BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan ekonomi yang diluncurkan pemerintah Indonesia sejak tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini lebih menekankan pada perbedaan kredibilitas endorser serta

BAB I PENDAHULUAN. cepat berkembang dan mendorong seleksi alamiah dimana suatu perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. cepat mendorong timbulnya laju persaingan dalam dunia usaha, sehingga masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi pemasaran paling dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dewasa ini dalam kegiatan promosinya dituntut untuk lebih dari sekedar

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan keadaan perekonomian secara global memberikan dampak

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Menyadari fenomena, pemasaran merupakan suatu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perusahaan mulai memperkenalkan merek yang dimiliki sampai ke

LANDASAN TEORI. banyak ahli mengemukakan definisi tentang pemasaran yang terlihat memiliki sedikit

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu kunci penting bagi perusahaan untuk menawarkan

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, persaingan dalam bisnis yang semakin lama semakin

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan produk yang satu dengan produk sejenis yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya, oleh karena itu manusia membutuhkan komunikasi dimana

BAB I PENDAHULUAN. meluasnya berbagai produk dan jasa, menyebabkan persaingan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia saat ini banyak. perusahaan yang menggunakan iklan untuk mengenalkan ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi dalam berbagai aspek kehidupan saat ini telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa, menyebabkan persaingan bisnis yang dihadapi perusahaan-perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, perusahaan dituntut agar semakin gencar mengembangkan strategi pemasarannya

I. PENDAHULUAN. perusahaan yang menghasilkan barang maupun jasa, yang menyebabkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, salah satunya adalah strategi pemasaran.

BAB I PENDAHULUAN. cukup pesat adalah kartu perdana (Starterpark). Banyak produk kartu perdana

BAB 1 PENDAHULUAN. jasa yang disertai dengan inovasi-inovasi baru yang dilakukan. Banyak tantangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tertarik pada produk yang ditawarkan dan diharapkan untuk melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika, dalam Kotler, dan Keller ( 2009: 6):

BAB I PENDAHULUAN. Pemasaran dalam era globalisasi saat ini banyak mengalami tantangan terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan semakin gencar dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan bertambahnya perusahaan-perusahaan sejenis yang menawarkan produk

BAB I PENDAHULUAN. produk B dan produk-produk yang lain, dan penentuan keputusan sangat. stimulus-stimulus yang diberikan dalam bentuk iklan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan-perusahaan sekarang ini telah berlomba untuk memasarkan

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan usahanya. Era ini ditandai dengan semakin berkembangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Iklan adalah salah satu bentuk komunikasi pemasaran yang dikenal sekaligus paling

BAB I PENDAHULUAN. pilihan dalam memilih produk yang akan mereka konsumsi. Hal ini menyebabkan. munculnya banyak pesaing di dalam dunia usaha.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan bisnis antar perusahaan semakin ketat. Hal ini

PENGARUH CELEBRITY ENDORSER TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPEDA MOTOR MEREK HONDA VARIO

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini persaingan dalam dunia bisnis dirasakan semakin ketat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dan calon konsumen, dan mereka menonjolkan image bahwa merek mereka

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 4,5

BAB 1 PENDAHULUAN. Memahami konsumen di seluruh dunia tentang pendapat mereka terhadap aktivitas

I. PENDAHULUAN. Setiap wanita menganggap rambut sebagai mahkotanya, karena itu rambut

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia bisnis saat ini, maka

BAB I PENDAHULUAN UKDW. memberikan perhatian lebih kepada usaha untuk menciptakan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan pesat dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut adalah bagaimana memperkenalkan suatu produk atau jasa,

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, dunia periklanan dan pertelevisian di

BAB I PENDAHULUAN. Iklan adalah salah satu bentuk komunikasi pemasaran yang paling dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Di saat keadaaan perekonomian dunia yang sedang mengalami resesi sejak September

BAB I PENDAHULUAN. yang memanfaatkan teknologi dan internet. mencapai 63 juta orang ( diakses pada 7 September

BAB I PENDAHULUAN. konsep yang canggih namun juga tidak terlepas dari dunia hiburan, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era gobalisasi dewasa ini, komunikasi merupakan hal yang sangat esensial

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. minat konsumen terhadap pembelian kosmetik. Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi), omset industri kosmetik tahun

