BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana yang tertuang dalam Amandemen UUD

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. dari (bahasa Sansekerta) buddyah yang merupakan bentuk jamak dari kata

BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN. Berdasarkan uraian pada Bab Latar Belakang dan Landasan Teori, maka masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang. 1.1 Identifikasi Masalah. Maluku dengan Ibukota Ambon adalah salah satu provinsi yang terletak di

BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,

BAB III METODE PENELITIAN. yang menerangkan cara-cara untuk mengadakan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah. Data yang diperoleh dapat berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui pernyataan bahwa manusia adalah makhluk zoonpoliticon 75, yaitu bahwa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian ke lapangan, seorang peneliti harus melakukan

LEMBAGA KEMASYARAKATAN (LEMBAGA SOSIAL)

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak akan lepas dari norma yang

Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah. satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Margosari 1 (Satu). Karena itu jenis penelitian di batasi hanya pada mendeskripsikan,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 TINJUAN UMUM ETIKA. Henry Anggoro Djohan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tlogowungu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Peneliti melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan

Selayang Pandang Penelitian Kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

BAB III METODE PENELITIAN. dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan

Oleh: DUSKI SAMAD. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol

BAB I PENDAHULUAN. luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang besar dan pulau yang kecil. Sebagai

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif (qualitative research). Bogdan dan Taylor (Moleong,

III. METODE PENELITIAN. prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan keadaan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH METODE PENELITIAN KUALITATIF. Cara Pengajaran Tatap muka + Tanya jawab/diskusi

BAB IV PENUTUP. cara koersif maka akan tidak efektif. Pada dasarnya remaja memiliki sifat yang keras dan pemberontak.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan dan Tipe Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan

RENCANA PELAKSAAN PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sehingga tujuan penelitian yang hendak dicapai bisa terwujud dengan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. tradisi dan menghargai nilai-nilai luhur atau norma yang sudah disepakati

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan analisis data. Secara keseluruhan, keputusan ini melibatkan rancangan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa SPBU di atas adalah SPBU yang

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat

ETIKA DI DALAM MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 21 November Dalam jangka waktu tersebut dirasa cukup. menggali data untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, dan cara menarik kesimpulan yang bertujuan memperbaiki. prosedur dan kriteria baku dalam penelitian ilmiah.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambaha

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi

BAB III METODE PENELITIAN. dapat membantu memudahkan peneliti dalam menjalankan proses penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah

Memahami (Sekali Lagi) Grounded Research

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Pada Pendidikan Renang di SMP Al-Hikmah Surabaya, dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan agama. Hal itu merupakan

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

BAB I PENDAHULUAN. akan berubah entah itu memerlukan proses yang lambat ataupun cepat.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

ABSTRAK. Oleh: Budi Hermawan, Jurusan Bimbingan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Slamet Riyadi, Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Invaliditas aplikasi..., Bio In God Bless, FIB UI, 2009

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang. 1.1. Identifikasi Permasalahan. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana yang tertuang dalam Amandemen UUD 1945 Perubahan I sampai dengan IV (1999-2002), disebutkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, 1 [ Bnd. Penjelasan UUD 45 disebutkan bahwa negara indonesia berdasar atas hukum (rechtsstaat), dan tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machtsstaat), inilah penegasan kunci pokok pertama tentang system pemerintahan Negara Indonesia ini]. 2 Dalam penjelasan ini juga, secara tegas menyatakan bahwa Indonesia adalah Negara hukum sehingga hukum harus memainkan peranan yang menentukan atau menjadi sentral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berangkat dari penjelasan di atas, maka pada umumnya masyarakat Indonesia berasumsi, bahwa bila hukum di rumuskan dan ditetapkan dengan baik, maka akan tercipta keadilan. Terdapat pula persepsi yang luas bahwa hukum mengatur hubungan-hubungan antar manusia secara adil dan tidak memihak. 3 Rumusan hukum yang kemudian diciptakan membutuhkan penjelasan, karena kalau tidak, dapat saja terjadi penyimpangan akibat pengungkapan makna yang tidak tepat. Yang lazim dikemukakan oleh para ahli hukum, salah, satunya adalah Weber 1 Amandemen UUD 1945, Perubahan Ketiga, Pasal 1 Ayat 3, disahkan 10 November 2001 2 Mahmud MD, Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia (Jogjakarta: Gama Media, 1999), 30 3 Ihromi. T. O, Mengupayakan Kepekaan Jender Dalam Hukum:, (Jakarta : Program Studi Kajian Wanita PPs Universitas Indonesia bekerja sama dengan harian dan penerbit obor 1997 ), 173 1

