BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang

BAB III METODOLOGI. itu, dikumpulkan sumber-sumber yang berhubungan dengan tema

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah selesai, tetapi proklamasi itu harus mendapatkan

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

STUDI TENTANG TENTARA REPUBLIK INDONESIA PELAJAR KOMPI 3200/PARE SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

BAB III METODOLOGI DAN KERANGKA BERFIKIR. penelitian yang digunakan adalah metode Historis atau metode sejarah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII. Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan

BAB I PENDAHULUAN. pendudukan Jepang di tahun Proses pembentukan tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )

BAB V KESIMPULAN. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan

PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya di mata dunia. Perjuangan untuk mempertahankan Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa

BAB V PENUTUP. Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

PERJUANGAN TNI DALAM PERANG KEMERDEKAAN DI JAMBI Skripsi

tanggal 19 Januari Perjanjian Renville antara lain mengenai garis demarkasi dan TNI yang masih berada dalam daerah pendudukan Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965

PETA KONSEP LATAR BELAKANG TERJADINYA BANDUNG LAUTAN API BANDUNG LAUTAN API ULTIMATUM SEKUTU 21 NOVEMBER 1945 ULTIMATUM TANGGAL 23 MARET 1946

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Monumen Palagan Dan Museum Isdiman Di Ambarawa

BAB I PENDAHULUAN. dimasa lampau itu dapat kita pelajari dari bukti-bukti yang ditinggalkan, baik yang berupa bukti

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Multimedia Pembelajaran IPS. Sekolah Dasar Kelas V B. Skip >> Perang Kemerdekaan (Pertempuran Sepuluh Nopember & Bandung Lautan Api) Di Buat Oleh :

BAB V KESIMPULAN. Brigadir Jenderal Ignatius Slamet Rijadi lahir di Surakarta, 26 Juli

M PERANAN HASAN SADIKIN DALAM BIDANG KESEHATAN DI JAWA BARAT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

2015 KUNINGAN PADA MASA REVOLUSI : CIWARU SEBAGAI PUSAT KERESIDENAN CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Program Studi Pendidikan Sejarah Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

Dari pernyataan di atas, pernyataan yang merupakan hasil dari siding PPKI adalah.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya

SILABUS PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN. Terbentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dinyatakan dalam pidato

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. penjajahan mencapai puncaknya dengan di Proklamasikan Kemerdekaan. kita mampu untuk mengatur diri sendiri. 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB V KESIMPULAN. Sub-Wehrkreise 106 Kulon Progo Dalam Pertempuran Mempertahankan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II PROKLAMASI 1945 DAN PENGARUHNYA DI SURAKARTA. A. Kondisi Surakarta Pasca Proklamasi 1945

PERISTIWA SETELAH PROKLAMASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Proses Jalannya Diplomasi. pernyataan berdirinya negara Republik Indonesia. Negara yang bebas dari

PERTEMPURAN SIDOBUNDER DI KEBUMEN TAHUN 1947 SKRIPSI

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.3

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. dikorbankan demi meraih kemerdekaan Indonesia hingga saat ini. Banyak

SEJARAH DAN PENGARUH MILITER DALAM KEPEMIMPINAN DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Perjuangan rakyat Indonesia terjadi dimana-mana, mereka berjuang tanpa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB I PENDAHULUAN. umum tanpa menyertakan orang-orang yang menjadi sasaran usaha-usaha organisasi.

Dari kedua pengertian di atas maka yang dimaksud dengan Proses adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

