep matematika, karena memberikan informasi hanya untuk bagian aspeknya saja. Representasi berbeda-beda mengacu pada konsep yang sama dan saling melengkapi, semuanya bersama-sama berkontribusi untuk pemahaman secara global. Oleh karena itu, tiga anggapan untuk penguasaan konsep dalam matematika ialah sebagai berikut, Pertama, kemampuan untuk mengidentifikasi konsep dalam beragam representasi (multiple representation). Kedua kemampuan untuk menangani secara fleksibel dalam konsep sistem-sistem representasi tertentu. Ketiga, kemampuan untuk menterjemahkan konsep dari sistem representasi ke sistem representasi lainnya (Lesh, et. al dalam Gagatsis & Elia, 2005). Representasi yang dimunculkan oleh siswa merupakan ungkapan-ungkapan dari gagasan-gagasan atau ide-ide matematika yang ditampilkan siswa dalam upaya untuk mencari suatu solusi dari masalah yang sedang dihadapinya, dan dimungkikan pula karena perbedaan gaya kognitif yang dimiliki pada masing-masing siswa. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan representasi siswa SMA 3 Pamekasan dalam memahami konsep fungsi kuadrat Tahun Ajaran 2015/2016 dengan gaya kognitif visualizer-verbalizer. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif bersifat deskriptif dengan tujuan penelitian ini mendeskripsikan representasi siswa SMA dalam memahami Konsep Fungsi Kuadrat dilihat dari gaya kognitif, fokus representasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah representasi eksternal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini wawancara berbasis tugas, dengan pemberian tes kemampuan matematika, tes gaya kognitif dan tes representasi. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Pamekasan Kelas X IPA 1 Tahun Ajaran 2015/2016 dengan subjek penelitian 2 siswa perempuan dengan gaya kognitif (visualizer dan verbalizer). Pemilihan subjek penelitian diawali dengan pemberian tes kemampuan matematika (TKM) kepada subjek. Soal tes kemampuan matematika diambil dari soal Ujian Nasional (UN) SMP.Calon subjek dikelompokkan sesuai dengan hasil tes, yaitu kelompok siswa yang berkemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah dengan acuan : kelompok tinggi apabila memperoleh 85 skor 100, kelompok sedang apabila memperoleh 65 skor < 85, dan kelompok rendah apabila memperoleh 0 skor < 65. Kategori kemampuan yang diambil kemampuan tinggi dengan alasan agar lebih terlihat dalam memahami konsep, selanjutnya subjek dengan kemampuan tinggi diberikan Tes Gaya Kognitif (TGK) dengan tujuan untuk mengidentifikasi gaya kognitif Visualizer-Verbalizer kemudian ambil subjek dengan Tes Kemampuan Matematika (TKM) setara dengan 1 orang gaya kognitif visualizer dan 1 orang gaya kognitif verbalizer serta komunikatif. Setelah subjek didapat, subjek diberi tes representasi pemahaman konsep fungsi kuadrat (TRKFK) dan wawancara. Untuk memeriksa data yang valid melalui hasil wawancara berbasis tugas tersebut peneliti melakukan triangulasi waktu. Maksudnya, setelah subjek menyelesaikan soal tes representasi pemahaman fungsi kuadrat 1 (TRKFK-1) beserta wawancaranya, dalam rentang waktu tertentu (atau disesuaikan dengan kesediaan subjek). Subjek diberikan TRKFK 2 yang setipe dengan TRKFK 1. Jika dua data yang muncul pada kedua wawancara menunjukkan pola yang ajeg/ tetap, maka kedua data tersebut konsisten. Akan tetapi jika tidak, maka kedua data tersebut tidak konsisten. Apabila kedua data tidak konsisten, maka dalam waktu yang berbeda subjek diberikan TRKFK 3 yang serupa dengan TRKFK sebelumnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Representasi Kalathil dan Sherin (2000) lebih sederhana menyatakan bahwa segala sesuatu yang dibuat siswa untuk mengekternalisasikan dan memperlihatkan kerjanya disebut representasi. Dalam pengertian yang paling umum, representasi adalah suatu konfigurasi yang dapat menggambarkan sesuatu yang lain dalam beberapa cara (Goldin, 2002). Selanjutnya dalam psikologi matematika, representasi bermakna deskripsi hubungan antara objek dengan simbol (Hwang, et al., 2007). Representasi adalah sesuatu yang melambangkan objek atau proses. Hiebert dan Carpenter (dalam Hudojo,

