BAB II DESKRIPSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL. 1. Sejarah Perkembangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LANDAK

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 63

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 1997 SERI D NO. 13

WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh AGUS SAMSUDRAJAT J

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

UNGGULAN UTAMA RW SIAGA KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 21 TAHUN : 1999 SERI : D.4.

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN

DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 57

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA TUAL PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA TUAL NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

BAB II PERENCANAAN KINERJA

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

Tabel Target dan Capaian Kinerja Urusan Kesehatan Tahun No Indikator Target 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 71 Tahun : 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

B A B P E N D A H U L U A N

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 08 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN WALIKOTA TARAKAN,

RENCANA STRATEGIS CARA MENCAPAI TUJUAN/SASARAN URAIAN INDIKATOR KEBIJAKAN PROGRAM KETERANGAN. 1 Pelayanan Kesehatan 1.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap saat yang dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi (Marmi, 2011:11).

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SRAGEN BUPATI SRAGEN,

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

WALIKOTA TASIKMALAYA,

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

RENCANA KERJA TAHUNAN ( RKT ) TAHUN 2017

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung.

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2006 Seri : E

BAB 1 PENDAHULUAN. Target global untuk menurunkan angka kematian ibu dalam Millenium. mencapai 359 per kelahiran hidup (SDKI, 2012).

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 66 Tahun : 2016

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG. ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR 10 TAHUN 1999 SERI D NO. 7

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 559 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KELURAHAN KABUPATEN GARUT

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II TULANG BAWANG,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 27 SERI D

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 76 Tahun : 2016

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. waktu satu tahun per kelahiran hidup.

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 67 Tahun : 2016

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG. ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 5 TAHUN : 2005 SERI : D NOMOR : 5 QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

BAB III INDIKATOR PEMANTAUAN

Transkripsi:

BAB II DESKRIPSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL A. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul 1. Sejarah Perkembangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul terletak di Jalan Lingkar Timur, Manding, Trirenggo, Bantul, Yogyakarta. Sebelum secara resmi menjadi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul telah ada sebelumnya yang bernama Dinas Kesehatan Rakyat. Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan tugas-tugas pemerintah khususnya pelayanan dalam bidang kesehatan di Kabupaten Bantul telah terbentuk Dinas Kesehatan dengan peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor: 3 Tahun 1982 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja bernama Dinas Kesehatan Kabupaten Daerah Tingkat II Bantul yang ditetapkan dengan peraturan daerah. Berdasarkan dengan keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 1992 tentang Pedoman Organisasi Dinas Daerah, didalam keputusan Menteri tersebut Susunan Organisasi Dinas Daerah dibedakan menjadi dua pola yaitu pola minimal dan pola maksimal dengan susunan sebagai berikut: 31

1. Pola minimal terdiri dari sub Bagian membawahi tiga Bagian dan Seksi membawahi 3 Sub Seksi 2. Pola Maksimal terdiri dari Bagian membawahi empat Sub Bagian dan Sub Dinas Membawahi empat seksi Sebagai tindak lanjut pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 1992 Intruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1993 tersebut telah dikeluarkan surat kawat tertanggal 28 Januari 1995 Nomor 061/2160/SJ perihal Pola Organisasi Dinas Daerah yang menyebutkan bahwa Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten segera menerapkan pola maksimal. Seiring dengan berlakunya Undang-undang Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, maka untuk menyelenggarakan pemerintahan daerah pembagian di daerah yang diperlukan adanya peringkat daerah yang terdiri dari Dinas Daerah, Lembaga Teknisi Daerah yang dikuatkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 43 Tahun 2000 tentang Pembentukan dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, dan diubah kembali Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. 32

Kedudukan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut: 1. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah 2. Kepala Dinas Kesehatan diangkat dan diberhentikan oleh Bupati dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan fungsi Dinas Kesehatan Bantul adalah sebagai pelaksana rumah tangga di bidang kesehatan, pelaksana tugas perbantuan, dan tugas lain-lain yang diberikan kepada kepala daerah. Untuk melaksanakan fungsinya sebagaimana tersebut di atas maka Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul mempunyai tugas pokok sebagai berikut: 1. Menyusunan rencana dan program kebijaksanaan teknis dibidang kesehatan. 2. Melaksanakan pembinaan umum dibidang kesehatan berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Bupati. 3. Melaksanakan pembinaan teknis dibidang upaya pelayanan kesehatan dasar dan upaya pelayanan kesehatan rujukan dan farmasi berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Bupati. 4. Melaksanakan pembinaan operasional sesuai kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Bupati. 33

