PROSIDING ISSN: E-ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pakan ikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu usaha budidaya

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. digemari masyarakat Indonesia dan luar negeri. Rasa daging yang enak dan

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. Ikan badut (Amphiprion percula) atau biasa disebut ikan nemo merupakan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. ekonomi. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap Produk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Diversifikasi Ikan Lele Menjadi Produk Olahan Pangan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Petani Lele

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover)

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

INOVASI PRODUK USAHA OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL LELE

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian Indonesia hal ini bisa dilihat dari besarnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi. diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN. dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL USAHA BUDIDAYA IKAN LELE DI KABUPATEN BOGOR

Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013

TUGAS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN GURAMEH. Nama : Kotot wijayanto Nim : Kelas : D3 Manajemen Informatika 2A

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

Jurnal SAINSTECH Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : Vol. 1 Nomor 6 Desember 2016

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

I. PENDAHULUAN. Ikan lele Masamo (Clarias sp.) merupakan salah satu ikan yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

LAPORAN PENGANTAR ILMU EKONOMI PEMANFAATAN BUDIDAYA KEONG SAWAH SEBAGAI PAKAN IKAN. Disusun Oleh : 1. Abdul Kholid ( )

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

ANALISIS PENGARUH FAKTOR PRODUKSI TERHADAP USAHA TANI IKAN LELE DI DESA PLIKEN KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS ABSTRAK

I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam

1 Universitas Indonesia

VII. IMPLEMENTASI MODEL

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hormon Jantanisasi Ikan Untuk Sex Reversal Ikan Jantan dan Pelet Stimulan Pakan Ikan (SPI) Untuk Pembesaran Ikan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan ikan tersebut. Pada budidaya ikan, 60-70% biaya

IMPLEMENTASI MESIN PRODUKSI PAKAN LELE DUMBO PADA PETERNAK DI DESA ARJOWINANGUN KOTA MALANG

I. PENDAHULUAN. yang memiliki prospek menjanjikan dan mulai merebut perhatian pelaku usaha

Transkripsi:

PRODUKSI IKAN PATIN SUPER Dwi Puji Hartono* 1, Nur Indariyanti 2, Dian Febriani 3 1,2,3 Program Studi Budidaya Perikanan Politeknik Negeri Lampung Unit IbIKK Produksi Ikan Patin Super Politeknik Negeri Lampung e-mail : dwiph@polinela.ac.id 1 Abstrak Unit Produksi Ikan Patin Super Politeknik Negeri Lampung merupakan usaha yang bergerak di bidang produksi perikanan ikan air tawar khususnya produksi ikan patin super. Unit Usaha produksi ikan patin super ditujukan untuk menyediakan produk ikan patin konsumsi yang berkualitas di masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan industri pengolahan ikan. Produksi ikan patin super sebagai usaha penyedia ikan patin konsumsi pada tahun 2016 dapat memproduksi ikan patin konsumsi sebesar 22.250 kg dan pada tahun 2017 mencapai 32.450 kg dengan spesifikasi produk ikan patin yang dihasilkan yaitu ikan patin konsumsi dengan bobot > 900 gram per ekor dan daging berwarna putih. Nilai nominal penjualan produk pada tahun 2016 mencapai 300.375.000,- atau rata-rata mencapai 25.031.250,- per bulan dan pada tahun 2017 mencapai 438.075.000,- atau rata-rata mencapai 36.506.250,- per bulan. Selain sebagai sarana produksi, Unit Produksi Ikan Patin Super juga digunakan sebagai wahana pembelajaran bagi siswa, mahasiswa maupun masyarakat di bidang usaha dan budidaya ikan. Sejak tahun 2012, Unit Produksi Ikan Patin Super menjadi tempat magang bagi siswa SMK perikanan serta magang bagi mahasiswa Politeknik Negeri Lampung serta menjadi tempat wisata pendidikan bagi siswa-siswa taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Kata Kunci : Unit Produksi, pakan ikan patin super, jasa konsultasi 1. PENDAHULUAN Kegiatan perikanan budidaya merupakan salah satu subsektor yang terus dikembangkan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar ikan konsumsi selain dari sektor perikanan tangkap. Produksi ikan di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 4, 78 juta ton atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 1,39 juta ton (DKP, 2009). Total Produksi ikan Indonesia jauh tertinggal jika dibandingkan dengan Cina, India, maupun Vietnam. Pada tahun 2007, produksi ikan di Indonesia sebesar 2.7 % produksi ikan didunia yang mencapai 50,33 juta ton. Sebanyak 54 % dari total kebutuhan ikan di dunia dipenuhi dari produksi ikan air tawar (FAO, 2008). 35