I. PENDAHULUAN. mengenal menyerah dari seluruh lapisan masyarakat. Pada awal tahun 1946

DAFTAR PUSTAKA. Abdurahman, D. (2007). Metodologi penelitian sejarah. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasca Indonesia merdeka, Belanda masih berupaya untuk kembali menguasai Indonesia. Begitu pula pimpinan sekutu, Laksamana Mountbatten secara resmi memerintahkan kepada pimpinan tentara Jepang, Jendral Terauci untuk tidak mengakui dan membatalkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. 1 Berbagai peristiwa dan pertempuran terjadi setelah Kemerdekaan Indonesia, seperti Pertempuran Lima Hari di Semarang, Pertempuran di Yogyakarta, Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, dan juga Peristiwa Palagan Ambarawa. Peristiwa pertempuran tersebut hanya sebagian dari usaha usaha rakyat Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia. Pertempuran lainnya yang terjadi setelah kemerdekaan adalah operasi militer yang dilancarkan oleh militer Belanda di Jawa dan Sumatera terhadap Republik Indonesia yang dilaksanakan dari 21 Juli sampai 5 Agustus 1947 (Agresi Militer I) dan dari 19 Desember 1948 sampai 5 Januari 1949 (Agresi Militer II). Setelah diadakannya Perjanjian Linggarjati, Belanda justru mengingkarinya. Secara serentak pasukan Belanda menyerang wilayah-wilayah republik. 2 Pemerintah Indonesia pada awal kemerdekaan membentuk BKR (Badan Keamanan Rakyat) yang berfungsi untuk menjaga keamanan pada masa itu. Anggota BKR pada waktu itu adalah bekas anggota PETA, HEIHO, bekas prajurit pelaut, dan para pemuda. Golongan pemuda telah turun tangan untuk mengisi 1 Aan Ratmanto, Kronik Tni Tentara Nasional Indonesia 1945-1949, (Yogyakarta: Mata Padi Presindo, 2013), hlm. 9-10. 2 Ibid., hlm. 87.

2 kekosongan suatu alat pertahanan dengan cara membentuk organisasi-organisasi perjuangan, laskar dan ada juga yang berjuang sebagai Tentara Pelajar (TP). Kekurangan mereka adalah tidak mempunyai senjata yang memadai dan kurang terlatih. Laskar-laskar ini seringkali berselisih paham dengan pemerintahan Soekarno dan tidak mau menerima perintah dari pimpinan nasional yang tidak bersikap tegas dalam menentang pendaratan pasukan-pasukan Sekutu dan Belanda, yang kemudian berusaha menekan semangat mereka untuk bertindak. 3 Pada masa revolusi kemerdekaan, semua komponen bangsa terlibat dalam perjuangan perang semesta melawan kekuatan penjajah, meski keterlibatan warga sipil dalam perang kemerdekaan tersebut amat tergantung pada kemauan dan kesukarelaan mereka sendiri. 4 Berdasarkan berbagai pertimbangan pasca proklamasi, pada 5 Oktober 1945 Presiden Soekarno mengeluarkan maklumat perihal pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Maklumat tersebut juga berisi tentang pengangkatan Supriyadi sebagai menteri Keamanan Rakyat. Supriyadi tidak pernah muncul untuk menduduki jabatannya, sehingga diadakan konferensi untuk memilih pimpinan tertinggi pada 12 November 1945 di Yogyakarta.Hasil dari konferensi itu adalah terpilihnya Panglima Divisi V Komandeman Jawa Tengah, Kolonel Soedirman sebagai Pemimpin Tertinggi TKR. Pada tanggal 18 Desember 1945, Pemerintah Republik Indonesia secara resmi mengesahkan pengangkatan Soedirman menjadi Panglima Besar TKR dengan pangkat Jenderal. Pemerintah Indonesia berusaha untuk memperluas fungsi ketentaraan dalam mempertahankan 3 Ulf Sundhaussen, Politik Militer Indonesia 1945-1967 : Menuju Dwi Fungsi ABRI, (Jakarta: LP3ES, 1986), hlm. 10. 4 R. Soebijono, Wadjib Militer, (Jakarta: Penerbit Djambatan.t.t.), hlm. 26.