5. Memberikan perijinan bidang kesehatan sesuai kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 6. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian teknis di bidang kesehatan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 7. Melaksanakan pengendalian dan pembinaan UPTD dalam lingkup tugasnya; 8. Melaksanakan pengeloaan rumah tangga dan tata usaha Dinas. 9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai bidang tugasnya. (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul) 2. Visi dan Misi A. Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Adapun Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul adalah sebagai penggerak pembangunan kesehatan yang profesional menuju masyarakat sehat yang mandiri, berkualitas dan berkeadilan. (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul) B. Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Dinas Kesehatan Bantul menetapkan Misinya sebagai berikut: a. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang paripurna, merata, dan berkeadilan. b. Meningkatkan kemandirian masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat dan kemitraan di bidang kesehatan. 34

c. Menanggulangi permasalahan kesehatan. d. Melaksanakan penanggulangan masalah kesehatan dan penyehatan lingkungan. e. Mengupayakan tersedianya pembiyaan jaminan kesehatan yang menyeluruh. f. Mengupayakan ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan yang bermutu. g. Melaksanakan pengawasan dan pengaturan di bidang kesehatan. h. Menyelenggarakan manajemen, informasi kesehatan dan penelitian di bidang kesehatan. (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul) 3. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Struktur organisasi sangat penting dalam menentukan dan melihat cara kerja suatu organisasi agar segala tujuan yang telah ditetapkan dapat berjalan dengan baik semaksimal mungkin. Dengan adanya struktur organisasi maka dalam pelaksanaan tugas serta tanggung jawab masingmasing dapat terlihat dengan jelas. Adapun struktur organiasi Dinas Kesehatan Bantul sebagai berikut: 35

36

4. Tugas Pokok dan Fungsi Fungsi Dinas Kesehatan Dalam melaksanakan tugasnya Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Perumusan dan atau penetapan kebijakan teknis bidang kesehatan. b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kesehatan. c. Penyediaan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria bidang kesehatan. d. Pelaksanaan kesekretariatan Dinas. e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. (Peraturan Bupati Bantul No. 59 Tahun 2008: 14) Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Dinas, sekretariat, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi dan Kelompok Jabatan Fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi serta vertikal dan horizontal. Setiap kepala satuan organisasi di lingkungan Dinas dalam memimpin satuan kerjanya wajib memberikan bimbingan, petunjuk, perintah, megawasi serta mengendalikan tugas bawahan. Sebaliknya setiap bawahan di lingkungan Dinas wajib mematuhi petunjuk, perintah, dan tanggung jawab kepada atasan serta wajib melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasan dan menyampaikan laporan kepada atasan. 37

B. Program DB4MK (Dusun Bebas 4 Masalah Kesehatan) 1. Latar Belakang DB4MK Kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam mensejaterahkan masyarakat, untuk itu kesehatan sangat penting untuk dijaga. Penyelesaian masalah kesehatan tersebut dapat dicapai secara menyeluruh dan berkesinambungan apabila dilaksanakannya gerakan penanggulangan permasalahan kesehatan utama oleh seluruh komponen masyarakat di semua tingkatan. Berbagai program atau upaya kesehatan berbasis masyarakat telah dikenal masyarakat, akan tetapi seringkali tidak berjalan dengan intensif dalam pelaksanaannya. Permasalahan utama kesehatan di Kabupaten Bantul adalah masih tingginya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), Kematian Ibu, Kematian Bayi, Kasus Gizi Buruk. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Bantul mempunyai inisiatif memberikan penghargaan (reward) kepada dusun yang dapat mengatasi masalah utama kesehatan di masing-masing wilayah kerjanya. Pemberian penghargaan (reward) bertujuan untuk memberikan semangat atas kesadaran masyarakat dalam mengatasi permasalahan utama kesehatan di Kabupaten Bantul. Dimana program Pemerintah Kabupaten Bantul ini dikenal dengan Program Dusun Bebas 4 Masalah Kesehatan (DB4MK). Pada tahun 2007-2009 penilaian DB4MK hanya fokus pada 4 masalah kesehatan yang menjadi tujuan dari program DB4MK. Pada 38

