BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika di jenjang Sekolah Dasar (SD) adalah salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
2 kembang pola fikir siswa pada fase operasional. Di usia perkembangan kognitif, siswa masih terikat dengan objek konkret yang dapat di tangkap oleh p

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Sebagaimana sabda Rosuluallah 1 : menuntut ilmu itu diwajibkan atas

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat yang dinamis. 1

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Kelas (PTK). Istilah bahasa Inggrisnya adalah Classroom Action Research.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, maka dari itu matematika dimasukkan sebagai salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di MI karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjadi (dalam Heruman 1 ), hakikat Matematika adalah

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan mempelajari (Agus Suprijono, 2013:13). Supaya siswa lebih. memahami apa yang dijelaskan guru mereka harus belajar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelajaran matematika dimata siswa kelas I MI Ittihadil Ikhwan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian dan penegasan istilah. mempunyai peran yang sangat penting, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dua dimensi yang harus dipahami oleh guru yaitu: (1) guru harus menetapkan

PROSIDING ISBN :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia ilmiah, berpikir adalah hal yang biasa digunakan terutama

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan siswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Peran guru

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika merupakan mata pelajaran yang sering. kali menjadi momok bagi siswa. Padahal materi pelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. adanya jembatan yang dapat menetralisir perbedaan atau pertentangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, bahwa standar

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pendidikan. Menurut Sutawijaya bahwa matematika mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm Baharudin dan Esa Nur wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran,

BAB I PENDAHULUAN. baik kedewasaan intelektual, sosial, maupun kedewasaan moral. Pada. dasarnya adalah interaksi manusia, pembinaan yang berlangsung

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PECAHAN MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE (RTE)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMI CHASANAH A 54A100106

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR

UGRO SUSENO A Dibawah Bimbingan: Drs. Sumanto

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia pendidikan. Salah satu ilmu. batas tertentu perlu menguasai matematika.

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk menuntun siswa agar mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI METODE PROJECT BASED LEARNING

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan

Arnasari Medekawati Hadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP Bima

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika sering dianggap sebagai salah satu mata pelajaran

IMPLEMENTASI STRATEGI GO TO YOUR POST UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,

BAB I PENDAHULUAN. agar berperan secara aktif serta partisipatif.

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS V MATA PELAJARAN PKN SD NEGERI TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. ukur kemajuan suatu bangsa, sehingga kualitas pendidikan sangat. diperhatikan oleh pemerintah. Hingga saat ini pemerintah terus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses penyampaian pelajaran dibutuhkan pendekatan-pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan proses belajar mengajar didalam kelas, melainkan juga

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nia Rosmayasari, 2014

BAB I PENDAHULUAN. atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN GUIDED NOTE TAKING

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ACTIVE COLLEGE BALL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 1437 H / 2015 M

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD NEGERI NO.

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran metamatika telah diperkenalkan sejak siswa menginjak kelas I. dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan. Di era

BAB I PENDAHULUAN. diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMAHAMAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN HEURISTIK

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION

BAB I PENDAHULUAN. perubahan demi mencapai suatu keberhasilan. usaha, kemauan dan tekat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas V SD Inpres Salabenda Kecamatan Bunta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika adalah pelajaran yang penting diajarkan di sekolah dasar. Hal ini karena matematika mendasari

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan. formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI CARD SORT DI SDN 20 KURAO PAGANG PADANG

BAB I PENDAHULUAN. dari para ahli yang berbeda-beda. itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.

PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA STRATEGI AKTIF COLLEGE BALLL

BAB I PENDAHULUAN. Menyelesaikan soal cerita matematika merupakan keterampilan yang. matematika SD, SMP, SMA dan sederajat.

Nurmi Butar-Butar Guru SMP Negeri 19 Medan Surel :

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDN MAROMBUN UJUNG JAWI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun orang lain. Pendidikan sebagai gejala yang universal

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam dunia pendidikan. Sebagai bukti adalah pelajaran

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis untuk mewujudkan. sumber daya manusia dalam menghadapi perkembangan dan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut saling berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam. mempengaruhi hasil belajar siswa (Sagala, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. (tigabelas) tahun. Menurut Piaget sebagaimana dikutip Heruman lebih lanjut,

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika di jenjang Sekolah Dasar (SD) adalah salah satu kajian menarik dalam dunia pendidikan yang perlu dikaji lebih lanjut karena matematika kerap kali dipandang sebagai mata pelajaran yang paling sulit. Menurut Soedjadi, hakikat matematika yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada dalam fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat pada objek yang bersifat konkret. 1 Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan di usia dini karena hampir segala aspek dalam kehidupan sehari-hari berhubungan secara langsung dengan matematika. Oleh sebab itu, seorang guru pada jenjang Sekolah Dasar (SD) harus menguasai secara mendalam materi-materi yang akan diajarkan sehingga memungkinkan siswa memahami apa yang di sampaikan terutama pada materi yang mendasar seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, maupun pembagian. 1 Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 1. 1

