BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DESA PAWEDEN KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR TAHUN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERTURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA

PERTURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

PEMERINTAH DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN DESA TANJUNGSARI NOMOR : 06 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2010 SERI E.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 13 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 20 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA BUPATI MADIUN,

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO 3

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 38 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KEUANGAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 26 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG

KEPALA DESA MEJUWET KECAMATAN SUMBERREJO KABUPATEN BOJONEGORO RANCANGAN PERATURAN DESA MEJUWET NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI KECAMATAN RANGSANG BARAT DESA BOKOR PERATURAN DESA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA

TENTANG BUPATI PATI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 7

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

2016, No diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peratura

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 9 TAHUN 2O15 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menimbang : a. Mengingat : 1.

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 16 Tahun : 2008 Seri : E

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 15 TAHUN 2006

Undang (Lembaran Negara Republik

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 7 TAHUN 2007 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN SUMBER PENDAPATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SUMBER PENDAPATAN DESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG SUMBER-SUMBER PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 76 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA PENGURUSAN DAN PENGAWASANNYA

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG SUMBER SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN NO : 14 / LD/2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 4 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 11 TAHUN 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

KEPALA DESA SUKARAJA KABUPATEN CIAMIS PERATURAN DESA SUKARAJA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN SUMBER PENDAPATAN DESA SUKARAJA

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 22 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES,

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2007 SERI E =================================================================

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a.

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

SALINAN NO : 17 / LD/2009

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 14/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : bahwa guna melaksanakan Ketentuan Peraturan Daerah Kabupaten Situbondo Nomor 13 Tahun 2006 tentang Sumber-Sumber Pendapatan Desa, perlu mengatur Tata Cara Pengelolaan Kekayaan Desa yang pelaksanaannya ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 9 dan Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 104); 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851) ; 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapakali diubah, terakhir dengan Undang-Undang

2 Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1972 tentang Perubahan Nama dan Pemindahan Tempat Kedudukan Pemerintahan Daerah Kabupaten Panarukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1972 Nomor 38); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa, dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan; 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa; 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa; 10. Peraturan Daerah Kabupaten Situbondo Nomor 13 Tahun 2006 tentang Sumber-Sumber Pendapatan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Situbondo Tahun 2007 Nomor 09). MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI SITUBONDO TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Situbondo. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah.

3 3. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggara urusan Pemerintah oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 4. Bupati adalah Bupati Situbondo. 5. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah Kabupaten Situbondo. 6. Desa atau yang disebut dengan nama lain, yang selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihoramati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asalusul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 8. Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemeintahan Desa. 9. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disebut APBDesa adalah Rencana Keuangan Tahunan Pemerintah Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. 11. Peraturan Desa adalah Peraturan Perudang-Undangan yang dibuat BPD bersama Kepala Desa. 12. Pengelolaan adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, penilaian, pembinaan, pengawasan dan pengendalian. 13. Kekayaan Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah. 14. Tanah Desa, yang selanjutnya disebut Tanah Kas Desa adalah barang milik desa berupa tanah bengkok, kuburan, dan titisara.