3 kemerdekaan dan menjaga keamanan rakyat Indonesia, maka pada tanggal 7 Januari 1946 pemerintah mengeluarkan Penetapan Pemerintah No.2/SD 1946 yang mengganti nama Tentara Keamanan Rakyat menjadi Tentara Keselamatan Rakyat. 5 Kementerian Keamanan Rakyat diubah pula menjadi Kementerian Pertahanan. Markas Tertinggi TKR mengeluarkan pengumuman bahwa mulai tanggal 8 Januari 1946, nama Tentara Keamanan Rakyat diubah menjadi Tentara Keselamatan Rakyat. 6 Perubahan masih terjadi di organisasi ketentaraan Indonesia. Untuk menyempurnakan organisasi tentara menurut standar militer internasional, maka pada tanggal 26 Januari 1946 pemerintah mengeluarkan maklumat tentang penggantian nama Tentara Keselamatan Rakyat menjadi Tentara Republik Indonesia. Maklumat ini dikeluarkan melalui Penetapan Pemerintah No.4/SD Tahun 1946. 7 Pada awal tahun 1946 masih banyak sekali laskar-laskar perjuangan dan barisan-barisan bersenjata yang dibentuk oleh rakyat Indonesia di daerahnya masing-masing, pembentukan TRI adalah bentuk penegasan Pemerintah Indonesia, bahwa TRI adalah satu-satunya organisasi militer di Negara Republik Indonesia. 8 Pemerintah Indonesia terus berusaha menyempurnakan struktur organisasi ketentaraan Republik Indonesia. Pemerintah berusaha mencegah kesalahpahaman dengan mencoba menggabungkan TRI dengan laskar-laskar perjuangan serta 5 Pergantian Nama Tentara Keamanan Rakyat menjadi Tentara Keselamatan Rakyat, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, Arsip Sekretariat Negara RI no. 230. 6 Markas Besar TNI, Sejarah TNI Jilid I (1945-1949), (Jakarta: Pusat Sejarah Dan Tradisi TNI, 2000), hlm. 25. 7 Ibid.,hlm. 32. 8 Ibid.

4 barisa-barisan bersenjata di wilayah Republik Indonesia, melalui Penetapan Presiden No. 24 Tahun 1947, secara resmi Presiden Soekarno mengesahkan berdirinya Tentara Nasional Indonesia. 9 Pada tanggal 19 Desember 1948, tentara Belanda melancarkan Agresi Militer yang kedua terhadap wilayah RI, termasuk daerah Kota Surakarta, namun pasukan Belanda baru memasuki Kota Surakarta pada tanggal 20 Desember 1948. Surakarta, dalam perspektif strategi militer Belanda memang penting untuk segera dikuasai. 10 Posisi Kota Surakarta sangat strategis, tidak jauh dari ibukota dan merupakan kota besar di wilayah republik. Kondisi yang semakin mendesak membuat MBKD (Markas Besar Komando Djawa) mengeluarkan maklumat yang menyatakan keadaan perang, dan pemberlakuan pemerintahan militer untuk seluruh Pulau Jawa. 11 Maklumat tersebut berlaku pula di Surakarta. Surakarta memiliki kedudukan penting pada masa Revolusi. Wilayah Surakarta juga merupakan pusat perjuangan dan banyak terjadi perlawanan. 12 Perlawanan perlawanan yang terjadi melibatkan berbagai unsur militer dan sipil. TNI, Tentara Pelajar, Laskar Perjuangan hingga rakyat sipil turut berperan dalam perjuangan mempertahankan kemerdeakaan di Surakarta. Keunggulan peralatan tempur yang dimiliki Belanda membuat Belanda kemudian mampu menguasai Surakarta meskipun sempat terjadi perlawanan. Letnan Kolonel Slamet Riyadi pada saat itu merasa pasukannya yang baru saja 9 Aan Ratmanto, Op.Cit., hlm. 82. 10 Julius Pour, Doorstoot Naar Djokja., Pertikaian Pemimpin Sipil-Militer, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2009), hlm. 140. 11 Jenderal Besar DR. A.H. Nasution, Pokok-pokok Gerilya dan pertahanan Republik Indonesia di Masa Yang Lalu dan Yang Akan Datang, (Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2012), hlm. 171. 12 Wawancara dengan Djoko Ramelan, tanggal 10 Agustus 2016.

