PENGANTAR APRESIASI SENI MUSIK DAERAH. Oleh : Drs. KARTIMAN, M.Sn. WIDYAISWARA PPPPTK SENI DAN BUDAYA YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW LATAR BELAKANG. Sebagai tempat wisata dan edukasi tentang alat musik tradisional jawa. Museum Alat Musik Tradisional Jawa di Yogyakarta.

GONG DAN ALAT-ALAT MUSIK LAIN DALAM ENSAMBEL

Seni Musik Tradisional Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

FUNGSI SENI KARAWITAN DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JAWA. Oleh : Drs. KARTIMAN, M. Sn. WIDYAISWARA PPPPTK SENI DAN BUDAYA YOGYAKARTA.

Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen

ALAT MUSIK DAN FENOMENA AKUSTIKA MUSIK GONG

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian Lagu gedé dalam Karawitan. Sunda Sebuah Tinjauan Karawitanologi, diketahui keunggulan

DAFTAR PERTANYAAN UNTUK PARA AHLI (EXPERT) TERHADAP MEDIA BUKU DIGITAL PADA PELAJARAN SENI MUSIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½

PENGARUH RESONATOR TERHADAP BUNYI NADA 3 SLENTHEM BERDASARKAN SOUND ENVELOPE. Agung Ardiansyah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

MODEL DESAIN GERAK TARI KELOMPOK UNTUK PELATIHAN GURU SENI BUDAYA SMP

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar

PEMBELAJARAN MUSIK YANG MENYENANGKAN. Drs. Heri Yonathan Susanto, M.Sn. Pembelajaran musik di sekolah di sekolah dapat dijadikan media untuk

Gamelan, Orkestra a la Jawa

MODUL PRAKTIKUM. Penyusun: Tim

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DASAR-DASAR PENGETAHUAN BELAJAR KARAWITAN UNTUK ANAK SD

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

MUSIK ANSAMBEL. A. Pengertian dan Jenis Musik Ansambel. Musik ansambel adalah bermain musik secara. bersama-sama dengan menggunakan beberapa

UCAPAN TERIMA KASIH...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Tabuh Angklung Keklentangan Klasik Oleh: I Gede Yudarta (Dosen PS Seni Karawitan)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

Contoh Alat Musik Ritmis dan Melodis

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

2016 PROSES PEMBELAJARAN RAMPAK KENDANG DI SANGGAR SENI KUTALARAS CIRANJANG-CIANJUR

Gamelan Gong luang Kiriman I Wayan Putra Ivantara, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar.

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 2

2015 MODEL PEMBELAJARAN TARI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN RITME GERAK DAN RASA MUSIKAL BAGI GURU SENI BUDAYA DI PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. yang menggunakan berbagai jenis alat musik sebagai satu kesatuan

TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT Variasi

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih

76. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai suara kedalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 1

BAB I PENDAHULUAN. pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Kendati demikian, dalam

BAB I PENDAHULUAN. proses pembaharuan atau inovasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

2016 TARI JAIPONG ACAPPELLA KARYA GOND O D I KLINIK JAIPONG GOND O ART PROD UCTION

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Musik keroncong adalah musik asli yang biasa menjadi salah satu aset

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya

Bentuk Dan Deskripsi Karya Tawur Agung Oleh : I Ketut Partha, SSKar., M.Si. Bentuk Karya 4.2 Deskripsi Karya

MATERI PENYUSUNAN KOMPOSISI

2016 PENERAPAN MATERI PELATIHAN MARIMBA D ALAM 2009 CAROLINA GOLD PERCUSSION D I MARCHING BAND GITA SWARA SPANSA KALIMANTAN TENGAH

BAB IV Konsep dan Tema Perancangan

BERKARYA,APRESISASI,DAN KRITIK SENI

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A)

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. Pupuh Balakbak Raehan merupakan salah satu pupuh yang terdapat dalam

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

Cymbals Tomtom. Snare Bass drum. Hihat. Gbr Bagian-bagian dari seperangkat drum. Gbr 2.10: Seorang pemusik memainkan seperangkat drum

