BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JERUK. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Pe n g e m b a n g a n

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAKAO. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

TEKNIK KONVERSI KOPI ROBUSTA KE ARABIKA PADA LAHAN YANG SESUAI. Oleh Administrator Selasa, 02 April :00

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada tahun 2007 Indonesia dikenal sebagai negara penghasil teh terbesar nomor

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS BAWANG MERAH. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAKAO

BAB I PENDAHULUAN. kelapa sawit dan karet dan berperan dalam mendorong pengembangan. wilayah serta pengembangan agroindustry.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang. melimpah dan dikenal dengan sebutan negara agraris, sehingga pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, dan pertanian memegang peranan penting

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu bagian dari negara tropis yang memiliki kekayaan

Tahun Bawang

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

Transkripsi:

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN 5.1 Komoditas Perkebunan Komoditi perkebunan merupakan salah satu dari tanaman pertanian yang menyumbang besar pada pendapatan nasional karena nilai ekspor yang tinggi dibandingkan tanaman pertanian lainnya. Sebagian besar produk perkebunan yang di ekspor masih dalam bentuk bahan mentah (raw material) bukan berbentuk hasil olahan, sehingga masih kalah bersaing dengan negara lainnya. Berdasarkan status pengusahaannya perkebunan dibagi menjadi tiga yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Komoditi perkebunan yang tergolong lima besar diantaranya adalah kelapa sawit, kopi, kakao, karet dan teh. a. Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan komoditi andalan utama ekspor pertanian yang penting bagi Indonesia. Selain menghasilkan minyak kelapa sawit juga menghasilkan produk sampingan yang tinggi. Sekarang ini Indonesia menduduki posisi kedua sebagai pengekspor minyak kelapa sawit (CPO) terbesar di dunia. Menurut data dari WWF (World Wild Fund), sampai saat ini pengeksor kelapa sawit terbesar di dunia adalah Malaysia sekitar 47% dari ekspor dunia. Volume ekspor minyak sawit mentah atau CPO (Crude Palm Oil) Indonesia tahun 2006 mengalami pertumbuhan sebesar 14,5 persen, yaitu dari 10,4 juta ton menjadi 48

11.95 juta ton. Pada 2006 meningkatnya produksi CPO Indonesia sebesar 13 persen serta meningkatnya permintaan CPO dari luar negeri 2. Sebagian besar perkebunan sawit di Indonesia dilakukan dengan sistem PIR (Perkebunan Inti Rakyat) dimana sawit ditanam di lahan milik masyarakat dan pengolahan dilakukan oleh petani. Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia cenderung meningkat yaitu berkisar 1,97-13,36 persen dari tahun 2001 hingga 2005. berdasarkan status pengusahaannya perkebunan besar swasta sebesar 52,92 persen atau sebesar 2,91 juta hektar, sedangkan yang diusahakan oleh perkebunan rakyat seluas 1,92 juta hektar (34, 80 persen) dan hanya seluas 0,68 juta hektar (12,28 persen ) yang diusahakan oleh perkebunan besar negara. Tabel 8. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia Tahun 2001-2005 (Ha) Pertumbuhan Tahun PR PBN PBS Jumlah (%) 2001 1.561.031 609.943 2.542.457 4.713.431 13,36 2002 1.808.424 631.566 2.627.068 5.067.058 7,5 2003 1.854.394 662.803 2.766.360 5.283.557 4,27 2004 1.904.943 674.983 2.821.705 5.401.631 2,23 2005 1.917.038 676.408 2.914.773 5.508.219 1,97 Sumber: Departemen Pertanian 2006 Untuk produksinya kelapa sawit Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 produksi mencapai 13,11 juta ton yang meningkat 2 Informasi mengenai volume ekpor dan produksi sawit diperoleh dari artikel pada www.antara.co.id yang berjudul ekspor CPO Indonesia diproyeksikan hanya naik jadi 11,7 juta ton 49