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah produsen sepeda motor di Indonesia cukup banyak. Menurut data

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Sikap..., Ferina Rahmawati, F.PSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. membentuk brand image yang baik untuk dapat berkompetisi di pasar.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Di era ini perusahaan dapat memperluas pasar produk dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam menetapkan strategi yang tepat bagi perusahaan sehingga dapat menarik

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan bisnis yang. menjalankan kegiatan usahanya. Ini ditandai dengan semakin

BAB l PENDAHULUAN. Berikut adalah perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia Menurut Jenis dan Tahun ( )

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERAN CELEBRITY ENDORSER DALAM MENINGKATKAN MINAT BELI PRODUK HONDA VARIO

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang menawarkan produk-produk yang sejenis baik melalui media

I. PENDAHULUAN. informed consumer, atau konsumen yang memiliki pengetahuan yang luas

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada daya tariknya. Endorser yang kredibel adalah orang yang. bisa dipercaya dan mempunyai keahlian tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini antar perusahaan bersaing ketat memperebutkan perhatian konsumen

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian dari bauran komunikasi pemasaran atau bauran

BAB I PENDAHULUAN. Banyak upaya yang dilakukan organisasi atau perusahaan untuk. tuntutan dan persaingan dalam menghadapi perkembangan dunia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan lajunya perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, serta

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dimana krisis rupiah dan krisis kepercayaan yang terus berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. pelanggannya. Di dalam kondisi persaingan usaha yang semakin ketat ini, konsumen untuk mengkonsumsi produk mereka (Lasty, 2014).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan pada dunia industri memaksa banyak produsen bisnis

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapi oleh perusahaan - perusahaan untuk selalu mendapatkan cara terbaik guna

ABSTRACT. Attractiveness, Trustworthiness, and Expertise to buying interest. This data collection

BAB I PENDAHULUAN. konsumen dengan baik maka dibutuhkan media yang tepat. Oleh karena itu, tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

ABSTRACT. Key Words: Celebrity Endorsers, Expertise, Trustworthiness, and Attractiveness, purchase interest. vi Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki daya tarik tersendiri untuk memasarkan

BAB I PENDAHULUAN. dunia bisnis semakin pesat. Perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai sudut jalan menyebabkan kemacetan yang cukup parah, selain itu

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang ingin tetap konsisten di pasar dituntut untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. tetapi konsumen memiliki alasan lain dalam pengambilan keputusan. mulai memperkenalkan produknya pada konsumen melalui promosi

BAB I PENDAHULUAN. ketat, mengharuskan setiap perusahaan untuk merumuskan strategi yang lebih efektif

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Periklanan di Indonesia mengalami perkembangan semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, tingkat persaingan bisnis sangat ketat sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. mungkin kompetensi yang mereka miliki. Agar dapat memenangkan persaingan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang. Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. Promosi atau promotion yang dalam dekade terakhir ini sering disebut juga

BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGARUH ATTRACTIVENESS DAN CREDIBILITY BRAND IMAGE FRESHCARE

I PENDAHULUAN. barang, dan jasa. Pengusaha tidak hanya menerapkan strategi positioning sebuah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diketahui dan dikenal (Sabdosih dan Djumillah, 2013). Celebrity endorser sering

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan ekonomi yang diluncurkan pemerintah Indonesia sejak tahun 1983 dalam bentuk deregulasi dan debirokrasi menyebabkan dunia usaha di Indonesia berkembang pesat. Perkembangan ini semakin meningkat tajam sejak era global perdagangan bebas AFTA pada tahun 2003 (Pujiyanto, 2003:96). Situasi ini memberikan peluang bagi para pengusaha untuk turut berperan serta secara bebas dalam perdagangan. Sebagian besar pengusaha memanfaatkan peluang dengan membuka usaha atau perusahaan secara bebas. Situasi ini dikenal dengan sebutan pasar bebas. Dengan adanya pasar bebas mengakibatkan berbagai perusahaan semakin gencar mengatur strategi khususnya strategi pemasaran untuk menawarkan produk. Salah satu strategi pemasaran yang paling banyak digunakan perusahaan yaitu strategi promosi. Bagi perusahaan, strategi promosi bermanfaat untuk mengkomunikasikan produk pada pasar sasaran, dengan tujuan agar pasar calon konsumen bersedia melakukan pembelian (Kotler, 2005:18). Menurut Umar (2005:73), untuk mempromosikan produk, bauran atau alat promosi yang dapat digunakan antara lain: periklanan, publisitas, personal selling, promosi penjualan, dan penjualan langsung. 1

