PERAN IAI DALAM PEMBERIAN REKOMENDASI IJIN PRAKTEK DALAM IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMER 31 TAHUN 2016

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN MELALUI PENGATURAN APOTEK DAN PRAKTIK APOTEKER

SOSIALISASI JUKLAK PMK 31/2016. SE No. HK MENKES ttg JUKLAK Registrasi, Izin Praktik da Izin Kerja Tenaga Kefarmasian

DUKUNGAN PEMERINTAH DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

- 2 - Mengingat ketentuan: 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan L

PERMENKES No. 889/MENKES/PER/V/2011 Tentang REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN 4/1/2013 1

Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera, serta memperkuat perekonomian negara dan daya saing bisnis

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002 / PP.IAI/1418/IX/2016

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 003/ PP.IAI/1418/IX/2016. Tentang

Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Eksistensi Apoteker di Era JKN dan Program PP IAI

Peraturan Pemerintah ini mengatur Pekerjaan Kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi atau penyaluran, dan pelayanan sediaan farmasi.

PEKERJAAN KEFARMASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Blitar,... Nomor :... Kepada : Lampiran : 1 ( satu ) berkas Yth. Kepala KP2T Kota Blitar Perihal : Permohonan SIA Jl. Jawa No.

PENINGKATAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI KOMUNITAS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 512/MENKES/PER/IV/2007 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

IMPLEMENTASI PRAKTIK APOTEKER BERTANGGUNG JAWAB DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN MENUJU APOTEKER YANG BERMARTABAT

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011

PENGUATAN REGULASI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

PERATURAN ORGANISASI IKATAN APOTEKER INDONESIA

Jalur Distribusi Obat

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS RESERTIFIKASI PROFESI APOTEKER DENGAN METODA SATUAN KREDIT PARTISIPASI (SKP) TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 679/MENKES/SK/V/2003 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA ASISTEN APOTEKER

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : Kep. 006/ PP.IAI/1418/IV/2014

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL SURAT IJIN APOTIK (SIA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

CEK LIST PERSYARATAN PERMOHONAN / PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK

Aspek legal. untuk pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan. Yustina Sri Hartini - PP IAI

MAKALAH FARMASI SOSIAL

CEK LIST PERMOHONAN PINDAH ALAMAT APOTIK (SIA BERUBAH)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REGISTRASI / PERIZINAN TENAGA KESEHATAN MAJELIS TENAGA KESEHATAN PROV. SULAWESI SELATAN

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG IZIN APOTEK

KEBIJAKAN OBAT DAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548/MENKES/PER/V/2007 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK OKUPASI TERAPIS

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1239/Menkes/SK/XI/2001 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK PERAWAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TUJUAN. a. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian. b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan

SISTEM PELAYANAN PERIZINAN TENAGA KESEHATAN. Oleh : KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN Drg. Hj. USMA POLITA NASUTION, M. Kes

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

IDENTIFIKASI ANALISIS PROSES DAN PROSEDUR PERSYARATAN, SARANA DAN PRASARANA, WAKTU DAN BIAYA PELAYANAN

Penguatan Regulasi di Bidang Kefarmasian dan Alkes

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

JEJARING PROGRAM NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI INDONESIA

HASIL DISKUSI TERKAIT KEPUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (1994), apoteker mempunyai peran profesional dalam

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEDAGANG ECERAN OBAT

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

CEK LIST PERMOHONAN PERGANTIAN APOTEKER

KEBIJAKAN DITJEN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENDUKUNG DAN MENJAMIN AKSES SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2017 TENTANG PENDAFTARAN ANGGOTA IKATAN APOTEKER INDONESIA

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH dalam menjamin KETERSEDIAAN OBAT DI INDONESIA

KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA PADANG dr. FERIMULYANI, M. Biomed

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/148/I/2010 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PERAWAT