tahun 2010 penilaian keberhasilan program DB4MK diturunkan dari desa ke dusun dengan syarat tidak hanya memenuhi bebas 4 masalah kesehatan tapi juga memenuhi syarat tambahan lainnya. Setiap dusun bisa memperoleh reward dari pemerintah bantul, bila memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Bebas Kematian Ibu, Kematian Bayi, DBD dan Gizi Buruk 2. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 100% 3. Kunjungan ibu hamil ke fasilitas kesehatan (K7) minimal 90% 4. Partisipasi masyarakat di Posyandu (D/S) minimal 90% dalam 12 bulan 5. Kunjungan neonatal lengkap minimal 90% 6. Angka Bebas Jentik (ABJ) minimal 95% Program DB4MK ini berhasil positif terhadap kesehatan masyarakat Bantul. DB4MK sendiri adalah program unggulan Pemerintah Kabupaten Bantul yang memperoleh penghargaan Manggala Karya Bakti Husada dari Kementrian Kesehatan sebagai penggagas dan pendorong kegiatan inovatif bidang kesehatan. Penghargaan yang diberikan Kementrian Kesehatan sebagai pengakuan dan penghargaan atas prestasi semua komponen masyarakat sekaligus mendorong keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Hal ini membuktikan bahwa program yang dibuat oleh pemerintah Kabupaten Bantul berhasil dan diakui secara nasional. 39

2. Tujuan DB4MK 1. Tujuan umum Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui penggalian potensi dan peran serta masyarakat. 2. Tujuan khusus a. Mengubah pola pikir, pola sikap, dan pola tindak pejabat dan masyarakat umum terhadap permaslahan kesehatan, b. Menurunkan jumlah kematian ibu c. Menurunkan jumlah kematian bayi d. Menurunkan jumlah kesakitan DBD e. Menurunkan jumlah penderita gizi buruk 3. Sasaran DB4MK 1. Pemerintah Kabupaten Bantul dan jajarannya 2. Dinas Kesehatan dan jajarannya 3. Camat dan jajarannya 4. Kepala Desa dan jajarannya 5. Kepala Dusun dan jajarannya 6. TP PKK semua jenjang 7. Tokoh Masyarakat 8. Kader Kesehatan 9. Masyarakat Umum 40

4. Waktu Penilaian Program Dusun Bebas 4 Masalah Kesehatan Penilaian Reward DB4MK dilaksanakan setiap tahun dengan periode penilaian dimulai tanggal 1 Oktober sampai dengan 30 September setiap tahun periode. 5. Definisi Bebas 4 Masalah Kesehatan Dibawah ini adalah 4 masalah kesehatan yang ada di Program Dusun Bebas 4 Masalah Kesehatan (DB4MK) antara lain : A. Bebas Kematian Ibu a. Definisi Operasional Kematian Ibu Adalah kematian seorang wanita dalam masa kehamilan, persalinan sampai masa nifas atau 42 hari setelah persalinan, tanpa mempedulikan lama dan letak kehamilan, yang diakibatkan oleh setiap hal yang berhubungan dengan atau dipicu oleh kehamilan atau penatalaksanaannya tetapi bukan oleh sebab kecelakaan dan musibah lainnya. Apabila penderita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap, maka penetapan tempat kejadian kematian ibu berdasarkan KTP. Penyebab kematian ibu dikategorikan menjadi 2 yaitu : 1.) Kematian Ibu dengan penyebab langsung adalah kematian yang terjadi karena komplikasi kebidanan (obstetri) pada saat kehamilan, persalianan, dannifas tindakan-tindakan kesalahankeslahan penanganan yang tidak benar atau gabungan kejadian berbagai hal di atas. 41

2.) Kematian ibu dengan penyebab tidak langsung adalah kematian ibu yang terjadi karena penyakit yang sebelumnya atau penyakit yang mulai terjadi saat kehamilan dan yang tidak disebabkan oleh penyebab langsung, tetapi diperparah oleh efek Fisiologis kehamilan Catatan : 1. Suatu dusun dinyatakan bebas dari kematian ibu bila dalam kurun waktu 1 tahun (1 oktober s/d 30 september tahun berikutnya) tidak ditemukan kasus kematian ibu yang disebabkan oleh penyebab langsung dan atau oleh penyebab tidak langsung dan juga bukan karena kecelakaan atau hal-hal lain diluar penyebab kematian ibu tersebut. 2. Apabila ada kasus kematian dari seseorang ibu yang tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap, atau berpindah tempat karena pernikahan atau berpindah tempat karena pekerjaan, maka penetapan desa tempat kejadian kematian ibu adalah berdasarakan KTP. B. Bebas Kematian Bayi a. Definisi Operasional Kematian Bayi Bebas dari angka kematian bayi adalah kematian bayi sejak lahir sampai dengan umur1 tahun oleh proses persalinan atau penyakit tetapi tidak disebabkan oleh kecelakaan dan musibah lainnya. Penetapan tempat kejadian kematian bayi berdasarkan KTP orang tua. Lahir mati adalah bayi yang lahir tanpa tanda-tanda kehidupan. IUFD adalah Intra Uterine Fetal Death atau bayi mati dalam kandungan yang ditandai dengan : 42

