BAB. X. JARINGAN USAHA KOPERASI. OLEH : Lilis Solehati Y, SE.M.Si

dokumen-dokumen yang mirip
EKONOMI KOPERASI. OLEH : LILIS SOLEHATI Y, SE.M.Si

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No.40 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENE

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN KEBERPIHAKAN BUPATI/WALIKOTA TERHADAP PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM DI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

No mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

BAB. XII. PENGEMBANGAN USAHA KOPERASI. OLEH : LILIS SOLEHATI Y, SE.M.Si

EKONOMI KOPERASI BAB VI : PARTISIPASI ANGGOTA PADA KOPERASI OLEH ; LILIS SOLEHATI Y

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Learning Outcome (LO)

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

MANFAAT KEMITRAAN USAHA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.

Koperasi 1

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008

EVALUASI PERTUMBUHAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI SURAKARTA TAHUN

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

- 3 - Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO. dan BUPATI MOJOKERTO MEMUTUSKAN :

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

Kemitraan Agribisnis. Julian Adam Ridjal. PS Agribisnis Universitas Jember

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Menimbang: a. bahwa Koperasi dan Usaha Kecil memiliki peran dan

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 3

A RA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN INDUSTRI MEBEL

BAB I PENDAHULUAN. apapun bisa diperjualbelikan dengan cepat dan mudah sehingga menuntut pelaku

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PERMENTAN/PK.240/5/2017 TENTANG KEMITRAAN USAHA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT MELALUI SISTEM PEMBINAAN DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan di abad ke-21, UKM dituntut untuk

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan. tetapi juga mengelola proses kerja selama periode tersebut.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. nabati yang bermanfaat dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. dari persaingan usaha yang tidak sehat. Kriteria UKM menurut UU No. 9

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG USAHA KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

Transkripsi:

BAB. X. JARINGAN USAHA OLEH : Lilis Solehati Y, SE.M.Si

SEBAGAI EKONOMI RAKYAT Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis ekonomi, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Ekonomi rakyat umumnya berbasis pada sumberdaya ekonomi lokal dan tidak bergantung pada impor, serta hasilnya mampu diekspor karena keunikannya, maka pembangunan ekonomi rakyat diyakini akan memperkuat fondasi perekonomian nasional. Perekonomian Indonesia akan memiliki fundamental yang kuat jika ekonomi rakyat telah menjadi pelaku utama yang produktif dan berdaya saing dalam perekonomian nasional. Untuk itu, pembangunan ekonomi rakyat melalui pemberdayaan koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah menjadi prioritas utama pembangunan ekonomi nasional dalam jangka panjang.

Peran koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah (KUMKM) dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari: (1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, (2) penyedia lapangan kerja yang terbesar, (3) pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, (4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta (5) sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Peran koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah sangat strategis dalam perekonomian nasional, sehingga perlu menjadi fokus pembangunan ekonomi nasional pada masa mendatang. Ternyata sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) termasuk Koperasi sebagai kelembagaan ekonomi kelompok ini mampu bertahan sebagai tulang punggung penyelamat ekonomi nasional, sementara kelompok Usaha besar banyak yang ambruk dengan menimbulkan masalah serius berupa hutang yang cukup besar telah berdampak pada krisis multi dimensi yang pemulihannya membutuhkan biaya sosial yang amat tinggi.

Koperasi dibentuk atas dasar Kolektivitas, Solidaritas dan Effort (Usaha). Koperasi merupakan suatu bentuk badan usaha yang tidak terlepas dari kaidah-kaidah ekonomi yang didasari dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Koperasi. Koperasi dibentuk dengan tujuan yang spesifik yang diharapkan anggota, terutama dalam meningkatkan kualitas hidupnya.(member promotion) Jenis Koperasi secara garis besar dapat dibagi sesuai dengan fungsi ekonomi, yaitu Koperasi Produsen dan Koperasi Konsumen

Lembaga Gerakan Koperasi: UU 25/1952 Kegiatan lembaga Gerakan Koperasi diatur dalam pasal 58 ayat (1): a. memperjuangkan dan menyalurkan aspirasi koperasi b. meningkatkan kesadaran berkoperasi di kalangan masyarakat c. melakukan pendidikan perkoperasian bagi anggota dan masyarakat d. mengembangkan kerjasama antar koperasi dan antara koperasi dengan badan usaha lain, baik pada tingkat nasional maupun internasional