sekitar 7,26 persen dari tahun 2004 yang hanya sebesar 12,22 juta ton. Sebagian besar produksi kelapa sawit ini diekspor dan sisanya dipasarkan di dalam negeri. Di Indonesia ada empat jenis produk ekspor kelapa sawit yang di ekspor yaitu Crude Palm Oil (CPO), Other Palm Oil, Crude Oil of Palm Kernel dan Other Palm Kernel Oil. b. Kopi Kopi di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2004 Indonesia menempatkan peringkat keempat terbesar di dunia setelah Brazil, Kolombia dan Vietnam namun belum mampu meningkatkan produksi kopi di Indonesia. Sebelumnya posisi Indonesia berada pada posisi ketiga. Selama 1999-2006, ekspor kopi Indonesia terus berfluktuasi. Tahun 2000 ekspor kopi Indonesia telah mencapai 340.900 ton, namun tahun berikutnya turun menjadi 250.800 ton. Pada tahun 2004 ekspor kopi meningkat kembali menjadi 344.100 ton, dan melonjak mencapai 445.900 ton pada 2005. Hingga 2006 produksi kopi Indonesia telah mencapai 653.400 ton atau naik sebesar 2,03% dari tahun sebelumnya. Namun tidak terjadi pada ekspor kopi tahun 2006 yang turun hingga 21,5 persen atau mencapai 350.000 ton dibandingkan pada tahun sebelumnya sebesar 445.900 ton. Ekspor kopi Indonesia baru hanya sebatas biji kopi, bukan produk yang siap konsumsi. Perkebunan kopi terbesar di Indonesia berupa perkebunan rakyat (PR) dengan luas 1,2 juta hektar atau 95,8% yang merupakan pemasok terbesar dengan volume 627.500 ton atau 96,1% dari total areal tanam. Selain itu ada pula perkebunan swasta (PBS) sekitar 26.800 hektar atau sekitar 21 persen dan sisanya berupa perkebunan negara yaitu sekitar 26,4 hektar atau sekitar 2,1 persen. 50

Umumnya sekitar 90 persen petani di Indonesia menanam kopi jenis robusta yang ditanam di sebagian besar wilayah Indonesia. Sedangkan hanya sekitar 10 persen kopi jenis arabika ditanam oleh sebagian kecil petani 3. Sehingga produktivitas budi daya kopi Indonesia hanya mencapai 0,58 ton per hektar. Padahal di perdagangan dunia jenis kopi yang mendominasi adalah kopi arabika yaitu sekitar 70 persen dan sisanya kopi jenis robusta. c. Kakao Kakao merupakan salah satu komoditi unggulan pertanian Indonesia yang berperan penting dalam pembangunan perekonomian karena menghasilkan nilai devisa hingga US$ 547 juta pada tahun 2004. Sehingga Indonesia berhasil menjadi produsen kakao kedua terbesar dunia setelah pantai Gading. Hal ini disebabkan karena areal perkebunan kakao pada tahun 2004 memiliki luas yang meningkat hingga 914 ribu hektar, yang tersebar di 29 propinsi dengan sentra produksi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, NTT dan Jawa Timur. Sekitar 90 persen areal perkebunan kakao Indonesia dikelola oleh rakyat (Direktort Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2004). Jumlah ekspor kakao di Indonesia telah mencapai 365 ribu ton pada tahun 2001. Namun pada tahun 2006 produksi kakao di Indonesia menurun hanya sekitar 78 ribu ton atau turun sekitar 30,16 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena meningkatnya serangan hama penggerek buah di seluruh sentra produksi kakao Indonesia. 3 Informasi mengenai produksi, ekspor dan wilayah kopi diperoleh dari artikel pada www.kapanlagi.com/h/0000163974.html yang berjudul Kopi: Sedap Rasanya, Sedap Bisnisnya 51