4 15. Pengelolaan Tanah Kas Desa adalah usaha mengoptimalkan daya guna dan hasil guna Tanah Kas Desa melalui kegiatan perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan serta pengendaliannya untuk kepentingan penyelenggaraan Pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat desa. 16. Swadaya masyarakat adalah kemampuan dari suatu kelompok masyarakat dengan kesadaran dan inisiatif sendiri mengadakan ikhtiar ke arah pemenuhan kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang yang dirasakan dalam kelompok masyarakat itu. 17. Gotong Royong adalah bentuk kerjasama yang spontan dan sudah melembaga serta mengandung unsur-unsur timbal balik yang bersifat sukarela antara warga Desa dan atau antara warga Desa dengan Pemerintah Desa untuk memenuhi kebutuhan yang insidentil maupun berkelangsungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bersama baik materil maupun spiritual. 18. Penyertaan Modal Pemerintah Desa adalah pengalihan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal atau saham Desa pada Badan Usaha Milik Desa, Badan Usaha Milik Daerah, atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki oleh Desa atau Daerah. 19. Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan dan pelaporan hasil pendataan kekayaan milik Desa. 20. Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan Kekayaan Desa untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah ada dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar melakukan tindakan yang akan datang. 21. Pemanfaatan adalah pendayagunaan kekayaan desa yang tidak dipergunakan dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, dan bangun serah guna/bangun guna serah dengan tidak mengubah status Kekayaan Desa. 22. Sewa adalah pemanfaatan kekayaan desa oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu untuk menerima imbalan uang tunai. 23. Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan kekayaan desa antar Pemerintah Desa dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir harus diserahkan kembali kepada Pemerintah Desa yang bersangkutan. 24. Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan kekayaan desa oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan Desa bukan pajak dan sumber pembiayaan lainnya. 25. Bangun guna serah adalah pemanfaatan kekayaan desa berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut

5 dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu. 26. Bangun serah guna adalah pemanfaatan kekayaan desa berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati. 27. Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Desa, antar Pemerintah Desa atau dari Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah kepada pihak lain tanpa memperoleh penggantian. 28. Force Majeure adalah suatu peristiwa atau keadaan yang terjadi diluar kekuasaan salah satu pihak atau kedua belah pihak yang mengakibatkan salah satu pihak atau kedua belah pihak tidak dapat melaksanakan hak-hak dan/ atau kewajibankewajibannya seperti kebakaran, bencana alam dan huruhara. 29. Rencana Kerja Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat RKPDes adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun dan merupakan penjabaran dari RPJMDes. 30. Pembinaan adalah upaya yang dilakukan oleh Bupati untuk mewujudkan pelaksanaan Peraturan desa secara efektif melalui pemberian pedoman, standar pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. 31. Pengawasan adalah proses kegiatanyang ditujukan untuk menjamin agar pelaksanaan pengelolaan sumber pendapatan desa berjalan secara efektif sesuai yang direncanakan. BAB II JENIS KEKAYAAN DESA Pasal 2 (1) Jenis kekayaan Desa terdiri atas : a. tanah kas desa; b. pasar desa; c. pasar hewan desa; d. tambatan perahu; e. bangunan desa; f. pelelangan ikan yang dikelola oleh desa; g. obyek rekreasi/wisata yang dikelola oleh desa; h. pemandian umum yang dikelola oleh desa; i. hutan desa;

6 j. tempat-tempat pemancingan yang dikelola oleh desa; k. jalan desa; l. lapangan desa; m. saluran air milik desa; n. perairan/pantai dalam batas tertentu yang diurus/dikelola oleh Desa; (berapa mil) o. lain-lain kekayaan milik Desa. (2) Lain-lain kekayaan milik Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain : a. barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBDesa/Daerah; b. barang yang berasal dari perolehan lainnya dan/ atau lembaga dari pihak ketiga. c. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis; d. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dan lain-lain sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. e. hak Desa dari Dana Perimbangan, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; f. hibah dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten; g. hibah dari pihak ke 3 (tiga) yang sah dan tidak mengikat; dan h. hasil kerjasama desa. Pasal 3 (1) Kekayaan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 menjadi milik desa. (2) Kekayaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan dokumen kepemilikan yang sah atas nama desa. (3) Data administrasi kekayaan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), oleh Pemerintah Desa dicatat dalam daftar inventaris kekayaan Desa. (4) Bukti kepemilikan kekayaan desa yang berupa tanah harus disertifikatkan atas nama Pemerintah Desa. BAB III PEROLEHAN Pasal 4 (1) Kekayaan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat diperoleh melalui : a. pembelian; b. sumbangan;

