BAB II. No. 83/DSN-MUI/VI/2012. A. Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 83/DSN-MUI/VI/2012 Tentang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Mekanisme penjualan yang dijalankan oleh PT. Arminareka Perdana

BAB V PEMBAHASAN. A. Sistem Pemasaran Umrah dan Haji Plus PT. Arminareka Perdana. pemasaran yang dijalankan oleh PT. Armina Utama sukses yang kemudian

BAB IV ANALISIS BISNIS BIRO PERJALANAN HAJI DAN UMROH PT ARMINAREKA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN NO:83/DSN-MUI/VI/2012

Sekretariat : Gedung MUI Lt.3 Jl. Proklamasi No. 51 Menteng - Jakarta Telp. (021) Fax: (021)

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 62/DSN-MUI/XII/2007 Tentang AKAD JU ALAH

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah [2]: 275: &$!%#*#$ 234 +#,-.,(/01 '() )5'(2%6.789:;<= & #AB7CDE3" Orang yang makan (mengambil) riba ti

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D

FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL

KEDUDUKAN HUKUM MLM. SHARIA COMPLIANCE By Dr. H. Ardito Bhinadi, M.Si

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

$!%#&#$ /0.#'()'*+, *4% :;< 63*?%: #E Orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya

Halal Network atau Multi Level Marketing Berbasis

BAB I PENDAHULUAN. (kemampuan kondisi keamanan perjalanan). 3. berkaitan dengan kesehatan jasmani, istiṭ ā ah amaliyah, yaitu

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2): dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):27

BAB II DAN RIBĀ DALAM FIQIH MUAMALAH. yang berarti dia memutuskannya. Qarḍ. masdar yang berarti memutuskan. Qarḍ

karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. 3. Firman Allah SWT

BAB II. dipraktikkan oleh masyarakat. Selain itu, praktik penjualan barang dan

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

F A T W A MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR : 03 TAHUN 2011 TENTANG

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

Dan Janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfa at) sampai ia dewasa penuhilah janji; sesungguhnya janji

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):278 45)& %*('! Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang yang b

c. QS. al-ma idah [5]: 6: 78.9&:;8&<,-.,, &DEF2 4A0.0BC 78#1 #F7"; 1, 4&G5)42 # % J5#,#;52 #HI Hai orang yang beriman, janganlah ke

Sekretariat : Jl. Dempo No. 19 Pegangsaan - Jakarta Pusat Telp. (021) Fax: (021)

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL No : 75/DSN MUI/VII/2009 Tentang PEDOMAN PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG SYARIAH (PLBS)

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 57/DSN-MUI/V/2007 Tentang LETTER OF CREDIT (L/C) DENGAN AKAD KAFALAH BIL UJRAH

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

BAB IV. A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NUsantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB I PENDAHULUAN. konsumen agar setia dengan produk yang dijual.caranya sangat beragam di antaranya

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

b. Undang-undang RI. Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. c. Surat dari PT. Danareksa Investment Management, nomor S-09/01/DPS- DIM. d. Pendapat pe

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

Dan tolong-menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kep

Konversi Akad Murabahah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

uang perakmu ini. Dan hendaklah ia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan yang lebih baik bagimu, dan hendaklah ia b

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 58/DSN-MUI/V/2007 Tentang HAWALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

!"#$#% & '() *%&+, # #-.#(/' 01 '*234%& #:

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

Sharing (berbagi resiko). Cara pembayarannya sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

(dari mengambil riba), maka bagiannya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang me

BAB II FATWA DSN-MUI NO: 75/DSN-MUI/VII/2009 TENTANG PEDOMAN PENJUALAN LANGSUNG BERJENJANG SYARIAH (PLBS)

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN. A. Analisis Terhadap Mekanisme Pembayaran Imbalan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KOMERSIALISASI DOA DI PEMAKAMAN UMUM JERUK PURUT JAKARTA

Obligasi Syariah Ijarah

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

Mura>bahah adalah istilah dalam fikih Islam yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

Mudharabah Musytakarah

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti saling. memenuhinya sendiri, sehingga memerlukan orang lain.