Penelitian ini lebih menekankan pada promosi yang berbentuk periklanan karena memberikan kontribusi yang besar bagi perusahaan yaitu mencoba menarik kesadaran konsumen terhadap produk dengan tujuan agar perusahaan dapat mengembangkan dan mempertahankan usahanya, sehingga diharapkan penjualan akan meningkat (Arlina, 2004:1). Keberhasilan kontribusi periklanan bagi perusahaan mengakibatkan penggunaan iklan saat ini meningkat tajam. Hal ini terbukti dari adanya peningkatan anggaran belanja iklan yang dikeluarkan oleh perusahaan dari tahun ke tahun. Warto (2007:1) menjelaskan bahwa data Nielsen Media Research (NMR) tentang trend belanja iklan perusahaan di Indonesia, seperti Gudang Garam, Unilever, dan lain sebagainya pada periode Tahun 2000-2006 menunjukkan peningkatan secara signifikan setiap tahun. Data trend belanja iklan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1.1 Belanja Iklan Periode 2000-2006 Tahun Belanja Iklan Pertumbuhan (dlm triliun) (%) 2000 7,123-2001 9,084 27.53 2002 12,368 36.15 2003 16,801 35.84 2004 22,211 32.20 2005 25,580 15.17 2006 21,489-15.99 Sumber: Warto (2007:1) Tabel 1.1 mengenai belanja iklan periode 2000-2006 menunjukan bahwa banyak perusahaan yang menggunakan iklan dalam memperkenalkan produk perusahaan. Selain itu, penggunaan iklan oleh perusahaan dapat 2

dibuktikan dari grafik 10 merek belanja iklan terbesar (dalam miliar). Pengumpulan data ini diperoleh pada Tahun 2007 oleh AGB Nielsen. Grafik 10 merek belanja iklan terbesar dapat dilihat pada Gambar 1.2 yang menunjukkan merek-merek iklan dengan belanja iklan terbesar. Gambar 1.2 10 Merek Belanja Iklan Terbesar Sumber : AGB Nielsen dalam Warto (2007:2) Gambar 1.2 mengenai 10 merek belanja iklan terbesar menunjukkan bahwa pada kategori merek, produk Unilever mendominasi peringkat teratas pembelanjaan terbesar dengan Clear Anti Ketombe sebesar 71 miliar di posisi pertama. 7 di antara 10 produk teratas adalah produk Unilever dengan total belanja lebih dari 286 miliar. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan bersaing untuk mengkomunikasikan merek melalui iklan dalam rangka meraih perhatian dan mendorong pembelian konsumen. Dengan demikian, perusahaan harus semakin berhati-hati dalam menentukan kebijakan strategi periklanan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan pengetahuan mengenai manajemen 3

periklanan agar dapat menyusun strategi yang efektif dan efisien untuk merebut hati konsumen. Sebelum membahas mengenai manajemen periklanan, sebaiknya perusahaan perlu mengetahui konsep periklanan. Periklanan adalah segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara non personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran (Kotler, 2006:496). Hasil dari periklanan adalah iklan. Jadi, iklan adalah pesan yang digunakan untuk menawarkan suatu produk pada masyarakat melalui suatu media (Kasali, 1995:9). Iklan juga merupakan sarana komunikasi produk yang disampaikan melalui berbagai media dengan biaya pemrakarsa agar masyarakat tertarik untuk menyetujui dan mengikuti (Pujiyanto, 2001:3-4). Menurut Pujiyanto (2003:97), iklan harus memenuhi kriteria AIDCDA (attention, interest, desire, conviction, decision, action), yaitu mengandung daya tarik, mengundang perhatian dan minat, memunculkan keinginan untuk membeli, menimbulkan keyakinan terhadap produk, menghasilkan kepuasan dan mendorong tindakan pembelian. Setelah mengetahui konsep periklanan dan iklan, selanjutnya perusahaan perlu memahami mengenai manajemen periklanan. Manajemen periklanan adalah upaya pengelolaan seluruh kegiatan periklanan dengan wujud suatu proses kerja yang melibatkan berbagai fungsi manajemen (Suhandang, 2005:15), seperti perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan atau pengendalian (controlling). 4

