Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyebab kematian nomer dua di dunia. Pada tahun

POLA TATALAKSANA DIARE CAIR AKUT DI RSUD WONOSOBO Ika Purnamasari, Ari Setyawati ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi pasien merupakan salah satu tugas rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di bawah tiga tahun rata-rata mengalami 3 episode diare setiap tahun (Kosek

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN. infeksi virus selain oleh bakteri, parasit, toksin dan obat- obatan. Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan masalah pada anak-anak di seluruh dunia. Dehidrasi dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

BAB III METODE PENELITIAN. secara descriptive dengan metode cross sectional dan pengambilan data secara

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitas dari penyakit diare masih tergolong tinggi. Secara global, tahunnya, dan diare setiap tahunnya diare membunuh sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena. mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

BAB 1 PENDAHULUAN. anak yang berusia di bawah 5 tahun terdapat kematian di. miliar kasus diare yang terjadi setiap tahunnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. kuman Salmonella Typhi (Zulkoni, 2011). Demam tifoid banyak ditemukan. mendukung untuk hidup sehat (Nani dan Muzakir, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005). Pada

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam tifoid merupakan suatu infeksi tropis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat retrospektif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerang anak-anak adalah diare, pneumonia, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada keluarga, yang

BAB I PENDAHULUAN. masih tingginya Angka Kematian Bayi dan Anak yang merupakan indikator

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan dengan

I. PENDAHULUAN. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan. Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011).

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masih tingginya angka morbiditas dan mortalitas (Rampengan, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Hospital Association dalam Rustiyanto (2010),

SOP. KOTA dr. Lolita Riamawati NIP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

Cucu Saepuloh, Siti Jundiah, Rika Nurhasanah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tarigan A, Umiana S, Pane M Faculty of Medicine Lampung Univesity. Keywords: Bandar Lampung, puskesmas, therapy of diarrhea

BAB III METODE PENELITIAN. desain cross-sectional deskriptif. Pengumpulan data resep obat off-label

BAB I PENDAHULUAN. Proportional Mortality Ratio (PMR) masing-masing sebesar 17-18%. 1

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa). Penyebab utama kematian diare

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyebab terbesar kematian anak di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Pada dasarnya kesehatan merupakan suatu hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi potong lintang (cross sectional) yaitu jenis pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menyempit karena meningkatnya prevalensi di negara-negara berpendapatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak terutama balita

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Tahun 2010 di Idonesia (Kemenes RI, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular mengutamakan aspek promotif dan preventif dengan membatasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab. Sementara menurut United Nations Childrens Foundation (UNICEF)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau. rekam medis. Menurut Huffman (1994), rekam medis adalah rekaman atau

UPTD PUSKESMAS KAMPAR KIRI

BAB III METODE PENELITIAN. rawat inap bangsal anak RSUD Panembahan Senopati Bantul. Data kuantitatif yang diambil

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. konstitusi WHO. Dalam upaya mewujudkan hak kesehatan pada setiap individu, pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat. Bayi baru lahir dan anak-anak merupakan kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan. masyarakat di Negara berkembang termasuk Indonesia dan

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tertinggi terjadi pada kelompok usia 1-4 tahun. (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tegaknya diagnosa hingga akhir kehidupan pasien (World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

BAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan.

HIV/AIDS 1 : 2 : 3 : 4 : ( PPRA

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Transkripsi:

Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita (WHO, 2013 & 2016). Sebanyak 760 ribu balita meninggal karena diare di tiap tahunnya (WHO, 2013). Angka mortalitas balita yang disebabkan diare sebesar 11% (UNICEF, 2012 dan WHO, 2013). Di Indonesia, diare merupakan penyebab utama kematian pada anak balita dengan persentase sebesar 25,2% (Riskesdas, 2008). Penyebab utama kematian bayi dan anak akibat diare adalah keadaan dehidrasi yang berat (SDKI, 2012). Menurut Soenarto (2010) diare akut pada balita paling banyak disebabkan oleh infeksi rotavirus. Salah satu penyebab dehidrasi karena ketidaksesuaian penatalaksanaan diare baik di pelayanan kesehatan maupun di rumah (Riskesdas, 2013). Hal tersebut ditunjukkan dengan cakupan penggunaan oralit dan zinc pada anak balita dengan diare di Indonesia sebesar 33,3% dan 16,9% (Riskesdas, 2013). Cakupan rehidrasi oral (oralit atau larutan gula garam) atau menambah cairan sebesar 66%, pemberian antibiotik sebesar 13%, pemberian obat tradisional atau lainnya sebesar 45%, dan tidak mendapat pengobatan sama sekali pada anak dengan diare sebesar 15% (SDKI, 2012). Penelitian di suatu RS Pendidikan menyebutkan bahwa 1