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP No. 1.1) : SMP Negeri 2 Gerokgak

1. Pendahuluan. Konsep Musikal Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PANDUAN PENGEMBANGAN RENCANA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN (RPP) II. Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

77. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan seni yang menghasilkan suara terampil dan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB IV PENUTUP. penyebaran kuesioner, maka dapat disimpulkan bahwa penyiaran karawitan pada

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS II SEMESTER 1

BAB II KAJIAN TEORI. adalah menjadikan besar, luas dan merata atau menjadikan maju, baik dan

BAB I PENDAHULUAN. ketertarikan bagi pelaku seni maupun orang yang menikmatinya.

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Belitung Timur merupakan bagian dari wilayah Provinsi

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

BAB I PENDAHULUAN. seni juga mengalami perkembangan. Seni bahkan menyatu dengan kemajuankemajuan

HALAMAN PERSEMBAHAN. Skripsi ini saya persembahkan untuk,

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Timur memiliki berbagai macam bentuk kesenian daerah. Kesenian

Alat Musik Bambu Asli Indonesia Yang Hampir Punah

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SUARA DAN GAYA Instrumentasi 1

Transkripsi:

PENGANTAR APRESIASI SENI MUSIK DAERAH Oleh : Drs. KARTIMAN, M.Sn. WIDYAISWARA PPPPTK SENI DAN BUDAYA YOGYAKARTA ========================================================== Abstrak Seni Musik Daerah merupakan suatu cabang seni yang kompleks. Ketergantungan antara unsur yang satu dengan lainnya menjadi sesuatu yang penting dalam sebuah penyajian seni musik daerah. Itulah sebabnya dalam bentuk-bentuk musik daerah, penyajiannya cenderung bersifat kolektivitas. Nilai kebersamaan sebagai pengejawantahan sifat gotongroyong menjadi bagian yang tidak terpisahkan, meskipun unsur individualisme sebagai bagian dari karakter pemain dan instrumen selalu hadir dalam penyajiannya. Pada prinsipnya instrumen-instrumen dalam seni musik daerah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan musikal terhadap lagu yang disajikan. Namun demikian, karena sangat kental unsur kedaerahannya, maka keanekaragaman bentuk instrumen yang terdapat dalam setiap bentuk musik daerah dapat pula menjadi salah satu atribut daerah setempat, sehingga beberapa instrumen musik identik dengan daerah asalnya. Dalam konteks estetika, disamping sebagai unsur pembentuk musikalitas, instrumen juga sebagai unsur non musikalitas yang kehadirannya lebih ditekankan pada bentuk bukan fungsinya. Berdasarkan penyajiannya, bentuk seni musik daerah dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu mandiri dan non mandiri. Penyajian yang bersifat mandiri dibagi menjadi 3, yaitu vokalia, instrumentalia, dan gabungan keduanya, sedangkan non mandiri menyesuaikan dengan kebutuhan pasangannya. Kekuatan seni musik daerah sebagai pendukung dalam sebuah pementasan seni tari, seni teater, seni pedalangan sangat bervariasi, tergantung keperluan dan kebiasaan yang berlaku di daerah dimana mereka lahir, hidup, dan berkembang. Berdasarkan uraian tersebut, dapatlah dipahami bahwa eksistensi seni musik daerah dibutuhkan oleh cabang seni pertunjukan yang lain. Peran sertanya dapat membuat sebuah pertunjukan menjadi lebih hidup, dan mempunyai nilai lebih. Keyword : seni musik daerah, instrumen. =========================================================== 1