Dalam pengembangan kakao nasional masih banyak masalah yang dihadapi seperti terletak pada kualitas biji kakao yang dihasilkan masih bermutu rendah, banyaknya tanaman yang terserang hama. Sehingga walupun jumlah produksi kakao Indonesia yang cukup tinggi namun dalam pengolahan kakao ini masih relatif rendah masih kalah bersaing dengan negara lainnya. Dalam perdagangan kakao dunia biji kakao dan produk akhir (cokelat) mendominasi, sedangkan produk antara seperti cacao butter, cocoa powder dan cocoa paste volumenya relatif kecil. d. Karet Pada tahun 2005 produsen karet terbesar didunia diduduki oleh Thailand, sementara Indonesia menempati posisi ke dua terbesar. Thailand memproduksi 2,9 juta ton (33%) karet alam dunia pada 2005, sementara Indonesia 2,27 juta ton (26%). Sebagian kebun karet Indonesia luasnya sekitar 3,28 juta hektar pada tahun 2005 meningkat 0,61% dari tahun sebelumnya. Dimana produksi karet ini banyak didukung oleh perkebunan rakyat yang luasnya 2,77 juta hektar, atau 84,5% dari total luas kebun karet nasional. Selebihnya, 7,3% merupakan perkebunan besar negara, dan 8,2% perkebunan besar swasta. Kondisi ini menegaskan bahwa karet penting sebagai sumber devisa. Produksi karet nasional pada 2005 mencapai 2,13 juta ton, atau naik 0,6 juta ton dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 2,06 juta ton. Perkebunan rakyat memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi karet domestik sebesar 1,72 juta ton, atau 81% dari total produksi 2005, namun saat ini produktivitas karet Indonesia masih tergolong rendah karena dari area seluas 3,28 juta hektar pada 2005, produksinya hanya 2,13 juta ton yang sebagian besar terjadi pada 52

perkebunan rakyat, yang luasnya mencapai 2,77 juta hektar dengan produksi 1,72 juta ton per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perkebunan rakyat hanya mampu menghasilkan 623 kilogram karet per hektar per tahun. Rendahnya produktivitas karet karena bibit yang digunakan bukan bibit unggul, serta kurangnya perawatan kebun karena harga karet yang relatif rendah 4. e. Teh Pada tahun 2001 posisi Indonesia dalam perdagangan teh Internasional berada di peringkat lima setelah Sri Lanka, Kenya, RRC, dan India atau kontribusinya baru sekitar 7 persen begitu pula pada tahun 2003. Hal ini menjadikan Indonesia salah satu pemain penting dalam perdagangan teh Internasional. Sebagai penyumbang devisa negara dalam produksinya, teh Indonesia tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar lokal, tapi juga mampu memenuhi kebutuhan mancanegara dengan ekspornya. Sekitar 94 persen produk teh Indonesia diekspor dalam bentuk curah (bulk). Jenis teh yang dihasilkan Indonesia adalah jenis teh hitam (Black Tea) dan teh hijau (Green Tea). Sebagian besar dihasilkan oleh perkebunan besar baik swasta maupun milik negara dan sisanya dihasilkan perkebunan rakyat. Jenis teh yang diekspor Indonesia 70-80 persen merupakan jenis teh hitam sedangkan sisanya adalah jenis teh hijau. Hal ini disebabkan karena sekitar 71 persen jenis teh hitam mendominasi distribusi produksi teh dunia. Sedangkan teh hijau lebih banyak diproduksi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (Resmisari,2006). Pada tahun 2004 produksi teh meningkat sekitar 2,3 persen, tapi volume ekspor mengalami penurunan dari 100.185 ton pada tahun 2003 menjadi hanya 4 http://www.tempointeraktif.com 53

