BAB I PENDAHULUAN. dulunya pernah menjadi bagian dari Republik Indonesia, yaitu provinsi ke-27

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of

TESIS RELASI GRAMATIKAL BAHASA MAKASAE: KAJIAN TIPOLOGI SINTAKSIS

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

VERBA BERVALENSI SATU, DUA, DAN TIGA PADA BAHASA MAKASAE

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana,

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. komputer dalam suatu pekerjaan. Teknologi komputer sangat membantu user dalam

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. dalam penelitian ini karena sejauh ini belum ditemukan peneliti lain yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi

ALIANSI GRAMATIKAL BAHASA DAWAN: KAJIAN TIPOLOGI BAHASA

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang

KLAUSA VERBAL BAHASA MENUI. Ekawati A1D

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa.

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat

BAB I PENDAHULUAN. dalam pesebab (Payne, 2002: 175). Ketiga, konstruksi tersebut menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

LAMPIRAN 1: CIRI-CIRI KHAS KEMISKINAN

REGULASI NO. 2000/14

PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA. Oleh F.X. Sawardi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses,

TATA URUTAN KATA BAHASA ILIUNG DIALEK TUGUNG: Sebuah Kajian Awal Berdasarkan Tipologi Sintaksis

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua

BAB I PENDAHULUAN. tutur/ pendengar/ pembaca). Saat kita berinteraksi/berkomunikasi dengan orang

BAB I PENDAHULUAN. tertarik pada penelitian bahasa-bahasa Austronesia (AN), padahal telah lama

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas empat kabupaten: Kabupaten

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan wilayah di Timor Leste khusunya di distrit Ermera dan Sub

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Gorontalo (selanjutnya disingkat BG) adalah bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. kesistematisan dari jalan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis. Menurut Chaer dan

FENOMENA TIPOLOGI GRAMATIKAL BAHASA MINANGKABAU: Akusatif, Ergatif, atau Campur? 1. Jufrizal 2 Universitas Negeri Padang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DESAIN BUKU AJAR BAHASA MADURA BERBASIS BUDAYA: Sebagai Upaya Pemertahanan Bahasa dan Budaya Madura

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB V PENUTUP. fungsi verba frasal berpartikel off. Analisis verba frasal berpartikel off pada tesis ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. tentang morfologi, sintaksis, morfosintaksis, verba transitif, dan implikasinya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

10 Jenis Kata Menurut Aristoteles

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

BAB I PENDAHULUAN. yang berpenduduk ±120 juta jiwa. Selain menjadi bahasa nasional, BJ juga

PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA 1

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

BAB I PENDAHULUAN. gagasan dengan menggunakan bahasa tulis. Jika dibandingkan dengan

Perhatikan kalimat di bawah ini!

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

Kata kunci: perilaku objek, kalimat, bahasa Indonesia. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang beragam pula. Walaupun telah ada bahasa Indonesia sebagai bahasa

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

STRUKTUR KLAUSA BAHASA MUNA DIALEK GULAMAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SENSUS PENDUDUK DAN PERUMAHAN JULI 2010

AGEN DALAM KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan

BAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republica Democratica de Timor Leste yang (selanjutnya disebut RDTL) dulunya pernah menjadi bagian dari Republik Indonesia, yaitu provinsi ke-27 yang bernama Timor Timur dari 1975-1999 dan kemudian menjadi sebuah negara melalui referendum pada 30 Agustus 1999. Secara administratif RDTL dibagi menjadi tiga belas distritu, yaitu Aileu, Ainaro, Baucau, Bobonaro, Cova-Lima, Ermera, Lautem, Liquica, Manatuto, Maliana, Manufahi, Oecussi, dan Viqueque. Di antara tiga belas distrik yang telah disebutkan di atas memiliki ragam bahasa dan budaya yang berbeda-beda karena terdapat tiga puluh dua bahasa lokal yang saat ini tetap hidup dan tersebar hampir di semua wilayah RDTL dengan jumlah penutur yang cukup banyak. Salah satu dari bahasa-bahasa itu adalah bahasa Makasae (selanjutnya disingkat BMk) yang saat ini masih aktif digunakan oleh para penuturnya dan berkembang sebagai alat komunikasi, baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Dalam penelitian Correia (2011) dijelaskan bahwa nenek moyang BMk begitu juga bahasa-bahasa rumpun Papua Timor seperti, Pantar dan Alor, diperkenalkan pada pulau itu kira-kira 4.000 tahun yang lalu oleh para pengembara dari Bomberai Penisula, Papua Barat. Bukti yang berhubungan dengan linguistik memberi kesan bahwa para pengembara Papua yang dulunya berusaha menghindari gangguan dari para penyerbu orang-orang pelaut 1