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS CADASARI

SKPD Penanggungjawab : DINAS KESEHATAN DAERAH. PERSYARATAN sebagai lampiran :

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG KESEHATAN NO. 36 TH. 2009

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS DAN KLINIK

Wimbuh Dumadi,S.Si.M.H.,Apt Ketua Pengurus Daerah IAI DIY. Yogyakarta, 14 April 2018

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

IKATAN APOTEKER INDONESIA

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

BAB I PENDAHULUAN. Buku Panduan Pelaksanaan Sistem Pelayanan Terpadu (SIMPEDU) Perizinan Kefarmasian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERIJINAN DI BIDANG KESEHATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN DEMAK

Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Pedagang Besar Farmasi dengan data sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PERAN IAI DALAM PEMBERIAN REKOMENDASI IJIN PRAKTEK DALAM IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMER 31 TAHUN 2016 Jamaludin Al J Ef Ketua PD IAI Jawa Tengah Disampaikan dalam RAKERCAB dan Seminar PC IAI Sukoharjo, 20 April 2017

PRAKTIK KEFARMASIAN DI INDONESIA

UU 36/09 Bagian Kelima Belas Pengamanan dan Penggunaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Pasal 98 Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman, berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan terjangkau. Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang mengadakan, menyimpan, mengolah, mempromosikan, dan mengedarkan obat dan bahan yang berkhasiat obat. Ketentuan mengenai pengadaan, penyimpanan, pengolahan, promosi, pengedaran sediaan farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi standar mutu pelayanan farmasi yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Pemerintah berkewajiban membina, mengatur, mengendalikan, dan mengawasi pengadaan, penyimpanan, promosi, dan pengedaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

UU 36/09 Pasal 108 Praktik kefarmasiaan Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ketentuan mengenai pelaksanaan praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

AMAR KEPUTUSAN MK NO 112/PUU- VIII/1210, terkait pasal 108 dari UU 36/09 Pemahaman pasal: Keputusan MK ini memperkuat pasal 108 dari UU 36/09 bahwa Praktik Kefarmasian diakui dan Dilaksanakan oleh Tenaga Kefarmasian Dalam keadaan darurat yang mengancam keselamatan jiwa, dokter, dokter gigi dan perawat dapat melakukan secara terbatas

Hanya tenaga kefarmasian sebagai tenaga kesehatan yang memiliki kekuatan hukum mengikat dalam menjalankan praktik kefarmasian dan Tenaga kesehatan dokter, dokter gigi, perawat secara terbatas yang melakukan tugasnya dalam keadaan darurat yang mengancam keselamatan jiwa

Implikasi interpretasi pasal 108 oleh MK Praktik Kefarmasian sebagai praktik yang ditetapkan oleh Undang Undang 36/09 Kompetensi Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi Farmasi Kompetensi Profesi Farmasi Pemahaman Keahlian Kecukupan Pengalaman Praktik Meliputi Pembuatan termasuk Pengendalian Mutu Sediaan Farmasi, Pengamanan, Pengadaan, Penyimpanan, Pendistribusian Obat, Pelayanan obat atas Resep Dokter,, Pelayanan Informasi Obat, Bahan Obat, dan Obat Tradisional Pemahaman Kewenangan Pengakuan oleh Sistem Negara melalui Registrasi Lisensi Praktik SPO Praktik Kefarmasian

Permenkes Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Permenkes 73 / 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Tujuan Standar Pelayanan di Apotek Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian Melindungi pasien dan masy dari obat yg tidak rasional dalam rangka patient safety Pembinaan dan Pengawasan Dilaksanakan oleh Menteri, Kadinkes provinsi, kab/kota Dapat melibatkan organisasi profesi Pengawasan Dilaksanakan oleh Menteri, Kadinkes provinsi, kab/kota, khusus terkait pengawasan sediaan farmasi terkait pengelolaan sed farmasi dilakukan juga oleh Ka BPOM sesuai tugas dan fungsi masing masing Selain pengawasan, Ka BPOM dapat melakukan pemantuan, pemberian bimbingan, dan pembinaan terhadap pengelolaan sediaan farmasi di instansi pemerintah dan masy di bidang pengawasan sediaan farmasi