7 c. bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah maupun pihak lain; dan d. bantuan dari pihak ketiga yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundangundangan. (2) Kekayaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi milik Desa. BAB IV PENGELOLAAN Pasal 5 (1) Pengelolaan kekayaan desa dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas dan kepastian nilai. (2) Pengelolaan kekayaan desa harus berdayaguna dan berhasilguna untuk meningkatkan pendapatan desa. (3) Pengelolaan kekayaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan persetujuan BPD. (4) Persetujuan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan dalam bentuk Peraturan Desa dan/ atau Keputusan BPD, disesuaikan dengan tingkat kompleksitasnya. Pasal 6 Biaya pengelolaan Kekayaan Desa dibebankan pada APBDesa. Pasal 7 Kekayaan desa dikelola oleh Pemerintah Desa dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, perekonomian desa dan pelayanan masyarakat desa. Pasal 9 Perencanaan kebutuhan kekayaan desa disusun dalam Rencana Kerja Pembangunan Desa setelah memperhatikan ketersediaan barang milik Desa yang ada. Pasal 10 Ketentuan teknis pengelolaan kekayaan desa selanjutnya diatur dengan Peraturan Kepala Desa sesuai peratuaran perundang-undangan

8 BAB V PEMANFAATAN Pasal 11 Jenis Pemanfaatan Kekayaan Desa berupa : a. sewa; b. pinjam pakai; c. kerjasama pemanfaatan; dan d. bangun serah guna dan bangun guna serah. Pasal 12 (1) Pemanfaatan Kekayaan Desa berupa sewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a dilakukan atas dasar menguntungkan Desa; (2) Kekayaan desa yang disewakan tidak merubah status hukum atau status kepemilikannya. (3) Kekayaan desa yang disewakan dilaksanakan oleh Kepala Desa. (4) Jangka waktun penyewaan kekayaan desa paling lama 3 (tiga) tahun sesuai dengan jenis kekayaan desa dan dapat dipertimbangkan untuk diperpanjang. (5) Penetapan tarif sewa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa setelah mendapat persetujuan BPD. (2) Sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakuk an dengan surat perjanjian sewa-menyewa, yang sekurangkurangnya memuat : a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian; b. obyek perjanijian sewa-menyewa; c. jangka waktu; d. hak dan kewajiban para pihak; e. penyelesaian perselisihan; f. keadaan di luar kemampuan para pihak ( force majeure); g. peninjauan pelaksanaan perjanjian; dan h. persyaratan lain yang dianggap perlu. Pasal 13 (1) Pemanfaatan Kekayaan Desa berupa pinjam pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b hanya dilakukan oleh Pemerintah Desa dengan Pemerintah Desa untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan. (2) Pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kecuali tanah dan bangunan. (3) Kekayaan desa yang dipinjam pakaikan tidak merubah status kepemilikannya. (4) Jangka waktu pinjam pakai paling lama 7 (tujuh) hari dan dapat diperpanjang.

9 (5) Pinjam pakai kekayaan desa dilaksanakan oleh Kepala Desa setelah mendapat persetujuan BPD. (6) Pinjam pakai dilakukan dengan surat perjanjian pinjam pakai yang sekurang-kurangnya memuat: a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian; b. obyek perjanijian pinjam pakai; c. jangka waktu; d. hak dan kewajiban para pihak; e. penyelesaian perselisihan; f. keadaan di luar kemampuan para pihak ( force majeure); dan g. peninjauan pelaksanaan perjanjian; dan h. persyaratan lain yang dianggap perlu. Pasal 14 (1) Pemanfaatan kekayaan desa berupa kerjasama pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Huruf c dilakukan atas dasar : a. mengoptimalkan daya guna dan hasil guna kekayaan desa; b. meningkatkan pendapatan desa. (2) Kerjasama pemanfaatan kekayaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap tanah dan/atau bangunan ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (3) Kerjasama Pemanfaatan Kekayaan Desa dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut : a. tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam APBDes untuk memenuhi biaya operasional /pemeliharaan/perbaikan kekayaan desa; b. penetapan mitra kerjasama pemanfaatan berdasarkan musyawarah mufakat antara Kepala Desa dan BPD; c. ditetapkan oleh Kepala Desa setelah mendapat persetujuan BPD; d. mitra kerjasama tidak diperbolehkan menjaminkan/ menggadaikan/memindahtangankan kepada pihak lain; dan e. jangka waktu kerjasama pemanfaatan paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak perjanjian ditandatangani serta sesuai dengan jenis kekayaan desa dan dapat diperpanjang. (4) Kerjasama pemanfaatan kekayaan desa dilakukan dengan surat perjanjian kerjasama sekurang-kurangnya memuat: a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian; b. obyek perjanjian pinjam pakai; c. jangka waktu; d. hak dan kewajiban para pihak;