PENDAHULUAN Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku danbudaya. Dalam konteks budaya, terdapat banyak bentukbentuk tradisi sebagai kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Tradisi sebagai kebiasaan turun-temurun yang pelaksanaannya dengan melibatkan banyak perabot yang berfungsi sebagai kebutuhan utama maupun pelengkap dalam kegiatan. Seni musik daerah merupakan salah satu perabot yang banyak digunakan dalam tradisi suatu masyarakat. Sebagai bagian dari tradisi, kehidupan seni musik daerah berbaur menyatu dengan kehidupan masyarakat pendukungnya,sehingga dinamika kehidupan masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap eksistensinya. Hal ini sangat dimungkinkan mengingat seni musik daerah berpijak dari akar daerah dimana mereka lahir, hidup, dan berkembang. PERMASALAHAN Bagaimanakah masyarakat memahami bentuk musik daerah yang dijumpainya melalui komposisi estetika dan pernik-pernik yang terdapat di dalamnya. Jalinan di dalamnya menjadi kebutuhan utama yang harus dipenuhi, demi tersajinya pertunjukan seni musik daerah yang menarik. Sebagai bagian dari tradisi, sajian musik akan berkurang kualitasnya apabila unsur-unsur yang ada di dalamnya kurang maksimal dalam bekerja sama. Kendala lain adalah kesulitan memahami seni musik daerah dikarenakan masih banyaknya syair (tembang) yang menggunakan bahasa verbal, sehingga untuk mengetahui arti yang sesungguhnya masih memerlukan tahapan lagi. Kondisi ini terjadi karena banyak anggota masyarakat yang kurang peduli dan kurang bisa berbahasa daerah. Pemahaman dan penguasaan sebagian masyarakat cenderung hanya bagian-bagian tertentu 2

saja. Hal ini sedikit banyak berpengaruh terhadap kehidupan seni musik daerah, mengingat bahasa daerah mendominasi syair-syair yang digunakan dalam lagu-lagu musik daerah. Salah satu contoh terdapat dalam musik daerah Jawa Tengah, yang didalam syair (tembang)nya banyak menggunakan bahasa Jawa dengan tingkatan yang bermacam-macam, serta cenderung berbentuk sanepan (tidak langsung pada arti sebenarnya), begitu juga yang terjadi dengan daerah lain. PEMBAHASAN Bagi masyarakat, substansi dan pernik-pernik yang terdapat di dalam suatu bentuk seni musik daerah dapat digunakan untuk memahami bentuk musik daerah yang dijumpainya. Proses pemahaman dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu audio dan audio-visual. Cara pertama, secara audio dengan cara mendengarkan suara instrumen, vokal, atau campuran melalui radio, tape recorder, dan media elektronik lainnya. Proses pemahaman ini lebih pada rangsang pendengaran dengan indera telinga sebagai sumber utama kegiatan. Cara kedua, secara audio-visual, yaitu pemahaman dengan mengkombinasikan 2 alat indera manusia, telinga dan mata. Hasil pengamatannya menjadi lebih komplit, disamping menikmati sebuah sajian musik daerah, seorang audien dapat pula mengetahui bentuk dan teknik permainan instrumennya. Bahkan dalam tataran yang lebih tinggi, seorang audien dapat pula membedakan masing-masing bentuk, dan teknik instrumennya. Seni musik daerah merupakan suatu cabang seni yang kompleks. Banyak unsur-unsur terdapat di dalamnya, dan saling bahu membahu untuk membentuk satu kesatuan demi terwujudnya sebuah sajian yang harmonis, enak didengar, dan atau dipandang. Ketergantungan antara unsur yang satu dengan lainnya menjadi sesuatu yang penting dalam sebuah penyajian seni 3