5 dibersihkan dari pengaruh komunis tidak sedang berada dalam kondisi siap tempur, maka Letnan Kolonel Slamet Riyadi memerintahkan pasukannya untuk mundur ke arah utara Surakarta. Kota Surakarta seolah ditinggalkan, namun penempatan pasukan penghadang oleh Letnan Kolonel Slamet Riyadi membuat Belanda sempat kerepotan untuk menembus pertahanan Surakarta. Perjuangan Letnan Kolonel Slamet Riyadi dan pasukannya dilanjutkan dengan bergerilya, hingga datanglah perintah Serangan Umum 1 Maret di Yogyakarta. Wilayah Surakarta yang saat itu dikuasai Belanda juga terjadi pertempuran yang menyebabkan pasukan Belanda di Surakarta tidak dapat membantu pasukan Belanda di Yogyakarta. Serangan Umum 1 Maret yang terjadi di Yogyakarta menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia masih tetap berdiri. Pertempuran serupa juga terjadi di wilayah Surakarta, yaitu Serangan Umum Empat Hari Surakarta. Serangan Umum Empat Hari di Surakarta yang menjadi salah satu keberhasilan pejuang RI yang paling gemilang. Serangan ini membuktikan kepada Belanda bahwa keterbatasan bukan menjadi halangan. Pejuang-Pejuang di Surakarta tidak hanya dapat melakukan penyergapan atau sabotase, tetapi juga mampu melakukan serangan secara frontal ke tengah kota Surakarta yang dipertahankan dengan pasukan kavalerie seperti kendaraan lapis baja, persenjataan berat artileri, pasukan infantri dan komando yang tangguh. Serangan diawali oleh Mayor Achmadi pada Minggu pagi 7 Agustus 1949. 13 Puncak Serangan Umum terjadi pada tanggal 10 Agustus, 13 Kavalerie dalam dunia militer merupakan sebutan untuk barisan pasukan berkuda, selain itu bisa juga sebutan untuk kendaraan lapis baja ( tank). Artileri merupakan sebutan untuk pasukan bersenjata berat, seperti senjata yang dapat melontarkan proyektil. Infantri merupakan angkatan bersenjata yang termasuk dalam kesatuan pasukan berjalan kaki.

6 dengan masuknya pasukan TNI Brigade V dibawah pimpinan Letnan Kolonel Slamet Riyadi. 14 Pejuang-pejuang tersebut tentunya adalah contoh pelaku dan saksi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Tema sejarah militer ini dipilih karena peristiwa perjuangan ataupun militer menarik untuk diteliti. Tema tentang kesaksian pejuang tentang Revolusi di Surakarta menjadi fokus dalam penelitian ini. Pejuang-pejuang di Surakarta berperan penting dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, khususnya dalam perjuangan di Surakarta. Berbagai peristiwa yang terjadi sangat menarik untuk diteliti mengingat segala keterbatasan pada waktu itu tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak berperan aktif dalam mempertahankan kemerdekaan. 14 Jenderal Besar DR. A.H. Nasution., op.cit., hlm. 385.

7 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh peristiwa proklamasi 1945 di Surakarta? 2. Bagaimana pengaruh diplomasi Linggarjati dan Renville di Surakarta? 3. Bagaimanakah perlawanan pejuang Republik Indonesia pada masa Agresi Militer ke II di Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh proklamasi 1945 di Surakarta. 2. Untuk mengetahui pengaruh diplomasi Linggarjati dan Renville di Surakarta? 3. Untuk Mengetahui perlawanan pejuang Republik Indonesia pada masa Agresi Militer ke II di Surakarta D. Manfaat Penelitian Dari kajian tentang peranan Letnan Kolonel Slamet Riyadi dalam upaya mempetahankan Kemerdekaan Indonesia di Surakrta maka hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan mengenai berbagai peristiwa yang dialami para pejuang dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Surakarta. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kepentingan penelitian dan pendidikan.