Saladin (2004) dalam Hutama (2008) menjelaskan bahwa mengelola atau aktivitas periklanan atau manajemen periklanan perlu memperhatikan 5 M yaitu: mission (menetapkan tujuan dan sasaran periklanan), money (menetapkan anggaran periklanan), message (menetapkan pesan yang akan disampaikan), media (menetapkan media yang harus digunakan), dan measurement (melakukan evaluasi terhadap hasil yang dicapai). Penelitian ini lebih menekankan pada komponen manajemen periklanan yang berbentuk media dan pesan. Penekanan pada media kerena media berperan ganda dalam perilanan, yaitu menyediakan pengetahuan teknologi pengiriman pesan dan aktif mengambil bagian di dalam menentukan pesan apa yang harus dikirimkan oleh siapa, kepada siapa, dan kapan (Suhandang, 2005:26). Sedangkan penekanan pada pesan karena pesan merupakan unsur yang sangat penting untuk memperkenalkan keistimewaan barang atau jasa yang dianggap penting bagi para calon pembeli dalam membuat keputusannya untuk mencoba dan membeli guna dimiliki atau dipakainya (Suhandang, 2005:64). Menurut Suhandang (2005:31), pesan adalah komunikasi yang disampaikan satu pihak sebagai pengirim (sending) kepada pihak penerima (receiver). Suhandang (2005:25) mencermati bahwa pesan dapat bersifat politik, pendidikan, agama, ekonomi, dan berita pada umumnya. Kotler (2002:633) memformulasikan pesan atas empat pemecahan masalah, yaitu: isi pesan, struktur pesan, format pesan, dan sumber pesan. Penelitian ini lebih menekankan pada sumber pesan karena pesan yang disampaikan oleh 5

sumber yang menarik dan terkenal akan lebih diminati dan diingat oleh konsumen (Menon & Rogers, 1998). Sumber pesan adalah pendukung iklan atau yang dikenal sebagai bintang iklan (Shimp, 2003:234). Menurut Kotler (2002:633), jika pesan disampaikan oleh sumber yang menarik atau terkenal akan lebih menarik perhatian dan mudah diingat. Hal ini juga didukung oleh Suhandang (2005:25) yang menjelaskan bahwa orang orang secara individual atau kelompok yang tercatat sebagai pengirim pesan (sumber pesan) harus potensial maka akan potensial juga untuk menjadi sasaran pesan media massa. Dengan demikian, pesan yang akan disampaikan memerlukan endoser agar menarik perhatian dan mudah diingat. Endorser adalah seseorang yang memiliki kemampuan tertentu yang dituangkan dalam pesan persuasif (www.morewords.com). Endorser dapat berupa seorang aktris, atlet olahraga, tokoh politik, dan lain sebagainya. Penelitian ini lebih menekankan pada celebrity endoser dan non-celebrity endoser, karena atribut populer yang endorser miliki termasuk kecantikan, keberanian, bakat, jiwa olahraga (athleticisme), keanggunan, kekuasaan dan daya tarik seksual, seringkali merupakan pemikat yang diinginkan untuk mendukung produk tertentu (Menon & Rogers 1998). Kaum selebriti khususnya dari kalangan bisnis hiburan atau bidang olah-raga merupakan hal utama dari periklanan. Hal ini disebabkan karena konsumen mudah mengidentifikasi diri dengan para bintang ini dan 6