musik daerah. Suatu sajian musik akan berkurang kualitasnya apabila unsurunsur yang ada di dalamnya kurang maksimal dalam bekerja sama. Itulah sebabnya dalam bentuk-bentuk musik daerah, penyajiannya cenderung bersifat kolektivitas. Nilai kebersamaan sebagai pengejawantahan sifat gotong royong menjadi bagian yang tidak terpisahkan, meskipun unsur individualisme sebagai bagian dari karakter pemain dan instrumen selalu mewarnai hasil permainannya. Pada prinsipnya instrumen-instrumen dalam seni musik daerah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan musikal terhadap lagu (gending) yang disajikan. Namun demikian, karena sangat kental unsur kedaerahannya, maka keanekaragaman bentuk instrumen yang terdapat dalam setiap bentuk musik daerah dapat pula menjadi salah satu atribut daerah setempat, sehingga beberapa instrumen musik identik dengan daerah asalnya, misalnya: instrumen talempong dan saluang identik dengan daerah Padang, kendang jaipong identik dengan daerah Sunda, dan lain sebagainya. Dalam konteks estetika, disamping sebagai unsur pembentuk musikalitas, instrumen juga sebagai unsur non musikalitas yang kehadirannya lebih ditekankan pada bentuk bukan pada fungsinya. Berbeda dengan instrumen, keberadaan bahasa dan kostum dalam penyajian seni musik daerah sebagai unsur non musikalitas, lebih berfungsi pada identitas daerah dari daerah dimana mereka berasal. Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa daerah merupakan alat komunikasi masyarakat untuk menjalani aktifitasnya. Meskipun sudah dilakukan pembakuan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional sebagaimana tertuang dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, namun kehidupan bahasa daerah sebagai media utama pergaulan antar masyarakat masih sangat dominan. Dialek-dialek sebagai ciri masyarakat daerah tertentu masih banyak dijumpai, dan ini menjadi sangat logis mengingat bahasa daerah merupakan bahasa ibu bagi masyarakat daerah yang bersangkutan. Banyak syair-syair dengan 4

menggunakan bahasa daerah setempat, misalnya untuk daerah Jawa Barat menggunakan bahasa Sunda, daerah Bali menggunakan bahasa daerah Bali, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan bahasa Jawa khas mereka, dan lain sebagainya. Salah satu kendala pemahaman musik daerah melalui bahasa adalah masih banyaknya syair (tembang) yang menggunakan bahasa verbal, sehingga untuk mengetahui arti yang sesungguhnya masih memerlukan tahapan lagi. Kondisi sekarang menjadi bertambah rumit, karena banyak anggota masyarakat yang kurang peduli dan kurang bisa berbahasa daerah. Pemahaman dan penguasaan sebagian masyarakat tentang bahasa daerah cenderung hanya bagian-bagian tertentu saja. Hal ini sedikit banyak berpengaruh terhadap kehidupan seni musik daerah, mengingat bahasa daerah mendominasi syair-syair yang digunakan dalam lagu-lagu musik daerah. Salah satu contoh terdapat dalam musik daerah Jawa Tengah, yang didalam syair (tembang)nya banyak menggunakan bahasa Jawa dengan tingkatan yang bermacam-macam, serta cenderung berbentuk sanepan (tidak langsung pada arti sebenarnya), begitu juga yang terjadi dengan daerah lain. Kostum merupakan bagian dari unsur non musikalitas yang berpotensi besar dalam membantu audien untuk mengetahui identitas suatu bentuk musik daerah. Dengan melihat kostum yang dikenakan, seorang audien dapat menebak asal musik daerah yang bersangkutan. Dalam sebuah penyajian musik daerah, kostum dapat menambah penyajian musik tidak hanya enak untuk didengarkan, melainkan enak juga untuk dipandang, sehingga penyajian seni musik daerah merupakan perpaduan antara ketajaman audio dengan keserasian visual. Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas, kiranya dapat digunakan untuk menggambarkan begitu beragamnya unsur-unsur yang terdapat dalam musik 5