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS MELALUI MODEL WARALABA SYARI AH DI LAUNDRY POLARIS SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan antara satu sama lain untuk saling tolong menolong karena untuk. sendiri, adakalanya meminta bantuan orang lain.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV. IMPLEMENTASI AKAD IJĀRAH DALAM BNI ib PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

F A T W A MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR : 8 TAHUN 2010 TENTANG PENGUATAN EKONOMI SYARIAH DAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

Musha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya

Religion Pandangan Islam Mengenai Asuransi

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

Mudharabah Musytarakah Asuransi

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 72/DSN-MUI/VI/2008 Tentang SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA IJARAH SALE AND LEASE BACK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar

Transkripsi:

BAB II KONSEP AKAD AL-IJĀ RAH AL-MAWṢ Ū FAH FI AL-DHIMMAH DAN AKAD JU Ā LAH MENURUT FATWA DSN-MUI No. 83/DSN-MUI/VI/2012 A. Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 83/DSN-MUI/VI/2012 Tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) Jasa Perjalanan Umrah Fatwa menurut bahasa berarti jawaban mengenai suatu kejadian (peristiwa). Sedangkan fatwa menurut syara adalah menerangkan hukum syara dalam suatu persoalan sebagai jawaban dari suatu pertanyaan, baik si penanya itu jelas identitasnya maupun tidak, baik perseorangan maupun kolektif. 1 Fatwa selayaknya disebut sebagai ensiklopedia ilmiah modern yang sudah tentu dibutuhkan oleh setiap muslim yang menaruh perhatian terhadap zamannya beserta segala permasalahannya. Namun demikian tidak berarti bahwa semua yang tertulis dalam kitab fatwa benar seluruhnya, kekeliruan yang ada didalamnya dimaafkan, bahkan akan memperoleh pahala selama hal itu dilakukan sebagai upaya ijtihad. 2 Pertimbangan DSN MUI mengeluarkan fatwa No: 83/DSN- MUI/VI/2012 Tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) Jasa Perjalanan Umrah dikarenakan bahwa semakin maraknya bisnis 1 Yusuf Qardhawi, Al-Fatwa Bainal Indhibat wat-tasayyub Fatwa Antara Ketelitian dan Kecerobohan, Cet. 1 (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), 5. 2 Ibid., 14. 28

29 mengenai penjualan langsung berjenjang atau biasa disebut MLM dan tidak terkecuali Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) yaitu MLM Syariah. Bisnis ini banyak menimbulkan hal-hal yang dapat merugikan masyarakat jika dalam sistemnya terdapat unsur-unsur yang dilarang oleh Syariah Islam seperti adanya money game atau perjudian. Sehingga, masyarakat pada umumnya dan lembaga bisnis syariah pada khususnya memerlukan pedoman yang jelas dalam melaksanakan operasional Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) Jasa Perjalanan Umrah. Pelaksanaan Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) Jasa Perjalanan Umrah supaya dipraktikan dengan prinsip syariah oleh lembaga bisnis syariah pada khususnya dan masyarakat pada umumnya maka DSN MUI mengeluarkan fatwa tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syaraiah (PLBS) Jasa Perjalanan Umrah dengan berlandaskan hukum Islam yang meliputi:

30 1. Firman Allah SWT dalam Q.S. An-Nisaa': 29: 3 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. 2. Hadits Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf: ( ) Artinya: Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. (HR. Tirmidzi dari Amr bin Auf). 4 3. Kaidah Fiqih 3 al-qur an, 4: 29. 4 Sunan At-Turmudzi, Kitab al-sifat al-qiyamah wa ar-rakaik al-wara, Bab 60, No.2517, 60.