8 E. Tinjauan Pustaka Dalam penulisan Skripsi ini menggunakan berbagai sumber referensi yang dapat membantu penulisan ini. Baik berupa buku dan jurnal.. Penulisan Skripsi ini menggunakan buku yang berjudul Makna Ofensif Empat Hari di Surakarta Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia 1945-1949. 15 Buku ini menjadi referensi dalam memahami tentang dampak dari serangan umum empat hari di Surakarta, baik itu dampak politik maupun dampak militer. Dijelaskan pula perjuangan perjuangan para pemimpin Republik Indonesia dalam melakukan perjuangan baik secara diplomasi maupun perjuangan militer. Buku ini juga mengungkap peran kunci yang dilakukan rakyat dalam mendukung perjuangan yang dilakukan secara diplomasi maupun militer. Diungkapkan juga bagaimana kegemilangan pasukan pimpinan Letnan Kolonel Slamet Riyadi dalam melakukan serangan terhadap pasukan Belanda. Pasukan dibawah pimpinan beliau diangap paling berhasil dalam melakukan serangan. Pada bab akhir buku ini lebih banyak membahas bagaimana makna dan dampak dari Serangan Umum Surakarta yang melibatkan pasukan dibawah pimpinan Letnan Kolonel Slamet Riyadi dan Mayor achmadi. Buku selanjutnya adalah karya Julius Pour yang berjudul Ignatius Slamet Rijadi Dari Mengusir Kempetai Sampai Menumpas RMS 16. Buku ini menjadi referensi dalam memahami tentang perjalanan perjuangan Letnan Kolonel Slamet Riyadi. Buku ini merupakan buku yang banyak mengupas sosok Slamet Riyadi 15 Dewan Redaksi Sejarah EX Anggota TNI Detasemen II Brigade 17., Makna Ofensif Empat Hari di Solo Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia 1945-1949, (Jakarta, Tanpa Penerbit, 1999). 16 Julius Pour., Ignatius Slamet Rijadi Dari Mengusir Kempetai Sampai RMS,(Jakarta : PT. Gramedia, 2008).

9 dari awal karir militernya hingga wafatnya. Buku ini diawali dengan cerita yang maju ke depan karena menceritakan dulu peristiwa RMS, baru kemudian menceritakan asal usul seorang Slamet Riyadi. Selain itu juga diceritakan ketika beliau memimpin penyerangan markas Kempetai memimpin rekan-rekannya sesama pejuang muda untuk menguasai markas Kempetai. Slamet Riyadi sempat mengalami kehilangan setelah sahabatnya Kapten Sadono gugur dalam peperangan di Front Srondol namun Beliau bangkit dan selanjutnya juga diterangkan bagaimana peranan beliau menghadang Brigade Tijger akibat strategi-strategi yang Beliau terapkan demi menghadang Brigade Tijger. Penjelasan selanjutnya didalam buku menceritakan bagaimana strategi beliau pada masa Agresi Militer Belanda, kisah persahabatan Beliau dengan Mayor Achmadi, dan beberapa penumpasan pemberontakan di Indonesia seperti DITII di Jawa Barat dan pemberontakan RMS di Maluku yang menjadi peperangan terakhirnya, karena Beliau gugur di Maluku Buku selanjutnya adalah buku Pokok-Pokok Gerilya karya A.H Nasution 17. Buku ini menjadi referensi dalam memahami tentang strategi perang gerilya. Buku ini membahas mengenai pokok pokok perang gerilya yang juga digunakan dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan pada saat itu dan juga hal-hal yang dapat mendukung atau menghambat dalam strategi perang gerilya. Buku ini menggambarkan definisi gerilya itu sendiri. Di dalam Buku ini A.H. Nasution menulis, Perang Gerilya adalah perang semesta. Adalah sebuah kemustahilan meraih kemenangan dalam perang gerilya tanpa dukungan dari 17 A.H. Nasution., Pokok-Pokok Gerilya(Fundamentals of Guerrilla Warfare) dan Pertahanan Republik Indonesia di Masa yang Lalu dan ysang akan Datang, (Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2012).