daerah. Unsur-unsur di dalamnya terbagi menjadi 2, yaitu unsur musikal dan non musikal. Unsur musikal adalah unsur-unsur yang secara langsung berhubungan dengan masalah harmonisasi lagu atau musikalitas suatu bentuk musik daerah. Unsur-unsur yang termasuk dalam wilayah ini antara lain nada, tempo, warna nada, melodi, dinamika, dan harmoni. Unsur non musikalitas, meskipun tidak secara langsung berhubungan dengan harmonisasi, namun kehadirannya dalam sebuah penyajian sangat diperlukan. Kedua unsur tersebut saling berhubungan demi tersajinya musik daerah yang enak untuk didengar, dan dipandang. Kekuatan musik daerah dalam mempengaruhi kehidupan masyarakat tidak diragukan. Hampir setiap suku yang hidup di daerah wilayah Indonesia memiliki bentuk musik daerah. Kehidupannya menyatu dengan pola hidup masyarakat setempat, sehingga dalam kehidupan masyarakat musik daerah dapat berfungsi sebagai hiburan, sarana upacara ritual, dan lain sebagainya. Dewasa ini perkembangan dan kemajuan jaman menimbulkan dampak yang cukup signifikan terhadap keberadaan seni musik daerah. Di satu sisi ada beberapa bentuk seni musik daerah yang masih hidup dan berkembang, di sisi yang lain banyak pula bentuk seni musik daerah yang tergeser kedudukannya, atau bahkan kelanjutan hidupnya masih merupakan tanda tanya. Keberadaannya seperti hidup segan, matipin tak mau. Kompleksitas seni musik daerah menjadikan di dalamnya terdapat bermacam-macam bentuk sajian, tergantung darimana kita melihatnya. Berdasarkan penyajiannya, bentuk seni musik daerah dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu mandiri dan non mandiri. Penyajian yang bersifat mandiri dibagi menjadi 3, yaituvokalia, instrumentalia, dan gabungan keduanya, sedangkan non mandiri menyesuaikan dengan kebutuhan pasangannya. 6

1. Penyajian Mandiri Penyajian mandiri merupakan bentuk penyajian yang didalamnya benarbenar sebagai perwujudan seni musik daerah sebagai suatu cabang seni pertunjukan yang netral. Kolektivitas di dalamnya bukan merupakan bentuk perpaduan, atau kerjasama dengan cabang seni pertunjukan yang lain, melainkan antara unsur-unsur yang terdapat di dalam seni musik daerah itu sendiri. Bagaimana instrumen dengan instrumen, instrumen dengan vokal bekerjasama menciptakan harmonisasi sajian menjadi kunci utama penyajian mandiri. Komunikasi yang terjadi di dalamnya merupakan kombinasi antara kemampuan mengekspresikan diri dengan kemampuan mengendalikan diri. Kemampuan mengekspresikan diri dipahami sebagai kekuatan pemain (seniman) dalam mengolah dan menggabungkan kemampuan olah rasa, pikir, dan ketrampilan menjadi sebuah atraksi (permainan) yang terasa indah untuk didengarkan. Kemampuan mengendalikan diri merupakan kemampuan pemain (seniman) dalam meredam ego pribadi demi menciptakan, dan memberikan ruang, celah kepada pemain lain untuk mengekspresikan kemahirannya. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa dalam sebuah penyajian musik daerah, sifat kerjasama selalu dijunjung tinggi. Meskipun terkesan mereka seperti berjalan sendiri-sendiri, namun kesendirian yang sering diterjemahkan sebagai sifat egois tetap memiliki aturan, atau kesepakatan yang sudah dimengerti, disetujui oleh semua yang ada di dalamnya. Dalam konteks kehidupan masyarakat Jawa khususnya, dan nasional pada umumnya, pola yang demikian mengingatkan kita akan slogan falsafah hidup gotong royong, atau tepo sliro. Kemandirian penyajiannya dipresepsikan sebagai single peformance yang tidak terikat oleh cabang seni yang lain.kebebasan ekspresi, pola sajian, penyusunan melodi, pembuatan harmoni, dinamika, pemilihan 7

