BPS KABUPATEN BANYUWANGI No. 03/Mar/3510/Th.I, 02 April 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI BULAN MARET 2014 Bulan Maret 2014 Banyuwangi mengalami Inflasi sebesar 0,2 persen Pada bulan Maret 2014 Banyuwangi mengalami inflasi sebesar 0,20 persen. Dari 8 kota IHK di Jawa Timur, semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Malang sebesar 0,45 persen diikuti oleh Madiun sebesar 0,25 persen, Surabaya sebesar 0,23 persen, Banyuwangi sebesar 0,20 persen, Probolinggo sebesar 0,16 persen, Sumenep sebesar 0,08 persen, Jember sebesar 0,03 persen dan Kediri sebesar 0,02 persen. Inflasi Banyuwangi bulan Maret 2014 terjadi karena sebagian besar kelompok pengeluaran mengalami kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok sandang sebesar 1,16 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,45 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,38 persen, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,37 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,31 persen. Lonjakan inflasi Maret 2014 diredam oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang mengalami deflasi sebesar 0,22 persen, disusul kelompok bahan makanan dengan deflasi sebesar 0,12 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya inflasi adalah cabai rawit, emas perhiasan, cumi-cumi, batako, sepeda motor, bawang putih, tongkol, nangka muda, minyak goring, kerupuk ikan, kembung rebus, ikan asin belah, saun deterjen bubuk/cair, teri, seragam sekolah anak, angkutan udara, pasta gigi. Sementara komoditas yang menghambat laju inflasi adalah daging ayam ras, telur ayam ras, cabai merah, bawang merah, tempe, tahu mentah, gula pasir, apel, terong panjang, tomat sayur, beras, daging ayam kampong, sabun deterjen. Laju inflasi tahun kalender (Desember 2013-Maret 2014) Banyuwangi sebesar 1,81 persen lebih tinggi dari Jawa Timur sebesar 1,58 persen. Dari 8 kota IHK di Jawa Timur, laju Inflasi tahun kalender 2014 tertinggi terjadi di Banyuwangi diikuti oleh Madiun sebesar 1,72 persen, Surabaya sebesar 1,64 persen, Sumenep sebesar 1,63 persen, Malang sebesar 1,52 persen, Kediri sebesar 1,36 persen, Jember sebesar 1,31 persen, Probolinggo sebesar 1,13 persen. Laju inflasi year on year (y-o-y) (Maret 2014 terhadap Maret 2013) Banyuwangi sebesar 6,71 persen lebih tinggi dari Jawa Timur sebesar 6,59 persen. Dari 8 kota IHK di Jawa Timur, laju Inflasi y-o-y Pebruari 2014 tertinggi terjadi di Probolinggo sebesar 7,22 persen diikuti oleh Malang sebesar 7,21 persen, Kediri sebesar 7,00 persen, Banyuwangi sebesar 6,71 persen, Jember sebesar 6,50 persen, Surabaya sebesar 6,36 persen, Madiun sebesar 6,23 persen dan Sumenep sebesar 5,45 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No. 21/04/35/Th.XII, 1 April 2014 1
1. Indeks Harga Konsumen Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang sering digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) di tingkat konsumen, khususnya di daerah perkotaan. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Mulai Januari 2014, pengukuran inflasi di Indonesia menggunakan IHK tahun dasar 2012=100. Ada beberapa perubahan yang mendasar dalam penghitungan IHK baru (2012=100) dibandingkan IHK lama (2007=100), khususnya mengenai cakupan kota, paket komoditas, dan diagram timbang. Perubahan tersebut didasarkan pada Survei Biaya Hidup (SBH) 2012 yang dilaksanakan oleh BPS, yang merupakan salah satu bahan dasar utama dalam penghitungan IHK. Hasil SBH 2012 sekaligus mencerminkan adanya perubahan pola konsumsi masyarakat dibandingkan dengan hasil SBH sebelumnya. 