TUJUAN DAN FUNGSI Tujuan Koperasi : Koperasi Produsen, anggotanya pengusaha, maka tujuan koperasinya adalah menyelenggarakan pelayanan- pelayanan yang menunjang usaha atau laba usaha anggotanya. Koperasi Konsumen, para anggotanya merupakan rumah tangga konsumsi, tujuan koperasinya adalah meningkatkan daya beli bagi anggota, artinya pendapatan riilnya meningkat. Koperasi Simpan Pinjam, anggotanya adalah para nasabah koperasi, tujuannya adalah meningkatkan manfaat finansial bagi anggotanya.

Fungsi Koperasi Koperasi Produsen ; pengadaan input, fasilitas proses produksi, pemasaran produk, jasa keuangan, dan minimalisasi risiko usaha. Koperasi Konsumen ;pembelian barang/jasa dari pasar dalam skala besar dengan harga yang lebih murah, dapat memproduksi barang/jasa sesuai kebutuhan anggota dan layak, pelayanan pinjaman uang untuk memenuhi kebutuhan anggota membeli barang di pasar. Koperasi Simpan Pinjam ; manfaat-manfaat dalam perbedaan tingkat bunga/jasa, biaya, persyaratan administrasi, kecepatan pelayanan.

PRINSIP IDENTITAS GANDA ANGGOTA Anggota adalah pemilik (owner) dan sekaligus sebagai pengguna/pelanggan (User) bagi koperasi Jenis Koperasi Koperasi konsumen Koperasi Produsen Koperasi Produksi Koperasi Simpan Pinjam Kedudukan Anggota Pelanggan/Pembeli barang & jasa konsumsi Pembeli bahan (input) & penjual produk (output) Pekerja Koperasi Penyimpan dan Peminjam

MODEL MANAJEMEN

MANFAAT EKONOMI BAGI ANGGOTA Manfaat Ekonomi bagi anggota koperasi disebut dengan istilah Promosi Ekonomi Anggota (PEA) (PSAK No. 27 tahun 1999) PEA adalah peningkatan pelayanan koperasi kepada anggotanya dalam bentuk manfaat ekonomi yang diperoleh sebagai anggota koperasi Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota (promotion of the member s welfare). Fungsi ekonomi yang harus dijalankan oleh koperasi adalah meningkatkan ekonomi anggotanya, dalam hal ini adalah bisnis anggotanya, bukan mengejar SHU koperasi yang sebesar-besarnya

