I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit adalah komoditi strategis yang diharapkan dapat memberikan konstribusi yang besar bagi devisa negara, khususnya karena pergeseran pangsa konsumsi minyak nabati dunia yang memperlihatkan kenaikan permintaan akan minyak sawit. Pada masa krisis ini pengembangan kelapa sawit ditujukan untuk pemenuhan kelangkaan akan bahan baku minyak goreng domestik dan di lain pihak ditujukan untuk pasar ekspor. Produk olahan utama kelapa sawit adalah CPO (nude palm oil) dan PKO (palm karnel oil) yang diperoleh melalui proses ekstraksi Turunan produk dari CPO dan PKO tersebut sangat beragam dan tidak terbatas pada minyak goreng sehingga memungkinkan untuk mengembangkan industri hilirnya. Bahkan limbah dari kelapa sawitpun mempunyai nilai jual yang cukup tinggi (Lubis 1992) Sampai dengan akhir tahun 1996 Malaysia masih tercatat sebagai penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia dengan volume produksi CPO sebesar 8 386 ribu ton dan PKO 1 107 ribu ton, sedangkan Indonesia pada tahun yang sama menempati urutan kedua dengan volume produksi CPO sebesar 4.450 ribu ton dan PKO 511 2 ribu ton Dalam mewujudkan misinya untuk menggeser dominasi Malaysia dan menjadi negara penghasil minyak sawit nomor satu di dunia, Indonesia mengembangkan perkebunan kelapa sawit dengan pesat Selama kurun waktu 26 tahun terakhir, perkebunan kelapa sawit terus berkembang dari areal seluas 133 298 Ha pada tahun 1970 menjadi 2 249.514 Ha pada akhir tahun 1996 dan pada tahun 1998 diprediksi menjadi 2 633 899 Ha dengan volume
produksi CPO 5.902.178 ton dan PKO 1.302.907 ton (CIC, 1998). Secara khusus perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit dan produksi minyak sawit di seluruh Indonesia priode tahun 1989-1998 akan diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembanean Luas Areal Perkebunan Kela~a Sawit dan Produksi Minyak ~awir di Seluruh Indonesia Tahun 1989-1998 Tahun Luas Area1 Pertum Prodnksi Pertumbu Pmdulcsl Perhunbuhan bulll3n l~an @a) CPO PKO (YO) (%) (%I (ton) (ton) 1989 973 528 1 961 954 392 389 L I I I I I I I *) Angka sementara **) Angka perkiraan Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan CIC (1998). Industri minyak goreng, terutama yang berbahan baku sawit mempunyai pangsa pasar yang sangat besar, karena merupakan kebutuhan pokok bagi semua orang. Dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa Indonesia merupakan peluang pasar yang cukup potensial. Dengan terjadinya depresiasi rupiah terhadap dollar yang cukup tajam yang terus berlangsung sejak sejak Juli 1997, prospek kelapa sawit di pasar ekspor menjadi lebih menguntungkan. Hal ini terjadi karena adanya penyesuaian - penyesuaian yang menjadikan biaya produksi lebih murah karena dihitung dengan rupiah. Volume dan nilai ekspor, impor komoditas kelapa sawit di Indonesia periode tahun 1992-1996 diperlihatkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Kelapa Sawit Indonesia tahun 1992 Sumber : Badan Pusat Statistik, akompas 10 Aystus 1998 Selain minyak goreng, CPO maupun PKO dikonsumsi juga oleh industri lainnya seperti Oleokimia, Margarine/shortening, sabun, dan lain - lain. Konsumsi minyak goreng sawit mencapai 61,9% setiap tahunnya, sedangkan industri oleokimia sekitar 14,5 %, industri sabun sekitar 12,2 %, industri margarine sekitar 7,8 % dm 3,6 % untuk konsumsi sektor industri lainnya seperti komestika (Indonesia Busines Trend, 1998). Berdasarkan perhitungan yang dilakukan Oil World dalam Bisnis Indonesia 13 Maret 1997, periode 1998-2001 produksi minyak nabati berjumlah 83.68 juta ton. Dari jumlah tersebut kontribusi minyak sawit dm minyak inti mencapai 27,8 %. Pada periode yang sama, konsumsi minyak sawit diprediksikan mencapai 104 281.000 ton. Kondisi ini akan mendongkrak harga komoditas tersebut. Pada periode 2007-2012 pangsa produksi kelapa sawit masih terbesar. Priode 2003-2007 naik menjadi 30,l % dan 2007-2012 naik tipis menjadi 30,s %. Konsumsi minyak sawit diperkirakan memiliki daya serap terbanyak dibandingkan dengan minyak lainnya. Dari total konsumsi 118,06 juta ton (2003-2007), pangsa konsumsi minyak mencapai 21,4 %. Sementara priode 2007-2012 total konsumsi naik menjadi 132,23 juta ton. Seiring dengan kenaikan ini, pangsa konsumsi minyak sawit pun naik menjadi 22,5 % (Bisnis Indonesia, 12 Juni