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI PELAYANAN FARMASI KLINIK Perencanaan Pengadaan Penerimaan Penyimpaan Pengendalian Pencatatan dan Pelaporan Pengkajian dan pelayanan resep Pelayanan Informasi Obat Pelayanan Kefarmasian di rumah Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Dispensing Konseling Pemantauan Terapi Obat (PTO) Keselamatan Pasien Sumber daya manusia Sarana dan Prasarana Evaluasi Mutu Pelayanan Kefarmasian

PERMENKES 9/2017 : TINJAUAN PRAKTIK APOTEKER DAN PELAYANAN KEFARMASIAN GPP Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Regulasi tentang Apotek: Permenkes 9 /2017 Transformasi Apoteker dari dispensing sediaan farmasi menjadi penyedia pelayanan kefarmasian dan informasi obat Papan Nama Apotek Papan Nama Praktek Apoteker DARI Obat sebagai sebuah Produk Dispensing Solo Pengetahuan MENJADI Terapi Obat Care giver Tim tenaga kesehatan Informasi Apoteker harus memberikan pelayanan langsung Peningkatan outcome terapi pasien Dlm rangka peningkatan keselamatan pasien

TATA CARA PERMOHONAN SIA (PASAL 12-15 PERMENKES NO.9/2017) KEGIATAN Pengajuan permohonan tertulis oleh Apoteker kepada Pemda Kabupaten/Kota PERSYARATAN FC STRA, KTP, NPWP, Peta lokasi dan denah bangunan, daftar sarana, prasarana, dan peralatan. Pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek oleh Tim pemeriksa Dinas Kesehatan Kab/Kota Pelaporan hasil pemeriksaan oleh Tim pemeriksa Dinkes Kab/Kota kepada Pemda Kab/Kota BAP Penerbitan SIA oleh Pemda Kab/Kota dengan tembusan Direktur Jenderal, Kadinkes Provinsi, Ka. Balai POM, Kadinkes Kabupaten/Kota, dan Organisasi Profesi Penerbitannya SIA bersamaan dengan penerbitan SIPA untuk Apoteker pemegang SIA. Masa berlaku SIA mengikuti masa berlaku SIPA. SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan

PERMENKES 9/2017 : PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pengawasan yang dilakukan selanjutnya dilaporkan kepada Menteri secara berkala minimal 1(satu) kali dalam setahun. Kadinkes Kab/Kota Menteri Pembinaan dan Pengawasan melibatkan Kadinkes Provinsi Khusus pengawasan sediaan farmasi dalam pengelolaan sediaan farmasi Kepala BPOM Organisasi Profesi Pasal 28-30

PERAN IAI DALAM IMPLEMENTASI PERMENKES NO. 9 TAHUN 2017 1.Melakukan sosialisasi kepada anggotanya di wilayahnya masing-masing. 2.Memastikan anggotanya telah melaksanakan ketentuan yang dimaksud dengan waktu paling lama 2 tahun sejak permenkes terbit. 3.Melaporkan kepada IAI pusat ditebuskan ke Kementerian Kesehatan RI terkait kegiatan sosialisasi Permenkes yang dilakukan. 4.Berkoordinasi dengan IAI Pusat dan Kemenkes terkait kendala dalam implementasi permenkes tersebut.