Gambar 01: Segi Tiga Strategis

KEMITRAAN (BAB VIII psl 25-37) LATAR BELAKANG 1. Mendukung efisiensi ekonomi ; 2. Memperkuat kemampuan bersaing ; 3. Menghindari persaingan yang tidak sehat dan saling mematikan; 4. Menghindari monopili yang dapat menyebabkan distorsi dalam pasar; 5. Membangun tata dunia usaha yang kuat dengan tulang punggung UMKM yang tangguh dan saling mendukung dengan usaha besar melalui ikatan kerjasama; KEMITRAAN PENGERTIAN RUANG LINGKUP PERAN PEMERINTAH POLA KEMITRAAN Kerja sama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku UMKM dengan usaha besar. Antar UMKM dan antara UMKM dengan usaha besar yang menyangkut proses alih keterampilan dibidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, SDM, dan tehnologi Pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat memfasilitasi, mendukung dan menstimulasi kegiatan kemitraan, yang saling membutuhkan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan Inti plasma Sub kontrak Waralaba Perdagangan umum Distribusi dan keagenan Bentuk kemitraan lain Usaha besar sebagai inti membina dan mengembangkan UMKM dalam Usaha besar memberikan dukungan kepada UMKM berupa - Penyediaan dan penyipan lahan; - Penyediaan sarana produksi; - bimbingan tehnis produksi dan manajemen usaha; - Perolehan, penguasaan, dan peningkatan tehnologi yang di perlukan; - Pembiayaan; - Pemasaran; - Penjaminan; - Pemberian informasi; - Bantuan lain untuk peningkatan efisiensi dan produktifitas dan wawasan usaha. - Mengerjakan sebagian produksi dan/atau komponennya; - Memperoleh bahan baku yang di produksi secara berkesinambungan dengan jumlah dan harga yang wajar - Bimbingan dan kemampuan tehnis produksi atau manajemen - Perolehan, penguasaan, dan peningkatan tehnologi - Pembiayaan dan pengaturan sistem pembayaran yang tidak merugikan salah satu pihak - Tidak melakukan pemutusan hubungan sepihak - Pemberi waralaba dan penerima waralaba mengutamakan penggunaan barang dan/atau bahan hasil produksi dalam negeri - Pemberi waralaba wajib memberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan, bimbingan oprasional manajemen, pemasaran, penilitian dan pengembangan kepada penerima waralaba. - Dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama pemasaran, penyediaan lokasi usaha, atau penerimaan pasokan dari UMKM oleh usaha besar secara terbuka. - Kebutuhan barang dan jasa yang diperlukan usaha besar dilakukan dengan mengutamakan pengadaan hasil produksi usaha kecil atau mikro. - Sistem pembayaran dilakukan dengan tidak merugikan salah satu pihak. Usaha besar dan/atau usaha menengah memberikan hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa kepada usaha mikro dan/atau usaha kecil Modal patungan dengan pihak asing berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. 8 - Pelaksanaan kemitraan yang berhasil antara usaha besar dengan UMKM dapat ditindak lanjuti dengan kesepakatan pemilikan saham usaha besar oleh UMKM - Perjanjian kemitraan yang sekurang-kurangnya mengatur kegiatan usaha, hak dan kewajiban masing 2 pihak, bentuk pengembangan, jangka waktu dan perselisihan diatur secara tertulis serta dilaporkan kepada pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. - Perjanjian kemitraan tidak boleh bertentangan dengan prinsip dasar kemandirian UMKM serta tidak menciptakan ketergantungan UMKM terhadap usaha besar; - Usaha besar dilarang memiliki dan/atau menguasai UMKM sebagai mitra usahanya - Usaha menengah dilarang memiliki dan/atau menguasai usaha mikro dan/atau usaha kecil sebagai mitra usahanya - Pola kemitraan lebih lanjut akan diatur dengan Peraturan Pemerintah

KEMITRAAN, JARINGAN DAN KERJASAMA Jejaring menjadi ciri penting dari pengembangan organisasi modern saat ini. Kerja sama antar koperasi merupakan salah satu prinsip koperasi yang telah disepakati oleh ICA (International Cooperative Alliance). Prinsip ini selanjutnya mendasari prinsip-prinsip koperasi yang ditetapkan oleh Negaranegara anggota ICA termasuk Indonesia. Pada Undang-Undang No.25 tahun 1992 Tentang Perkoperasian, kerja sama antar koperasi merupakan salah satu prinsip pengembangan koperasi bersamasama dengan prinsip pendidikan anggota koperasi.

Tujuan dari kerja sama tentunya untuk menunjang tercapainya tujuan koperasi Jauhani Laurinkari, 1994 yang dimuat dalam International Handbook of Cooperative Organization Agar dapat berkoperasi sebaikbaiknya untuk dapat mencapai kesejahteraan para anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, maka semua organisasi koperasi harus secara aktif bekerja sama dengan koperasi-koperasi lainnya baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional.

SIFAT DAN BENTUK KERJASAMA Sifat kerja sama antar koperasi dapat berlaku sementara atau bersifat yang relatif permanen dalam bentuk koperasi sekunder. Kerjasama sementara ditempuh oleh dua koperasi atau lebih yang usahanya sama atau berbeda yang dituangkan atau didasarkan pada dokumentasi kerja sama atau kontrak. model integrasi horizontal atau interlinkage market yang bertujuan untuk memperluas dan menjamin kepastian pasar untuk memanfaatkan kapasitas lebih dari masing-masing koperasi yang bekerja sama.