31 Artinya: Pada dasarnya, semua bentuk mu amalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. 5 Artinya: Segala mudarat (bahaya, kerugian) harus dihilangkan. 6 Fatwa DSN MUI No:83/DSN-MUI/VI/2012 Tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) Jasa Perjalanan Umrah merupakan hasil ijtihad ulama yang dituangkan dalam rapat pleno pengurus Dewan Syariah Nasional pada tanggal 16 Rajab 1433 H/06 Juni 2012 M di Jakarta. Fatwa DSN MUI ini bersifat mengikat dan final bagi lembaga bisnis syariah. Sehingga semua lembaga bisnis syariah harus patuh dan taat dengan apa yang telah dirumuskan dan ditentukan oleh Dewan Syariah Nasional. Diantara ketentuan yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) Jasa Perjalanan Umrah yaitu sebagai berikut: 7 5 A. Djazuli, kaidah-kaidah Fikih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-masalah yang Praktis (Jakarta: Kencana, 2011), 130. 6 Nashr Farid Muhammad Washil dan Abdul Azis Muhammad Azzam, Qawa id Fiqhiyyah (Jakarta: Amzah, 2009), 5. 7 DSN MUI, Fatwa DSN No: 83/DSN-MUI/VI/2012, dalam https://dsnmui.or.id/produk/fatwa/?wpv_post_search=penjualan+langsung+berjenjang+syariah+jas a+perjalanan+umrah/, (diakses pada tanggal 28 Maret 2017, pukul 09.30).

32 1. Ketentuan Akad Al-Ijā rah Al-Mawṣ ū fah fi Al-dhimmah dalam fatwa DSN MUI No:83/DSN-MUI/VI/2012 Tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) Jasa Perjalanan Umrah: a. Dalam hal ini perusahaan wajib memiliki kemampuan untuk menyerahkan objek akad, yakni memberangkatkan anggota untuk melaksanakan umrah. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan permodalan, kemampuan manajerial, dan kemampuan operasional. b. Perusahaan wajib menyerahkan objek akad, yakni memberangkatkan anggota untuk melaksanakan umrah, pada waktu dan program umrah sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam akad jika syarat-syaratnya telah dipenuhi. c. Ketentuan mengenai objek akad yaitu jasa perjalanan umrah harus jelas rinciannya pada saat akad, antara lain bimbingan manasik, visa, akomodasi, transportasi (pesawat terbang dan transportasi di tanah suci), catering, muthawwif, ziarah, dan pengurusan di bandara (handling airport). d. Objek akad harus menjadi tujuan akad bagi anggota. e. Apabila perusahaan memperoleh potongan harga jasa perjalanan umrah, maka hasil/manfaat potongan tersebut dikembalikan kepada para anggota, kecuali disepakati lain dalam akad. f. Dalam hal harga objek akad tidak dibayar tunai (lunas) pada saat akad, anggota (calon jamaah) boleh diminta membayar uang muka dan uang muka tersebut merupakan bagian dari harga objek akad.

33 2. Ketentuan Akad Ju ā lah dalam fatwa DSN MUI No:83/DSN- MUI/VI/2012 Tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) Jasa Perjalanan Umrah: a. Ketentuan Mengenai Perusahaan (Ja il) 1) Perusahaan sebagai ja il wajib memenuhi syarat-syarat legalitas formal, termasuk Surat Izin Usaha Penjualan Langsung (SIUPL) dari pihak otoritas. 2) Perusahaan wajib memiliki pedoman pelaksanaan pemasaran dan mekanisme pengawasan yang sesuai dengan syariah. 3) Perusahaan wajib menyebutkan/menjelaskan risiko-risiko yang mungkin akan dialami oleh peserta, termasuk dalam hal anggota tidak mampu menambah uang muka dan/atau tidak mendapatkan imbalan karena tidak berhasil merekrut anggota/mitra lainnya. 4) Perusahaan wajib membayar imbalan yang dijanjikan kepada anggota ( amil), jika anggota mencapai prestasi (menyelesaikan hasil pekerjaan/natijah/objek akad) yang telah disepakati. 5) Perusahaan wajib membuat akun setiap anggota secara tersendiri untuk membukukan imbalan berikut sumbernya yang diterima oleh anggota sebelum objek akad Ijā rah diwujudkan untuk diserahterimakan kepada anggota. b. Ketentuan Mengenai Objek Akad Ju ā lah