seringkali memandang selebriti ini sebagai pahlawan atas prestasi, kepribadian, dan daya tarik fisik (Shimp, 2003:234). Selain itu, kaum selebriti dinilai memiliki atribut populer termasuk kecantikan, keberanian, bakat, jiwa olahraga (athleticisme), keanggunan, kekuasaan dan daya tarik seksual (Shimp, 2003:234). Atribut popular ini yang seringkali merupakan pemikat bagi suatu merek yang menggunakan selebriti tersebut. Dengan demikian, seorang celebrity endorsers harus memiliki banyak kriteria agar berhasil menjadi pemikat untuk produk yang diiklankannya. Salah satu kriteria tersebut adalah memiliki source credibility (kredibilitas sumber) yang baik (Sternthal, Philips, Dholokia 1978 dalam Menon &Rogers 1998). Menurut Hovland (1953) dalam Menon & Rogers (1998), source credibility adalah keefektivitasan pesan yang dipengaruhi oleh keahlian dan kepercayaan. Semakin tinggi kredibilitas suatu pesan maka pesan tersebut cenderung lebih efektif dibandingkan pesan dengan tingkat kredibilitas rendah (Sternthal, 1978 dalam Menon & Rogers 1998). Menurut Kotler & Keller (2006:501), kriteria dari kredibilitas sumber terdiri dari: attractiveness yaitu tidak hanya diartikan sebagai kemenarikan fisik tetapi termasuk sejumlah karakter yang luhur yang dipersepsikan oleh penerima dalam diri endorser seperti kemampuan intelektual, kepribadian, karakteristik gaya hidup, kecakapan, dan lain-lain, trusthworthiness menunjukkan pada kejujuran, integritas, dan kepercayaan diri seorang sumber, dan expertise menunjukkan pengetahuan, pengalaman, atau 7

keahlian yang dimiliki oleh seorang endorser berhubungan dengan topik yang dikomunikasikan. Selain memperhatikan pesan yang menarik melalui celebrity endoser, perusahaan juga perlu mempertimbangkan media periklanan yang tepat. Keputusan media periklanan berhubungan erat dengan khalayak sasarannya, jenis produk, persediaan dana, dan tujuan kampanye (Suhandang, 2005:86). Hal ini penting sekali untuk mengetahui media mana yang bisa digunakan dalam menjangkau khalayak sasarannya. Dalam hal ini para pemasang iklan ataupun pengusaha harus bisa memilih media yang efektif bagi pencapaian tujuan iklannya (Suhandang, 2005:86). Media periklanan adalah sarana komunikasi antara pengirim pesan kepada penerima pesan untuk menyampaikan pesan komunikasi yang ingin disampaikan (Madjadikara, 2004:11). Jenis media periklanan pada umumnya dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu media cetak dan media elektronik (Madjadikara, 2004:11). Penelitian ini menekankan pada iklan media cetak (surat kabar dan majalah) karena informasi di media cetak dapat menampilkan gambar dan informasi yang lebih rinci, informasi yang ada lebih mudah disimpan atau didokumentasikan untuk keperluan di kemudian hari. Selain itu, media cetak dapat menampilkan pesan yang dapat dilihat dan dibaca berulang kali serta harganya relatif murah sehingga dapat lebih diserap oleh konsumen (Madjadikara, 2004:12). Dengan demikian, perusahaan perlu memahami konsep media cetak dalam periklanan. 8

Media cetak adalah kumpulan berbagai media informasi yang dibuat (diproduksi) dan disampaikan kepada khalayak sasaran (pembaca) melalui tulisan (cetakan) dan seringkali disertai gambar sehingga dapat dilihat dan dibaca (Madjadikara, 2004:12). Media cetak terdiri dari majalah, buletin, koran, tabloid, dan sebagainya. (Madjadikara, 2004:12). Penggunaan celebrity endorser dan non-celebrity endorsers pada iklan media cetak akan berhubungan dengan kredibilitas yang dimilikinya. Endorser merupakan sumber pesan yang dipakai guna menyampaikan maksud atau pesan dari produk yang diiklankannya. Menurut Shimp (2003:464), keadaan dapat dipercaya atau kepercayaan dan keahlian seorang celebrity (secara bersama-sama disebut kredibilitas). Celebrity adalah public figure, merupakan orang yang dapat dipercaya dan dianggap memiliki wawasan tentang isu tertentu, seperti kehandalan merek, keahlian tertentu. Dengan demikian, terdapat perbedaan kredibilitas endorsers, dimana kaum celebrity lebih mampu meyakinkan orang lain untuk mengambil suatu tindakan. Dengan kata lain, celebrity endorser akan memiliki kredibilitas yang lebih baik dibandingkan dengan non-celebrity endorser. Pemakaian celebrity dan non-celebrity endorser pada iklan media cetak juga bertujuan untuk mendapatkan tanggapan dari konsumen, seperti disampaikan oleh Kotler dan Keller (2006:500) bahwa marketing communications concentrate on consumer specific responses dimana salah satu komponen dari consumer specific responses adalah minat. Konsumen akan lebih mempunyai minat beli yang besar kepada endorser yang lebih 9