10 e. penyelesaian perselisihan; f. keadaan di luar kemampuan para pihak ( force majeure); g. Peninjauan pelaksanaan perjanjian;dan h. persyaratan lain yang dianggap perlu. Pasal 15 (1) Pemanfaatan kekayaan desa berupa bangun serah guna dan bangun guna serah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf d, dilakukan atas dasar : a. Pemerintah Desa memerlukan bangunan dan fasilitas bagi penyelenggaraan pemerintahan desa untuk kepentingan pelayanan umum; b. tidak tersedia dana dalam APBDes untuk penyediaan bangunan dan fasilitas dimaksud. (2) Pemanfaatan kekayaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Kepala Desa setelah mendapat ijin tertulis dari Bupati dan ditetapkan dalam Peraturan Desa. (3) Jangka waktu pemanfaatan kekayaan Desa berupa bangun serah guna dan bangun guna serah paling lama 20 (dua puluh) tahun dan dapat diperpanjang setelah terlebih dahulu dilakukan evaluasi oleh Tim yang dibentuk Kepala Desa. (4) Hasil kajian Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Pemerintahan Desa untuk dijadikan bahan pertimbangan. (5) Pemanfaatan kekayaan Desa berupa bangun serah guna dan bangun guna serah dilakukan dengan surat perjanjian yang sekurang-kurangnya memuat : a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian; b. obyek perjanjian bangun serah guna dan bangun guna serah; c. jangka waktu; d. hak dan kewajiban para pihak; e. penyelesaian perselisihan; f. keadaan di luar kemampuan para pihak ( force majeure); g. peninjauan pelaksanaan perjanjian; dan h. persyaratan lain yang dianggap perlu. Pasal 16 (1) hail perolehan Kekayaan Desa dan hasil pemanfaatan Kekayaan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15 merupakan penerimaan/pendapatan desa. (2) Penerimaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib seluruhnya disetorkan pada rekening Desa.

11 BAB VI TANAH KAS DESA Bagian Kesatu Pelepasan Hak Tanah Kas Desa Pasal 17 (1) Kekayaan Desa yang berupa Tanah Kas Desa tidak diperbolehkan dilakukan pelepasan hak kepemilikan kepada pihak lain kecuali diperlukan untuk kepentingan umum. (2) Pelepasan hak kepemilikan tanah desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah mendapat ganti rugi sesuai dengan harga yang menguntungkan desa dengan memperhatikan harga pasar/harga umum setempat dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). (3) Penggantian ganti rugi berupa uang harus digunakan untuk membeli tanah pengganti yang senilai, lebih baik, menguntungkan desa dan mempunyai nilai tambah bagi pemerintah desa dan berlokasi di desa setempat. (4) Pelepasan hak kepemilikan tanah kas desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapk an dengan Keputusan Kepala Desa. (5) Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterbitkan setelah mendapat persetujuan BPD dan mendapat ijin tertulis dari Bupati dan Gubernur. Bagian Kedua Perubahan Status Tanah Kas Desa dan Bangunan Milik Desa Pasal 18 (1) Perubahan status hukum atas tanah kas Desa dan bangunan milik Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang bertujuan untuk pengalihan atau penyerahan hak atas tanah dan bangunan kepada pihak lain, dapat dilakukan dengan pertimbangan menguntungkan Desa, dengan cara : a. pelepasan dengan pembayaran ganti rugi; b. pelepasan dengan tukar menukar atau ruilslag / tukar guling. (2) Pelepasan hak atas tanah dan atau bangunan milik Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaksanaannya ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa, setelah mendapat persetujuan BPD dan ijin tertulis dari Bupati dan Gubernur sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. (3) Pelepasan hak atas tanah untuk kas Desa dan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan melalui lelang atau tender, dikecualikan untuk keperluan