10 rakyat. Karena itu, kesatuan militer dan rakyat merupakan kunci dan keberhasilan dalam perang gerilya. Sebagai seorang tokoh militer, Nasution dikenal sebagai peletak dasar perang gerilya. Gagasannya yang gemilang tentang perang gerilya dituangkan dalam buku ini. Di dalam buku ini A.H. Nasution juga menekankan bagaimana pentingnya komunikasi perhubungan antara atasan dengan bawahan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam mengkoordinasi. Di dalam buku ini juga terdapat beberapa salinan maklumat atau keputusan keputusan yang menyangkut keadaan Indonesia saat itu, seperti pemberlakuan pemerintahan militer ketika adanya Agresi Militer Riyadi. Buku selanjutnya adalah Doorstoot Naar Djokja karya Julius Pour. 18 Buku ini lebih menyorot kepada peristiwa-peristiwa yang terjadi semasa Agresi Militer Belanda ke II. Buku ini menjadi referensi dalam memahami tentang permasalahan yang terjadi pada masa Agresi Militer Belanda ke wilayah Indonesia. Penjelasan dalam buku tersebut cukup detail dengan menggambarkan pula bagaimana pasukan Belanda yang memang seperti telah dipersiapkan untuk menguasai Ibukota Yogyakarta kala itu. Beberapa tokoh juga diceritakan dalam buku ini bahkan beberapa dilengkapi dengan biodata singkat mengenai tokoh tersebut. Buku ini tidak hanya membahas mengenai keadaan Yogyakarta pada masa itu tetapi juga bagaimana dampak Agresi Militer Belanda ke II pada waktu itu hingga wilayah Surakarta. Peristiwa ini memiliki banyak kaitan dengan penelitian yang sedang penulis lakukan. Dijelaskan juga di dalam buku ini bagaimana sosok Letnan Kolonel Slamet Riyadi memimpin pasukannya menghadapi Belanda dan bagaimana peranannya pada waktu itu. Selain itu juga, dijelaskan beberapa tokoh 18 Julius Pour., Doorstoot Naar Djokja Pertikaian Pemimpin Sipil-Militer, (Jakarta : Penerbit Kompas, 2009).

11 yang ikut berjuang seperti sahabatnya, yakni Mayor Achmadi. Di buku ini nampak Julius Pour ingin memberi gambaran bahwa peristiwa di Yogyakarta juga memiliki kaitan dengan peristiwa yang terjadi di wilayah Surakarta. Namun buku ini sesuai dengan judulnya lebih menonjolkan Yogyakarta yang pada masa itu menjadi ibukota Indonesia sedangkan peranan Letnan Kolonel Slamet Riyadi tidak terlalu banyak dibahas. Buku Selanjutnya adalah buku yang berjudul Ignatius Slamet Riyadi karya Suhadi. 19 Buku ini menjadi referensi mengenai perjalanan perjuangan Slamet Riyadi. Penyertaan foto dan gambar serta salinan-salinan surat atau tulisan tangan Slamet Riyadi juga disertakan. Pembahasan mengenai Serangan dituliskan dalam beberapa bagian dengan alur yang tidak berurutan. Penulisan cerita cukup singkat dan terkadang disertai singkatan-singkatan yang tidak mudah dipahami, meski demikian buku ini dapat dijadikan referensi mengenai seputar perjuangan Slamet Riyadi. Buku Selanjutnya yang menjadi referensi adalah buku Mengenang Ignatius Slamet Riyadi yang disusun oleh Keluarga Besar SA/CSA, dan mantan Perwira Brigade V Divisi II. 20 Buku ini dijadikan referensi dalam memahami tentang peran Slamet Riyadi dalam mempertahankan kemerdekaan. Dimulai dari awal perjuangan hingga akhir hayatnya. Namun buku ini memiliki pola penulisan yang dalam beberapa bagian beralur mundur, sehingga perlu melihat kembali peristiwa yang telah terjadi, termasuk beberapa penulisan dan istilah yang tidak mudah dipahami. 19 Suhadi, Ignatius Slamet Rijadi, (Jakarta: PT. Inaltu, 1976). 20 Keluarga Besar SA/CSA dan Mantan Perwira Brigade V Divisi II, Mengenang Ignatius Slamet Riyadi (Jakarta: Keluarga Besar SA/CSA, 1996).