warna nada menjadi tidak terganggu. Dalam hal ini kekuatan suara bunyi sebagai media utama seni musik kehadirannya benar-benar terasa. Suara bunyi di dalamnya diterjemahkan, divisualisasikan melalui instrumen dan vokal yang sudah disusun sedemikian rupa sehingga terasa enak bila didengarkan. Dalam konteks ini penyajian musik dibagi menjadi 3, yaitu sebagai berikut: Vokalia Dalam penyajian ini hanya melibatkan unsur vokal saja. Sajiannya dapat berupa solo vokal vokal tunggal, dan vokal bersama koor. Vokal tunggal solo vokal adalah bentuk sajian vokal dengan satu orang vokalis sebagai pembawa sebuah lagu tembang. Vokal bersama adalah bentuk sajian vokal dengan melibatkan banyak orang dalam membawakan sebuah lagu tembang. Bentuk-bentuk sajian yang demikian sekarang masih banyak dijumpai di daerah-daerah. Untuk daerah Jawa misalnya, bentuk sajian solo vokal vokal tunggal dapat dilihat pada jenis macapatan, yang penyajiannya dilakukan oleh satu orang saja. Panembrama merupakan visualisasi dari vokal bersama, karena penyajiannya dilakukan oleh banyak orang. Untuk macapatan disajikan tanpa menggunakan instrumen/gamelan, sedangkan panembrama dapat disajikan dengan dan atau tanpa gamelan. Bentuk lain solo vokal dalam lingkungan musik daerah Jawa Tengah dan DIY adalah sindhenan, penyajinya dinamakan pesindhen, atau swarawati, atau waranggana. Bentuk lain dari vokal bersama untuk lingkungan musik daerah Jawa Tengah dan DIY adalah gerongan, penyajinya dinamakan penggerong. Desa mawa cara, negara mawa tata, artinya masing-masing daerah, atau negara mempunyai aturan sendiri-sendiri. Meskipun berbeda namanya, namun masing-masing daerah tentu mempunyai bentuk penyajian seni musik daerah. 8

Dari sisi kreativitas, bentuk sajian musik yang bersumber dari suara manusia telah banyak bermunculan, seperti di Yogyakarta muncul group acapela Mataraman, dan ada pula group-group nasyid, yang semuanya hanya bersumber pada suara vokal manusia. Instrumentalia Sesuai dengan namanya, maka dalam penyajiannya tanpa menggunakan vokal. Penggunaan instrumen dapat dalam skala besar, yaitu keseluruhan instrumen yang ada, atau dalam skala kecil, yaitu beberapa instrumen saja. Dari keseluruhan instrumen yang ada pada setiap bentuk seni musik daerah, dapat terbagi menjadi beberapa kelompok tergantung darimana tinjauannya. Apabila tinjaunannya berdasarkan sumber bunyi, maka instrumen dibagi dalam kelompok idiofon, membranofon, chordofon, dan aerofon. Idiofon adalah instrumen yang berbunyinya karena badan benda itu sendiri yang dipukul tanpa bantuan apapun. Di beberapa daerah, kelompok instrumen idhiofon terbagi menjadi dua jenis, yaitu bilah dan pencon. Untuk pencon misalnya, di daerah Padang disebut talempong; di Jawa disebut bonang, kenong, kempul; di Bali disebut reong, dan sebagainya. Untuk bilah, di Jawa ada demung, saron, slenthem, gender; di Bali ada jegogan, kanthil, dan lain sebagainya. Untuk kelompok idiofon bahan sebagai sumber utama bunyi dapat juga menggunakan bambu, dan kayu tanpa bantuan bahan yang lain. Dari bambu antara lain terdapat di Banyumas dinamakan calung, sedangkan di Solo dan DIY terdapat instrumen dari kayu disebut gambang. Membranofon adalah instrumen yang berbunyinya karena bantuan membran yang ditegangkan. Nama, bentuk, dan teknik membunyikannya antara daerah yang satu dengan lainnya ada yang 9

sama, namun ada pula yang berbeda. Untuk Jawa Tengah dan DIY dinamakan kendang, teknik membunyikannya dikebuk dengan menggunakan tangan; Daerah Jawa Barat dinamakan kendang, teknik membunyikannya dengan dua organ tubuh, yaitu tangan dan kaki. Tangan digunakan untuk memukul membunyikan, sedang kaki untuk menutup atau menentukan warna suara; Daerah Bali dinamakan kendang, teknik membunyikan dengan dipukul menggunakan alat pemukul tabuh ; Daerah Padang, Ujung Pandang, Kalimantan dinamakan gendang, teknik membunyikannya dengan dipukul. Disamping beberapa jenis alat membran tersebut di atas, masih ada jenis yang lain, seperti rebana, bedug, dan sebagainya. Chordofon adalah instrumen yang berbunyinya karena bantuan dawai yang direntangkan, ditegangkan. Nama, bentuk, dan teknik membunyikannya antara daerah yang satu dengan lainnya ada yang sama, namun ada pula yang berbeda. Untuk daerah Padang dinamakan kecapi, teknik membunyikannya dengan dipetik. Daerah Kalimantan dinamakan sapek, teknik membunyikannya dengan dipetik. Daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY terdapat 2 alat yang berbeda nama maupun teknik membunyikannya, yaitu rebab dan siter. Rebab membunyikannya dengan digesek, siter membunyikannya dengan dipetik. Begitu juga di Daerah Jawa Barat terdapat 2 alat yang berbeda nama maupun teknik membunyikannya, yaitu rebab dan kecapi. Rebab membunyikannya dengan digesek, kecapi membunyikannya dengan di petik; Daerah Bali dinamakan rebab, teknik membunyikannya dengan digesek. Aerofon adalah instrumen yang berbunyinya karena bantuan udara yang ditiupkan ke dalamnya. Berbeda dengan chordofon dan membranofon yang secara nama, bentuk, dan teknik membunyikannya ada yang sama dan ada yang berbeda berbeda. Dalam instrumen 10