yang tidak mendefinisikan hukum berdasarkann defenisi, sikap, dan kepercayaan orang, melainkan sebagai seperangkat norma yang dipandangnya sebagai sesuatu yang bersifat eksternal dan koersif terhadap pemikiran dan tindakan mereka. Penekanannya tidak diberikan pada bagaimana orang menciptakan hukum, menafsirkannya, dan menaatinya dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi pada efek koersif yang ditimbulkannya pada individu 4. Dengan kata lain, hukum adalah seperangkat peraturan tertulis atau tidak tertulis, atau norma yang menentukan perilaku yang benar, yang salah, kewajiban-kewajiban dan hak-hak serta ketentuan-ketentuan tersebut didukung oleh kekuasaan yang sah. 5 Di samping itu, manusia pada eksistensinya di dunia, juga sebagai wakil Allah yang diberikan akal budi untuk berpikir mencari kepuasan dari perbuatannya atau mencari mana yang baik dan buruk dan sekaligus menunjukkan bahwa manusia sangat erat hubungannya dengan moralitas, yang di dalamnya terkandung norma, aturan serta hukum yang mengatur kehidupan dimana manusia itu berdiam. 6 Ketentuan moral dan hukum, pada dasarnya memantulkan keperluan social yang hanya bisa dimasukkan oleh masyarakat itu sendiri sebagai sesuatu yang berdasarkan pada pandangan kolektif. Artinya pandangan sendiri, tentang perilaku social yang terjadi dalam masyarakat yang diniliai mendatangkan konflik antar individu, maupun kelompok yang merasa ketidaknyamanan oleh tingkah laku dan perbuatan orang lain. 4 Ritzer George, Goodman. J. Douglas, Teori Sosiologi,, Handbook of Sosiological Theory, 2002, 155 5 Ibid., 175 6 Ibid., 113-115 2

Latuhalat adalah gambaran sebuah negeri adat, 7 yang penduduknya beragama Kristen dan berbatasan langsung dengan beberapa negeri adat di kecamatan Nusaniwe. Namun semakin hari keharmonisan kehidupan masyarakat dan adat-istiadatnya tidak dapat lagi dipertahankan keamanannya, kedamaiannya, kerukunan dan tata kramanya, yang sudah dibangun oleh para nenek moyang sejak dulu. Ada beberapa pelanggaran yang terjadi terkait dengan sikap dan perilaku masyarakat seperti; mabuk-mabukan, perkelahian antar individu ataupun kelompok dan tindakan amoral lainnya, sehingga mengakibatkan timbulnya keresahan dari semua pihak yang berdiam di negeri ini dan juga ikut juga merasakan dampaknya. Maka, dari itu adapun berbagai hal yang sudah dilakukan oleh pemerintah negeri untuk mengatasi tindakan amoral diatas yakni memanggil atau mendatangi warga setempat secara kekeluargaan untuk memeberikan teguran berupa nasihat tentang larangan meminum dan menjual minuman beralkohol yang memabukkan secara berlebihan sehingga tidak menimbulkan perkelahian, atau bahkan sampai kepada pembunuhan dan merugikan orang lain, apabila teguran ini tidak juga di dengar dan di patuhi maka, individu atau kelompok masyarakat tersebut dengan sangat terpaksa akan dikeluarkan dan tidak diakui lagi sebagai masyarakat Negeri Latuhalat. Masih ada saja warga setempat yang melanggar teguran itu, sehingga hal inilah yang membuat adanya kesepakatan baru antara staf pemerintah negeri, kepolisian, dan gereja serta warga setempat itu sendiri mengeluarkan suatu sanksi adat yang lain yang di beri nama hukuman rotan. 7 Negeri adat atau nama lain dari Desa. Atau dengan kata lain, sebutan untuk suatu wilayah kecil yang ada dalam suatu daerah dimana diperintah oleh seorang Raja dan masih memegang teguh kebisaankebisaan lama/tradisi, dari para nenek moyang. 3

