BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mereka dan membangun citra tubuh atau body image). Pada umumnya remaja putri

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

Dewasa ini obesitas atau kegemukan merupakan salah satu masalah utama di

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah kalori yang dibakar dalam proses metabolisme (Hasdianah dkk, Obesitas juga dapat membahayakan kesehatan (Khasanah, 2012)

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini, masalah kegemukan ( overweigth dan obesitas) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, dislipidemia, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan merupakan status gizi tidak seimbang akibat asupan giziyang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hal yang sangat penting bagi seorang wanita. Penampilan bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. anak remaja yang dimulai pada usia 12 tahun yaitu pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi abnormal atau berlebihnya lemak

2015 HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KOMPOSISI TUBUH (INDEKS MASSA TUBUH) SISWA KELAS XI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Fase remaja merupakan fase dimana fisik seseorang terus tumbuh dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak di dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran kecil (Sumanto, 2009). Obesitas adalah kelebihan lemak di dalam tubuh yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan bawah kulit, sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan organnya (Misnadierly, 2007). Obesitas biasanya disebut sebagai kegemukan atau berat badan yang berlebihan akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Permasalahan ini hampir terjadi di seluruh dunia dengan pravelansi yang semakin meningkat, baik di negara maju ataupun negara berkembang termasuk Indonesia (Tarwoto, 2010) IMT ( Indeks Massa Tubuh ) merupakan indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. Untuk pengukurannya sendiri digunakan indeks Quetelet, yaitu berat badan dalam (kg) dibagi tinggi dalam kuadrat (m 2 ). Karena IMT menggunakan ukuran tinggi badan, maka pengukuranya harus dilakukan dengan teliti. Hubungan antara lemak tubuh dan IMT ditentukan oleh bentuk tubuh dan proporsi tubuh, sehingga dengan demikian IMT belum tentu memberikan kegemukan yang sama bagi semua populasi (Sudoyo, 2009). Klasifikasi berat badan berlebih dan obesitas pada orang dewasa 1

2 berdasarka IMT menurut kriteria Asia Pasifik yaitu berat badan berkurang <18,5, kisaran normal 18,5-22,9, berat badan lebih 23,0, beresiko 23,0-24,9, obesitas I 25,0-29,9 dan obesitas II 30,0. (WHO, 2006). Obesitas dapat dibagi menjadi beberapa derajat berdasarkan kelebihan lemak (Misnadiarly, 2007) antara lain mild obesity dikatakan mild obesity bila berat badan individu antara 20-30% diatas berat badan ideal, moderate obesity apabila berat badan individu antara 30-60% diatas berat badan ideal dan morbid dikatakan penderita obesitas yang berat badanya 60% atau lebih di atas berat badan ideal. Pada derajat ini resiko mengalami gangguan respirasi, gagal jantung, dan kematian mendadak meningkat dengan tajam. Pada masa remaja terjadi perubahan perkembangan sosial, remaja lebih cenderung menghabiskan waktu bersama dengan lingkungan luar seperti teman sebaya dibandingkan dengan lingkungan keluarga. Masa remaja merupakan masa transisi dimana seorang anak muda beranjak dari ketergantungan dan mulai menuju kemandirian serta kematangan baik fisik maupun mental (Santrock, 2003). Pada masa remaja, kemampuan seseorang untuk lebih memahami orang lain mulai berkembang. Hal ini memungkinkan seseorang untuk dapat memutuskan bagaimana cara untuk menjalin hubungan dengan orang lain (Kathryn Geldard dan David Geldard, 2011). World Health Organization (2006) melaporkan bahwa sekitar 1,4 milyar remaja hingga dewasa usia 15-20 tahun keatas mengalami overweight dan obesitas dengan prevalensi sebesar 10% pada pria dan 14% pada wanita. Prevalensi tertinggi masih terjadi di negara maju, seperti di Amerika maupun

