BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai peranan atau fungsinya masing-masing. Peran dari. memperindah wajah (Suryawati, 2010).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masalah yang paling umum dari seluruh masalah kesehatan pada masa. dengan adanya nanah di dalam gusi (Gunadi, 2011).

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. progresif karena gigi terpajan lingkungan rongga mulut (Hartono dan. umum dan tersebar luas di sebagian penduduk dunia.

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mufidah (2012) umumnya permasalahan keseh atan pada

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

BAB I PENDAHULUAN. Gigi dan mulut merupakan alat pencernaan mekanis manusia. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian pertolongan pertama bukan hanya terkait dengan masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas hidupnya harus berkembang dengan baik terutama anak-anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB I PENDAHULUAN. Berencana secara komprehensif (Syaiffudin, 2006). untuk menggunakan alat kontrasepsi hormonal maupun non hormonal.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI SDI DARUL MU MININ KOTA BANJARMASIN TAHUN 2017 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 90% dari anak didunia mengalami masalah kerusakan gigi. Hasil Riset Kesehatan

Oleh : Winda Siti Juliani ST ARTIKEL PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik agar jangan sampai terkena gigi berlubang (Comic, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. serviks dan rata-rata meninggal tiap tahunnya (Depkes RI, 2008).

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN ANAK USIA 7 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN TENTANG ORAL HYGIENE BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI SDN JALAN ANYAR KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh masyarakat di dunia (Kemenkes RI, 2011). Penyakit pada

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI ANAK SDN KLECO II KELAS V DAN VI KECAMATAN LAWEYAN SURAKARTA

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi global penderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2014 sebesar 8,3%

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu yang Memiliki Anak dengan Rampan Karies di TK Bunga Winaya Kabupaten Bandung

PENELITIAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM KEBERHASILAN PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT. Desi Andriyani *

ABSTRAK. Kata kunci: Menggosok gigi, perilaku, pendidikan kesehatan.

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai

BAB VII PENUTUP. 1. Lebih dari separoh responden mengalami karies gigi di Sekolah Dasar Negeri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat umum dan menyebar di seluruh dunia di. mana angka prevalensinya semakin meningkat, walaupun

BAB I PENDAHULUAN. payudara. Untuk upaya mencegah risiko kanker payudara pemerintah. wanita di usia muda dapat terserang kanker payudara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika

BAB I PENDAHULUAN. efek yang buruk pada kesehatan pada umumnya, sehingga kesehatan mulut yang. baik dapat dicapai dengan kebersihan mulut yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. pengunyah makanan. Dengan diketahuinya fungsi-fungsi gigi tersebut

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

GASTER, Vol. 7, No. 2 Agustus 2010 ( )

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Badan Organisasi Kesehatan Dunia/ World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. kuman dan bakteri sehingga dapat menimbulkan penyakit. Keluhan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB I PENDAHULUAN. dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya di dunia. Program KB seharusnya menjadi prioritas. pembangunan di setiap daerah karena sangat penting untuk Human

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

*coret yang tidak perlu

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh (Mumpuni, 2013).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan gigi dan mulut mereka. Anak-anak beresiko mengalami

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian one group pretest-posttest design. Adapun rancangan O 1 X O 2. Gambar 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN diperkirakan lansia menjapai 11,4% dari total jumlah penduduk atau

Anneke A. Tahulending 1), Christy Velia Kosegeran 2) 1)3) Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R. W. Mongisidi Malalayang

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PELATIHAN GOSOK GIGI TERHADAP PRAKTIK MENJAGA KEBERSIHAN GIGI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK PERTIWI 55 KASIHAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN ANAK PRA SEKOLAH TENTANG PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE DI TK MINASAUPA

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. karies karena struktur dan morfologi gigi sulung yang berbeda dari gigi tetap. 1