88.176 ton pada tahun 2004. Penurunan ini terjadi karena kualitas teh Indonesia yang tidak stabil, kualitasnya akan sangat bagus dan harga tinggi pada saat musim kemarau tapi produksi yang dihasilkan sedikit. Sedangkan di musim hujan kualitas yang dihasilkan rendah dengan harga turun tapi produksi yang tinggi. Akibat ketidakstabilan ini maka teh dari Indonesia sulit ditempatkan sebagi teh utama di perdagangan teh dunia. 5.2 Komoditas Hortikultura Selain perkebunan komoditas hortikultura yang sangat potensial untuk dijadikan komoditas andalan ekspor karena banyaknya jumlah dan ragam jenis dari komoditas ini yang mampu berdaya saing dengan produk impor. Beda halnya dengan perkebunan, komoditas hortikultura sebagian besar produk yang diekspor sudah dalam bentuk olahan hanya sebagian kecil di ekspor dalam bentuk segar, karena sifatnya yang mudah rusak sehingga dapat menurunkan kualitas atau harga dari produk itu sendiri. Produk hortikultura yang berpeluang besar adalah buah dan sayur. Komoditas buah diantaranya yaitu mangga, manggis, pisang, nanas dan jeruk, sedangkan untuk sayuran kubis, kentang, tomat, bawang merah dan bawang putih. a. Mangga Mangga merupakan salah satu komoditi buah unggulan nasional di Indonesia yang mampu berdaya saing karena memiliki kekhasan tersendiri. Berdasarkan laporan FAO tahun 2004, Indonesia termasuk lima besar negara penghasil mangga, namun hasil ekspornya masih tergolong paling rendah. Walaupun ekspor mangga terus meningkat tiap tahunnya, tetapi proporsinya 54

belum memadai jika dikaitkan dengan perkembangan panen buah mangga. Hal ini mengindikasikan bahwa produksi yang besar masih mencukupi konsumsi dalam negeri yang baru mencapai 60,9% dari rekomendasi FAO sebesar 65,75 kg/kapita/tahun. Sampai saat ini, buah mangga umumnya dipasarkan dalam bentuk segar, baik untuk tujuan domestik maupun ekspor. Jenis mangga yang diekspor diantaranya mangga Arumanis 143, Manalagi 69, Golek 31, dan mangga Gedong. Sebaran produksi mangga di Indonesia sangat beragam tiap tahunnya, namun untuk wilayah bagian barat Indonesia pulau Jawa selalu memberikan kontribusi besar terhadap produksi mangga di Indonesia dari tahun 2001-2005. Dibandingkan wilayah timur Indonesia yang masih belum meningkat jauh dari tahun 2001-2005. Luas panen mangga berkembang cepat dari tahun 1994 s/d 2004. Pada tahun 1994 luas panen hanya 36.981 ha dengan total produksi 826.824 ton, tahun 2004 luas panen meningkat menjadi 185.773 ha dengan produksi mencapai 1.437.665 ton. Hal ini menunjukkan bahwa agribisnis komoditas ini merupakan usaha yang telah berperan dalam menumbuhkan sektor ekonomi. Pada masa kini dan masa mendatang, agribisnis mangga diperkirakan akan tetap mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang tumbuhnya sektor perekonomian, terutama dalam menciptakan lapangan kerja, peluang pasar dan peningkatan devisa negara. b. Manggis Manggis merupakan salah satu komoditas buah Indonesia sebagai primadona ekspor yang menjadi andalan Indonesia untuk meningkatkan 55

pendapatan devisa negara. Di luar negeri manggis dijuluki sebagai Queen of the Tropical Fruits yang merupakan perpaduan dari rasa asam dan manis yang tidak dimiliki oleh komoditas buah-buahan lainnya. Ekspor manggis menempati urutan pertama ekspor buah segar ke mancanegara. Sebagian besar berasal dari kebun rakyat yang sistem produksinya masih tergantung pada alam (tradisional). Meskipun penanganan budidaya dan pascapanen yang seadanya, ternyata Manggis Indonesia mampu melakukan ekspor dalam jumlah yang cukup besar, bahkan bisa bersaing dengan manggis negara lain. Volume ekspor manggis Indonesia dari tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi dari 9.304 ton pada tahun 2003 menurun menjadi 3.045 ton pada tahun 2004, namun meningkat kembali pada tahun 2005 sebesar 8.471 ton. Perkembangan volume ekspor manggis di Indonesia pada masing-masing wilayah dari tahun 2001-2005 menunjukkan wilayah bagian barat Indonesia selalu berfluktuasi dibandingkan bagian timur Indonesia yang sebagian besarnya tidak melakukan kegiatan ekspor produk manggis. Sedangkan untuk perkembangan produksi manggis terus mengalami peningkatan dari 62 ribu ton pada tahun 2004 menjadi 64 ribu ton pada tahun 2005 atau meningkat sekitar 4,18 persen. Namun hal ini baru didominasi oleh kawasan barat Indonesia tiap tahunnya. Luas panen tanaman manggis pun meningkat pada tahun 2005 sebesar 7,62 persen dari tahun 2004 atau sekitar 8.473 ha pada tahun 2004 menjadi 9.119 ha tahun 2005. Walaupun produksi terus meningkat namun hal ini tidak diikuti oleh peningkatan mutu buah manggis, sehingga volume ekspor pun kurang meningkat secara signifikan. 56