3 Eropa yang mengalami overweight 62% dan 26% obesitas. Di Asia Tenggara angka overweight mencapai 14% dan 3% obesitas. Pravelansi obesitas anak dan remaja mengalami peningkatan diberbagai negara tidak terkecuali Indonesia. Tingginya prevalensi obesitas disebabkan oleh pertumbuhan urbanisasi dan pertumbuhan gaya hidup seseorang termasuk pola makan dan asupan energi. Pravelensi obesitas meningkat, tidak saja di negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara berkembang. Sejak tahun 1970 hingga sekarang, kejadian obesitas meningkat dua kali lipat pada usia 12-19 tahun. Peningkatan obesitas anak dan remaja sejajar dengan orang dewasa. Prevalensi obesitas di Indonesia menurut Riskesdas 2007 pada remaja berusia 13-16 tahun sebesar 2,5% (DepKes RI, 2008). Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2006 pravelansi obesitas umum di Provinsi Jawa Tengah pada laki-laki sebesar 11,5% dan perempuan 21,7%. Kabupaten Banyumas pravelansi berat badan usia 6-14 tahun 7,3% overweight dan 2,6% obesitas, pada anak laki-laki sebesar 6,6% dan 4,6% pada anak perempuan. Remaja usia 15 tahun ke atas pravelansi berat badan berlebih 8,8% overweight dan 12,0% obesitas. Obesitas dapat terjadi pada siapa saja, baik balita maupun orang dewasa. Namun penelitian ini yang dibahas adalah remaja usia 15-18 tahun. Masa remaja adalah masa yang menyenangkan, namun juga masa yang kritis dan sulit, karena merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, yang ditandai dengan perubahan aspek fisik, aspek psikis, dan psikososial (Dariyo, 2012).

4 Obesitas di kalangan remaja memang permasalahan yang merisaukan, karena dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang dan menyebabkan gangguan psikologis yang serius. Belum lagi kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Dapat dijelaskan jika obesitas terjadi pada remaja akan tumbuh menjadi remaja yang kurang percaya diri terhadap lingkungan sekitarnya (Tarwanto,2010). Remaja obesitas yang dijauhi oleh teman-temannya memiliki kecenderungan untuk mengalami kepercayaan diri yang rendah dan rasa putus asa yang besar. Perasaan merasa dirinya berbeda atau dibedakan dari kelompoknya akan membuat individu dengan obesitas rentan terhadap berbagai masalah psikologik. Enung Fatimah, 2010 mengartikan kepercayaan diri sebagai sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian yang postif, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan atau situasi yang di hadapi. Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis seseorang, dimana individu dapat mngevaluasi keseluruhan dari dirinya sehingga memberi keyakinan kuat pada kemampuan dirinya untuk melakukan tindakan dalam mencapai berbagai tujuan didalam hidupnya (Setiawan, 2014). Kepercayaan diri salah satu aspek kepribadian yang berupa keyakinan dan kemampuan diri seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh oranglain dan dapat bertindak sesuai kehendak, gembira, optimis, cukup toleran, tanggung jawab. Lauser menambahkan bahwa percaya diri berhubungan dengan

5 kemampuan melakukan sesuatu yang baik. Anggapan seperti ini membuat individu tidak pernah menjadi orang yang mempunyai rasa percaya diri sejati. Bagaimanapun kemanapun manusia terbatas pada sejumlah hal yang dapat dilakukan dengan baik dan sejumlah kemampuan yang dikuasai. Penanganan obesitas pada anak dan remaja ditujukan untuk mencapai berat badan yang ideal dan pengurangan BMI secara aman dan efektif serta mampu mencegah komplikasi jangka panjang akibat obesitas seperti hipertensi dan penyakit kardiovaskuler. Karena demikian kompleksnya permasalahan obesitas ini maka perlu ditangani bersama dokter anak dan ahli psikologi. Oleh karena anak dalam masa pertumbuhan maka penurunan berat badan anak harus dilakukan dengan perhitungan yang tepat agar tidak mengganggu pertumbuhanya. Menurut Rahmatika (2008) bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menangani obesitas antara lain dengan olahraga, diet, terapi psikologis. Masa remaja merupakan masa-masa penuh dengan tantangan dan kesukaran, masa yang menuntut menentukan sikap dan pilihan (Kartono, 2006). Remaja yang mengalami obesitas cenderung memiliki rasa percaya diri yang rendah. Sebaliknya, bila seseorang mempunyai kepercayaan diri, maka orang tersebut dapat mengelola pergaulan untuk hidup lebih baik (Sutisna, 2010). Hal ini menunjukan bahwa rasa percaya diri sangat penting. Dari fenomena tersebut diperlukan suatu cara untuk meningkatkan percaya diri, yaitu dengan latihan percaya diri.