Di Latuhalat ada orang di hukum dengan cara dicambuk menggunakan rotan, di Kantor Negeri sebanyak jumlah staf pemerintah negeri dan hal ini dilakukan secara terbuka. Artinya bahwa, semua warga setempat yang ada dapat menyaksikan berlangsungnya hukuman tersebut. Tujuannya adalah sebagai nasihat agar masyarakat yang diberi hukuman itu merasa bersalah atas apa yang telah dilakukan dan menjadi malu untuk tidak mengulangi perbuatan amoral itu lagi. Ada satu hal yang menarik perhatian disini adalah, bahwa peneliti mengibaratkan hukuman rotan yang ada di negeri Latuhalat, sama halnya dengan orang di cambuk dalam hukum orang Israel atau peralihan dari masyarakat pra modern ke masyarakat modern. Adapun contoh lain yakni Propinsi Aceh. Hukuman cambuk juga di laksanakan di Aceh, karena disana menganut syariat Islam. 1.2. Alasan Pemilihan Judul Dari latar belakang di atas, yang menjadi alasan sehingga peneliti memilih untuk mengangkat judul tesis ini, timbul karena adanya berbagai pertanyaan yang bagi saya selaku peneliti merasa, bahwa didalam ketentuan pidana Negara Republik Indonesia yang menjadi masalahnya adalah bahwa hukum yang masih berlaku ialah hukum nasional. hukum adat, hanya ada sebagai sebuah kebiasaan-kebiasaan yang tidak tertulis dan masih kuat berperan dalam mengatur masyarakat. Lalu kenapa di negeri latuhalat masih diberlakukan hukuman rotan ini? Apakah alasannya hanya demi untuk menjaga kerukunan antar sesama individu ataupun kelompok, dari tindakan amoral yang dapat merugikan dan membahayakan diri sendiri, orang lain, ataupun lingkungan? Ataukah memang ada pengaruh hukum orang Israel ataukah bentuk lain dari hukuman cambuk?. Hal inilah yang membuat peneliti menjadi tertarik untuk menelitinya lebih dalam lagi. 4

Dengan demikian, maka penulis memilihnya sebagai judul tesis tentang ini: Suatu Analisa Sosiologi Terhadap Sanksi Adat di Negeri Latuhalat. 1.3. Pertanyaan Penelitian. Upaya ini di tempuh dengan cara pengajuan 3 (tiga) pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1.3.1. Bagaimana Proses Pelaksanaan Hukuman Rotan bagi Masyarakat di Latuhalat 1.3.2. Bagaimana Makna Pelaksanaan Hukuman Rotan bagi Masyarakat di Latuhalat 1.3.3. Apakah yang menjadi alasan sehingga, munculnya Hukuman Rotan di Negeri Latuhalat. 2. Pembatasan Masalah. Mengingat luasnya permasalahan dalam penelitian maka, studi ini dibatasi pada proses pelaksanaan dan makna hukuman rotan bagi masyarakat latuhalat. berkaitan dengan itu maka, untuk mempermudah penulis dalam proses penelitian maka, penelitian ini diarahkan kepada staf pemerintah negeri latuhalat dan masyarakat. 3. Perumusan Masalah. Terhadap realitas masyarakat Negeri Latuhalat yang dipaparkan diatas, maka yang menjadi masalah utama adalah bagaimana proses dan makna pelaksanaan hukuman rotan itu bagi masyarakat latuhalat. 4. Tujuan Penelitian. 4.1. Tujuan Penelitian. Mendeskripsikan proses dan makna pelaksanaan hukuman rotan di negeri latuhalat, serta alasan-alasannya. 5