12 pembangunan bagi kepentingan umum. (4) Perhitungan perkiraan nilai tanah harus menguntungkan pemerintah Desa dengan mempertimbangkan nilai jual objek pajak dan atau harga umum setempat oleh Panitia Penaksir. (5) Panitia Penaksir sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibentuk dengan Keputusan Kepala Desa. (6) Nilai ganti rugi atas tanah dan atau bangunan ditetapkan oleh Panitia Penaksir yang dituangkan dalam berita acara. (7) Nilai ganti rugi atas tanah dan atau bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) minimal senilai dengan tanah dan atau bangunan yang dilepaskan. Pasal 19 Penggunaan dan/atau pengelolaan tanah kas desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) tidak dapat mengubah status dan hak tanah kas desa tersebut. Pasal 20 (1) Untuk pelaksanaan persewaan terhadap tanah kas desa, Kepala Desa dan BPD wajib membentuk Panitia Lelang yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. (2) Panitia Lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : a. 1 (satu) orang dari LPMD sebagai Ketua; b. Sekretaris Desa sebagai Sekretaris; c. 2 (dua) orang dari unsur perangkat desa sebagai Anggota; dan d. 1 (satu) rang dari unsur LPMD sebagai Anggota. (3) Panitia Lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengadakan lelang persewaan tanah kas desa dimuka umum, dengan ketentuan : a. mengutamakan calon penyewa dari masyarakat desa setempat; b. harga sewa sesuai dengan dan/atau lebih tinggi dari harga umum; c. hasil persewaan dimasukkan dan dikelola dalam APBDesa; d. lama persewaan 1(satu) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) tahun berikutnya dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.

13 BAB VI PASAR DESA Bagian Kesatu Pembentukan Pasal 21 (1) Dalam meningkatkan perkembangan pemerintahan dan pembangunan, Pemerintahan Desa dapat mendirikan Pasar Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. (2) Pasar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk dan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Pasal 22 Beberapa desa dapat membangun satu pasar desa melalui kerja sama antar desa sesuai peraturan perundangundangan. Pasal 23 Biaya pembangunan dan pengembangan pasar desa dapat diperoleh dari : a. swadaya dan partisipasi masyarakat desa; b. APBDes; c. pinjaman desa; d. bantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten; e. sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Pasal 24 (1) Susunan Organisasi Pengelola Pasar Desa terdiri dari : a. Kepala Pasar; b. Kepala Urusan Administrasi dan Keuangan; dan c. Kepala Urusan Pemeliharaan dan Ketertiban. (2) Kepala Urusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c bertanggung jawab kepada Kepala Pasar; (3) Pengelola pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan penghasilan tetap dan tunjangan lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan desa; (4) Susunan Organisasi Pengelola Pasar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Keputusan Kepala Desa melalui Musyawarah Desa. Pasal 25 (1) Pengelola Pasar desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) bertanggung jawab kepada Kepala Desa;