Surahmi, Representasi Siswa SMA 59 2002) mengemukakan bahwa pada dasarnya representasi dapat dibedakan dalam dua bentuk, yakni representasi internal dan representasi eksternal. Berpikir tentang ide matematika yang kemudian dikomunikasikan memerlukan representasi eksternal yang wujudnya antara lain: verbal, gambar dan benda konkrit. Berpikir tentang ide matematika yang memungkinkan pikiran seseorang bekerja atas dasar ide tersebut merupakan representasi internal. Menurut Goldin dan Kaput (2004) representasi terjadi melalui dua tahap yaitu secara internal dan secara eksternal. Representasi internal merujuk kepada konfigurasi mental yang memungkinkan individu, seperti peserta didik untuk memahami atau memecahkan masalah. Pada intinya representasi inernal erat kaitannya dengan proses mendapatkan kembali pengetahuan yang diperoleh dan disimpan dalam ingatan serta relevan dengan kebutuhan untuk digunakan ketika diperlukan. Representasi internal yang dibangun siswa dapat berupa representasi/gambaran mental, representasi kognitif Representasi dapat dibagi menjadi dua yaitu representasi verbal dan visual. Skema, merupakan pengetahan yang membantu dalam menginterpretasikan dan memahami suatu konsep. Representasi internal tidak dapat langsung diamati, karena merupakan aktivitas mental dalam pikiran seseorang. Sebagai guru harus secara teratur dalam menyimpulkan konfigurasi mental pada siswa dari apa yang mereka katakan atau lakukan melalui representasi eksternal. Mudzakir (2006:47) membagi representasi menjadi tiga jenis yaitu (1) representasi visual berupa diagram, grafik, tabel dan gambar, (2) persamaan atau ekspresi matematika, (3) kata-kata atau teks tertulis. Penggunaan semua indikator representasi tersebut dapat dibuat secara lengkap dan terpadu dalam pengujian suatu masalah yang sama atau dengan kata lain representasi matematik dapat dibuat secara beragam (multiple representation). Adapun beberapa bentuk indikator representasi yang menjadi fokus serta acuan dalam penelitian ini dengan mempersempit indikator yang sebelumnya sebagai berikut: Tabel.1 Indikator Representasi siswa dalam memahami konsep Fungsi Kuadrat No Representasi Indikator Kode 1 Representasi Visual; Grafik, diagram atau a. menyajikan kaitan antar konsep dengan fungsi kuadrat ke representasi visual (grafik). R1.A tabel b. Menyajikan dengan representasi visual dalam R1.B menyelesaikan soal fungsi kuadrat. 2 Persamaan atau a. Menyajikan persamaan matematik pada konsep fungsi R2.A ekspresi matematik kuadrat dari representasi lain yang diberikan b. Menyajikan penyelesaikan soal dalam mengaitkan antar R2.B konsep dengan fungsi kuadrat menggunakan ekspresi matematik 3 Kata-kata atau teks a. Meyajikan suatu cerita dalam mengaitkan antar konsep R3.A tertulis dengan fungsi kuadrat sesuai representasi yang berikan. b. Menyajikan penyelesaian soal fungsi kuadrat dengan. R3.B Sehingga definisi representasi yang peneliti maksud Representasi dalam memahami konsep fungsi kuadrat adalah ungkapan atau ide seseorang dalam berbagai bentuk; visual, simbolik dan verbal, sebagai upaya untuk menunjukkan bagaimana mengaitkan konsep fungsi kuadrat dengan skema yang sesuai. Gaya Kognitif Uno (2008) mengatakan bahwa gaya kognitif merupakan cara siswa yang khas dalam belajar, baik yang berkaitan dengan cara penerimaandan pengolahan informasi, sikap terhadap informasi, maupun kebiasaan yang berhubungan dengan lingkungan belajar. Gaya kognitif yang berkaitan dengan kebiasaan individu menggunakan alat inderanya dibedakan menjadi dua kelompok,