4.2. Defenisi Operasional. Yang di maksudkan dengan hukuman adalah: Hukuman menurut masyarakat negeri latuhalat adalah tata krama, adatistiadat yang mengatur kehidupan manusia yang berdiam di dalam negeri tersebut, baik itu berupa sanksi adat, dan lain sebagainya, agar masyarakat dapat bersikap lebih baik bagi individu maupun kelompok atau dalam masyarakat. Hukuman menurut dunia Akademis adalah seperangkat aturan dan norma yang mengikat manusia dan berhubungan dengan etika. Hukuman rotan menurut penulis sama halnya dengan hukuman cambuk dalam hukum orang Israel. 5. Manfaat Penelitian. 5.1. Secara teoritis. Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk pengembangan dan pembentukan pemahaman keilmuan, terutama aspek-aspek keilmuan dalam sosiologi agama yang dapat membantu proses-proses analisis dan patologi social itu sendiri. 5.2. Secara praktis atau pragmatis. Peneliti juga berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk masyarakat latuhalat yang belum mengerti dan memahami secara benar tentang hukuman rotan yang berlaku supaya moralitas social dapat terus dijaga antar sesama masyarakat. Selain itu, tulisan ini, diharapkan dapat menjadi bagian dari kontribusi yang diberikan kepada pemerintah negeri latuhalat dan gereja dalam sosialisasi-sosialisasi ataupun diskusi-diskusi yang berbicara tentang makna hukuman itu bagi masyarakat. 6

6. Metode dan Lokasi Penelitian. 6.1. Jenis Penelitian. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Perspektif kualitatif dipahami sebagai upaya untuk memberikan gambaran tentang hasil penelitian. Yuana Lincon dan Egon Guba, menjelaskan bahwa penelitian kualitatif yakni dengan melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan. Selanjutnya metode deskriptif di gunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan semua fenomena yang terdapat di dalam masalah yang diteliti, yang meliputi, pengumpulan dan penyusunan data serta interpretasi dan analisa tentang arti data itu. 8 Disamping itu juga, pendekatan kualitatif-deskriptif menghasilkan penemuanpenemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedurprosedur statistic atau dengan cara-cara lain dengan kuantifikasi (pengukuran) 9 kedua penelitian kualitatif sangat efektif dalam mengkaji nuansa, sikap dan perilaku yang samar-samar serta proses social, dan ketiga karena penelitian yang dilakukan akan sangat mendalam dengan kompleksitas dan proses sosialnya. Menurut Denzim, metode adekuat adalah penelitian kualitatif sebagai penelitian yang lebih peka dan lentur saat berhadapan dengan kenyataan rangkap serta terhadap polapola nilai. Disini juga tergambar secara langsung hakikat hubungan antara (subjek) peneliti dan (objek) yang diteliti. 10 8 Yuana Lincon, Egon Guba, Pengantar Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1994), 18 9 Naselm Strauss, Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitattif. Prosedur, Teknik dan Teori Grounded, Penyadur Drs. H. M. Junaidi Ghony (Surabaya : Bina Ilmu, 1998), 26 10 Norman K. Denzim & Yvonna S. Lincoln (eds), Handbook of Qualitative Research (London- New Delhi : Sage Publication, 1994), 2 7

Penempatan pada jenis ini berangkat dari tujuan penelitian yang pada prinsipnya terobsesi untuk mendapatkan informasi dan melihat kaitan antara variable-variabel yang ada. Di dalamnya tentu saja terkandung upaya medeskripsikan, mencatat, analisis, dan menginterpretasikan, 11 apa yang berhubungan dengan proses pelaksanaan hukuman rotan serta maknanya bagi masyarakat negeri latuhalat. 6.2. Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada Masyarakat Negeri Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe. Pilihan lokasi penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan, karena masyarakatnya masih memegang teguh adat-istiadat yang ada juga untuk tetap menjaga dan menghormati kerukunan antar sesama manusia, hingga sekarang ini. 6.3. Teknik Pengumpulan Data. Untuk mendapatkan data yang akurat, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Observation atau Pengamatan Teknik ini mengharuskan peneliti untuk melakukan pengamatan secara intensif dengan objek amatan, hal ini untuk menguji apakah benar, masyarakat masih berlaku sesuai dengan yang diucapkan. Dan untuk mendapatkan informasi serta data yang lebih akurat, dilakukan pengamatan secara intensif dengan masyarakat yang diteliti. 1999), 26 11 Band, Mardalis, Metode Penelitian : suatu Pendekatan Proposal (Jakarta : Bumi Aksara, 8