memiliki wawasan, terpercaya, memiliki kehandalan serta keahlian, yang mana secara bersama-sama disebut kredibilitas (Shimp, 2003:464). Oleh karena kredibilitas yang dimiliki seorang celebrity endorsers pada umumnya lebih baik daripada non-celebrity endorsers, maka hal ini akan berdampak terhadap perbedaan minat beli pada konsumen (Menon & Rogers, 1998). Konsumen akan cenderung memiliki minat beli yang lebih besar terhadap produk atau jasa yang diiklankan oleh kaum celebrity daripada noncelebrity. Penelitian ini juga menekankan pada perbedaan kelas produk karena perbedaan ini dapat mempengaruhi kesuksesan suatu iklan. Hal ini didukung oleh Sutherland & Sylvester (2005:9) yang menjelaskan bahwa perbedaan kelas produk sangat dipengaruhi oleh iklan. Sebagai contoh dalam kategori produk dengan keterlibatan rendah, merek merek alternatif sangat mirip satu sama lain dan dalam beberapa hal bahkan hampir sama. Dengan demikian, diperlukan suatu iklan yang kreatif untuk dapat menarik dan memikat minat konsumen untuk membeli atau mencoba produk yang diiklankan. Berdasarkan perbedaan kelas produk berperan dalam kesuksesan suatu iklan, maka perusahaan perlu memahami mengenai konsep produk. Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan perusahaan atau lembaga kepada pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar (Kotler, 2005:18). Kelas produk adalah pembagian produk berdasarkan tingkat keterlibatan dalam perilaku pembelian konsumen (Kotler, 2005:221). Kelas produk dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: 10

high involvement product dan low involvement product (Sutherland & Sylvester, 2005:9). High involvement product adalah produk dengan tingkat keterlibatan tinggi yang mana produk ini biasanya harganya mahal, tidak sering dibeli, beresiko dan dapat mencerminkan diri pembelinya. Biasanya konsumen tidak tahu banyak tentang kategori produk ini dan harus berusaha untuk mengetahuinya. Pada kategori ini, pemasar harus menyusun strategi untuk memberikan informasi kepada konsumen tentang segala macam informasi mengenai produknya (Kotler, 2005:221). Sebagai contoh produk dengan keterlibatan tinggi seperti: kendaraan atau alat transportasi, yang mana konsumen lebih memperhatikan kualitas, kenyamanan, dan kekuatan. Dalam hal ini, seringkali konsumen menimbang hal hal kompleks seperti: kualitas rata-rata dengan harga sedang dan kualitas tinggi dengan harga mahal (Sutherland & Sylvester, 2005:10). Sedangkan low involvement product adalah produk dengan tingkat keterlibatan rendah yang mana produk ini biasanya dipilih konsumen bukan karena kesetiaannya kepada merek tetapi karena konsumen sudah mengenal produk tersebut (Kotler, 2005:222). Biasanya terjadi pada produk-produk yang sering dibeli, murah, dan konsumen sering mencoba merek-merek baru. Setelah membeli konsumen tidak mengevaluasi kembali mengapa membeli produk tersebut (Kotler, 2005:222). Sebagai contoh produk dengan keterlibatan rendah ini seperti: shampo, sabun, minuman ringan, dll. Kebanyakan konsumen tidak memperhatikan merek dan dengan mudah 11

mengganti pilihan merek. Dalam kategori keterlibatan rendah ini efek iklan dapat berpengaruh besar, tetapi sukar dinilai (Sutherland & Sylvester, 2005:9). Objek penelitian pertama adalah iklan untuk merek produk sepeda motor Yamaha versi Komeng dan non celebrity (model pria). Merek produk Yamaha sebagai high involvement product. Penggunaan iklan ini, berdasarkan survei awal yang disebarkan kepada 50 orang responden dan dipilih secara acak ternyata diperoleh hasil: 19 orang (38%) menjawab Yamaha, 16 orang (32%) menjawab Honda, 12 orang (24%) menjawab Suzuki, dan 3 orang (6%) menjawab Kawasaki sebagai merek sepeda motor favorit. Berdasarkan hasil tersebut maka jumlah orang yang memilih Yamaha memiliki jumlah terbanyak, sehingga Yamaha dijadikan objek penelitian. Objek penelitian ke dua adalah kartu GSM XL versi Luna Maya dan non celebrity (model wanita). Merek produk GSM XL sebagai low involvement product. Penggunaan iklan ini, berdasarkan survei awal yang disebarkan kepada 50 orang responden yang dipilih secara acak. Hasil yang diperoleh yaitu: 16 orang (32%) responden menjawab XL, 14 (28%) orang menjawab Simpati, 9 orang (18%) menjawab IM-3, 6 orang (12%) menjawab Axis, 5 orang (10%) menjawab 3 (Three). Berdasarkan hasil tersebut maka jumlah responden yang memilih XL memiliki jumlah terbanyak, sehingga XL dijadikan objek penelitian. 12