2 Austronesia yang berlayar ke Ceram, kemudian mereka masuk ke pulau-pulau berikutnya yang saat ini disebut laut Arafura. Mereka terus berlayar menuju ke Timor, Wetar, Alor, dan Flores kemudian bermukim di sana dan melakukan pernikahan campuran dengan penduduk asli setempat. Logat Bomberai mereka ditanamkan di daerah-daerah ini, tetapi pengaruh dari golongan pra-papua cukup berpengaruh sehingga melahirkan bahasa muncul di mana-mana. Dalam hal ini BMk memiliki beberapa dialek, seperti dialek Watulari, dialek Ossu, dialek Laga dan dialek Quelicai. Perbedaan dialek yang satu dengan yang lain disebabkan oleh penggunaan intonasi kalimat dan kosa kata, tetapi semua penutur dari keempat dialek tersebut masih dapat berkomunikasi dengan penutur BMk yang lain. Daerah sebaran BMk mencakup tiga distritu, yaitu Distritu Baucau, Distritu Viqueque, dan Distritu Lospalos. Akan tetapi, BMk paling banyak digunakan di Distritu Baucau yang terdiri atas enam (subdistrik/kecamatan), yaitu Subdistrik Baguia, Baucau, Quelicai, Laga, Venilale, dan Vemasse. Selanjutnya, BMk paling banyak digunakan di Subdistrik Laga, Quelicai, dan Baguia, sedangkan Subdistritu Venilale dan Vemase berbahasa Waima a dan Imidiki Kairui. Subdistritu Baucau menggunakan tiga bahasa, yaitu bahasa Makasae, bahasa Waima a, dan bahasa Tetun. Dalam pergaulan sehari-hari masyarakat di Baucau masih menggunakan BMk sebagai alat komunikasi sehari-hari oleh penuturnya antara satu dengan yang lain. Selain itu, BMk juga digunakan dalam upacara adat, misalnya, upacara penyambutan kelahiran, kematian dan perkawinan selain berfungsi sebagai alat komunikasi antara intraetnis dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Begitu juga BMk digunakan dalam

3 melestarikan warisan karya sastra lisan, seperti (1) Rakalele (tuturan yang dilagukan untuk mengiringi tarian ketika menebang pohon untuk membuat rumah adat yang sakral), (2) Datalolo (cerita rakyat), (3) Lopoda (upacara untuk memperingati kelahiran bayi), (4) Data su a (upacara untuk permohonan keselamatan), dan (5) Tetelee (nyanyian untuk kematian atau kesedihan). Pada umumnya bahasa-bahasa yang ada di RDTL belum memiliki tulisan sehingga penggunaannya masih difokuskan pada bentuk lisan dan bukan pada bentuk tulisan karena hampir semua bahasa-bahasa lokal di RDTL belum memiliki bahasa tulis dan masih digunakan secara lisan. Selain BMk, ada bahasa asing yang juga cukup aktif digunakan di RDTL, yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Portugis. Bahasa Portugis digunakan sebagai bahasa kenegaraan dan bahasa Tetun sebagai bahasa nasional RDTL, sedangkan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pekerja. Correia (2011:6) menjelaskan bahwa jumlah penutur BMk paling banyak keempat di RDTL dengan jumlah 110,960,11 dan masing-masing dapat mengusai dua bahasa atau bahkan bisa menguasai lebih dari tiga bahasa daerah. Juliette (2008) juga menjelaskan bahwa BMk merupakan rumpun bahasa Papua (Trans- New Guenia) yang memiliki 70.000 penutur di samping bahasa daerah lainnya, seperti bahasa Fataluku, bahasa Makalero, bahasa Galole, bahasa Imidiki-Kairui, bahasa Waima a, dan bahasa-bahasa lainnya. Selanjutnya, Correia (2011:25) menjelaskan bahwa dari aspek fonologi BMk memiliki lima buah vokal dasar, yaitu /a/ /e/ /i/ /o/ /u/. Selain lima buah vokal yang telah disebutkan di atas, BMk juga memiliki tiga belas konsonan asli, yaitu /b/ /d/ /f/ /g/ /h/ /k/ /l/ /m/ /n/ /r/ /s/