1997). Untuk lebih jelasnya perkembangan konsumsi CPO di Indonesia diperlihatkan pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Konsumsi CPO di Indonesia Tahun Konsumsi (ribu ton) 1992. 1993 2.789 1994 2.036 1995 2.774 1996 3.350 1997 3.688 1998 3.879 Sumber : Ditjen Perkebunan Bisnis Indonesia 12 juni 1997 Perkembangan teknologi pengolahan kelapa sawit yang semakin pesat menimbulkan perubahan yang cepat pada pabrik kelapa sawit. Perusahaan dituntut untuk dapat proaktif dan mengantisipasi perubahan tersebut agar tidak tertinggal dalam persaingan global. Situasi krisis seperti saat ini terjadi memaksa semua pihak untuk berpaling pada teknologi produksi pertanian yang tidak memerlukan biaya tinggi dan tidak boros energi. Khusus untuk komoditi kelapa sawit pengembangan teknologi diarahkan kepada efisiensi, baik dari teknologi budidaya, teknologi pengolahan maupun teknologi pemasarannya. Perubahan paradigma berpikir global, pengembangan pertanian dalam arti luas sebagai leading sector hendaknya mengarah pada konsep nilai tambah. Demikian juga dalam pengembangan kelapa sawit, penerapan konsep nilai tambah sangat berguna bagi pengembangan industri hilirnya Persoalan tidak efisiennya pengolahan kelapa sawit masih banyak terjadi. Banyak pabrik kelapa sawit yang masih mengalami idle capacity dan pencapaian
rendemen yang masih dibawah standar. Hal ini disebabkan karena manajemen teknologi yang ada belum dimanfaatkan secara optimal SIPEF Group salah satu Perusahaan Modal Asing (PMA) berbentuk Holding Company yang bergerak di bidang agroindustri. Kegiatan usaha SIPEF Group di tunjukkan pada Lampiran 1. PT. Tolan Tiga Indonesia (PT.T.T.1) mempakan salah satu anak perusahaan dari SIPEF Group yang melaksanakan kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit dan mempakan agen yang mengelola perusahaan - pe~szihaan yang ada di SIPEF Group, dengan has areal perkebunan saat ini seluas 8473 ha dan memiliki satu pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 60 ton tbsljam. Produk olahan utama yang dihasilkan adalah CPO (Crude Palnl Oil). Bahan baku yang digunakan adalah Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang diperoleh dari hasil perkebunan kelapa sawit di lingkungan SIPEF Group. CPO dan Inti Sawit yang dihasilkan dijual dipasar ekspor dan sebagian untuk pasar dalam negeri. http://mb.ipb.ac.id/ Untuk mengantisipasi persaingan yang semakin ketat di era globalisasi SIPEF Group dituntut untuk memiliki keunggulan teknologi, sehingga dihasilkan produk - produk yang memiliki nilai tambah tinggi. Strategi teknologi dapat dilakukan dengan mengelola dan mengembangkan komponen - komponen teknologi secara optimal yang terdiri dari perangkat teknologi (technoware), perangkat sumber daya manusia (humanware), perangkat informasi (infoware) dan perangkat organisasi (orgmuare) untuk menghasilkan proses atau produk yang dapat meningkatkan conipetiti~~e ad~mltage. Masalah lain yang perlu ditingkatkan adalah pelaksanaan teknologi produksi bersih (cleaner production) yang mengarah pada ekoefisiensi, temtama
dalam pemanfaatan limbah guna menghasilkan produk - produk ikutan (byprodzrct) yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan dapat memberikan tambahan pendapatan bagi perusahaan. Sampai saat ini teknologi yang ada pada SIPEF Group belum dikelola secara optimal. Dalam upayanya untuk meningkatkan nilai tambah, maka perusahaan berusaha memasuki pasar global melalui pemanfaatan teknologi yang dimilikinya secara optimal Berkaitan dengan rencana SIPEF Group untuk tampil sebagai perusahaan terkemuka dalam agribisnis, perusahaan perlu mengetahui sampai dimana tingkat teknologinya dan mengkaji strategi teknologi yang tepat bagi pengembangan perusahaan, B. Perurnusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang dihadapi perusahaan tersebut, maka geladikarya ini difokuskan pada kajian sebagai berikut : "Bagaimana yang tepat bagi PT. Tolan Tiga Indonesia (PT.T.T.1) dalam melaksanakan dan mengembangkan manajemen teknologi proses pengolahan kelapa sawit dalam rangka meningkatkan nilai tambah produknya dan berdaya saing di pasar global, baik dari segi kualitas maupun kuantitas dalam upaya untuk mencapai tujuan perusahaan" C. Tujuan Geladikarya Meningkatkan pemahaman tentang praktek - praktek bisnis yang ditetapkan di perusahaan, khususnya yang berhubungan dengan strategi teknologi yang meliputi: 1. Mengkaji penerapan strategi teknologi proses pengolahan kelapa sawit
2 Mengindentifikasi faktor - faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan manajemen teknologi 3. Mengkaji nilai tambah produk CPO dan Inti Sawit 4 Merumuskan altematif strategi teknologi dan strategi bisnis yang dapat diterapkan sesuai dengan kemampuan perusahaan. D. Manfaat Geladikarya Geladikarya ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak manajemen PT. Tolan Tiga Indonesia dalam menentukan strategi teknologi dan strategi pengembangan bisnisnya secara efisien dan efektif. E. Ruang Lingkup Geladikarya Ruang lingkup geladikarya ini dibatasi pada permasalahan sebagai berikut: 1. Pengkajian penerapan strategi teknologi pada proses pengolahan kelapa sawit dan mengindentifikasi faktor - faktor yang mempengaruhi penerapan manajemen teknologi di PT. Tolan Tiga Indonesia (PT. T T.1) dalam upaya meningkatkan nilai tambah untuk bersaing di pasar global 2. Kajian ini hanya mencakup pemberian alternatif strategi teknologi dan strategi bisnis di perusahaan sedangkan implementasinya diserahkan kepada pihak manajemen PT. Tolan Tiga Indonesia (PT.