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (World Health Organization) (2013), terjadi peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan bagian keras dari jaringan tubuh yang terdapat dalam mulut. Tanpa adanya gigi, manusia akan sulit untuk mencerna makanan. Ada macam-macam gigi yang terdapat di dalam mulut dan memiliki berbagai peranan atau fungsinya masing-masing. Peran dari masing-masing gigi yaitu memotong makanan, mencabik, merobek makanan, melembutkan makanan, mengunyah, berbicara dan memperindah wajah (Suryawati, 2010). Menurut data dari PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) dalam Sarinigsih (2012) menyebutkan bahwa sedikitnya 89% penderita gigi berlubang adalah anak-anak usia dibawah 12 tahun. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia dalam Nurjanah 2013, prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%, prevalensi karies aktif Jawa Tengah 2007 sebesar 43,1% dan pengalaman karies sebesar 67,8%. Di wilayah perkotaan, prevalensi penyakit periodental pada anak meningkat dari 26% - 27% dan prevalensi karies meningkat dari 72% - 73%. Di wilayah pedesaan, prevalensi penyakit periodental pada anak meningkat dari 68% - 89% dan prevalensi karies meningkat dari 66% - 71% (Isrofah dan Nonik dalam Agustin 2014). 1

2 Banyak kasus karies gigi tidak mendapatkan perawatan yang baik dikarenakan ketidakpahaman cara merawat karies gigi. Akibat dari perawatan yang kurang akan menimbulkan dampak pada pertumbuhan gigi. Hal ini dapat menyebabkan pembengkakan pada wilayah gigi jika tidak ditangani dengan cepat. Pembengkakan pada wilayah gigi dapat ditandai dengan adanya nanah didalam gusi (Gunadi, 2011). Salah satu upaya pencegahan adalah dengan cara meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap siswa. Pendidikan kesehatan adalah salah satu cara meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap. Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat. Adanya pesan dari pendidikan kesehatan kepada masyarakat dapat merubah pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik, sehingga dapat berpengaruh terhadap perilaku (Notoatmodjo, 2007). Metode ceramah adalah cara yang digunakan dalam menyampaikan pesan kesehatan secara lisan (Sanjaya, 2010). Audiovisual adalah merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audiovisual (Arsyad, 2003). Hasil penelitian Wulan (2012) yang melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan metode ceramah melalui leaflet didapatkan adanya peningkatan pengetahuan dengan nilai baik setelah diberikan penyuluhan kesehatan, responden memiliki pengetahuan baik dengan 63,4%. Hasil penelitian Purnama (2013) yang membandingkan

3 pendidikan kesehatan menggunakan media video dan leaflet didapatkan hasil media video lebih efektif daripada media leaflet dengan skor pengetahuan sebanyak 1,65 poin. Melihat dari penelitian-penelitian diatas peneliti ingin mengadakan pendidikan kesehatan yang membandingakan antara dua metode yaitu metode ceramah dan media audiovisual. SD Gunungsari II dan SD Repaking I adalah SD dalam wilayah kerja Puskesmas Wonosegoro II. Berdasarkan hasil laporan dari petugas penjaringan UKS UKGS Puskesmas Wonosegoro II didapatkan data berjumlah 332 siswa di wilayah kerja Wonosegoro II sebanyak 222 siswa atau 67% mengalami karies gigi dan didapatkan data di SD Gunungsari II, 39 dari 40 anak atau 97,5 % mengalami karies gigi dan di SD Repaking I, 30 dari 40 anak atau 75 % mengalami karies gigi. Hasil wawancara dengan sisawa di dapatkan hasil bahwa siswa jarang menggosok gigi sebelum tidur dengan alasan mereka menggosok gigi hanya pada saat mandi, dan tidak rutin memeriksakan gigi ke dokter gigi karena anak memiliki pemahaman bahwa pergi ke dokter gigi hanya saat gigi sakit saja. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti bermaksud melakukan suatu penelitian tentang perbedaan pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dan audiovisual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap perawatan karies gigi anak di wilayah puskesmas Wonosegoro II.

4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat dirumusakan apakah ada perbedaan pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dan audiovisual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap perawatan karies gigi anak di wilayah puskesmas Wonosegoro II? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dan audiovisual terhadap tingkat pengetahuan dan sikap perawatan karies gigi anak di wilayah puskesmas Wonosegoro II. 2. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap tentang perawatan karies gigi sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap tentang perawatan karies gigi sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode audiovisual. c. Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap tentang perawatan karies gigi setelah dilakukan pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode ceramah dan metode audiovisual.