Ibu tidak merasakan gerakan janin Tidak terdengar denyut jantung janin Pada IUFD tahap lanjut bisa terjadi maserasi bayi Catatan : 1) Suatu dusun dinyatakan bebas kematian bayi bila dalam kurun waktu 1 tahun periode penilaian (1oktober s/d 30 september tahun berikutnya) tidak ditemukan kasus kematian bayi 2) Bayi lahir mati (bayi lahir tanpa tanda-tanda kehidupan ) atau bayi mati dalam kandungan (IUFD) tidak dikategorikan/ tidak termasuk kematian bayi. 3) Apabila ada kasus kematian bayi dari seorang ibu yang tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap, atau ibu berpindah tempat tinggal yang tetap, atau ibu berpindah tempat karena pernikahan atau ibu berpindah tempat karena pekerjaan, atau bayi yang tidak ikut orang tuanya, maka penetapan dusun tempat kejadian kematian bayi adalah berdasarkan KTP orang tua. 4) Apabila ada kasus kematian bayi umur kurang dari 3 bulan, atau bayi mati beberapa saat setelah lahir, maka penetapan dusun tempat kejadian kematian bayi adalah berdasarkan KTP ibu bayi. C. Bebas Kasus Gizi Buruk a. Definisi Operasional Balita Gizi Buruk Balita gizi buruk adalah keadaan kekurangan gizi yang disebabkan tubuh kekurangan energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga 43

ukuran tubuhnya menurut Indeks BB/U (berat badan menurut umur) bila Z score terletak <-3 Standar Deviasi mengacu pada WHO 2005 sesuai tabel terlampir. Catatan : 1.) Suatu dusun dinyatakan bebas balita Kasus Gizi Buruk bila dalam kurun waktu 1 tahun periode penilaian (1 oktober s/d september tahun berikutnya) tidak ditemukan kasus Balita Gizi Buruk atau terdapat kasus Balita Gizi Buruk tetapi dinyatakan sembuh pada 3 bulan akhir penilaian berturut-turut (Juli, Agustus, September) atau lulus balita, atau masih ada Balita Gizi Buruk tetapi karena kondisinya (kelainannya) tidak dimungkinkan untuk meningkatkan status gizinya yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter ahli yang memeriksa. 2.) Apabila ada orang tua/ pengasuh harian balita kasus Gizi Buruk tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap, atau ibu berpindah-pindah tempat karena sesuatu hal, maka penetapan desa tempat kasus Balita Gizi Buruk adalah berdasarkan domisili kasus minimal 3 bulan terakhir yang dinyatakan oleh Dusun/ RT setempat. D. Bebas Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) a. Definisi Operasional Kasus DBD Kasus DBD adalah jumlah penderita DBD yang ditemukan dalam rentang waktu penilaian, dibuktikan dengan surat Keterangan Diagnosis dari Rumah Sakit (KDRS) dan telah dilakukan kajian program. Apabila penderita tidak memiliki tempat tinggal yang tetap, maka penetapan 44