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penelitian ini menggunakan tema Analisis Perbedaan Faktor Kredibilitas, Minat Beli, dan Kelas Produk Menggunakan Celebrity dan Non-Celebrity Endorser Pada Iklan Media Cetak. (Studi kasus: Iklan Sepeda Motor Yamaha dan Kartu GSM XL). 1.2 Identifikasi Masalah Sehubungan dengan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat perbedaan attractiveness celebrity endorsers dan non-celebrity endorsers iklan Yamaha di media cetak? (artis: Komeng vs non-artis: model pria)? 2. Apakah terdapat perbedaan trustworthiness celebrity endorsers dan non-celebrity endorsers iklan Yamaha di media cetak? (artis: Komeng vs non-artis: model pria)? 3. Apakah terdapat perbedaan expertise celebrity endorsers dan non-celebrity endorsers iklan Yamaha di media cetak? (artis: Komeng vs non-artis: model pria)? 4. Apakah terdapat perbedaan minat beli celebrity endorsers dan non-celebrity endorsers iklan Yamaha di media cetak? (artis: Komeng vs non-artis: model pria)? 13

5. Apakah terdapat perbedaan attractiveness celebrity endorsers dan non-celebrity endorsers iklan kartu GSM XL di media cetak? (artis: Luna Maya vs non-artis: model wanita)? 6. Apakah terdapat perbedaan trustworthiness celebrity endorsers dan non-celebrity endorsers iklan kartu GSM XL di media cetak? (artis: Luna Maya vs non-artis: model wanita)? 7. Apakah terdapat perbedaan expertise celebrity endorsers dan non-celebrity endorsers iklan kartu GSM XL di media cetak? (artis: Luna Maya vs non-artis: model wanita)? 8. Apakah terdapat perbedaan minat beli celebrity endorsers dan non-celebrity endorsers iklan kartu GSM XL di media cetak? (artis: Luna Maya vs non-artis: model wanita)? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis: 1. Perbedaan attractiveness celebrity endorsers dan non-celebrity endorsers iklan Yamaha di media cetak (artis: Komeng vs non-artis: model pria). 2. Perbedaan trustworthiness celebrity endorsers dan non-celebrity endorsers iklan Yamaha di media cetak (artis: Komeng vs non-artis: model pria). 3. Perbedaan expertise celebrity endorsers dan non-celebrity endorsers iklan Yamaha di media cetak (artis: Komeng vs non-artis: model pria). 14

4. Perbedaan minat beli celebrity endorsers dan non-celebrity endorsers iklan Yamaha di media cetak (artis: Komeng vs non-artis: model pria). 5. Perbedaan attractiveness celebrity endorsers dan non-celebrity endorsers iklan kartu GSM XL di media cetak (artis: Luna Maya vs non-artis: model wanita). 6. Perbedaan trustworthiness celebrity endorsers dan non-celebrity endorsers iklan kartu GSM XL di media cetak (artis: Luna Maya vs non-artis: model wanita). 7. Perbedaan expertise celebrity endorsers dan non-celebrity endorsers iklan kartu GSM XL di media cetak (artis: Luna Maya vs non-artis: model wanita). 8. Perbedaan minat beli celebrity endorsers dan non-celebrity endorsers iklan kartu GSM XL di media cetak (artis: Luna Maya vs non-artis: model wanita). 1.4 Kegunaan Penelitian Dengan melakukan penelitian ini, peneliti mengharapkan agar hasil penelitian ini berguna bagi : 1. Peneliti Untuk meningkatkan wawasan pemahaman masalah yang berhubungan dengan Kredibilitas Endorsers (attractiveness, trustworthiness, expertise), minat beli kelas produk. 15