12 Sumber selanjutnya adalah tulisan Tugas Tri Wahono dalam Jurnal Patrawidya volume 10. 21 Tulisan di dalam jurnal tersebut membahas mengenai Gerilya Slamet Riyadi. Gerilya yang dilakukan Slamet Riyadi terjadi setelah kota Surakarta diduduki Belanda pada masa Agresi Militer ke II. Keadaan Kota Surakarta dan berbagai peristiwa pertempuran semasa gerilya Slamet Riyadi dituliskan didalam jurnal tersebut, hingga puncaknya ketika Serangan Umum Empat Hari di Surakarta. F. Metode Penelitian Metode merupakan cara yang digunakan untuk mengadakan penelitian terhadap data dan fakta yang objektif agar sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga dapat terbukti secara ilmiah. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode budaya kemiliteran. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dari masa lampau yang mendasarkan pada empat tahapan pokok, yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. 22 1. Heuristik Heuristik merupakan langkah-langkah mencari dan menemukan sumber atau data. Heuristik adalah proses mencari untuk menemukan sumber-sumber. Tempat untuk memperoleh sumber informasi sumber sejarah di antaranya museum, perpustakaan, arsip negara, maupun arsip pribadi berupa dokumentasi, termasuk harus mencari bahan-bahan yang mungkin ada sangkut-pautnya 21 Tugas Tri Wahyono, Menelusuri Rute Gerilya Slamet Riyadi (Pak Met): Sejak Doorstoot Belanda, 20 Desember 1948 Sampai Penyerahan Kota Solo, 12 November 1949, Patrawidya, (Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2009). 22 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, 1975), hlm. 32.

13 perseorangan di wilayah yang diperlukan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah : a. Studi Dokumen Sesuai dengan ciri-ciri Ilmu Sejarah yaitu mencari sumber berupa dokumen. Studi dokumen dimaksudkan untuk memperoleh sumber yang berkaitan dengan penelitian. Dokumen yang berhasil ditemukan untuk penelitian ini antara lain : Arsip tentang Slamet Riyadi yang diantaranya berisi surat perintah, pengalaman Slamet Riyadi dan sejarah singkat Slamet Riyadi. Arsip tersebut antara lain adalah Medan Juang Ambarawa, arsip Slamet Riyadi, Pedoman Gerilya Slamet Riyadi, Sejarah Kodam VII Diponegoro, Arsip No. SP 0034/D/09/01 mengenai pengumpulan bahan Letnan Kolonel Slamet Riyadi, Surat Salinan dari KNIL kepada Slamet Riyadi No. SP. 08/H/2/9 dan arsip sejarah singkat Slamet Riyadi No. SP.0031/D/09/02. Keseluruhan arsip tersebut adalah koleksi Dinas Sejarah TNI AD di Bandung. Arsip yang dapat ditemukan selanjutnya adalah arsip koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Arsip yang ditemukan diantaranya adalah Arsip Delegasi Indonesia No. 650, Arsip Kementrian Pertahanan No. 1433, Arsip Kepolisian No. 40, dan Arsip Sekretariat Negara RI No. 230 berisi Penetapan Pemeritah No : 2/S.D Tahun 1946 tentang perubahan nama Tentara Keamanan Rakyat menjadi Tentara Keselamatan Rakyat, dan 231 tentang Penetapan Pemeritah No : 4/S.D Tahun 1946 tentang perubahan nama Tentara Keamanan Rakjat menjadi Tentara Republik Indonesia. Arsip atau dokumen selanjutnya adalah arsip koleksi Rekso