34 1) Objek akad ju ā lah (mahal al- aqd) harus jelas, yaitu pekerjaan yang berupa perekrutan calon anggota dan pembinaan, anggota yang berhasil direkrut dan dibina merupakan natijah. 2) Jumlah anggota/mitra level bawah (down-line) dan yang dibina oleh mitra level atas (up-line) harus dibatasi sesuai kebutuhan dan kewajiban untuk umrah. 3) Sistem perektutan keanggotaan, bentuk penghargaan dan secara seremonial yang dilakukan tidak mengandung unsur yang bertentangan dengan aqidah, syariah dan akhlak mulia, seperti syirik, kultus dan lain-lain. c. Ketentuan Mengenai Imbalan (Ju l) 1) Imbalan Ju ā lah (reward/ iwadh/ju l) harus ditentukan besarannya oleh Ja il dan diketahui oleh anggota pada saat pendaftaran. 2) Imbalan Ju ā lah yang diberikan kepada anggota harus berasal dari komponen biaya paket perjalanan umrah yang telah diakui dan dibukukan sebagai pendapatan perusahaan dan/atau dari kekayaan perusahaan. 3) Imbalan Ju ā lah harus digunakan seluruhnya atau sebagiannya untuk biaya keberangkatan umrah, guna menghindari penyimpangan tujuan mengikuti PLBS, yaitu melaksanakan umrah (bukan bertujuan untuk mendapatkan imbalan semata).

35 4) Imbalan Ju ā lah yang dijanjikan oleh perusahaan kepada anggota tidak menimbulkan ighra. 5) Sistem pembagian imbalan Ju ā lah bagi anggota pada setiap peringkat/level harus mengacu pada prinsip keadilan dan menghindari unsur eksploitasi. 6) Imbalan Ju ā lah yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota, baik besaran maupun bentuknya, harus berdasarkan pada hasil prestasi yang dilakukan anggota sebagaimana tertuang dalam akad. 7) Tidak boleh ada imbalan Ju ā lah secara pasif yang diperoleh anggota secara regular tanpa melakukan pembinaan dan/atau prestasi. 2. Ketentuan Pembatalan dalam fatwa DSN MUI No: 83/DSN- MUI/VI/2012 Tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah (PLBS) Jasa Perjalanan Umrah: a. Perusahaan atau anggota tidak boleh membatalkan akad Al-Ijā rah Al-Mawṣ ū fah fi Al-dhimmah tanpa udzur syar i. b. Apabila terjadi pembatalan dari pihak perusahaan atas Al-Ijā rah Al-Mawṣ ū fah fi Al-dhimmah berdasarkan udzur syar i, maka semua harga objek akad yang telah diserahkan kepada perusahaan wajib dikembalikan kepada anggota. c. Apabila terjadi pembatalan dari pihak anggota atas Al-Ijā rah Al- Mawṣ ū fah fi Al-dhimmah berdasarkan udzur syar i. maka semua

36 harga objek akad yang telah diserahkan kepada perusahaan wajib dikembalikan kepada anggota setelah dikurangi biaya-biaya yang nyata yang wajar. d. Apabila anggota membatalkan Al-Ijā rah Al-Mawṣ ū fah fi Aldhimmah tanpa udzur syar i, maka tidak ada pengembalian harga objek akad kepada anggota, dan anggota yang bersangkutan tidak boleh lagi menjadi anggota PLBS Jasa Perjalanan Umrah. 3. Ketentuan Mengenai Jaringan dan Penyelenggaraan a. Penyelenggaraan PLBS Jasa Perjalanan Umrah harus terhindar dari muqā marah, gharā r, mayshir, ribā, dharar, ẓ ulm, money game, ighra, jahā lah, tadlī s, ghishsh, talbī s, kitmā n, dan shubhat. b. Jika pemberangkatan umrah ditunda karena kelalaian perusahaan, maka anggota/mitra dapat membatalkan akad Al-Ijā rah Mawṣ ū fah fi Al-Dhimmah atas jasa perjalanan umrah, dan dana (harga jasa perjalanan umrah) milik anggota yang telah dibayarkan kepada milik anggota yang telah dibayarkan kepada perusahaan wajib dikembalikan oleh perusahaan kepada anggota. c. Tidak boleh ada biaya untuk meningkatkan level (naik peringkat) pada saat akad d. Dalam hal anggota tidak mampu lagi menambah dana untuk membayar kekurangan biaya umrah dan/atau yang bersangkutan gagal merekrut mitra lainnya dalam jangka waktu yang disepakati