14 (2) Pengangkatan dan pemberhentian kepengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Keputusan Kepala Desa melalui Musyawarah Desa. Pasal 26 (1) Pemerintahan Desa dapat mengalihkan pengelolaan pasar desa kepada Pemerintah Kabupaten dengan suatu Peraturan Desa; (2) Pemerintah Kabupaten yang membangun dan/atau mengelola pasar daerah yang berlokasi di wilayah desa, wajib memberikan kontribusi atau bagi hasil kepada desa yang bersangkutan. Pasal 27 (1) Penerimaan dan Pengeluaran hasil pendapatan pasar desa dianggarkan dalam APBDesa; (2) Penggunaan hasil pendapatan pasar desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diutamakan untuk kepentingan pasar desa; (3) Besarnya pungutan pasar desa harus berpedoman pada ketentuan retribusi pasar daerah yang berlaku. Pasal 28 Pengelola Pasar Desa mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pelayanan, keamanan, ketertiban, kebersihan, pemungutan, administrasi dan pelaporan. Pasal 29 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, pengelola pasar desa mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan kegiatan pelayanan, pengamanan, pemeliharaan dan kebersihan; b. Pelaksanaan dan pengelolaan pungutan terhadap kios, los/tempat berjualan lainnya dan parkir di lingkungan pasar desa; c. Pelaksanaan tata usaha umum dan keuangan; d. Pelaksanaan penyetoran hasil penerimaan bruto pasar desa ke kas desa secara rutin; e. Penyusunan dan penyampaian laporan pengelolaan pasar desa kepada Kepala Desa. BAB VII PELAPORAN Pasal 30 a. Kepala Desa menyampaikan laporan hasil pengelolaan kekayaan desa kepada Bupati melalui Camat setiap

15 akhir tahun anggaran dan/ atau sewaktu-waktu apabila diperlukan. b. Laporan hasil pengelolaan kekayaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari laporan pertanggungjawaban dalam bentuk Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 31 a. Bupati melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan Kekayaan Desa. b. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan menetapkan kebijakan teknis pengelolaan dan melindungi Kekayaan Desa. b. Bupati dapat melakukan pengawasan pengelolaan kekayaan desa melalui audit yang dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten. BAB IX KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 32 (1) Kekayaan Desa sebagai akibat dari penggabungan Desa, maka Kekayaan Desa dari Desa yang digabung diserahkan menjadi milik Desa baru. (2) Penyerahan Kekayaan Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima yang ditanda tangani oleh masing-masing Kepala Desa dan BPD bersangkutan dan diketahui oleh Bupati. Pasal 33 (1) Pembagian Kekayaan Desa sebagai akibat pemekaran Desa dilaksanakan berdasarkan musyawarah antar Desa. (2) Pembagian Kekayaan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) difasilitasi oleh Camat; (3) Dalam hal hasil musyawarah yang difasilitasi oleh Camat tidak tercapai mufakat, pembagian Kekayaan Desa ditetapkan dengan Keputusan Bupati; (4) Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat. (3) ditetapkan dengan memperhatikan asas : a. pemerataan dan Keadilan; b. manfaat;

16 c. transparansi; d. sosial budaya masyarakat setempat. Pasal 34 Pengelolaan kekayaan desa khususnya yang terkait dengan pemindahtanganan dan pemanfaatan (kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah dan bangun serah guna) yang sudah berjalan dan/atau sedang dalam proses sebelum ditetapkannya Peraturan Bupati ini, tetap dapat dilaksanakan paling lama 1 (satu) tahun. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 35 (1) Pada saat berlakunya Peraturan Bupati ini, maka peraturan-peraturan yang mengatur kekayaan desa sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Bupati ini dinyatakan masih tetap berlaku. (2) Semua ketentuan yang mengatur mengenai kekayaan desa wajib menyesuaikan dengan berpedoman pada Peraturan Bupati ini paling lambat 1 (satu) tahun sejak diundangkan. (3) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Bupati ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Peraturan Bupati. Pasal 36 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Situbondo. Ditetapkan di Situbondo pada tanggal 27 Juli 2012 BUPATI SITUBONDO, Diundangkan di Situbondo pada tanggal 27 Juli 2012 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SITUBONDO, DADANG WIGIARTO HADI WIJONO BERITA DAERAH KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2012 NOMOR 29