2. Inflasi Banyuwangi Penghitungan inflasi Kabupaten Banyuwangi didasarkan pada hasil pemantauan/pendataan harga barang dan jasa yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada pasar tradisional dan pasar modern. Dari hasil pendataan tersebut diperoleh bahwa pada bulan Maret 2014 Banyuwangi mengalami inflasi 0,20 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 112,17 pada bulan Pebruari 2014 menjadi 112,39 pada bulan Maret 2014 (sebagaimana Tabel 1). Tabel 1. Andil dan Tingkat Inflasi Maret 2014, Inflasi Tahun Kalender 2014 dan Inflasi Year on Year menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100) Kelompok Pengeluaran IHK Maret 2013 IHK Desember 2013 IHK Pebruari 2014 IHK Maret 2014 Inflasi Maret 2014 1) Tingkat Inflasi Tahun Kalender 2014 Tingkat Inflasi Year on Year 2014 2) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) UMUM 105,32 110,39 112,17 112,39 0,20 1,81 6,71 1 Bahan Makanan 115,03 125,48 130,20 130,04-0,12 3,63 13,05 2 3 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 104,60 105,71 105,50 105,27-0,22-0,42 0,64 101,09 103,88 105,42 105,89 0,45 1,93 4,75 4 Sandang 103,19 103,02 104,82 106,04 1,16 2,93 2,76 5 Kesehatan 100,85 101,39 101,53 101,92 0,38 0,52 1,06 6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga 100,20 100,20 100,72 101,03 0,31 0,83 0,83 7 Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 99,90 107,62 107,84 108,24 0,37 0,58 8,35 1) Persentase perubahan IHK bulan Maret 2014 terhadap IHK bulan Pebruari 2014 2) Persentase perubahan IHK bulan Maret 2014 terhadap IHK bulan Maret 2013 2 Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No. 21/04/35/Th.XII, 1 April 2014
1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00-0,20-0,40 Inflasi bulan Maret 2014 sebesar 0,20 persen ini dipicu oleh kenaikan harga sebagian besar kelompok pengeluaran. Kenaikan tersebut ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok sandang sebesar 1,16 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,45 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,38 persen, kelompok transpor, komunikasi dan jasa Gambar 1. Inflasi Kelompok Pengeluaran Kabupaten Banyuwangi bulan Maret 2014 (%) -0,12-0,22 0,45 1,16 0,38 0,31 0,37 keuangan sebesar 0,37 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,31 persen. Lonjakan inflasi Maret 2014 diredam oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang mengalami deflasi sebesar 0,22 persen, disusul kelompok bahan makanan dengan deflasi sebesar 0,12 persen. Inflasi kelompok Sandang dipicu oleh semua subkelompok (subkel), terutama subkel barang pribadi dan sandang lain (1,86 persen), disusul sandang laki-laki (1,08 persen), sandang anak-anak (0,87 persen) dan sandang wanita (0,17 persen). Subkel barang pribadi dan sandang lain berasal dari komoditas emas perhiasan yang memberi andil inflasi sebesar 0,05 persen atau terjadi kenaikan sebesar 1,964 persen dibanding bulan sebelumnya. Inflasi emas perhiasan bulan maret 2014 tidak sebesar bulan pebruari 2014 sebesar 0,13 persen. Hal ini menunjukkan makin terpuruknya kurs rupiah terhadap dollar AS. Kenaikan subkel sandang terjadi terutama pada sandang laki-laki, disusul sandang anak dan sandang wanita. Inflasi kelompok perumahan, listrik, gas dan bahan bakar berasal dari inflasi komoditas batako sebesar 0,046 persen atau kenaikan sebesar 11,11 persen. Inflasi tersebut diduga akibat semakin maraknya pembangunan gedung tempat tinggal dan bukan tempat tinggal sehingga menambah permintaan komoditi tersebut sebagai substitusi batu merah. Komoditas dari kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan yang menyumbang inflasi sebesar 0,37 persen antara lain berasal dari komoditas tarif angkutan udara dengan Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No. 21/04/35/Th.XII, 1 April 2014 3