4 /t/ /w/ /'/ dan ditambah dengan empat konsonan asing, yaitu /p/ /r/ /z/ /v/. Moravcsik (2013) dalam bukunya yang berjudul Introducing Language Typology membagi tipologi bahasa menjadi lima bagian, yaitu (i) tipologi leksikal, (ii) tipologi sintaktik, (iii) tipologi morfologi, serta (iv) tipologi fonologi dan tipologi perubahan bahasa. Berdasarkan uraian Moravcsik di atas maka penelitian ini hanya difokuskan pada relasi gramatikal untuk menentukan seperti apa fenomena kebahasaan pada BMk dari aspek tipologi sintaksis. Hal lain yang juga menarik dari BMk untuk dijadikan objek penelitian karena struktur dasar BMk dibangun melalui SOV. Dari aspek morfologi BMk tergolong dalam bahasa isolasi yang miskin dalam proses pemarkah morfologis, baik dari klausa intransitif klausa transitif, ekatransitif, maupun klausa dwitransitif. Ketika BMk digunakan, bentuk asal verba tidak terikat karena verba BMk bisa berdiri sendiri tanpa pemarkah morfologis. Berikut ini adalah tata urutan kanonik BMk. a. SV b. SOV c. OSV Predikat BMk disusun oleh unsur verba yang dibedakan menjadi klausa intransitif dan transitif. Selanjutnya, klausa transitif diperluas menjadi klausa berpredikat verba ekatransitif dan dwitransitif/ditransitif. Berikut ini adalah contoh tentang tata urut klausa intransitif BMk yang tidak mengalami proses morfologis atau verba persesuaian dengan subjek, baik dari subjek persona tunggal maupun subjek persona jamak yang merupakan ciri khas bahasa isolasi.

5 a) Subjek + Verba (1.1) Ani la a 1T pergi Saya pergi (1.2) Ini erata 2J tiba Kami tiba (1.3) Pi la a 1J pergi Kita pergi (1.4) Ai erata 2T tiba Kamu tiba Klausa intransitif BMk pada contoh (1.1-1.4) di atas menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya pemarkah khusus morfologis atau verba persesuaian pada frasa verba intransitif BMk, baik pronomina persona pertama tunggal maupun pronomina persona ketiga jamak. Verba BMk bisa berdiri sendiri dan tidak memiliki verba persesuaian pada pronomina pertama tunggal sampai dengan pronomina ketiga jamak. Berikut ini adalah contoh verba klausa transitif BMk. b) Subjek + Objek + Verba (1.5) Ani gi ti ala 1T 3T tendang Saya menendang dia (1.6) Ai gi base 2T 3T pukul Kamu memukul dia (1.7) Ini atesia saunu 2J ubi kayu tanam Kami menanam ubi kayu