Hingga saat ini potensi lahan perikanan air tawar (kolam, perairan air tawar, dan mina padi) di Indonesia mencapai 2.218.815 Ha dengan total yang telah termanfaatkan hanya sebesar 370.778 Ha. Potensi lahan kolam mencapai 541.100 Ha dengan yang telah termanfaatkan mencapai 241.891 ha (Indrajaja, D., 2013). Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa, potensi pengembangan kegiatan budidaya terutama ikan air tawar masih sangat memungkinkan dilakukan hingga mencapai 2-3 kali lipat produksi yang dicapai saat ini. Hal ini sesuai dengan sasaran Kementrian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2014 untuk meningkatkan produksi hingga 16,89 juta ton/tahun (DKP, 2010). Menurut DKP (2009), potensi perikanan budidaya dapat ditingkatkan hingga 16,89 juta ton pada tahun 2014 atau meningkat 353 persen dibandingkan dengan produksi 2009 yang baru sebesar 4,78 juta ton sehingga dapat melampui produksi China. Hal ini melihat potensi area pengembangan perikanan budidaya di Indonesia lebih luas dibandingkan dengan China. Luas perairan China yang dapat digunakan untuk budidaya air tawar 371 ribu ha, sedangkan Indonesia 19,5 juta ha. Komoditas air tawar yang menjadi sasaran utama produksi perikanan budidaya adalah ikan patin (Pangasius hypopthalmus) (KKP, 2010). Ikan patin merupakan ikan air tawar yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta prospek pengembangan di masyarakat cukup tinggi yang ditandai dengan semakin meningkatnya kegiatan budidaya di masyarakat serta permintaan konsumen baik masyarakat maupun industri yang terus meningkat. Kebutuhan ikan patin secara nasional masih belum bisa tercukupi dengan produksi budidaya dalam negeri. Pada tahun 2012, produksi ikan patin baru mencapai 651 ribu ton dengan tingkat kebutuhan mencapai ±2 juta ton per tahun (KKP, 2013). Kebutuhan ikan patin terus mengalami peningkatan terutama dengan semakin meningkatnya permintaan ikan patin dalam bentuk olahan fillet untuk industri dan perhotelan. Kebutuhan ikan patin untuk perhotelan pada tahun 2013 mencapai 100 ton per bulan dengan kualitas ukuran diatas 1 kg per ekor. Kebutuhan tersebut sebagian besar masih tergantung kepada impor dari Vietnam (Warta Kemdag, 2013). Konsumen utama ikan patin adalah masyarakat umum dengan kriteria ikan ukuran 200 400 gram per ekor serta restoran, perhotelan dan industri untuk standar ekspor dan bahan baku fillet patin dengan kriteria ukuran > 1 kg per ekor. Pada tingkat konsumsi 36