2 pemberian cairan pada anak diare sebesar 85%, makanan yang sesuai kurang dari 50%, pemberian zinc 64%, pemberian antibiotik 76% dan edukasi kurang dari 30% (Juffrie et al, 2013). Padahal menurut penelitian yang sama, pemberian antibiotik seharusnya hanya diberikan pada 7,6% dari seluruh kasus diare (Juffrie et al, 2013). Penelitian tentang ketidaksesuaian petugas terhadap tata laksana yang dilakukan Sidik et al. (2013) menunjukkan bahwa terdapat kelemahan untuk skor diare, yaitu rencana rehidrasi yang tidak jelas, cairan intravena diberikan pada semua kasus diare sedangkan oralit tidak diberikan, antibiotik dan antidiare masih diberikan pada diare cair. Penelitian yang dilakukan Hoque et al. (2012) di Bangladesh menunjukkan bahwa belum semua rumah sakit melakukan penilaian dehidrasi dengan benar, pemantauan rehidrasi sesuai tingkat dehidrasi, pemberian antibiotik secara selektif, dan anjuran untuk melanjutkan makan selama diare, belum dilakukan di rumah sakit. Penelitian yang dilakukan Weru et al. (2012) menunjukkan bahwa tata laksana diare akut di Garissa Provincial Hospital kurang yaitu pengkajian tanda klinis umum dan dokumentasi oleh dokter dan ketidaktepatan terapi rehidrasi serta penggunaan antibiotik. Menurut Riskesdas (2013) insidensi diare pada anak balita di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar 5,0%. Sedangkan insidensi diare pada anak balita secara nasional sebesar 6,7% (Riskesdas, 2013). Meskipun insidensi diare di DIY di bawah insidensi nasional namun terdapat peningkatan dalam jumlah kasusnya yaitu dari 64.857 kasus pada tahun 2011 menjadi 74.689 kasus pada tahun 2012 (Profil DIY, 2015). Hal tersebut diperkuat dengan laporan Surveilans Terpadu

3 Penyakit atau STP Puskesmas tahun 2013, kasus diare dilaporkan sebanyak 39.710 kasus dan tahun 2014 sebanyak 40.432 kasus (Profil DIY, 2015). Cakupan pemberian oralit di DIY menurut rekapitulasi laporan penemuan penderita atau P2 diare propinsi tahun 2009 sebesar 76,3%, dimana angka tersebut lebih rendah dari cakupan pemberian oralit Indonesia 87,73% (Kemenkes, 2011). Cakupan penggunaan oralit dan zinc pada anak balita dengan diare di DIY tahun 2013 sebesar 26,4% dan 12,6%, lebih rendah dibanding cakupan penggunaan oralit dan zinc secara nasional yaitu 33,3% dan 16,9% (Riskesdas, 2013). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kesesuaian penatalaksanaan diare di DIY belum optimal. Kasus diare di kabupaten Bantul pada tahun 2014 sebanyak 20.729 kasus atau 26,87% dari total kasus diare di DIY (Profil DIY, 2015). Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten yang memiliki jumlah kasus diare yang tinggi di DIY. RSUD Panembahan Senopati merupakan salah satu rumah sakit yang berada di kabupaten Bantul. Kabupaten Bantul merupakan kabupaten dengan luas wilayah terkecil yaitu 15,9% dari luas propinsi DIY (Profil DIY, 2015). Menurut data dari pelayanan rekam medis RSUD Panembahan Senopati didapatkan bahwa kasus diare pada balita menurun dari 473 kasus di tahun 2013 menjadi 310 kasus di September 2015 (Rekam medis RSUD Panembahan Senopati, 2015). Namun, diare masih merupakan penyakit yang menduduki peringkat 10 besar di daftar penyakit di RSUD Panembahan Senopati tahun 2013 (Dinas Kesehatan Bantul, 2014).