c. Pisang Pisang merupakan buah tropis yang menempati urutan kedua dalam ekspor buah nasional pada tahun 2003. Permintaan pasar terhadap pisang terus meningkat, baik untuk konsumsi segar maupun olahannya. Jenis pisang yang mempunyai peluang untuk dikembangkan ialah jenis pisang emas, pisang raja, pisang ambon dan pisang raja bulu. Buah ini berpotensi dikembangkan tanaman namun untuk meningkatkan produksi dan kualitas pisang terdapat kendala yaitu serangan penyakit layu yang dikenal dengan nama Panama. Relatif besarnya volume produksi nasional dan luas panen dibandingkan dengan komoditas buah lainnya, menjadikan buah pisang merupakan tanaman unggulan di Indonesia. Namun demikian pengelolaan pisang masih sebatas tanaman pekarangan atau perkebunan rakyat yang kurang dikelola secara intensif, tapi karena iklim yang mendukung maka tanaman pisang ini sesuai di Indonesia. Pada tahun 2005 volume ekspornya mengalami peningkatan sebesar 3.647ton senilai US $ 1,3 juta dibandingkan tahun 2004 yang hanya sebesar 992 ton atau senilai US $722.772. Untuk produksinya tanaman pisang mencapai 5 juta ton atau sekitar 35,02 persen dari total produksi buah-buah nasional pada tahun 2005. dimana sumbangan terbesar dari pulau Jawa tiap tahunnya. d. Nenas Nenas termasuk ke dalam kelompok buah eksotik (exotic fruits) yaitu buah-buahan khas daerah tropis yang mahal harganya serta tingginya permintaan dari pasaran luar negeri, maka buah ini disebut sebagai King of The Fruit. Jenis yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah Queen misalnya nenas Bogor dan Palembang, dan Smooth Cayene misalnya nenas subang. 57

Selama tahun 2002-2004 ekspor nenas mencapai 845.010,9 kg senilai US $ 50628,987 ribu. Sebagian besar Pangsa pasar nenas segar Indonesia meningkat seiring peningkatan volume ekspor nenas segar Indonesia. Meskipun demikian, pada tahun 2004, persentase ekspor terhadap produksi nenas segar Indonesia relatif kecil yakni 0,3 persen dari total produksi nenas sebesar 709.918 ton. Untuk produksinya sendiri pada tahun 2005 meningkat sebesar 6,22 persen dari tahun 2005, dimana dari tahun 2001-2005 pulau Jawa memiliki produksi paling tinggi diantara pulau lainnya di Indonesia serta pulau yang paling kecil memberikan kontribusinya terhadap produksi pisang pada tahun 2005 adalah daerah Gorontalo. Tetapi beda hal nya dengan volume ekspor, dimana wilayah yang menyumbang paling besar ekspornya adalah Riau sebesar 476.566 kg dari total keseluruhan volume ekspor pisang di Indonesia yaitu 643.716 kg pada tahun 2005. e. Jeruk Pada tahun 2004, luas panen jeruk mencapai 70.000 ha dengan total produksi sebesar 1.600.000 ton, sekaligus menempatkan posisi Indonesia sebagai negara penghasil utama jeruk dunia ke 13 setelah Vietnam. Teknologi penanganan jeruk segar untuk ekspor masih sederhana, maka perlu adanya peningkatan mutu jeruk segar. Hal ini terlihat dari membanjirnya jeruk impor tahun 2004 yang mencapai 94.696 ton sedangkan ekspornya sebesar 1.261 ton, sedangkan produksi jeruk nasional mencapai 1,6 juta ton 70-80 persen jenis jeruk siam. Sehingga Indonesia termasuk negara pengimpor jeruk terbesar kedua di ASEAN setelah Malaysia. Jenis jeruk yang umum dibudidayakan seperti jeruk Keprok, jeruk Besar, jeruk Nipis dan jeruk Lemon. Jeruk Siam (Citrus nobilis var, microcarpa Hassk) 58