5 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi instansi sekolah Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk lebih meningkatkan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah di lingkungan sekolah masing-masing. 2. Bagi Populasi Penelitian Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan terhadap masalah yang terkait dengan karies gigi terutama mengenai pengetahuan dan sikap tentang perawatan karies gigi. 3. Bagi Peneliti lain Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya, menambah waawasan yang dapat menambah ilmu serta pengetahuan yang berkaitan dengan masalah perawatan karies gigi. E. Keaslian penelitian Penelitian tentang karies gigi telah dilakukan sebelumnya, tetapi penelusuran yang telah dilakukan peneliti belum ada penelitian yang sama dengan penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain: 1. Nurjanah, 2013 yang meneliti Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Anak Tentang Karies Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Bulak Kragan Karanganyar. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode cross sectional. Jumlah sampel kurang dari 100 responden

6 sehingga menggunakan pengambilan sampel secara total sampling. Alat pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner tertutup dan lembar observasi. Kuesioner terdiri atas 3 bagian dan 1 lembar observasi. Hasil dari penelitian ini ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap anak tentang karies gigi dengan adanya kejadian karies gigi. Perbedaan penelitian pertama dan penelitian ini adalah pada teknik pengambilan sampel dan metode penelitian. Teknik pengambilan sampel yang peneliti gunakan adalah simple random sampling. Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah quasi eksperimen dengan rancangan two group pretest posttest. 2. Solikin, 2013 yang meneliti Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Prasekolah Di Tk 01 Pertiwi Karangbangun Karanganyar. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif korelasi dan desain penelitian crossectional. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 50 responden (beserta orang tua) dengan menggunakan pengambilan sampel secara total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kuesioner yang terdiri dari kuesioner tingkat pengetahuan tentang karies gigi dan lembar observasi karies gigi. Hasil dari penelitian ini ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan orang tua tentang karies gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi pada anak prasekolah. Perbedaan metode dari penelitian kedua menggunakan metode deskriptif korelasi

7 menggunakan desain penelitian cross sectional sedangkan peneliti menggunakan quasi eksperimen dengan rancagan two group pretest posttest. Jumlah sampel yang peneliti gunakan adalah semua siswa kelas V SD Gunungsari II dan siswa kelas V SD Repaking I Wonosegoro Boyolali yang berjumlah 60 siswa sedangkan penelitian kedua menggunakan jumlah sampel 50 responden. 3. Lutfiansyah, 2014 yang meneliti Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Perubahan Tingkat Pengetahuan Orang Tua tentang Perawatan Karies Gigi pada Anak di TK Aisyiyah Temon Kabupaten Boyolali. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pre eksperimen dengan desiain penelitian pretest posttest one group design. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 50 orang dengan menggunakan pengambilan sampel secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kuesioner. Hasil dari penelitian ini ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan tingkat pengetahuan orang tua tentang perawatan karies gigi pada anak. Perbedaan penelitian ketiga dan penelitian ini adalah pada metode penelitian, jumlah sampel, dan pengambilan sampel. Penelitian ketiga menggunakan metode pre eksperimen dengan desain penelitian pretest posttest one group design sedangkan peneliti menggunakan quasi eksperimen dengan rancagan two group pretest posttest. Jumlah sampel yang peneliti gunakan adalah semua siswa kelas V SD Gunungsari II dan siswa kelas V SD Repaking I Wonosegoro Boyolali

8 yang berjumlah 60 siswa sedangkan penelitian ketiga menggunakan jumlah sampel 50 responden. Peneliti menggunakan simple random sampling dalam pengambilan sampel sedangkan pengambilan sampel pada penelitian ketiga menggunakan proposive sampling. 4. Agustin, 2014 yang meneliti Evektivitas Pendidikan Kesehatan Media Booklet dibandingkan Audiovisual terhadap Pengetahuan Orang Tua tentang Karies Gigi pada Anak Usia 5 9 Tahun di Desa Makam Haji. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode quasi eksperimen dengan desain penelitian two group pretest posttest. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 40 orang dengan menggunakan pengambilan sampel secara cluster random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kuesioner. Hasil dari penelitian ini ada evektivitas pendidikan kesehatan media booklet dibandingkan audiovisual terhadap pengetahuan orang tua tentang karies gigi pada anak usia 5 9 tahun. Perbedaan penelitian keempat dan penelitian ini adalah pada jumlah sampel dan pengumpulan data. Jumlah sampel yang peneliti gunakan adalah semua siswa kelas V SD Gunungsari II dan siswa kelas V SD Repaking I Wonosegoro Boyolali yang berjumlah 60 siswa sedangkan jumlah sampel penelitian keempat adalah 40 orang. Peneliti menggunakan simple random sampling dalam pengambilan sampel sedangkan penelitian keempat menggunakan cluster random sampling.