2. Indepth-interview atau Wawancara mendalam Teknik ini dilakukan secara langsung, terbuka dan tidak berstruktur. 12 Disamping itu juga, wawancara dilakukan untuk menggali informasi dan pandangan sebanyak dan seobyektif mungkin dari para informan yang telah ditentukan. Wawancara ini dilakukan bersifat mendalam dan terbuka dengan tetap berpatokan pada pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu. Peneliti hanya akan membatasi pelaksanaan wawancara secara mendalam (pendekatan kualitatif) terhadap informan, 13 yaitu staf pemerintah negeri, tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat (korban dari hukuman rotan). Dengan asumsi, bahwa dalam wawancara ada interaksi antara pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee), 3. Data Kepustakaan, yakni dengan melihat kepada hasil-hasil penelitian sebelumnya yang dipandang relevan dengan penelitian yang dilakukan, serta mengacu pada para peneliti sebelumnya. 6.4. Teknik Analisa Data. Analisa data bertujuan untuk menyusun data dalam cara yang teratur dan terstruktur sehingga dapat atau bermakna. Prosedur analisa data yang peneliti lakukan yaitu: 1) mengorganisasi data: cara ini dilakukan dengan membaca berulang kali data yang ada sehingga dapat menemukan data yang sesuai dan mengenyampingkan data yang tidak sesuai (reduksi data). 12 Ida Bagoes Mantra, Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial (Jogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), 24 13 Juliette Koning, Qualitative Research Methodology, Bahan Makalah (Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana, 2007), 7 9

2) menentukan katagori, dengan cara mengelompokkan data yang ada dalam suatu katagori dengan tema masing-masing, sehingga pola keteraturan data menjadi terlihat dengan jelas. Prisipnya adalah katagori muncul dari informan, bukan identifikasi sebelumnya oleh peneliti. Ini memberi indikasi ikatan konteks yang kuat. Proses ini berjalan sambil terus-menerus melakukan review data, mengecek pertanyaan-pertanyaan peneliti. 3) setelah proses pengkatagorian dilanjutkan dengan memperdalam tema-tema, dan 4) menulis laporan untuk mendiskripsikan data dan hasil analisisnya. 7. Sistematika Penulisan. Secara garis besar, sistematika penulisan adalah sebagai berikut: Suatu Analisa Sosiologi Terhadap Hukuman Rotan Di Negeri Latuhalat Bab I Pendahuluan. 1. Latar Belakang. 1.1. Identifikasi Permasalahan 1.2. Alasan Pemilihan Judul 1.3. Pertanyaan Penelitian 2. Pembatasan Masalah 3. Perumusan Masalah 4. Tujuan Penelitian 3.1. Tujuan Umum 3.2. Tujuan Khusus 10

5. Manfaat Penelitian 6. Metode Penelitian 7. Sistematika Penulisan Bab II Landasan Teoritis 1. Defenisi Konsep 1.1. Pengertian Hukuman 2. Defenisi Hukuman Adat 3. Fungsi Hukuman Adat Bab III Pendekatan Lapangan. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 2. Deskripsi Proses Pelaksanaan Hukuman Rotan yang Berlaku di Negeri Latuhalat 3. Deskripsi Makna Pelaksanaan Hukuman Rotan bagi Masyarakat di Negeri Latuhalat, 4. Alasan-Alasannya Munculnya Pemberlakuan Hukuman Rotan yang Berlaku di Negeri Latuhalat. Bab IV Analisa Hasil Penelitian. 1. Analisa Proses Pelaksanaan Hukuman Rotan Yang Berlaku Di Negeri Latuhalat 2. Analisa Makna Pelaksanaan Hukuman Rotan Bagi Masyarakat Latuhalat, 11

3. Alasan-alasannya munculnya Pelaksanaan Hukuman Rotan bagi Masyarakat Latuhalat. 4. Refleksi Teologi Bab V Penutup. 1. Kesimpulan 2. Saran 12