2 Pada kenyataannya, masih terdapat banyak siswa di kelas V MI Bina Bangsa yang belum bisa operasi hitung perkalian dan pembagian dengan baik dan benar. Padahal kedua operasi hitung tersebut merupakan komponen dasar utama dalam pelajaran matematika. Hampir semua materi dalam matematika selalu berhubungan dengan kedua operasi hitung tersebut, misalnya saja materi luas trapesium dan layang-layang. Jika siswa tidak bisa menguasai operasi hitung perkalian dan pembagian dengan baik, maka dapat dipastikan siswa juga tidak akan bisa mengerjakan soal yang membutuhkan kedua operasi hitung tersebut. Peneliti juga menemukan bahwa sebagian besar hasil belajar matematika pada siswa kelas V MI Bina Bangsa tidak mencukupi nilai ketuntasan kemampuan menghitung. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas V MI Bina Bangsa, adapun nilai ketuntasan yang harus dicapai pada mata pelajaran matematika adalah 78. Dan siswa kelas V terdiri dari 23 siswa yang terbagi atas 10 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Terdapat 13 (56, 5%) siswa yang mencapai nilai ketuntasan kemampuan menghitung pada materi luas trapesium dan layang-layang. Di sisi lain, terdapat 10 (43,5%) siswa yang masih belum mencapai nilai ketuntasan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang dengan baik. 2 2 Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas V MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya, wawancara pribadi, Surabaya, 3 November 2016.

3 Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, ada empat jenis kompetensi guru, yaitu kompetensi paedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. 3 Oleh karena itu, seorang guru profesional tidak hanya dituntut untuk menguasai materi saja. Akan tetapi menguasai empat kompetensi tersebut. Kompetensi paedagogik merupakan salah satu komponen terpenting yang harus dimiliki seorang guru profesional. Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Upaya memperdalam pemahaman terhadap peserta didik ini didasari oleh kesadaran bahwa bakat minat dan tingkat kemampuan mereka berbeda-beda, sehingga layanan individual juga berbedabeda. 4 Strategi pembelajaran langsung (Direct instruction) yang diterapkan oleh guru matematika pada siswa kelas V MI Bina Bangsa membuat para siswa menjadi kurang tertarik pada pelajaran matematika, kurang bersemangat, dan 3 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), 95. 4 Bedjo Sujanto, Guru Indonesia dan Perubahan Kurikulum (Jakarta: CV Sagung Seto, 2007), 31.

4 akhirnya malas menghitung. Oleh karena itu, pada materi luas trapesium dan layang-layang mereka mengalami kesulitan belajar karena mereka kurang tertarik dengan apa yang disampaikan oleh guru mata pelajaran. 5 Salah satu strategi menarik yang dapat menumbuhkan semangat siswa dalam pembelajaran adalah strategi College Ball. Strategi College Ball sebelumnya pernah digunakan dalam pembelajaran matematika di SD/MI. Peneliti terdahulu, menggunakan strategi College Ball ini untuk meningkatkan motivasi belajar matematika pada siswa kelas III MI An-Nur Kramat Jati. Dan penelitian tersebut terbukti berhasil untuk meningkatkan motivasi belajar matematika. Selain di MI An-Nur Kramat Jati, strategi ini pernah diterapkan di kelas VIII B SMPN 1 Reban untuk meningkatkan motivasi belajar dan juga pernah diterapkan di kelas VII SMP Seruway untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Strategi College Ball merupakan satu putaran pengulangan yang standar terhadap materi pelajaran. Strategi ini memperbolehkan pengajar untuk mengevaluasi keluasan materi yang dikuasai oleh peserta didik, dan berfungsi untuk menguatkan kembali, mengklarifikasi, dan meringkas poin-poin kunci. 6 Adapun kelebihan College Ball adalah untuk meningkatkan semangat belajar 5 Hasil observasi pembelajaran matematika kelas V MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya pada tanggal 3 November 2016. 6 Mel Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009), 251.