14 Pustoko Mangkunegaran, di antaranya adalah Arsip Revolusi Di Surakarta tahun 1945-1950 dengan kode B. 58. b. Studi Pustaka Teknik Studi Pustaka Ini digunakan untuk memperoleh data-data teoritis dan sebagai pelengkap suberdata yang tidak terungkap di sumberdata primer. Data tersebut berupa buku, majalah, surat kabar dan sumber sekunder lainnya yang sesuai dengan tema penelitian ini. Studi pustaka antara lain dilakukan di UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret, Perpustakaan Reksopustoko Mangkunegaran, Perpustakaan Arsip Nasional Republik Indonesia, Dinas Sejarah TNI AD dan Perpustakaan Sejarah TNI AD di Bandung, serta Kantor Dewan Harian Cabang (DHC) Angkatan 45 Kota Surakarta. c. Wawancara Wawancara merupakan Teknik pengumpulan data secara lisan dengan narasumber. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapat keterangan dan data dari individu untuk keperluan informasi. Wawancara dilakukan dengan pihak yang berkepentingan guna melakukan perbandingan kebenaran data. Adapun wawancara akan dilakukan dengan veteran-veteran yang turut berperan dalam upaya mempertahankan kemerdekaan RI di Wilayah Surakarta di antaranya adalah veteran yang dulu tergabung sebagai Tentara Pelajar yang direkomendasikan oleh Dewan Harian Cabang (DHC) Angkatan 45 Kota Surakarta.

15 2. Kritik sumber Kritik Sumber adalah proses mengkritik sumber baik secara interen maupun ekstern. Kritik interen digunakan untuk mengetahui kredibilitas informasi yang diperoleh, yaitu dengan cara menguji isi sumber baik melalui verifikasi dengan sumber lain atau menyesuaikan data dan peristiwa. Sedangkan kritik ekstern dipergunakan untuk mengetahui orentasi informasi yang diperoleh, yaitu dengan melihat bentuk fisik sumber yang digunkan. 3. Interpretasi Tahap ini dilakukan untuk menafsirkan informasi yang saling berhubungan scara kronologis dengan fakta-fakta yang diperoleh dan telah dilakukan kritik sumber. Tahap ini berisi tentang penafsiran data data tentang pengalaman para pejuang pada masa Revolusi. 4. Historiografi Historiografi yaitu proses penulisan sejarah sebagai langkah akhir dari penelitian sejarah. Tujuannya adalah merangkai fakta yang telah dikumpulkan menjadi cerita sejarah. Cerita sejarah itu isinya terbagi dalam bab-bab, sub-sub dan butir-butir dari sub-sub yang didasarkan atas prinsip serialisasi dan disajikan dalam uraian secara deskriptif yaitu melukiskan suatu keadaan berdasarkan faktafakta yang tersedia. 23 23 Ibid.

16 G. Sistematika Penulisan Skripsi Dalam penulisan skripsi ini, penelitian mengunakan sistematika penulisan yang terbagi dalam lima bab pokok pembahasan sebagai berikut: BAB I, merupakan bab pendahuluan yang mencankup mengenai garis besar penulisan yang di dalamnya memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tujuan pustaka, metode penelitian dan sistematika skripsi. BAB II, pada bab ini berisi tentang pengaruh proklamasi terhadap wilayah Surakarta. Selain itu juga terdapat berbagai macam konflik yang menyebabkan kondisi Surakarta bergejolak. Bab ini juga berisi tentang perkembangan organisasi perjuangan di Surakarta. BAB III, pada bab ini menjelaskan mengenai diplomasi Linggarjati dan Renville serta pengaruhnya di Surakarta. Perjanjian Linggarjati dan Renville memiliki pengaruh tersendiri di Surakarta, terutama tentang konflik dan bentrokan-bentrokan yang terjadi sebagai salah satu pengaruh dari perjanjianperjanjian tersebut. BAB IV, pada bab ini mengkaji mengenai peristiwa Agresi Militer ke II Belanda dan dampaknya terhadap wilayah Surakarta, termasuk bagaimana cara untuk melawan Belanda dan pengalaman perjuang semasa terjadi Agresi Militer ke II di Surakarta. BAB V, kesimpulan.