tempat kejadian kasus DBD berdasarkan domisili penderita minimal 3 bulan terakhir yang dinyatakan oleh Dukuh/ RT setempat. Periode sakit dihitung berdasarkan tanggal hari pertama penderita mengalami gejala panas. Jumlah periode DBD sembu adalah jumlah penderita yang dinyatakan sebagai DBD dan dinyatakan sembuh oleh institusi Kesehatan yang merawat dibuktikan dengan surat keterangan dari institusi kesehatan yang merawat penderita (KDRS). Jumlah penderita DBD yang meninggal adalah jumlah penderita yang dinyatakan sebagai DBD dan dinyatakan meninggal oleh Institusi Kesehatan yang merawat dibuktikan dengan surat keterangan dari Institusi Kesehatan yang merawat penderita (KDRS). Catatan : 2.) Suatu dusun dinyatakan bebas kasus DBD apabila dalam kurun waktu 1 tahun periode penilaian (1 Oktober s/d 30 September tahun berikutnya) tidak ditemukan kasus DBD yang dinyatakan oleh KDRS. 3.) Apabila ada kasus DBD dari seorang penderita yang tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap, atau berpindah tempat karena pernikahan atau berpindah tempat karena pekerjaan, maka penetapan dusun tempat kejadian kasus DBD adalah berdasarkan domisili penderita minimal 3 bulan terakhir yang dinyatakan oleh Dusun/RT setempat. 4.) Laporan kasus DBD dari dusun untuk segera ditindaklanjuti dalam satu kali 24jam, oleh aparat dusun dengan melaporkan ke dusun dan puskesmas dan rekapan laporan dikirimkan ke desa perbulan. 45

5.) Desa membuat rekapan laporan kasus DBD atau kematian DBD dan pemeriksaan jentik berdasarkan laporan dusun, laporan desa selanjutnya dikirm ke Kecamatan perbulan. 6.) Kecamatan membuat rekapan laporan kasus DBD atau kematian DBD dan pemeriksaan jentik berdasarkan laporan desa, laporan kecamatan selanjutnya dikirm ke Tim Pemantau Tehnis DB4MK perbulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. 5. Kriteria Penilaian Tambahan a. Cakupan Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan (Pn) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan di lapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan, oleh karena itu secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan. b. Partisipasi Masyarakat di Posyandu (D/S) Pemantauan pertumbuhan balita biasa dilakukan di posyandu maupun diluar posyandu secara teratur setiap bulan untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan. b. Indikator Penilaian Kegiatan PSN. Pemberantasan Sarang Nyamuk atau yang disingkat (PSN) adalah upaya pemberdayaan masyarakat untuk pengendalian vektor DBD/ 46

nyamuk yang dilakukan melalui kegiatan 3M- plus. Indikator penilaian kegiatan PSN meliputi : 1.) Adanya tim PSN Tingkat Dusun dengan diketahui oleh pihak kepala dusun setempat. Tim ini dibuat cukup sekali dalam periode penelitian DB4MK pada tahun berjalan. Semakin awal Tim PSN dibentuk maka semakin memberikan kontribusi penilaian yang lebih baik juga. 2.) Adanya jadwal, tim dan laporan hasil kegiatan PSN yang meliputi : hari/ tanggal pelaksanaan, lokasi PSN, koordinator PSN, jenis Aktifitas dan hasil ABJ, dengan diketahui oleh ketua Tim PSN dilaporkan sebulan sekali (dilampirkan dalam laporan tingkat dusun) 6. Dasar Hukum Peraturan yang memerintahkan dan memberi kewenangan penyelenggara Program Dusun Bebas 4 Masalah Kesehatan (DB4MK), pemerintah Kabupaten Bantul telah mengundangkan 12 (dua belas) peraturan mulai dari peratutan perundang-undangan, Peraturan pemerintah, Peraturan Menteri dalam negeri, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, serta Keputusan Bupati Bantul. 1.) Undang-undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta. 2.) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 3.) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. 47

4.) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang Tahun 1950 Nomor 12, 13, 14 dan 15. 5.) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular. 6.) Peraturan Menteri kesehatan Nomor 560/ Menkes/ Per/ VIII/ 1989 tentang Jenis Penyakit Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tata cara Penyampaian Laporannya dan Tata Cara Penanggulangan seperlunya. 7.) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 920/ Menkes/ SK/ VIII/ 2002 tentang klafikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (BALITA). 8.) Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2016 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bantul Tahun Anggaran 2016. 9.) Peraturan Bupati Bantul Nomor 82 Tahun 2016 tentang Penyabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bantul Tahun Anggaran 2016. 10.) Peraturan Bupati Bantul Nomor 443 Tahun 2010 tentang Pembentukan Tim Dusun Bebas Empat Masalah Kesehatan (DB4MK) Kabupaten Bantul. 48

11.) Keputusan Bupati Bantul Nomor 156A Tahun 2010 tentang Penetapan Unit Analisis Dusun Bebas Empat Masalah Kesehatan (DB4MK) Kabupaten Bantul. 49