kelompok aerofon, secara fisik dan teknik membunyikannya cenderung sama. Perbedannya terletak pada nama, itupun tidak semua daerah. Teknik membunyikan jenis instrumen ini dengan ditiup. Adapun nama instrumennya untuk daerah tertentu, seperti Jawa dan Bali disebut seruling, sedangkan daerah Padang dinamakan saluang, bangsi, serunai. Dalam penyajian instrumentalia, instrumen-instrumen tersebut berinteraksi membentuk kesatuan untuk menghasilkan sebuah sajian yang harmonis sesuai dengan kaidah-kaidah dari mana musik tersebut berasal. Masing-masing daerah mempunyai bentuk dan kaidah-kaidah tertentu dalam menyajikannya. Untuk lingkungan Jawa Tengah dan DIY, jenis penyajian ini disamping tidak melibatkan vokal, juga tidak melibatkan instrumen pokok. Jenis sajian ini di lingkungan DIY dinamakan soran, sedangkan di lingkungan Jawa Tengah dinamakan bonangan. Gabungan vokal dan instrumentalia Penyajian inilah yang banyak dijumpai di masyarakat. Harmonisasi di dalamnya merupakan kombinasi dari banyak unsur. Kesulitan dalam menyajikannya menjadi lebih kompleks daripada penyajian vokal, atau instrumentalia saja. Keterpaduan antara vokal dengan instrumen menjadi inti dari jenis penyajian ini. Pembagian porsi di antara keduanya harus jelas. Dalam penyajiannya tidak mesti melibatkan semua instrumen. Dapat disajikan dengan beberapa instrumen, atau satu kelompok instrumen saja. Daerah Jawa Barat beberapa instrumen kecapi dipadukan dengan kendang jaipongan, dan seruling mengiringi vokal. Daerah Kalimantan beberapa instrumen sapek dipadukan dengan seruling mengiringi vokal. Daerah Jawa Tengah dan DIY beberapa instrumen membentuk satu kelompok untuk mengiringi vokal. Istilah siteran, cokekan, gadhon merupakan jenis 11

penyajian di Jawa Tengah dan DIY yang hanya menggunakan beberapa instrumen saja. 2. Penyajian Non Mandiri Kedudukan seni musik daerah dalam penyajian non mandiri bukan sebagai sesuatu yang pokok. Kehadirannya menyesuaikan dengan kehendak patnernya. Akibatnya kebebasan berekspresi menjadi berkurang. Penyusunan melodi, harmoni, dinamika, warna nada menyesuaikan kebutuhan partnernya. Dalam hal ini, musik berfungsi sebagai pengiring cabang seni pertunjukan yang lain. Bentuk sajian musik daerah non mandiri dapat berupa illustrasi yang berfungsi untuk menambah kekuatan dalam hal suasana, atau berupa iringan yang berfungsi untuk memberi kekuatan pada gerak dengan aksen-aksennya. Kolektivitas di dalamnya bukan hanya merupakan perpaduan, atau kerjasama antar instrumen saja, melainkan lebih besar lagi yaitu dengan cabang seni pertunjukan yang lain. Bagaimana instrumen dengan instrumen, instrumen dengan vokal bekerjasama menciptakan harmonisasi untuk mendukung sajian cabang seni pertunjukan lain menjadi kunci utama penyajian non mandiri. Komunikasi yang terjadi di dalamnya merupakan kombinasi antara kemampuan menangkap kehendak pasangannya dengan kemampuan menyusun melodi. Kemampuan menangkap kehendak pasangan dipahami sebagai kekuatan pemain (seniman) dalam menerjemahkan, mengolah dan menggabungkan kemampuan olah rasa, pikir, dan ketrampilan menjadi sebuah illustrasi, dan atau iringan. Kemampuan menyusun melodi merupakan kemampuan pemain (seniman) dalam mengaktualisasikan hasil dalam menyusun melodi-melodi menjadi sebuah lagu atau gending sesuai dengan keinginan partnernya. 12