Selain itu, penelitian ini merupakan pengembangan dari teori teori yang telah didapatkan dalam perkuliahan. Dapat mewujudkan dalam suatu bentuk skripsi, sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir sarjana (program S1) pada Fakultas Ekonomi Bandung. 2. Perusahaan Berdasarkan hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perusahaan. Sumbangan pemikiran ini berhubungan dengan usaha untuk mengadakan pengembangan dan perbaikan dalam berbagai kegiatan perusahaan khususnya berhubungan dengan penggunaan iklan sebagai strategi promosi. 3. Pihak lain Berdasarkan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan referensi bagi pihak pihak yang tertarik untuk mengetahui lebih jauh informasi informasi yang dihasilkan dari penelitian ini, ataupun yang berkeinginan untuk melakukan penelitian mengenai periklanan. 16

1.5 Rerangka Pemikiran Strategi Pemasaran Integrated Marketing Communication ( IMC ) Advertising Manajemen Periklanan Media Cetak Sumber Pesan Celebrity Non Celebrity Kredibilitas Minat beli Kelas Produk attractiveness trusthworthiness expertise High Involvement Product Low Involvement Product Gambar 1.3: Rerangka Pemikiran 17

1.6 Ruang Lingkup Penelitian Fokus penelitian ini mengenai perbedaan kredibilitas endorsers (attractiveness, trustworthiness, expertise), minat beli, dan kelas produk dengan menggunakan celebrity dan non celebrity endorsers pada iklan cetak. Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah di Universitas Kristen Maranatha dimana terdapat banyak sekali mahasiswa yang tidak terlepas dari sepeda motor dan kartu GSM dalam kesehariannya. Skala pengukuran yang digunakan oleh peneliti yaitu skala likert. Skala ini digunakan untuk mengukur attractiveness, trustworthiness, expertise, dan minat beli. Adapun objek yang diteliti adalah: Komeng yang membintangi iklan sepeda motor Yamaha serta Luna Maya yang membintangi kartu GSM XL sebagai celebrity endorsers. Instrumen penelitian diadopsi dari Ohanian ( 1990 ) mengenai Endorsers Credibility. Sedangkan sumber pesan dalam penelitian ini digunakan skala nominal yang mana sumber pesan yang diteliti terdiri dari: celebrity dan non celebrity untuk masing-masing kategori produk. Metode analisis data yang digunakan untuk menguji perbedaan kredibilitas endorsers (attractiveness, trustworthiness, expertise) serta minat beli pada konsumen adalah uji beda two independent samples. Metode ini sangat cocok untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda, dan juga untuk menganalisis dan membandingkan rata-rata dua grup yang tidak berhubungan satu dengan yang lain (Ghozali, 2005:56) 18

1.7 Sistematika Penelitian Dalam penelitian ini, sistematika penelitian dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bagian penting, yaitu: BAB I: Pendahuluan Berisikan latar belakang penelitian, identifikasi masalah, tujuan penelitian, dan rerangka pemikiran, ruang lingkup penelitian serta sistematika penelitian. BAB II: Tinjauan Pustaka Pada bagian ini dipaparkan mengenai landasan teori. Pada bagian ini dijelaskan mengenai pengertian komunikasi pemasaran, pengertian periklanan, tujuan periklanan, anggaran periklanan, pesan iklan, media periklanan, evaluasi iklan, endorser source credibility ( Kredibilitas sumber ), minat beli. BAB III: Metodologi Penelitian Pada bagian ini meliputi desain penelitian, populasi dan sampel, metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, uji instrumen (uji validitas & uji reliabilitas), metode uji beda two independent sample. 19

BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab ini akan dibahas tentang karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, karakteristik responden berdasarkan usia, karakteristik responden berdasarkan pendapatan rata-rata per bulan, dan karakteristik responden berdasarkan pekerjaan. Kemudian pembahasan pengujian hipotesis, hasil pengujian hipotesis hipotesis, serta pembahasan hasil penelitian. BAB V: Simpulan dan Saran Simpulan dan Saran, merupakan bagian dimana peneliti memberikan simpulan akhir dari penelitian yang telah dilakukan, juga berisi saran bagi perusahaan berupa implikasi manajerial, keterbatasan penelitian, serta penelitian mendatang. 20