37 para pihak, sehingga tidak berhasil mendapatkan dana yang cukup untuk melunasi biaya perjalanan umrah, maka perusahaan wajib mengembalikan komponen biaya paket jasa perjalanan umrah dari dana milik anggota/mitra tersebut setelah dikurangi biaya yang nyata. B. Konsep Akad Al-Ijā rah Mawṣ ū fah fi Al-Dhimmah dan Akad Ju ā lah 1. Akad Al-Ijā rah Mauṣ ū fah fi Al-Dhimmah a. Pengertian Akad Al-Ijā rah Mauṣ ū fah fi Al-Dhimmah Ijā rah berasal dari kata al-ajru artinya ganti, upah atau menjual manfaat. Transaksi ijā rah identik dengan jual beli, tetapi dalam ijā rah pemilikan dibatasi dengan waktu. Menurut Ibnu Qudamah, ijā rah termasuk ke dalam kategori jual-beli. Sebab, ijā rah adalah pemberian hak milik dari masing-masing pihak (yang menyewakan dan penyewa) kepada pihak yang lain. Dengan demikian, ijā rah adalah penjualan manfaat, dan manfaat berkedudukan sama dengan benda. Sebab, manfaat sah untuk diberikan baik pada saat masih hidup maupun setelah meninggal dunia. Manfaat juga terjamin dengan adanya penguasaan terhadap barang yang disewa, juga terjamin dengan adanya penguasaan terhadap barang yang disewa, juga terjamin dengan adanya penguasaan terhadap barang yang disewa, juga terjamin dari kerusakan (bila barang yang disewa rusak

38 sehingga tidak dapat mengeluarkan manfaatnya, maka penyewa berhak mengembalikannya kepada pihak yang menyewakan). 8 Dalam konsep akad Ijā rah terdapat akad Al-Ijā rah Mawṣ ū fah fi Al-Dhimmah. Akad Al-Ijā rah Mawṣ ū fah fi Al-Dhimmah termasuk dalam konsep akad Ijā rah karena yang diperjualbelikan adalah jasa tetapi dalam akad Al-Ijā rah Mawṣ ū fah fi Al-Dhimmah penyerahan objek Ijā rah di kemudian hari. Akad Al-Ijā rah Mawṣ ū fah fi Al- Dhimmah adalah akad sewa menyewa atas manfaat suatu barang (manfaat ain) dan/atau jasa ( amal) yang pada saat akad hanya disebutkan sifat-sifat dan spesifikasinya (kuantitas dan kualitas). Akad Al-Ijā rah Mawṣ ū fah fi Al-Dhimmah memiliki karakteristik yang khas sebagai berikut: 9 1) Al-Ijā rah Mawṣ ū fah fi Al-Dhimmah adalah jual jasa untuk masa yang akan datang. 2) Al-Ijā rah Mawṣ ū fah fi Al-Dhimmah terdiri dari dua akad, yaitu akad ijā rah dan akad salam. 3) Akad ijā rah karena yang diperjualbelikan adalah jasa. Akad salam karena objek ijā rah diserahkan kemudian (bukan cash). Oleh karena itu akad Al-Ijā rah Mawṣ ū fah fi Al-Dhimmah sering disebut salam jasa atau forward jasa. 4) Manfaat barang/jasa belum tersedia atau belum bisa dimanfaatkan pada saat akad. 8 Ibnu Qudamah, Al-Mughni, Juz. 8 (Kairo: Dar Alamul Kutub, 1997), 7. 9 Oni Sahroni dan Adiwarman A. Karim, Maqashid Bisnis dan Keuangan Islam: Sintesis Fikih dan Ekonomi (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 208.