5 siswa karena dalam strategi College Ball ini semua siswa dituntut untuk aktif dan partisipatif dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan menghitung merupakan kesanggupan individu untuk menyelesaikan ataupun memecahkan soal-soal yang berkaitan dengan operasi hitung, baik penjumlahan, pengurangan, perkalian, maupun pembagian. Kesulitan belajar yang dialami siswa kelas V di MI Bina Bangsa Surabaya dalam menghitung luas trapesium dan layang-layang dikarenakan strategi yang digunakan guru kurang menyenangkan sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, peneliti akan mencoba meningkatkan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang melalui strategi College Ball yang merupakan strategi pembelajaran aktif dan menyenangkan. Strategi College Ball, peneliti pilih sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang pada mata pelajaran matematika karena strategi ini dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa dapat ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar matematika di kelas. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG LUAS TRAPESIUM DAN LAYANG-LAYANG MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI COLLEGE BALL SISWA KELAS V MI BINA BANGSA KREMBANGAN SURABAYA

6 B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan paparan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan diuraikan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penggunaan strategi College Ball dalam meningkatkan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang pada siswa kelas V MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya? 2. Bagaimana peningkatan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang melalui strategi College Ball pada siswa kelas V MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya? C. Tindakan yang Dipilih Adapun tindakan yang dipilih oleh peneliti dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada siswa kelas V MI Bina Bangsa Surabaya dalam pembelajaran matematika yaitu dengan meningkatkan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang melalui strategi College Ball. Strategi College Ball dapat meningkatkan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang karena siswa tidak hanya sekedar mendengarkan penjelasan guru melalui metode ceramah saja seperti yang kerap kali mereka terima pada pelajaran-pelajaran sebelumnya. Akan tetapi, melalui strategi College Ball, siswa juga dituntut aktif dan kritis dalam pembelajaran yang menyenangkan. Siswa juga akan memiliki sikap kooperatif karena terlatih

7 berdiskusi dengan anggota kelompoknya, sehingga pembelajaran matematika akan terasa lebih ringan dan tidak membosankan. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan tujuan penelitian, yakni sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana penggunaan strategi College Ball dalam meningkatkan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang pada siswa kelas V MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya. 2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang pada siswa kelas V MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya. E. Lingkup Penelitian Adapun batasan ruang lingkup penelitian yang akan dikaji oleh peneliti pada pada pelajaran matematika kelas V MI Bina Bangsa Surabaya adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini membahas tentang peningkatan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang pada siswa kelas V MI Bina Bangsa Surabaya. 2. Penelitian ini membahas tentang materi luas trapesium dan layang-layang kelas V MI Bina Bangsa Surabaya yang terdapat pada standar kompetensi

8 ke-3 yaitu Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah, dan kompetensi dasar 3.1 Menghitung luas trapesium dan layang-layang, dengan indikator sebagai berikut: 3.1.1 Menghitung luas trapesium 3.1.2 Membuat soal tentang materi luas trapesium beserta jawabannya 3.1.3 Menghitung luas layang-layang 3.1.4 Membuat soal tentang materi luas layang-layang beserta jawabannya 3. Subjek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V MI Bina Bangsa Surabaya tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 23 siswa yang terdiri atas 10 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. 4. Pada proses pembelajaran diterapkan strategi College Ball. F. Signifikasi Penelitian Apabila tujuan penelitian dapat dicapai, maka manfaat yang peneliti harapkan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut: 1. Dapat meningkatkan kemampuan menghitung luas trapesium dan layanglayang melalui strategi College Ball pada siswa kelas V MI Bina Bangsa Surabaya. 2. Dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan, serta pemahaman kepada peneliti dalam membuat karya ilmiah.

9 Manfaat secara spesifik : 1. Bagi Siswa a. Dapat meningkatkan kemampuan menghitung. b. Dapat meningkatkan motivasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). c. Dapat menghilangkan rasa jenuh dan bosan dalam proses pembelajaran. d. Dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. e. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mencapai KKM yang ditentukan. 2. Bagi Guru a. Dapat memberikan sumbangsih berupa variasi baru kegiatan belajar mengajar. b. Dapat dijadikan bahan perbaikan. c. Dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran terhadap pendidik untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang akan berguna untuk peningkatan kemampuan siswa. 3. Bagi Peneliti a. Dapat menumbuhkan daya pikir kritis, kreatif, sistematis, dan logis melalui interaksi terbuka yang bersifat reflektif-evaluatif dalam PTK. b. Dapat dijadikan sebagai pengalaman, refleksi, serta bahan pertimbangan ketika menjadi pendidik yang sesungguhnya.

10 c. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang selanjutnya. 4. Bagi Sekolah a. Dapat meningkatkan kualitas sekolah. b. Dapat memberikan sumbangsih dalam meningkatkan profesionalisme pendidik. c. Dapat memberikan sumbangsih dalam meningkatkan kemampuan siswa.