masyarakat umum, kebutuhan dapat dipenuhi dari hasil produksi masyarakat namun untuk konsumen restoran, hotel serta industri hingga saat ini masih belum bisa dipenuhi. Hal ini disebabkan karena produksi dimasyarakat masih belum bisa memenuhi standar kualitas yang diharapkan. Produksi ikan patin saat ini didominasi oleh pembudidaya menengah dengan kapasitas produksi per unit yang relatif kecil dengan tingkat rata-rata produksi berukuran 400-500 gram per ekor. Selain target kuantitas, peningkatan kualitas produksi ikan patin menjadi sasaran utama dalam rangka memenuhi kebutuhan industri perikanan serta mampu menembus pasar ekspor dunia. Salah satunya adalah dengan mengembangkan produksi ikan patin super dengan ukuran panen diatas 1 kg per ekor. Untuk pemenuhan kebutuhan sektor industri beberapa kriteria yang harus dipenuhi selain ukuran diatas 1 kg per ekor juga kualitas daging terutama warna daging putih serta kadar lemak yang rendah. Penerapan teknologi produksi yang intensif yang diikuti dengan penggunaan benih unggul serta teknologi pemberian pakan merupakan metode dalam menghasilkan kualitas ikan patin yang sesuai secara kualitas memenuhi kriteria industri. Dalam menunjang target peningkatan produksi ikan patin secara nasional, pemerintah melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan akan meningkatkan inovasi teknologi sektor perikanan, khususnya inovasi benih ikan dan teknologi budidaya ikan patin, guna mengejar target pertumbuhan produksi ikan patin secara nasional. Politeknik Negeri Lampung sebagai institusi pendidikan tinggi dalam produksi ikan telah lama dilakukan, baik dalam hal penelitian dalam skala laboratoruim maupun penerapan hasil penelitian dalam skala massal. Beberapa kegiatan produksi ikan air tawar antara lain ikan lele, ikan nila dan ikan patin. Kegiatan produksi ikan patin di Polinela didukung oleh tenaga dengan kompetensi memadai dengan fasilitas kolam pembesaran yang memadai. Produksi ikan patin di Polinela di kembangkan dalam mendukung program pembelajaran dan pelayanan kompetensi mahasiswa dalam bentuk teaching factory melalui pengembangan unit produksi ikan. Selain itu produksi ikan patin di Polinela dikembangkan melalui penerapan teknologi budidaya yang intensif, penggunaan bibit unggul serta teknologi pengelolaan pakan yang baik. Dukungan dalam pengembangan unit produksi ikan terlihat dari pengembangan sarana dan prasarana yang diadakan sejak tahun 2010 dalam bentuk pembangunan kolam 37

pembesaran ikan dan dilanjutkan pada tahun 2013 dengan membangun sarana pendederan benih ikan. Tujuan umum kegiatan adalah mengembangkan unit produksi ikan patin super di Lingkungan Kampus Polinela yang akan menghasilkan produk ikan patin super dengan kualitas sesuai standar industri, perhotelan dan restoran. Hasil survey terhadap kebutuhan ikan di Lampung pada tahun 2013-2014, menunjukkan kebutuhan ikan konsumsi yang sangat tinggi terutama untuk jenis-jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis serta digemari secara meluas seperti ikan lele, ikan patin dan ikan nila. Berdasarkan data statistik perikanan Indonesia (2014), produksi ikan patin di Lampung mencapai 16.118 ton atau 3,92 % dari produksi nasional. Dari produksi tersebut hanya sekitar 5.000 ton yang mempunyai kualitas standar ekspor dengan mengacu kepada kualitas daging ikan patin yang dihasilkan (KKP, 2014). Sedangkan sisanya merupakan pasar ikan lokal dengan kualitas ukuran ikan kurang dari 400 gram per ekor. Mengacu kepada BPS Propinsi Lampung (2015), kebutuhan ikan patin dimasyarakat tahun 2014 mencapai 20.000 ton dengan tingkat produksi mencapai 18.000 ton. Kebutuhan ikan patin terus mengalami peningkatan terutama dengan semakin meningkatnya permintaan ikan patin dalam ukuran besar serta kualitas yang baik sebagai bahan baku fillet ikan patin. Kebutuhan ikan patin untuk perhotelan pada tahun 2013 mencapai 100 ton per bulan dengan kualitas ukuran diatas 1 kg per ekor. Kebutuhan tersebut sebagian besar masih tergantung kepada impor dari Vietnam (Warta Kemdag : 2013). Dalam memenuhi kebutuhan ikan patin yang terus meningkat terutama untuk ikan patin kualitas industri dan ekpor, selain program yang terus dicanangkan oleh pemerintah dalam memacu produksi ikan patin, juga dari sektor swasta. Beberapa perusahaan swasta nasional mulai mencanangkan produksi ikan patin yang di ikuti dengan pengembangan pabrik pengolahan fillet ikan patin. Berkembangnya industri pengolahan fillet memberikan peluang dalam penyerapan hasil produksi ikan patin. Sejak tahun 2013, Politeknik Negeri Lampung telah menjalin kerjasama dengan PT Central Proteina Prima dalam produksi dan pemasaran ikan patin. Pada tahun 2013, produksi ikan patin di unit produksi perikanan Politeknik Negeri Lampung mencapai 8 ton meningkat pada tahun 2014 mencapai 12 ton per tahun dan meningkat pada tahun 2015 mencapai 15 ton per tahun. 38