Mengingat kedudukannya hanya sebagai pendukung, maka dalam penyajiannya tidak mesti melibatkan seluruh unsur yang ada di dalamnya, semuanya tergantung pada kebutuhan. Bahkan dalam skala yang lebih kecilpun sangat memungkinkan. Kekuatan seni musik daerah sebagai pendukung dalam sebuah pementasan seni tari, seni teater, seni pedalangan sangat bervariasi, tergantung keperluan dan kebiasaan yang berlaku di daerah dimana mereka lahir, hidup, dan berkembang. KESIMPULAN Seni Musik Daerah merupakan suatu cabang seni yang kompleks. Ketergantungan antara unsur yang satu dengan lainnya menjadi sesuatu yang penting dalam sebuah penyajian seni musik daerah. Itulah sebabnya dalam bentuk-bentuk musik daerah, penyajiannya cenderung bersifat kolektivitas. Nilai kebersamaan sebagai pengejawantahan sifat gotongroyong menjadi bagian yang tidak terpisahkan, meskipun unsur individualisme sebagai bagian dari karakter pemain dan instrumen selalu hadir dalam penyajiannya. Berdasarkan penyajiannya, bentuk seni musik daerah dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu mandiri dan non mandiri. Penyajian yang bersifat mandiri dibagi menjadi 3, yaitu vokalia, instrumentalia, dan gabungan keduanya, sedangkan non mandiri menyesuaikan dengan kebutuhan pasangannya. =========================================================== Referensi : Fananie, Zainuddin. (2000), Restrukturisasi Budaya Jawa: Perspektif KGPAA MN I, Muhammadiyah University Surakarta. Fuad Hasan. (1977), Heteronomia: Kumpulan Karangan, PT Dunia Pustaka Jaya, Jakarta. Heru Satoto, Budiono. (2005), Simbolisme Dalam Budaya Jawa, PT. Hanindita Graha Widya, Yogyakarta. Juju Masinah dan Tati Narawati. (2003), Seni dan Pendidikan Seni: Sebuah Bunga Rampai, P4ST UPI, Bandung. 13

Sedyawati, Edi. (1981), Pertumbuhan Seni Pertunjukan, Sinar Harapan, Jakarta.. (1998/1999), Seni Pertunjukan Dalam Prespektif Sejarah, dalam Keragaman dan Silang Budaya: Jurnal Seni Pertunjukan Indonesia, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, Bandung. Singgih Wibisono, et. al. (1979/1980), Ensiklopedi Musik Indonesia Seri A-B, Depdikbud: Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Jakarta. Waridi. (2003), Gending Dalam Pandangan Orang Jawa: Makna, Fungsi Sosial, dan Hubungan Seni, dalam Kembang Setaman Persembahan Untuk Sang Maha Guru, A.M. Hermin Kusmayati (ed.), BP ISI, Yogyakarta. ============================================================= BIODATA PENULIS Nama : Drs. Kartiman, M.Sn. NIP : 196511081996031001 Pangkat/Gol. : Penata Tk. I, III/d Jabatan : Widyaiswara Muda Unit Kerja : PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta Jalan Kaliurang KM 13,5 Klidon, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta Email : kartiman12@yahoo.com 14