4 Dokter dan perawat mempunyai peran masing-masing dalam tata laksana diare. Dokter mempunyai peran sebagai penentu diagnosa medis, memilih dan meresepkan terapi yang tepat, melakukan monitoring dan tindak lanjut dalam panduan penatalaksanaan diare menurut WHO (2013). Menurut penelitian Asfianti et al. (2013) pemberian zinc yang diresepkan oleh dokter dapat menurunkan angka kejadian diare berulang pada anak. Sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya, menurut penelitian Pathak et al. (2011) dokter spesialis anak meresepkan antibiotik dan zinc dalam tata laksana diare akut pada anak di India. Perawat mempunyai peran sebagai pemberi asuhan keperawatan yang berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam penatalaksanaan diare. Perawat mempunyai peran sebagai pemberi pelayanan, kolaborator, pendidik dan pelindung hak pasien (Wardani, 2014). Selain itu perawat juga mempunyai peran dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang rehidrasi oral untuk mengatasi diare. Seperti penelitian Mazumder et al. (2010) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan tentang rehidrasi oral dan pemberian zinc yang diberikan kepada pengasuh dapat mengurangi diare secara efektif. Perawat juga berperan sebagai manager dalam sanitasi lingkungan. Menurut Wake dan Tolessa (2011) peran perawat sebagai manager dalam sanitasi lingkungan terbukti sangat efektif untuk menurunkan angka kejadian diare. Dari studi pendahuluan yang peneliti lakukan di bagian pelayanan medis dan bangsal anak RSUD Panembahan Senopati pada 26 Oktober 2015 dan 13 Februari 2016 mengenai penatalaksanaan diare akut dengan cara wawancara dan observasi

5 didapatkan bahwa RSUD Panembahan Senopati memiliki standar pelayanan medis atau SPM untuk diare akut. Hasil wawancara dengan petugas pelayanan medis didapatkan bahwa SPM belum diperbaharui, tidak tertulis tahun dan rujukan SPM. Hasil wawancara dengan perawat di bangsal anak RSUD Panembahan Senopati didapatkan bahwa pemberian terapi disesuaikan derajat dehidrasi dan jenis terapi, penimbangan berat badan hanya dilakukan di awal pasien masuk, pendidikan kesehatan yang diberikan secara general sesuai panduan yang disediakan, pemberian antibiotik dilakukan tanpa indikasi, panduan pengkajian gizi kosong, belum ada pemberian nasehat kepada orang tua mengenai kapan harus membawa kembali anaknya ke rumah sakit. Hasil observasi peneliti dari hasil rekam medis kasus diare pada balita didapatkan data ketidaksesuaian indikator dirawat inap pada tahun 2013 sebanyak 4,4% (21/473) kasus dengan diagnosis tunggal diare akut tanpa dehidrasi (Rekam medis RSUD Panembahan Senopati, 2013). Data ketidaksesuaian indikator dirawat inap pada tahun 2014 sebanyak 4,6% (17/369) kasus dengan diagnosis tunggal diare akut tanpa dehidrasi (Rekam medis RSUD Panembahan Senopati, 2014). Data ketidaksesuaian indikator dirawat inap pada tahun 2015 (Januari- September) sebanyak 9,7% (30/310) kasus dengan diagnosis tunggal diare akut balita tanpa dehidrasi (Rekam medis RSUD Panembahan Senopati, 2015). Berdasarkan hal-hal di atas, menunjukkan adanya ketidaksesuaian petugas kesehatan dalam penatalaksanaan diare akut tanpa dehidrasi pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati. Kesesuaian petugas kesehatan dalam