2. METODE PENGABDIAN Kegiatan dilakukan mulai bulan Februari Agustus 2017 dengan lokasi kegiatan di Kampus Politeknik Negeri Lampung, Jl Soekarno Hatta No 10 Rajabasa Bandar Lampung. Bahan baku utama dalam produksi ikan patin super adalah benih ikan patin dan pakan ikan. Benih ikan patin yang digunakan merupakan hasil persilangan induk ikan patin unggulan yang merupakan hasil pengembangan penelitian dari team pelaksana, dengan ukuran tebar yang digunakan adalah 1-1,5 inchi dengan umur prods uksi 45 hari. Pakan ikan yang digunakan terdiri dari dua jenis yaitu pakan ikan buatan lokal dan pakan ikan produksi pabrikan. Pakan ikan buatan lokal dengan bahan baku rucah ikan, tepung ikan, bungkil kedelai, sebagai sumber protein utama pakan dan tepung singkong, onggok, dedak halus, sebagai sumber karbohidrat yang di tambah dengan bungkil sawit, vitamin mix, mineral mix, dan minyak ikan sebagai pelengkap. Bahan baku di peroleh dari masyarakat di sekitar. Selain benih dan pakan, beberapa bahan yang menunjang produksi antara lain kapur dolomit, pupuk kandang, vitamin mix dan mineral mix serta obat-obatan. Bahan-bahan yang digunakan merupakan konten lokal dan banyak tersedia di masyarakat. Kegiatan Produksi Ikan Patin Super merupakan usaha perikanan yang bergerak di bidang perikanan khususnya produksi ikan patin konsumsi. Usaha ini meliputi dua bidang usaha yaitu 1) usaha produksi produksi ikan patin konsumsi dan 2) usaha layanan jasa. Usaha produksi ikan meliputi usaha produksi ikan patin super baik pembenihan maupun pembesaran. Usaha produksi ikan patin super ditujukan untuk menyediakan ikan patin konsumsi yang berkualitas untuk memenuhi standar industri pengolahan ikan dengan kriterai ukuran lebih besar dari 900 gram dan daging berwarna putih. Selain itu Kegiatan Produksi Ikan Patin Super ditujukan dalam mendukung peningkatan pengembangan sistem budaya kewirausahaan mahasiswa serta menyediakan sarana pembelajaran bagi mahasiswa, alumni dan masyarakat dalam kewirausahaan di bidang produksi ikan. Keunggulan produk yang dihasilkan dalam usaha ini adalah Produk ikan patin yang dihasilkan merupakan ikan patin super dengan ukuran diatas 900 gram per ekor dengan lama waktu pemeliharaan 6 bulan, Kualitas produk ikan patin yang dihasilkan mempunyai keunggulan dari sisi kualitas daging dan warna daging yang cerah dan Fillet ikan patin 39

yang dihasilkan mempunyai keunggulan warna putih dengan tingkat kandungan lemak yang rendah. Metode produksi ikan patin melalui proses produksi secara intensif dan dilakukan secara terkontrol supaya kualitas produk yang dihasilkan selalu terjaga. Produksi dimulai dengan persiapan media kolam pembesaran dilanjutkan penebaran benih ikan patin ukuran 1 inchi dengan padat tebar 15 ekor/m 2 dan dilanjutkan dengan pemeliharaan selama 6 bulan. Pengelolaan pakan pada tahap pemeliharaan dilakukan dengan frekuensi 2 kali sehari dengan feeding rate 2 % per hari. Periode bulan Februari 2017 dilakukan penebaran benih ikan patin sebanyak 35000 ekor yang ditebar pada 2 kolam besar (20 x 30 m) dan 12 kolam ukuran sedang (8x10 m). Sasaran pasar produk ikan patin super yang dihasilkan adalah restoran, perhotelan dan industri pengolah ikan patin yaitu PT Central Proteina Prima. Metode pemasaran dengan melakukan kerjasama secara langsung dengan PT Centrak Proteina Prima, restoran dan perhotelan dalam memenuhi kebutuhan ikan patin konsumsi. Strategi pemasaran yang dilakukan dalam rangka menunjang pelaksanaan PPUPIK adalah melakukan kerjasama langsung dengan industri pengolahan ikan patin yaitu PT Central Proteina Prima serta pemasaran langsung ke hotel dan restoran di wilayah Bandar Lampung. Dalam rangka mendekatkan dan mengenalkan produk kepada konsumen maka akan dilakukan promosi melalui publikasi media cetak di Lampung serta mengikuti kegiatan kegiatan pameran di wilayah Lampung. Selain itu, dilakukan promosi ke sekolah dalam pemasaran jasa pelatihan dan kunjungan bagi siswa (Kunjungan IPTEK). Keunggulan produk yang dihasilkan dalam usaha ini adalah Ikan patin yang dihasilkan merupakan ikan patin super yang diproduksi dari benih hasil produksi rekayasa pemuliaan yang telah dilakukan dengan lama waktu produksi pembesaran ikan patin adalah 6 bulan, ikan patin super yang dihasilkan adalah ikan patin dengan ukuran diatas 900 gram per ekor dengan kualitas daging standar putih dengan kadar lemak rendah, fillet ikan patin yang dihasilkan adalah fillet dari hasil produksi sendiri dengan kemasan 500 gram per packing, implementasi pembuatan fillet ikan patin menerapkan teknologi yang sederhana namun higienis, teknologi produksi ikan patin yang digunakan merupakan hasil pengembangan teknologi produksi yang dilakukan oleh team sejak 40