6 (1.8) Gi teli ko e 3T jagung panen Dia panen jagung Klausa transitif BMk pada contoh (1.5-1.8) di atas juga menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya pemarkah morfologis dan verba persesuaian dengan frasa verba BMk, baik dari pronomina persona pertama tunggal maupun pronomina pesona ketiga jamak. c) Pasien+Agen+Verba (1.9) Gi ani ini base 3T 1T MARK PAS-pukul Dia saya pukul (1.10) Arabau era ini lasi Kerbau 3J MARK PAS-potong Kerbau mereka potong (1.11) * Seu pi nawa Daging 1J makan Daging makan kita (1.12) * Arabau era lasi Kerbau 3J PAS-potong Kerbau memotong mereka Berbeda dari klausa 1.9-1.12 adanya pemarkah ini apabila objek dalam klausa transitif muncul di awal kalimat untuk membentuk kalimat pasif. Namun, BMk tidak seperti bahasa Indonesia yang memiliki pemarkah pasif di dan ter untuk membentuk kalimat pasif. Tetapi apabila tidak ada pemarkah ini ketika subjeknya bukan persona (animate) maka kalimat itu menjadi tidak gramatikal secara semantis.

7 d) Klausa Dwitransitif Jika klausa ekatransitif menuntut kehadiran dua argumen inti, maka berbeda dengan klausa dwitransitif/ditransitif yang menuntut kehadiran tiga argumen inti dalam kalimat. Contohnya dalam bahasa Indonesia, klausa ditransitif salah satunya ditandai oleh pemarkah morfologis kan yang berfungsi untuk meningkatkan kehadiran argumen, contohnya pada klausa saya membeli baju (verba membeli mengikat dua argumen, saya dan baju ), kemudian saya membelikan adik baju (verba membelikan mengikat tiga argumen, saya, adik, dan baju ). Berikut ini adalah contoh klausa dwitransitif. (1.13) Abo asukai era gau paunu seranake Kakek 3J POSP roti bawa Kakek membawa roti untuk mereka (1.14) Mama ani gau nawa-nawa asaara ma u Mama 1T POSP makanan kirim Mama mengirim makanan untuk saya (1.15) Mama ini nawa-nawa ma ani gau asaara ma u Mama FOK makanan MARK 1T POSP kirim Mama yang mengirimi saya makanan (1.16) Nawa-nawa mama ini ma ani gau asaara ma u Makanan mama FOK MARK 1T POSP kirim Makanan mama yang kirim untuk saya Berdasarkan contoh klausa dwitransitif/ditransitif pada klausa (1.13) - (1.16) yang telah diuraikan di atas, yakni menunjukkan bahwa setiap klausa terdapat tiga argumen inti yang hadir pada struktur klausa tersebut. Setiap bahasa tentu dibangun melalui dua frasa penting, yakni frasa nomina (FN) dan frasa verba (FV). Demikian juga klausa dasar BMk yang dibentuk melalui FN dan FV sebelum beberapa frasa tambahan, seperti Fnum, FP,

8 FA, dan F.ADV. Berikut ini adalah beberapa contoh tentang konstruksi klausa dasar BMk nonverba. (1.17) Gi ani base 3T 1T pukul Dia memukul saya (1.18) Bai lola e Babi dua Babi dua ekor (1.19) Pi oma isi e e 1J rumah POSP Kita ada di rumah (1.20) Era gira-gira 3J gila Mereka gila (1.21) Ini e e ere 2J di sini Kami di sini (1.22) Ai pulisi 2T polisi Kamu polisi Data pada contoh klausa (1.17-1.22) di atas adalah gambaran untuk membentuk klausa dasar BMk, baik dari klausa verba maupun dengan klausa nonverba. Klausa (1.17) terdiri atas dua frasa nomina, dan satu frasa verba, klausa (1.18) terdiri atas satu frasa nomina dan satu frasa numeralia, klausa (1.19) terdiri atas satu frasa nomina dan satu frasa posposisi, klausa (1.20) terdiri atas satu frasa nomina dan satu frasa adjektiva, klausa (1.21) terdiri atas satu frasa nomina dan satu frasa adverbia, dan klausa (1.22) terdiri atas dua frasa nomina. Dalam kaitan ini, Artawa (1998:21) berpendapat bahwa pembahasan relasi gramatikal menyangkut istilah akusatif, ergatif atau S-terpilah yang biasa