PERAN IAI TERKAIT IMPLEMENTASI PERMENKES TENTANG APOTEK IAI PERSYARATAN SIA : STRA PERIZINAN APOTEK - Memberikan sertifikat kompetensi profesi. - Mengeluarkan surat rekomendasi untuk nantinya dilampirkan dalam permohonan SIPA/SIPTTK Mendapatkan tembusan ketika SIA diterbitkan oleh Pemda Kab/Kota (Pasal 13 ayat (6)) PENGAWASAN IMPLEMENTASI PERMENKES TENTANG APOTEK Terlibat dalam pengawasan pelaksanaan Permenkes (Pasal 28 ayat (2))

Permenkes Nomor 31 tahun 2016 tentang Perubahan Registrasi, Izin Praktik dan Izin Tenaga Kerja Kefarmasian

SURAT IZIN TENAGA KEFARMASIAN SURAT IZIN KERJA Dibaca dan dimaknai SURAT IZIN PRAKTIK SIPA bagi Apoteker SIPTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian

SURAT EDARAN PERMENKES NO.31/2016 Hal yang diatur dalam SE : A. Surat Izin Praktik 1. SIP Apoteker 2. SIP TTK B. Tata Cara Pemberian Surat Izin Praktik 1. SIPA 2. SIPTTK C. Pembinaan dan pengawasan

A. SURAT IZIN TENAGA KEFARMASIAN FASILITAS KEFARMASIAN Fasilitas Produksi Sed. Farmasi Fasilitas Distribusi /Penyaluran Sed. Farmasi SIPA diberikan Paling banyak untuk 1 tempat Fasilitas pelayanan kefarmasian SIPA diberikan paling banyak untuk 3 tempat Apoteker yang telah memiliki SIPA atau SIKA bds PMK 889/2009, SIPA dan SIKA berlaku sebagai SIPA sampai habis masa berlakunya

KETENTUAN PEMBERIAN SIPA Kepemilikan SIPA bagi Apoteker di Fasyanfar dan Instalasi Farmasi Pemerintah / TNI / POLRI Kepemilikan SIPA bagi Apoteker yang telah memiliki SIA Kepemilikan SIA Pihak yang berwenang dalam penerbitan SIPA/SIPTTK maksimal 3 SIPA Hanya dapat memiliki 2 SIPA pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian lain hanya boleh mempunyai 1 SIA Pemerintah Kab/Kota tempat Tenaga Kefarmasian menjalankan praktiknya. Untuk permohonan SIA, Apoteker dapat menggunakan SIPA Kesatu, SIPA Kedua atau SIPA Ketiga.

KETENTUAN PAPAN NAMA INFORMASI MINIMAL PADA PAPAN NAMA APOTEK Nomor SIA : Alamat : (Nama Apotek) INFORMASI MINIMAL PADA PAPAN NAMA PRAKTIK APOTEKER Nama Apoteker : Nomor SIPA : Jadwal Praktik : (jam/hari) Harus berbeda dengan jadwal praktik ybs di fasilitas kefarmasian lain Papan nama dipasang di dinding bagian depan bangunan atau dipancangkan di tepi jalan

B. TATA CARA PEMBERIAN SIPA APOTEKER PERSYARATAN/ DOKUMEN YANG DIBERIKAN Kadinkes atau PTSP Kab/Kota Mengajukan permohonan SIPA Surat permohonan sesuai dengan format pada formulir 1/2/3 Surat Edaran tentang Petunjuk pelaksanaan PMK No.31/2016 Menerbitkan SIPA Persyaratan administratif seperti fc STRA, Surat peretujuan atasan, surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi, surat rekomendasi IAI, pas foto, fotokopi SIPA sebelumnya. Pengajuan SIPA Kedua melampirkan fc SIPA Kesatu Pengajuan SIPA Ketiga melampirkan fc SIPA Kesatu dan SIPA Kedua

C. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Surat Edaran ini dilakukan oleh Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dan/atau Organisasi Profesi sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing

Pelaksanaan Pemberian Surat Rekomendasi SIPAApoteker

KEWENANGAN (PP 51/2009) PUSAT (KFN) PROPINSI KABUPATEN/ KOTA ORGANISASI PROFESI PENDIDIKAN MEMBUAT NSPK MENERBITKA N/ MENCABUT STRA, STRA KHUSUS MENERBITK AN SRTTK MENERBITKAN / MENCABUT SIPA, SIKA.SIKTTK MENERBITKAN SURAT KOMPETENSI IJAZAH APOTEKER DAN TTK SESUAI STANDAR PENDIDIKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASA N PEMBINAAN DAN PENGAWASA N WAJIB MELAKUKAN PEMETAAN TENAGA APT, TTK, JLH PENDUDUK, KEBUTUHAN YANKES, KETERJANGKAUAN PELAYANAN DAN JUMLAH SARANA YANKES MENGELUARK AN REKOMENDASI PENEMPATAN APOTEKER, TTK MENGURUS SERTIFIKAT KOMPETEN SI APOTEKER YANG BARU LULUS MENGAJUK AN PENGURUS AN STRA,STRTT K SECARA KOLEKTIF KE KFN

Pengertian Rekomendasi Hal minta perhatian bahwa orang yg disebut dapat dipercaya, baik (biasa dinyatakan dng surat); penyuguhan hal minta perhatian bahwa orang yg disebut dapat dipercaya, baik (biasa dinyatakan dng surat); penyuguhan

Tujuan Pengaturan Praktik Kefarmasian MEMBERIKAN PERLINDUNGAN MEMPERTAHANKAN DAN MENINGKATKAN MUTU MENJAMIN KEPASTIAN HUKUM

Lingkup Rekomendasi SKIL SUBJEK KNOWLEDGE ATTITUDE REKOMENDASI BENDA OBJEK TEMPAT WAKTU

Hubungan Dalam Pemberian Rekomendasi KADINKES IAI APOTEKER

Karakteristik dan Praktik Kefarmasian KETIDAKPASTIAN WAKTU BIAYA KETIMPANGAN PENGETAHUAN PENGARUHNYA TERHADAP MASYARAKAT

Elemen Essensial dalam Meningkatkan KualitasPraktik Kefarmasian TEKNIS INTERPERSONAL KENYAMANAN

Unsur Penting dalam Memberikan Izin/ Rekomendasi PARTISIPASI KEADILAN KETERBUKAAN TANGGAP DALAM MELAYANI BERORIENTASI PADA KEPENTINGAN YANG LUAS BERDAYA GUNA & DAN BERHASIL GUNA TANGGUNG JAWAB MEMILIKI VISI KEDEPAN

IAI dan Rekomendasi KEDUDUKAN DAN PERAN YANG STRATEGIS PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ANGGOTA I A I PEDOMAN HUBUNGAN ANGGOTA DAN ORGANISASI (SIMBOLIK / RIIL)

SK PO 002 TENTANG REKOMENDASISK PO-002 ttg PO Rekomendasi-27 September 2016-Jogja (1).pptx

KEPUTUSAN RAPAT KOORDINASI NASIONAL IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor:Kep.001/RAKORNAS- IAI/1418/I/2017 tentang KESEPAKATAN HASIL RAPAT KOORDINASI NASIONAL IKATAN APOTEKER INDONESIA

Lampiran SK Nomor:Kep.001/RAKORNAS- IAI/1418/I/2017 Berdasarkan sosialisasi Surat Edaran NOMOR HK.02.02/MENKES/24/2017 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Komite Farmasi Nasional dengan narasumber : 1. Dra. R. Dettie Yuliati, Apt - Direktur Pelayanan Kefarmasian Ditjen Farmalkes Kemenkes RI 2. Dr.Faiq Bahfen, SH Anggota Komite Farmasi Nasional Maka diperoleh kesepakatan sebagai berikut :