tahun 2012, teknologi produksi menerapkan teknologi intensif yang ramah lingkungan serta terkontrol sehingga mudah dilaksanakan dengan menggunakan peralatan yang sederhana, produksi ikan dapat diusahakan dalam skala kecil, menengah bahkan skala besar dengan kebutuhan modal relatif kecil sampai besar, lokal konten usaha produksi ikan patin ini 100 persen sehingga kemandirian usaha cukup baik (tidak tergantung pasokan dari luar), usaha produksi ikan ini padat karya sehingga dapat menyerap banyak tenaga kerja lokal sehingga dapat menciptakan sistem perekonomian kerakyatan serta mampu dijadikan sarana pertumbuhan perekonomian lokal. Kegiatan dilakukan sejak awal tahun 2013 hingga sekarang dengan lokasi kegiatan di Kampus Politeknik Negeri Lampung, Jl Soekarno Hatta No 10 Rajabasa Bandar Lampung. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Karya utama dari kegiatan ini adalah produk ikan patin yang mempunyai kualitas baik dan harga murah. Keunggulan dari produk yang dihasilkan dibandingkan dengan usaha sejenis adalah ukuran > 900 gram per ekor, daging berwarna putih dan tidak bau tanah. Sedangkan layanan jasa dikembangkan dalam bentuk jasa konsultasi dan pembinaan bagi mahasiswa, UKM dan masyarakat dalam pengembangan usaha perikanan. Selain itu usaha yang dikembangkan ini dapat dimanfaatkan sebagai wahana unit pembelajaran bagi mahasiswa dalam mengembangkan jiwa wirausaha dan unit pembelajaran bagi usaha lain yang dibinanya, sehingga terjadi peningkatan kualitas SDM, yang akhirnya dapat meningkatkan nilai tambah suatu produk. Produksi Ikan Patin Super Politeknik Negeri Lampung merupakan usaha penyediaan ikan patin ukuran konsumsi yang berkualitas yang ditawarkan ke industri pengolahan ikan dan masyarakat disertai pembinaan terhadap kegiatan usaha yang dikembangkan baik UKM maupun masyarakat petani pembudidaya. produk yaitu Rp 13.500,- per kg.. Hasil kegiatan produksi yang dipasarkan seperti terlihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Rekapitulasi produksi pakan ikan air tawar Harga yang ditawarkan pada Tahun No Jenis Produk/kegiatan 2015 2016 2017 1 Ikan Patin konsumsi (kg) 20.375 22.250 32.450 Kunjungan siswa (jumlah 10 2 3 5 kegiatan) 41