6 Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan melakukan wawancara kepada remaja MAN 1 dan MAN 2 Banyumas, hasil yang diperoleh 10 dari 17 remaja yang mengalami obesitas mengatakan masih mempunyai kebiasaan mengemil, menyukai makan gorengan, malu akan penampilanya, merasa rendah diri diantara teman-temannya, malu berbicara didepan umum, gerogi, bingung akan memulai pembicaraan, tidak berani mengemukakan ide, tidak berani mengajukan pertanyaan, dan terkadang merasa minder. Jika dilihat dari tanda dan gejala seseorang yang tidak memiliki rasa percaya diri. Beberapa hal yang dikatakan oleh remaja MAN yang diwawancarai juga mengatakan ingin meningatkan rasa percaya diri. Berdasarkan fakta tersebut peneliti ingin memberikan pelatihan percaya diri untuk meningkatkan percaya diri pada remaja yang mengalami obesitas. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang di atas dan fenomena masalah yang terjadi pada remaja yang mengalami obesitas tersebut memiliki rasa kurang percaya diri. Maka dari itu peneliti ingin memberikan latihan percaya diri guna untuk meningkatkan percaya diri pada remaja yang mengalami obesitas. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui Apakah ada pengaruh Latihan Percaya Diri terhadap Peningkatan Percaya Diri pada Remaja yang Mengalami Obesitas di MAN Kabupaten Banyumas tahun 2017

7 C. TUJUAN PENELITIAN 1. TUJUAN UMUM Untuk mengetahui pengaruh latihan percaya diri terhadap peningkatan percaya diri pada remaja yang mengalami obesitas di MAN Kabupaten Banyumas tahun 2017. 2. TUJUAN KHUSUS a. Untuk mengetahui karakteristik responden penelitian di MAN Kabupaten Banyumas tahun 2017. b. Untuk mengetahui percaya diri sebelum diberikan latihan percaya diri di MAN Kabupaten Banyumas tahun 2017. c. Untuk mengetahui percaya diri setelah diberikan latihan percaya diri di MAN Kabupaten Banyumas tahun 2017. d. Untuk mengetahui perbedaan percaya diri pada remaja obesitas sebelum dan setelah diberikan latihan percaya diri di MAN Kabupaten Banyumas tahun 2017. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam meningkatkan percaya diri pada remaja yang mengalami obesitas. 2. Bagi responden Hasil penelitian ini diharapkan remaja yang mengalami obesitas tetap mempunyai percaya diri yang sangat tinggi.

8 3. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan agar sekolah yang bersangkutan memperhatikan siswa siswi nya yang bermasalah dengan berat badan dan memberikan motivasi agar mereka tetap mempunyai rasa percaya diri yang tinggi. 4. Bagi ilmu pengetahuan Diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi yang hendak meneliti lebih lanjut meningkatkan percaya diri pada remaja yang mengalami obesitas. E. PENELITIAN TERKAIT Penelitian yang dilakukan Chusnul Laili Austina (2014) yang berjudul pengaruh obesitas terhadap rasa percaya diri siswa kelas VII di SMP N 1 Mojo tahun 2014/2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh obesitas terhadap kepercayaan diri pada remaja. Hasil penelitian ini adalah ada pengaruh negatif antara obesitas terhadap rasa percaya diri siswa. Semakin besar berat badan siswa maka semakin rendah pula rasa percaya diri oleh anak. Perbedaan penelitian ini adalah menggunakan tehnik purposive sampling dimana populasi keseluruhan sebanyak 349 siswa dan di ambil 15% nya yang dijadikan sample sehingga di dapat 52 siswa yang menjadi sampel penelitian. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah menggunakan variabel terikat percaya diri.

9 Penelitian yang dilakukan Turina yang berjudul Penggunaan Tehnik Assertive Training dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri pada Siswa kelas VII. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah assertive training dapat meningkatkan rasa percaya diri pada siswa kelas VII. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tehnik assertive training dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa. Perbedaan dari penelitian ini adalah peneliti menggunakan tehnik assertiv training untuk meningkatkan percaya diri, sedangkan penulis menggunakan latihan percaya diri menggunakan latihan percaya diri untuk meningkatkan percaya diri. Persamaan penelitian ini yaitu menggunakan quasy experimen one group pretest-posttest. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Utami Lestari W (2015) yang berjudul hubungan obesitas dengan kepercayaan diri pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan obesitas denan kepercayaan diri pada remaja. Hasil penelitian ini terdapat dari uji statistic di dapatkan nilai p = 0,007 a < 0,005 kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungn antara obesitas dengan kepercayaan diri pada remaja. Perbedaan dari penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional study dan tidak di adakanya latihan percaya diri untuk meningkatkan percaya diri pada remaja yang mengalami obesitas. Persamaan penelitian ini menggunakan variabel terikat percaya diri.