60 IGMA, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016, Hlm 57-63 yaitu visualizer dan verbalizer.paivo (dalam McEwan,2007) The verbaliser-visualiser cognitive style model was first developed by Paivio (1971: 4) who proposed that the cognitive system is divided into two components: a verbalsystem and a visual system. Model gaya kognitif visualizer dan verbalizer pertama sekali dikembangkan oleh Paivo pada tahun 1971. Paivo mengusulkan bahwa sistem kognitif dibagi menjadi dua komponen, yaitu sistem visual dan sistem verbal (lisan). Mendelson (2004:87) menyatakanbahwa Visualizers learn better when they see the information inavisual form,such as pictures,diagrams and maps, while verbalizers will learn better when they can read the information. In one of the earliest studies that examined effects of the visualizing and verbalizing styles Menjelaskan bahwa individu yang memiliki gaya kognitif visualize cenderung lebih banyak dalam gambar, lebih lancar dengan ilustrasi dan terjemahan, serta memahami dan menyukai permainan yang lebih visual, seperti teka-teki. Seseorang yang bergaya kognitif visualizer lebih menyukai grafik, senang dalam menggambar, dan cenderung melihat-lihat situasi di lingkungan sekitarnya. Marks (dalammendelson,2004:87) mengatakan bahwa found that people who were high visualizers were more accurate in recall of information contained in 15 color pictures than people who were low visualize Menjelaskan bahwa individu yang memiliki gaya kognitif verbalizer lebih cenderung mengatakan dan akan lebih memilih untuk berkomunikasi kepada seseorang dengan menunjukkan bagaimana mereka melakukannya. Seseorang yang bergaya kognitif verbalizer lebih menyukai bacaan, senang dalam menulis, dan cenderung mendengarkan pembicaraan di lingkungan sekitarnya Dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki gaya kognitif visualizer cenderung untuk menangkap informasi dari apa yang mereka lihat sehingga mereka lebih mudah untuk menerima, memproses, menyimpan, dan menggunakan informasi dalam bentuk gambar. Sedangkan seseorang yang memilikigaya kognitif verbalizer cenderung untuk menangkap informasi dari apa yang mereka dengar jauh sehingga mereka lebih mudah untuk menerima, memproses, menyimpan, dan menggunakan informasi dalam bentuk teks atau tulisan. Representasi dalam Memahami Konsep Fungsi Kuadrat Menurut Brunner (Dalam Hudojo, 1990: 48) belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan strukturstruktur matematika yang terdapat didalam materi yang dipelajari, serta mencapai hubungan antara konsep dan struktur matematika itu Hiebert dan Carpenter berpendapat bahwa representasi internal diperlukan dalam berpikir tentang ide-ide matematika. Ketika relasi antara representasi internal dikonstruk, mereka membangun suatu kerangka pengetahuan. Namun, tidak mungkin menjelaskan secara tepat bagaimana kerangka representasi internal tersebut. Representasi menjadi salah satu informasi pemahaman siswa dalam memahami konsep. Dengan demikian representasi siswa dalam memahami konsep fungsi kuadrat adalah gagasan, ungkapan atau ide siswa dalam berbagai bentuk; visual, simbolik dan verbal, sebagai upaya untuk menunjukkan bagaimana mengaitkan konsep fungsi kuadrat dengan skema yang sesuai HASIL PENELITIAN