39 5) Pada umumnya dalam praktik kontemporer, upah dibayar secara berangsur. b. Rukun dan Syarat Al-Ijā rah Mawṣ ū fah fi Al-Dhimmah Dalam fikih, rukun dan syarat ijā rah ada tiga, sebagaimana pula rukun dan syarat dalam pembahasan akad Al-Ijā rah Mawṣ ū fah fi Al- Dhimmah, diantaranya yaitu: 10 1) Pihak-pihak akad (penyewa dan pihak yang menyewakan), 2) Sighat, dan 3) Objek ijā rah (upah dan jasa). Syarat ijā rah yang berkaitan dengan pembahasan Al-Ijā rah Mawṣ ū fah fi Al-Dhimmah adalah syarat yang berkaitan dengan manfaat dan upah. Syarat-syarat objek ijā rah harus berupa: 11 1) Benda yang bernilai dan bisa dimanfaatkan karena objek ijā rah adalah manfaat barang bukan barangnya. 2) Diketahui spesifikasinya dengan jelas. 3) Bisa diserahterimakan. 4) Digunakan untuk tujuan yang dibolehkan syariat. 10 Ibid.,209. 11 Dewan Syariah Nasional MUI, Fatwa DSN No: 101/DSN-MUI/X/2016 tentang Akad Al-Ijarah Al-Maushufah Fi Al-Dzimmah (Jakarta Pusat: MUI, 2016), 8.

40 c. Landasan Hukum Akad Al-Ijā rah Mawṣ ū fah fi Al-Dhimmah Akad Al-Ijā rah Mawṣ ū fah fi Al-Dhimmah diperbolehkan dengan ketentuan dalil sebagai berikut: 1) Firman Allah dalam surat Al-Baqarah: 282. 12 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya 2) Firman Allah dalam surat Al-Baqarah: 233. 13... Artinya: Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. 12 Al-Qur an, 2: 282. 13 Al-Qur an, 2: 233.

41 2. Akad Ju ā lah a. Pengertian Akad Ju ā lah Dalam kehidupan sehari-hari manusia itu melakukan kegiatan, ada yang bisa dilakukan sendiri, ada juga yang harus dilakukan melalui kegiatan orang lain. Berkaitan dengan kegiatan melalui orang lain inilah yang harus diberi imbalan dalam bentuk upah atau dengan imbalan dalam bentuk lain. 14 Akad Ju ā lah, secara etimologis berasal dari kata al-ju lu yang berarti upah. Ja altu lahu ju lan artinya aku membuat upah untuknya. Ibnu Faris menyatakan bahwa al-ju lu, al-ja ā lah, dan alja ilah artinya sesuatu yang diberikan kepada seseorang karena suatu pekerjaan yang dilakukan. Adapun akad Ju ā lah secara terminologis adalah menjadikan suatu harta tertentu untuk orang yang mengerjakan suatu pekerjaan yang mubah untuknya meskipun pekerjaan itu tidak diketahui, atau untuk orang yang bekerja untuknya dalam suatu waktu meskipun tidak diketahui. 15 14 Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer Hukum Perjanjian, Ekonomi, Bisnis, dan Sosial, Cet. 1 (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), 121. 15 Miftahul Khairi, Ensiklopedi Fiqih Muamalah dalam Pandangan 4 Madzhab, (Yogyakarta: Maktabah Al-Hanif, 2014), 415.

42 b. Rukun dan Syarat Akad Ju ā lah Rukun Ju ā lah ada empat, diantaranya sebagai berikut: 16 1) aqidain 2) Shighah 3) Pekerjaan 4) Upah Sedangkan syarat-syarat Ju ā lah sebagai berikut: 17 1) Pekerjaan yang diminta dikerjakan adalah mubah. Tidak sah transaksi Ju ā lah pada sesuatu yang tidak mubah. Seperti khamr, menyanyi dan lain sebagainya. 2) Upah dalam Ju ā lah berupa harta yang diketahui jenis dan ukurannya karena upah yang tidak diketahui tidak sesuai dengan tujuan transaksi Ju ā lah. 3) Upah dalam Ju ā lah harus suci,dapat diserahterimakan, dan dimiliki oleh peminta Ju ā lah. 4) Pekerja menyelesaikan pekerjaan yang diminta dalam Ju ā lah dan menyerahkannya kepada orang yang menyuruhnya. c. Landasan Hukum Akad Ju ā lah Akad Ju ā lah dalam hukum Islam diperbolehkan dengan berdasarkan firman Allah sebagai berikut: 1) Firman Allah dalam Al-Qur an Surat An-Nisaa : 58. 18 16 Ibid., 418. 17 Ibid., 419. 18 al-qur an, 4: 58.

43 Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. 2) Firman Allah dalam Al-Qur an Surat Yusuf: 72. 19 Artinya: Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala Raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya" 19 al-qur an, 12: 72.