termasuk salah satu varietas jeruk Keprok yang paling banyak diusahakan dan mendominasi 60% pasaran jeruk nasional. Ekspor buah jeruk jenis tertentu seperti lemon, grapefruit dan pamelo terus meningkat sehingga memberikan peluang pasar yang menarik. Peluang pasar untuk mengusahakan komoditas jeruk ini masih sangat besar baik untuk pemenuhan kebutuhan pasar dalam negeri, substitusi impor maupun untuk ekspor Produksi jeruk terbesar pada tahun 2005 ada pada wilayah Sumatera Utara yaitu sebesar 330 ribu ton dari total keseluruhan produksi jeruk di Indonesia yaitu sebesar 1,3 juta ton. Begitu pula volume ekspornya yaitu sebesar 307 ribu kg dari total keseluruhan yaitu 526 ribu kg. Peringkat kedua volume ekspor diduki oleh pulau bali yaitu sebesar 169 ribu kg, namun tidak untuk produksinya, yang mana diduduki oleh pulau Jawa Timur. Sehingga memberikan gambaran bahwa produksi yang tinggi tidak berarti tinggi pula volume ekspornya. f. Kubis Kubis (Cabbage) merupakan salah satu tanaman sayuran yang memiliki peluang pasar yang baik dalam bentuk segar maupun olahan. Produksi kubis di Indonsia mengalami penurunan sebesar 9,76 persen dari tahun 2004 atau sebesar 1.432 ton pada tahun 2004 menjadi sebesar 1.292 ton. Begitu pula halnya dengan luas panen pada tahun 2005 yang menurun 15,09 persen dari tahun 2004. Daerah produksi terbesar tahun 2005 adalah Jawa Barat yang mencapai 434 567 ton diikuti oleh Jawa Tengan dan Sumatera Utara. Volume ekspor kubis Indonesia pada tahun 2004 sebesar 26,98 ribu ton yang menurun dari tahun 2003 sebesar 42,69 ribu ton. Daerah terbesar pengekspor pada tahun 2005 adalah 59

Sumatera Utara yang diikuti oleh Jawa Timur dan DKI Jakarta yaitu masingmasing sebesar 26 ribu ton, 6,1 ribu ton dan 3,4 ribu ton. g. Kentang Tingkat pertumbuhan produksi kentang dari tahun 2001-2005 cenderung mengalami peningkatan tetapi pada tahun 2005 produksi menurun sebesar 5,82 persen, sehingga tingkat pertumbuhan produksi rata-rata mencapai 5,21 persen. Pada tahun 2002 meningkat7,54 persen menjadi 893.824 ton, tahun 2003 mengalami peningkatan tertinggi sebesar 13 persen menjadi 1.009.978 ton dan tahun 2004 meningkat 6,14 persen menjadi 1.072.040 ton, dan pada tahun 2005 produksi mengalami penurunan sebesar 5,82 persen menjadi 1.009.619 ton. Daerah produksi terbesar pada tahun 2005 adalah Jawa Barat 259 ton, disusul oleh Jawa Tengah dan Sulawesi Utara. Luas panen kentang terbesar terdapat di Pulau Jawa sekitar 59 persen diikuti oleh Sumatera Utara sebesar 18 persen. Perkembangan volume ekspor kentang di Indonesia pun berfluktuasi namun cenderung menurun. Bentuk kentang yang diekspor berupa olahan maupun dalam bentuk segar. Volume ekspor kentang segar tertinggi dicapai pada tahun 2001 mencapai 31.447 ton dan menurun 11 persen pada tahun 2002 menjadi 27.923 ton hingga pada tahun 2005 mencapai 13.664 ton. Uuntuk kentang olahan volume ekspor cenderung berfluktuasi pada tahun 2002 menurun 62 persen dari sebesar 618 ton menjadi 235 ton, pada tahun 2003 kembali menurun 40 persen menjadi 142 ton namun pada tahun 2004 kembali meningkat 38 persen menjadi 196 ton dan menurun hingga mencapai 57 ton pada tahun 2005. Nilai ekspor kentang segar tertinggi dicapai pada tahun 2002 60