Representasi Subjek 1(S1) dalam memahami konsep fungsi kuadrat dengan gaya kognitif Visualizer a). Subjek S1 mengungkapkan idenya dengan representasi verbal dan ekspresi matematik, menggunakan kata-kata atau teks tertulis dalam menjelaskan pengertian Fungsi kuadrat suatu fungsi dimana pangkat tertinggi dari variabelnya adalah pangkat dua atau kuadra dan menyebutkan bahwa variabelnya adalah satu variabel saja yang digunakan (x, y atau z saja tidak boleh menggunakan dua variabel, misal xy atau xz) dan pangkat tertingginya adalah dua, serta menggunakan ekspresi matematik dalam memperjelas pengertian fungsi kuadrat dengan bentuk umum f(x) = x 2 + bx + c, dengan a 0 dan a,b,c є R, serta menuliskan bentuk lain dari fungsi kuadrat y = (x x 1 ) (x x 2 ) dan

Surahmi, Representasi Siswa SMA 61 y = (x x p ) 2 + y p. b). Subjek S1 mengungkapkan ide keterkaitan persamaan kuadrat dengan fungsi kuadrat menggunakan kata-kata atau teks tertulis ada keterkaitan antara persamaan kuadrat dengan fungsi kuadrat dan menjelasakan Persamaannya samasama variabelnya mempunyai pangkat tertinggi dua atau kuadrat, a 0, a, b dan c elemen bilangan real dan ketika a = 0 maka pangkat tertingginya satu bukan persamaan kuadrat atau fungsi kuadrat. Serta Subjek S1 menggunakan kata-kata atau teks tertulis dan ekpresi matematik dalam menjelaskan perbedaannya Kalau persamaan kuadrat tidak mempunyai grafik, dituliskan dalam bentuk persamaan ax 2 + bx + c = 0, kalau fungsi kuadrat mempunyai grafik fungsi dalam bentuk parabola dan dituliskan dalam bentuk fungsi f(x) = ax 2 + bx + c. c).subjek S1 mengungkapkan ide menggunakan persamaan atau model dalam menyebutkan contoh dan bukan contoh fungsi kuadrat yang termasuk contoh fungsi kuadrat misal f(x) = x 2 + 2x + 1 karena pangkat tertinggi dari variabel x nya adalah dua dengan konstanta = c dan a 0. Serta memberikan contoh yang bukan fungsi kuadrat f(x) = 2x + 1dengan alasannya pangkat tertinggi dari variabelnya adalah 1 jadi bukan termasuk contoh fungsi kuadrat, tetapi termasuk dalam bentuk persamaan linear d).subjek S1 mengungkapkan idenya menggunakan ekspresi matematik dalam menentukan daerah hasil f(x) jadi kita hitung dari himpunan A dimana A:{ -4, - 3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6} dari angkaangka tersebut kita masukkan ke f(x) = x 2 + 2x, dan mengungkapkan idenya menentukan daerah hasil dengan daerah hasilnya adalah adalah B;{ 8, 3, -1, 0, 3, 8, 15, 2, 35, 48}. e) Subjek S1 mengungkapkan idenya dan ekspresi matematik serta menceritakan langkah langkah dalam membuat grafik fungsi kuadrat titik potong sumbu x pada diagram kartesiusnya dengan menuliskan titiktitiknya (0.56,0) dan (-3.56,0) mencari titik potongnya dengan menggunakan rumus abc karena f(x)= 2x 2 +6x-4 tidak dapat difaktorkan. Kemudian Subjek S1 menuliskan juga titik potong terhadap sumbu y di (0,-4) pada grafik kartesius, dengan menghitung nilai y nya dari substitusi x = 0, untuk mencari nilai y maka x = 0, kita substitusikan x = 0 ke f(x) = x 2 +6x 4, didapat y = -4 selanjutnya Subjek S1 menuliskan koordinat titik puncak (x p, y p ) (-1.5, -8.5), dicari dengan rumus x p = -b/2a dan y p = - D/4a dengan hasil (-1.5, -8.5). f) Subjek S1 mengungkapkan idenya dalam bentuk kata-kata dan grafik untuk menggambarkan grafik fungsi kuadrat kita tarik kurva lurus dari titik potong sumbu x dan y serta titik puncak, tetapi jangan terlalu lurus karena grafik fungsi kuadrat adalah parabola. g) Subjek S1 menggunakan idenya dalam bentuk kata-kata dan persamaan atau model matematika serta menceritakan sifat-sifat dari grafik fungsi kuadrat yang di buat dari grafik fungsi kuadrat tersebut mempunyai