9 digunakan untuk menjelaskan suatu pola relasi gramatikal. Secara morfologis hal ini relatif mudah dilihat, misalnya, pada bahasa Inggris, tetapi hal ini sangatlah tidak mudah untuk dilihat atau dijelaskan pada bahasa-bahasa Austronesia Barat, seperti pada bahasa Filipina. Berdasarkan pendapat Artawa di atas, dapat dilihat permasalahan relasi gramatikal BMk yang tergolong ke dalam rumpun bahasa Papua (Trans-New Guenia). Untuk mengetahui apakah BMk cenderung ke dalam bahasa yang bertipe nominatif-akusatif, ergatif-absolutif, atau dengan sistem S-terpilah, maka harus diadakan pengetesan melalui struktur kalimat atau klausa. Berbicara tentang struktur klausa/kalimat suatu bahasa tertentu sangatlah penting dan harus dilihat struktur kalimat dasar yang terkait dengan kehadiran argumen inti di dalam klausa/kalimat tersebut. Oleh karena dengan mengetahui pola struktur dasar bahasa tersebut akan menjadi penentu tipologi suatu bahasa apakah bahasa X itu bertipe bahasa akusatif, ergatif, atau S-terpilah? Berdasarkan alasan yang telah diuraikan di atas maka penelitian relasi gramatikal tipologi sintaksis ini dilakukan untuk mengkaji dan menentukan secara khusus tentang tipologi BMk. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang sudah disajikan pada latar belakang di atas, yakni menunjukkan bahwa fenomena kebahasan bahasa Makasae khususnya tipologi relasi gramatikal menarik untuk diteliti. Berdasarkan fenomena tersebut, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

10 a. Bagaimanakah struktur dasar klausa BMk? b. Bagaimanakah sistem pivot BMk? c. Bagaimanakah tipologi relasi gramatikal BMk? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperkaya wawasan kajian struktur dasar klausa BMk dengan mengkaji fenomena kebahasaan dari aspek tipologi relasi gramatikal supaya dapat menentukan tipologi BMk. Dari aspek teoretis, tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengaplikasikan penerapan teori tipologi bahasa supaya dapat menentukan konstruksi tipe klausa dasar BMk. Penelitian ini juga bertujuan memberikan kontribusi bagi peneliti berikutnya yang ingin membawa BMk ke arah yang berbeda yang belum tersentuh dalam penelitian ini. Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang meliputi tiga hal, yaitu (1) menganalisis struktur dasar klausa BMk, (2) menganalisis sistem pivot BMk, dan (3) menganalisis tipologi relasi gramatikal yang diharapkan dapat memberikan pemetaan yang komprehensif pada BMk sebagai salah satu bahasa rumpun Papua atau Non-Austronesian yang masih dijaga keberadaannya oleh para penuturnya.

11 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki dua manfaat penting yang harus dicapai, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis yang diharapkan bisa memberi sumbangan bagi BMk dan dapat diterapkan secara maksimal. Kedua manfaat penelitian tersebut dapat dirinci sebagai berikut. 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah linguistik, khususnya linguistik mikro dalam usaha memperoleh pengetahuan yang berhubungan dengan relasi gramatikal, khususnya tipologi sintaksis. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa pengetahuan baru bagi pencinta linguistik, khususnya pada relasi gramatikal BMk tipologi sintaksis dan memberikan kontribusi bagi pengembangan BMk sebagai acuan untuk mengetahui sejauh mana fenomena keunikan yang ada pada BMk. Penelitian ini juga bertujuan menerapkan teori tipologi dan teori tata bahasa relasional dalam menelaah relasi gramatikal BMk sebagai bahasa non-austronesia di RDTL. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bahan ajar di sekolah-sekolah karena sejauh ini belum ditemukan buku tata bahasa BMk yang bisa dijadikan sebuah pedoman pengajaran di Distrik Baucau, Viqueque, dan

12 Lospalos di RDTL. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan langkah yang positif bagi penutur BMk dalam usaha mempertahankan dan melestarikan bahasanya supaya pada masa mendatang BMk terus dijaga keberadaannya sehingga mampu hidup sejajar dengan bahasa Austronesia atau non Austronesia yang ada di RDTL.