mencapai US $ 5 juta, sedangkan untuk kentang olahan nilai ekspor tertinggi dicapai pada tahun 2004 mencapai US $ 121.870. h. Tomat Tanaman tomat merupakan sayuran yang banyak diusahakan di Indonesia secara komersil. Penghasil tomat terbesar terdapat di Jawa barat sekitar 286.285 ton atau 44,25 persen. Rata-rata hasil per hektar sayuran tomat antara Jawa dan Luar Jawa berbeda, di pulau Jawa lebih tinggi dari pada luar Jawa yaitu sekitar 19,96 persen sedangkan di luar Jawa hanya 8,37 persen. Luas panen tanaman tomat pada tahun 2005 menurun sekitar 2,87 persen dari tahun 2004. Ekspor tomat tahun 2004 meningkat dari 3,92 ribu ton pada tahun 2003 menjadi 4,35 ribu ton. Daerah pengekspor tertinggi pada tahun 2005 adalah DKI sebesar 623.103 kg, kemudian daerah Sumatera Utara sebesar 150.162 kg. i. Bawang merah Tingginya permintaan bawang merah dalam negeri disebabkan karena komoditas ini digunakan sebagai bumbu/ penyedap makanan sehari-hari. Pengembangan bawang merah di Indonesia sebagian besar belum menggunakan benih unggul bermutu dan penerapan teknologi yang belum optimal sehingga hasil yang diberikan belum optimal. Produksi bawang merah mengalami kecenderungan yang menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2002 produksi menurun sebesar 10,98 persen dari 861.150 ton pada tahun 2001 menjadi 766.572 ton. Produksi terus menurun hingga tahun 2005 sebesar 3,27 persen dari tahun 2004 sebesar 757.399 ton menjadi 732.610 ton. Daerah penghasil bawang merah terbesar adalah Pulau Jawa terutama Jawa 61

Timur dengan produksi 233.098 ton pada tahun 2005 diikuti oleh Jawa Tengah dan Jawa Barat masing-masing sebesar 202.692 ton dan 118.795 ton. Dimana luas panen terbesar adalah di Pulau jawa sebesar 75 persen dari keseluruhan luas panen bawang merah di Indonesia, diikuti oleh Pulau Bali dan Nusa Tenggara. Besarnya ekspor bawang merah di Indonesia cenderung berfluktuasi volume ekspor tertinggi sebesar 6.787 ton yaitu pada tahun 2002 dan perkembangannya terus menurun sebesar 20 persen dari tahun 2001 dan terus menurun hingga tahun 2005 yang mencapai 8 persen sehingga volume ekspor hanya mencapai 4.259 ton. Daerah yang tinggi tingkat ekspornya pada tahun 2005 adalah daerah DKI Jakarta yaitu sebesar 3.397 ton setelah itu daerah Sumatera Utara sebesar 397 ton. j. Bawang Putih Bawang Putih merupakan salah satu tanaman sayuran yang baru dicanangkan untuk menjadi komoditas unggulan di Indonesia, karena tingginya impor dari bawang putih ini di Indonesia. Bawang putih yang di ekspor dapat dalam bentuk segar maupun olahan. Produksi bawang putih di Indonsia mengalami penurunan sebesar 28,14 persen dari tahun 2004 atau sebesar 28.851 ton tahun 2004 menjadi 20.733 ton. Luas panen pada tahun 2005 menurun sebesar 33,47 persen. Daerah produksi terbesar tahun 2005 adalah Nusa Tenggara yang mencapai 6.440 ton diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 3717 ton. Kegiatan ekspor bawang putih Indonesia masih rendah, karena produksi yang rendah. Volume ekspor bawang putih pada tahun 2005 di Indonesia hanya sebesar 18.036 kg yang menurun dari tahun 2004 sebesar 39.290 kg. 62