nilai a positif atau sehingga grafiknya menghadap keatas, nilai diskriminan (D) positif atau maka memotong pada dua titik di sumbu x. Representasi Subjek 2 (S2) dalam memahami konsep fungsi kuadrat dengan gaya kognitif Verbalizer a). Subjek S2 mengungkapkan idenya dengan dalam menjelaskan pengertian Fungsi kuadrat, Fungsi kuadrat adalah suatu persamaan kuadrat dimana fungsinya dapat membentuk ataupun menggambarkan grafik dari fungsi tersebut, grafik yang terbentuk biasanya berbentuk parabola. b). Subjek S2 mengungkapkan idenya menggunakan kata-kata dalam menjelaskan keterkaitan persamaan kuadrat dengan fungsi kuadrat, ada keterkaitan antara persamaan kuadrat dengan fungsi kuadrat, persamaannya antara persamaan kuadrat dengan fungsi kuadrat, pangkat variabel tertingginya adalah dua c). Subjek S2 mengungkapkan ide menggunakan kata-kata dan persamaan matematik dalam menyebutkan contoh

62 IGMA, Volume 1, Nomor 2, Maret 2016, Hlm 57-63 dan bukan contoh fungsi kuadrat, contoh fungsi kuadrat f(x) = 2x 2-6x + 4, contoh bukan fungsi kuadrat x 2-5x + 4 = 0. d). Subjek S2 mengungkapkan idenya dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis menjelaskan grafik fungsi kuadrat berbentuk parabola. e). Subjek S2 mengungkapkan idenya dengan dan persamaan atau model matematik serta menceritakan cara menentukan persamaan grafik fungsi kuadrat mengggunakan rumus y = a(x x p ) 2 + y p dengan cara mensubstitusikan nilai dari titik puncak x = 2 dan y = 4 ke rumus y = a(x-x p ) 2 + y p, didapat y = a( x-2) 2 + 4 melalui salah satu titik A (0,0), didapat nilai a = -1, a negatif grafik menghadap kebawah, didapat hasil untuk persamaan fungsi kuadrat adalah y = - x 2 + 4x. f). Subjek S2 mengungkapkan ide menggunaka teks tertulis dan kata kata dalam menentukan daerah hasil f(x) dari himpunan A dimana dari elemen himpunan A disubstitusikan ke f(x), dan dari hasil substistui f(x) tersebutlah sebagai daerah hasil, dari hasil tersebut ada bilangan yang sama, untuk nilai yang sama dapat tidak dituliskan kembali dalam penyelesaian daerah hasil dengan alasan bahwa dalam himpunan jika ada anggota yang sama bisa tidak dituliskan kembali karena sudah mewakili. g). Subjek S2 mengungkapkan idenya dan ekspresi matematik serta menceritakan langkah langkah dalam membuat grafik fungsi kuadrat dengan menuliskan titik potong sumbu x dengan syartat y = 0 pada diagram kartesiusnya dengan menuliskan titik-titiknya dengan menggunakan rumus abc dengan alasan karena f(x) = 2x 2 +6x-4 tidak dapat difaktorkan dan f(x) = x 2 +4x 5 dengan cara pemfaktoran dengan alasan karena f(x) dapat difaktorkan, serta menuliskan titik potong terhadap sumbu y pada diagram kartesius, dengan menghitung nilai y nya dari substitusi x = 0 serta menuliskan koordinat titik puncak (x p, y p ) dengan rumus x p = -b/2a dan y p = -D/4a. h). Subjek S2 mengungkapkan idenya dalam bentuk kata-kata dan grafik untuk menggambarkan grafik fungsi kuadrat tarik kurva lurus dari titik potong sumbu x dan y serta titik puncak, tetapi jangan terlalu lurus karena grafik fungsi kuadrat adalah parabola k). Subjek S2 menggunakan idenya dalam bentuk kata-kata dan persamaan atau model matematika serta menceritakan sifat-sifat dari grafik fungsi kuadrat yang di buat dari grafik fungsi kuadrat tersebut mempunyai nilai a positif sehingga grafiknya menghadap keatas. KESIMPULAN Berdasarkan karakteristik dari dua gaya kognitif visualizer dan verbalizer tidak dapat disimpulkan bahwa siswa dengan gaya kognitif yang satu lebih unggul atau lebih rendah dari siswa dengan gaya kognitif yang lain. Hal ini disebabkan karakteristik kedua gaya kognitif ini masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun yang menjadi kesimpulan dari hasil peneliatan ini sebagai berikut; 1. Hasil penelitian Subjek S1 dengan gaya kognitif visualizer dalam memahami konsep fungsi kuadrat mengungkapkan ide, gagasan lebih cenderung menggunakan representasi visual (Grafik dan diagram) serta representasi dalam bentuk ekspresi matematik dan persamaan matematik, meskipun ada beberapa penyelesaian menggunakan representasi dalam bentuk teks dan katakata, tetapi dari sebagian besar dalam mengungkapkan idenya menggunakan representasi visual dan ekspresi matematik sesuai dengan isi pertanyaan yang diberikan. 2. Hasil penelitian Subjek S2 dengan gaya kognitif verbalizer dalam memahami konsep fungsi kuadrat mengungkapkan ide, gagasan cenderung menggunakan representasi dalam bentuk teks dan katakata dalam setiap memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan, meskipun cenderung representasi yang digunakan adalah kata-kata dan teks tertulis namun menggunakan pula representasi dalam bentuk ekspresi matematik dan visual, akan tetapi dibandingkan denga representasi yang digunakan cenderung menggunakan representasi dalam bentuk teks dan katakata.

Surahmi, Representasi Siswa SMA 63 SARAN 1. Bagi guru diharapkan dapat menggali lebih dalam lagi kemampuan representasi siswa, agar memunculkan bentuk-bentuk representasi yang lain sehingga representasi siswa lebih muncul dalam setiap pemahaman konsep maupun DAFTAR PUSTAKA Goldin, G. A.(2002). Representaion in Mathematical Learning and Problem Solving. In L.D English (Ed). International Research in Mathematical Education IRME, 197-218. New Jersey: Lawrence Erbaum Goldin, G. A. & Kaput, James J.(2004). A join Perspective on Idea of Representation In learning and Doing Mathematics. Rutger Hudojo, H., (1990). Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas. Jakarta : DepDikbud Hudojo, H. (2002). Representasi Belajar Berbasis Masalah. Prosiding Konferensi nasional Matematika XI Bagian 1. Jurnal matematika atau Pembelajarannya Universitas Negeri Malang tahun VIII edisi Khusus. Malang Hwang, W. Y., Chen, N. S., Dung, J. J., & Yang, Y. L. (2007). Multiple Representation Skills and Creativity Effects on Mathematical Problem Solving using a Multimedia Whiteboard System. Educational Technology & Society, Vol 10 No 2, pp. 191-212. Kalathil. S.(2002). Role of Students' Representations in the Mathematics Classroom. In B. Fishman & S. O'Connor-Divelbiss (Eds.) Fouth International Conference of the dalam menyelesaikan masalah (soal). 2. Pembelajaran menggunakan multiplerepresentation ebaiknya dijadikan salah satu altermatif pembelajaran bagi guru untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam dan kreatifitas siswa dengan menggunakan represntasi yang dimiliki. Learning Sciences (pp. 27-28). Mahwah, NJ: Erlbaum. Kemendikbud.(2010). Materi pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Mendelson, A.L. (2004). For Whom Cognitive Style and Attention on Processing of News Photos. Philadelpia: Journal of Literacy Volume 24 McEwan, R,C. and Reynolds, S. (2007). Verbalizer and Visualizer: Cognitive Styles Are Less thanequal.http://www.fansa.ca/sites/d efault/files/file_attachments/mcewan2 007.pdf.Diakses 25 mei 2015 Mudzakir. (2006). Representasi Belajar Berbasis Masalah. Jurnal matematika atau pembelajarannya. ISSN: 085-7792.tahun Vii, edisi husun National Council of Teachers Of Mathematics.(2000). Curiculum and Evaluation Standart for School Mathematics. Reston, VA: National Council of Teachers of Mathematics. Uno, Hamzah B., 2008, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, cet. Ke-2, Jakarta: PT Bumi Aksara.