Konsultasi masyarakat 6 3 6 11 (jumlah kegiatan) 4 Siswa magang (orang) 4 8 9 Berdasarkan Tabel 3.1 menunjukkan produksi ikan patin super mengalami peningkatan sejak tahun 2016 hingga tahun 2017. Peningkatan ini merupakan dampak peningkatan sarana produksi melalui program PPUPIK yang dilakukan pada awal tahun 2017. Selain itu peningkatan ini juga merupakan permintaan dari industri terutama PT CPP sebagai mitra utama dalam pemasaran produk. Selain itu dengan semakin dikenalnya unit produksi ikan patin super di masyarakat kegiatan kunjungan pembelajaran bagi siswa-siswa sekolah dan kegiatan konsultasi usaha semakin meningkat. Produksi ikan patin super sebagai usaha penyedia ikan patin konsumsi pada tahun 2016 dapat memproduksi ikan patin konsumsi sebesar 22.250 kg dan pada tahun 2017 mencapai 32.450 kg dengan spesifikasi produk ikan patin yang dihasilkan yaitu ikan patin konsumsi dengan bobot > 900 gram per ekor dan daging berwarna putih. Nilai nominal penjualan produk pada tahun 2016 mencapai 300.375.000,- atau rata-rata mencapai 25.031.250,- per bulan dan pada tahun 2017 mencapai 438.075.000,- atau rata-rata mencapai 36.506.250,- per bulan. Selain sebagai sarana produksi, Unit Produksi Ikan Patin Super juga digunakan sebagai wahana pembelajaran bagi siswa, mahasiswa maupun masyarakat di bidang usaha dan produksi ikan patin. Sejak tahun 2016, unit produksi ikan patin menjadi tempat magang bagi siswa SMK perikanan serta magang bagi mahasiswa Politeknik Negeri Lampung. Selain itu juga unit usaha telah menjadi tempat wisata pendidikan bagi siswa-siswa taman kanak-kanak dan sekolah dasar. 42

Gambar 3.1 Aktifitas produksi dan pemasaran ikan patin super Insentif personal pengelola unit PPUPIK belum mencerminkan standar usaha pada umumnya. Hal ini diterapkan dengan pertimbangan bahwa unit usaha baru berdiri dengan omset yang relatif kecil sehingga personal yang terlibat tidak hanya berorientasi kepada imbalan gaji melainkan juga perlu melakukan investasi untuk akselerasi perkembangan unit usaha yang didirikan. Selain itu, beban kerja tim pengelola relatif tidak intensif mengingat skala usaha yang masih relatif kecil. Pengelola unit usaha saat ini mencapai 6 orang yang melibatkan alumni sebanyak 2 orang. Dampak yang timbul dari program PPUPIK Produksi Ikan Patin Super dapat ditinjau dari berbagai aspek, diantaranya dari segi pengembangan Ipteks, ekonomi dan masyarakat. Bagi pengembangan Ipteks adalah munculnya usaha produksi Ikan Patin Super yang menyediakan ikan air tawar akan membantu pemenuhan kebutuhan ikan patin yang berkualitas dan harga murah di masyarakat terutama untuk pemenuhan kebutuhan industri pengolahan ikan. Selain itu Unit Produksi Ikan Patin Super memberikan manfaat bagi mahasiswa dan siswa SMK dalam meningkatkan jiwa wirausaha dan masyarakat berjiwa bisnis melalui kegiatan magang yang dilakukan di unit usaha. Manfaat bagi masyarakat atau kelompok masyarakat, Unit PPUPIK dapat menjadi wahana bagi masyarakat atau kelompok masyarakat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru untuk menunjang usahanya terutama dalam bidang produksi ikan patin serta sebagai wahana unit pembelajaran bagi unit usaha lain yang dibinanya, sehingga terjadi peningkatan kualitas SDM, yang akhirnya dapat meningkatkan nilai tambah suatu produk. Di samping itu, bagi pemerintah daerah tidak perlu membangun diklat yang memakan biaya yang sangat besar. 4. KESIMPULAN Mengacu kepada hasil kegiatan program PPUPIK Produksi Ikan Patin Super, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut; Usaha Produksi Ikan Patin Super mendapatkan respon positif dari mahasiswa, masyarakat serta Industri. Jumlah produksi ikan patin yang dihasilkan mengalami peningkatan mencapai 32.450 kg dengan nominal 438.075.000,- atau mengalami peningkatan sebesar 46 % dibandingkan tahun 2016 yang hanya mencapai 22.250 kg dengan nominal 300.375.000,- 43

UCAPAN TERIMAKASIH Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah turut membantu Unit PPUPIK Produksi Ikan Patin Super. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2010. Lampung dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Lampung. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2009. Program prioritas pengembangan perikanan dan kelautan. Siaran Pers. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010. Rencana Strategis Kementerian Kelautan Perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 44