A. Untuk Internal 1. Disepakati bahwa Apoteker yang dapat melakukan pengadaan sedian farmasi ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah : a. Apoteker yang memiliki Surat Izin Apotek (SIA) di Apotek tersebut b. Apoteker yang memiliki Surat Izin Apotek (SIA) sebagaimana dimaksud pada poin (a) jika cuti/sakit/melahirkan/tugas dinas, mendelegasikan kepada apoteker yang memiliki SIPA di sarana yang sama dengan memberitahukan kepada Dinas Kesehatan Kab/Kota setempat. c. Apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) di Rumah Sakit (RS) yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur RS sebagai Apoteker yang berwenang dalam pengadaan sediaan farmasi

d. Apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) di Klinik dan Surat Keputusan Direktur/Pimpinan Klinik sebagai Penanggungjawab Ruang Farmasi e. Apoteker yang memiliki SIPA di PUSKESMAS dan SK Kepala Dinas Kesehatan sebagai Penanggungjawab Ruang Farmasi f. Apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) di Instalasi farmasi Pemerintah/TNI/POLRI di Kab/Kota/Provinsi/Pusat dan Surat Keputusan dari Kepala Dinas Kesehatan/Kepala Daerah/Menteri Kesehatan

2. Pada dasarnya Rekomendasi IAI hanya berpedoman pada PO No.002/PP- IAI/1418/IX/2016 tentang Rekomendasi Surat Izin Praktik Apoteker, dengan penyempurnaan rekomendasi berdasarkan lokasi praktik sebagai berikut: a. Biaya rekomendasi setiap Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) berpedoman pada PO.No.002/PP-IAI/1418/IX/2016 tentang Rekomendasi Surat Izin Praktik Apoteker (maksimal 100 ribu rupiah)

b. Iuran anggota antar cabang didalam PD 100% + 50 % (Penjelasan : Bagi Apoteker yang memiliki SIPA kedua atau Ketiga di wilayah PC IAI yang berbeda dengan PC IAI dimana SIPA Kesatu berada, tetapi masih dalam satu wilayah PD IAI, maka selain membayar kewajiban Iuran Anggota sebagaimana diatur dalam PO.No.002/PP- IAI/1418/V/2015 tentan Iuran Anggota, juga dikenakan iuran anggota tambahan sebesar 50% iuran anggota untuk PC IAI dimana SIPA kedua atau SIPA ketiga berada)

c. Iuran anggota antar cabang diluar PD 100% + 90% (Penjelasan : Bagi Apoteker yang memiliki SIPA kedua atau Ketiga di wilayah PD IAI yang berbeda dengan PD IAI dimana SIPA Kesatu berada, maka selain membayar kewajiban Iuran Anggota sebagaimana diatur dalam PO.No.002/PP- IAI/1418/V/2015 tentan Iuran Anggota, juga dikenakan iuran anggota tambahan sebesar 90% iuran anggota dengan rincian 40% untuk PD IAI dan 50% untuk PC IAI dimana SIPA kedua atau SIPA ketiga berada)

B. Untuk Eksternal Diharapkan kepada Ditjen Farmalkes Kemenkes dalam melakukan Sosialisasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian dan Surat Edaran NOMOR HK.02.02/MENKES/24/2017 Tentang Petunjuk elaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian kepada Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota dan pemangku kepentingan terkait agar mengikutsertakan Pengurus IAI.

P E N Stakeholder terkait untuk tetap mempedomani Permenkes Nomor 889 Tahun 2011 dengan memperhatikan perubahan yang terdapat pada Permenkes UNomor 31/2016 beserta Petunjuk Pelaksanaannya. Diperlukan koordinasi yang baik dan sinergi dari setiap unsur dalam peningkatan mutu apoteker U utamanya dalam optimalisasi peran Apoteker untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Optimalisasi peran Apoteker dilakukan melalui peningkatan kompetensi, regulasi, sumber daya kefarmasian Perguruan Tinggi Farmasi, KFN, IAI, Kementerian Kesehatan berperan penting bagi kemajuan Apoteker di Indonesia T P