kontribusi 0,01 persen. Hal ini disebabkan pada Bulan Maret terjadi pemberlakukan Peraturan Menteri Perhubungan No 2 Tahun 2014, peraturan tersebut mengatur tentang besaran biaya tambahan tarif penumpang kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri, dimana memasukkan biaya "fuel surcharge" untuk tiket pesawat terbang. Kenaikan ini dilakukan karena pelemahan nilai tukar rupiah dan naiknya harga bahan bakar pesawat atau avtur. Meskipun kelompok bahan makanan mengalami deflasi akibat turunnya harga beras dan tahu tempe, inflasi Cabe Rawit terus merayap naik mulai (Januari-Maret) 2014 dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,21 persen (Januari); 0,36 persen (Pebruari); 0,46 persen (Maret). Kenaikan harga cabe rawit berpengaruh signifikan terhadap inflasi akibat besarnya nilai konsumsi (peranan 2,74 persen), meroketnya komoditas tersebut diduga karena minimnya stok yang ada di pasar akibat berkurangnya produksi hasil pertanian. Sementara konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut tidak dapat diganti oleh komoditas lainnya. Terkereknya inflasi bulan maret 2014 didukung oleh komoditi cumi-cumi, bawang putih, tongkol, nangka muda, minyak goring, kembung rebus, ikan asin belah, teri, kacang panjang, sawi hijau, lemuru, lele, bayam, anggur, daging sapi dan kacang hijau. Komoditas yang menghambat laju inflasi dari kelompok bahan makanan adalah daging ayam ras, telur ayam ras, cabai merah, bawang merah, tempe, tahu mentah, gula pasir, apel, terong panjang, tomat sayur, beras, daging ayam kampung. Berbeda dengan bulan sebelumnya, pada bulan Maret 2014 harga tahu tempe mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,05 persen. Hal ini diduga akibat stok kedele sebagai bahan baku tahu tempe sudah tercukupi dan berdampak pada normalisasi harga bahkan terjadi penurunan harga. Terjadinya panen raya padi sawah mulai minggu kedua Maret 2014 berakibat pada turunnya harga Gabah di tingkat petani dan berdampak pada penurunan harga beras yang ada di pasaran atau terjadi deflasi. Meski tidak signifikan, deflasi komoditi beras mampu mengerem inflasi maret 2014 sebesar 0,022 persen. 4 Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No. 21/04/35/Th.XII, 1 April 2014
3. Inflasi 8 Kota di Jawa Timur Gambar 2. Inflasi 8 Kota dan Jawa Timur Gambar 3. Inflasi Kumulatif 8 Kota dan bulan Maret 2014 Jawa Timur ( Bulan Maret 2013 - Maret 2014) Pada bulan Maret 2014, 8 kota IHK di Jawa Timur semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi ada di kota Malang sebesar 0,43 persen, diikuti Madiun 0,25 persen, Surabaya 0,23 persen, Banyuwangi 0,20 persen, Probolinggo 0,16 persen, Sumenep 0,08 persen, Jember 0,03 persen dan inflasi terendah terjadi di Kediri sebesar 0,02 persen sebagaimana terlihat pada Gambar 2. Komoditas yang memberikan andil terbesar pada inflasi di Jawa Timur adalah cabai rawit, tarif angkutan udara, beras, bawang putih. Kumulatif inflasi sampai dengan Bulan Maret 2014, Kabupaten Banyuwangi menduduki peringkat pertama tertinggi sebesar 1,81 persen, disusul Madiun 1,72 persen, Surabaya 1,64 persen, Sumenep 1,63 persen, Malang 1,51 persen, Kediri 1,36 persen, Jember 1,31 persen dan kumulatif terendah terjadi pada Kota Probolinggo sebesar 1,13 persen, sebagaimana terlihat pada Gambar 3. Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No. 21/04/35/Th.XII, 1 April 2014 5
6 Berita Resmi Statistik Kabupaten Banyuwangi No. 03/Mar/3510/Th.I, 02 April 2014