6 penatalaksanaan diare akut menjadi penting guna ketepatan dan keakuratan terapi serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Oleh karena itu, penelitian tentang evaluasi kesesuaian tatalaksana diare akut tanpa dehidrasi pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana tatalaksana dan apa yang menyebabkan pelaksanaan sesuai atau tidak sesuai. B. Perumusan Masalah Rumusan masalah yang diperoleh adalah bagaimanakah kesesuaian tata laksana diare akut tanpa dehidrasi pada anak balita oleh petugas kesehatan (dokter dan perawat) di RSUD Panembahan Senopati? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian dan mengeksplorasi penyebab ketidaksesuaian petugas kesehatan terhadap tata laksana diare akut tanpa dehidrasi pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati. Tujuan khusus penelitian ini adalah: a. Mengetahui kesesuaian tata laksana diare akut tanpa dehidrasi pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati dengan 8 indikator: indikasi rawat inap (mondok), anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, terapi rehidrasi, meneruskan makanan dan/atau ASI, antibiotik selektif, edukasi ke orang tua. b. Mengetahui penyebab ketidaksesuaian tata laksana diare akut tanpa dehidrasi pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati dari hasil

7 evaluasi rekam medis tata laksana diare akut tanpa dehidrasi pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati dengan 8 indikator di atas. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi Rumah Sakit Dengan dilakukannya penelitian mengenai evaluasi kesesuaian tata laksana diare akut tanpa dehidrasi pada anak balita di RS, maka akan diketahui tingkat kesesuaian dan penyebab ketidaksesuaian tata laksana diare akut tanpa dehidrasi pada anak balita di RS sehingga dapat memberikan evaluasi dan masukan bagi RS. 2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan Dengan dilakukannya penelitian mengenai evaluasi kesesuaian tata laksana diare akut tanpa dehidrasi pada anak balita di RS, maka akan memberikan gambaran mengenai kesesuaian dan penyebab ketidaksesuaian tata laksana diare akut tanpa dehidrasi pada anak balita di RS. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya. 3. Manfaat bagi peneliti Dengan dilakukannya penelitian mengenai evaluasi kesesuaian tata laksana diare akut tanpa dehidrasi pada anak balita di RS, maka akan memperoleh informasi ilmiah mengenai kesesuaian dan penyebab ketidaksesuaian tata laksana diare akut tanpa dehidrasi pada anak balita di RS dan pengembangan ilmu khususnya keperawatan anak.

8 E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian No Peneliti Judul Metode Hasil Persamaan Perbedaan 1 Sidik et al. (2013) 2 Hoque et al. (2012) 3 Weru et al. (2012) assessment of the quality of hospital care for children in Indonesia an assessment of care for children in eighteen randomly selected district and subdistrict hospitals in Bangladesh Audit Of Management Of Diarrhoea Among Children Aged 2-59 Months Admitted To Garissa Provincial Hospital stratified two staged random sampling Randomly selected district and subdistrict Retrospektif cross sectional dengan kuesioner terdapat kelemahan untuk skor diare, yaitu rencana rehidrasi yang tidak jelas, cairan intravena diberikan pada semua kasus diare sedangkan oralit tidak diberikan, antibiotik dan antidiare masih diberikan pada diare cair. belum semua rumah sakit melakukan penilaian dehidrasi dengan benar, pemantauan rehidrasi sesuai tingkat dehidrasi, pemberian antibiotik secara selektif, dan anjuran untuk melanjutkan makan selama diare, belum dilakukan di rumah sakit. Terdapat kekurangan dalam tata laksana diare akut di Garissa Provincial Hospital yaitu pengkajian tanda klinis umum dan dokumentasi oleh dokter dan ketidaktepatan terapi rehidrasi serta penggunaan antibiotik. Salah satu tujuan penelitian ini adalah menilai penatalaksanaan diare di RS tujuan penelitian ini adalah menilai penatalaksanaan diare di RS tujuan penelitian ini adalah menilai penatalaksanaan diare di RS Desain eksplanatoris sekuensial, dan penelitian RSUD Panembahan Senopati DKT tempat di Desain eksplanatoris sekuensial, DKT dan tempat penelitian di RSUD Panembahan Senopati DKT tentang kesesuaian dan tempat penelitian di RSUD Panembahan Senopati