KEMITRAAN Terdapat minimal dua pelaku yang terlibat Keduanya bekerjasama sebagai mitra, dalam hal ini tidak ada pihak yang bersifat membawahi pihak lain; Adanya tujuan bersama berdasarkan komitmen yang hendak dicapai; Setiap tujuan bersama berdasarkan komitmen tanggungjawab sendiri;

Setiap pihak memberikan input, bisa finansial atau sumber daya lainnya; Kedua belah pihak bersedia menanggung resiko; Pembagian keuntungan berdasarkan pertimbangan input yang diberikan (share) dalam kesepakatan perjanjian.

SASARAN INTEGRASI VERTIKAL MELALUI RA SUPRIYONO (1985) integrasi vertikal merupakan salah satu strategi alternatif dalam masyarakat memperluas lingkup kegiatannya dengan melaksanakan integrasi ke belakang (hulubackward) atau ke depan (hilir-forward). Integrasi ke belakang bertujuan membantu kelancaran atas kemanfaatan sumber-sumber bahan mentah dan dengan demikian dapat meminimumkan risiko kekurangan bahan mentah serta menjamin biaya bahan yang rendah, sehingga perusahaan memiliki keuntungan strategi dibandingkan dengan para pesaingnya. Integrasi ke depan bertujuan sebagai jalan keluar untuk menjamin kelancaran penjualan produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Porter (1996), integrasi vertikal merupakan kombinasi dari prosesproses produksi, distribusi, dan atau proses ekonomi lainnya yang secara teknologi berbeda dalam batas-batas satu perusahaan tunggal.

MANFAAT INTEGRASI VERTIKAL : 1) Penghematan atau penekanan biaya dalam produksi 2) Penghematan atau penekanan biaya dalam penjualan 3) Penghematan atau penekanan biaya dalam pembelian 4) Penghematan atau penekanan biaya transaksi untuk transaksitransaksi pasar 5) Pengendalian bersama dan bidang-bidang lainnya Jika pasar lebih efisien dalam arti mempunyai biaya relatif lebih rendah dari memanfaatkan pelayanan melalui integrasi vertikal, maka pasa yang akan dipilih, jika integrasi vertikal lebih efisien daripada kegiatan transaksi di pasar, maka integrasi vertikal yang akan dipilih. Menurut Ima Suwandi (1985) ada tiga bentuk integrasi vertikal di Indonesia : 1) Bentuk Federasi (federated) 2) Bentuk pemusatan (centralized) 3) Bentuk campuran

INDUK KEGIATAN PENOPANG KEGIATAN PENOPANG PUSAT PUSAT PABRIK PENOPANG PABRIK PENOPANG PRIMER PRIMER PRIMER PRIMER ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA GAMBAR. INTEGRASI VERTIKAL DALAM FEDERASI

Gambar 1. Bentuk Kerjasama Koperasi Model Federasi INDUK TINGKAT PUSAT GABUNGAN GABUNGAN GABUNGAN TINGKAT PROPINSI PUSAT PUSAT PUSAT TINGKAT KAB/KOTA PRIMER PRIMER PRIMER

Gambar 2. Bentuk Kerjasama Koperasi Model Union. SEKUNDER ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA CABANG USAHA CABANG USAHA

PETERNAK SAPI PETERNAK SAPI PETERNAK SAPI PETERNAK SAPI PETERNAK SAPI PETERNAK SAPI KOP.PRIM PENGHASIL SUSU KOP.PRIM PENGHASIL SUSU KOP.PRIM PENGHASIL SUSU KOP.PRIM PENGHASIL SUSU KOP.PRIM PENGHASIL SUSU KOP.PRIM PENGHASIL SUSU PABRIK PRAOLAH SUSU SEKUNDER PABRIK PAKAN TERNAKL PABRIK PAKAN TERNAK SEKUNDER PABRIK PRAOLAH SUSU TERSIER PABRIK SUSU OLAHAN SEKUNDER AGEN AGEN SEKUNDER TOKO KONSUMSI TOKO KONSUMSI TOKO KONSUMSI TOKO KONSUMSI RT KONSUMEN RT KONSUMEN RT KONSUMEN RT KONSUMEN GAMBAR. JARINGAN (COOPERATIVE NETWORK) DARI INDUSTRI PERSUSUAN