PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK LEMURU DAN MINYAK SAWIT DALAM RANSUM TERHADAP RASIO ASAM LEMAK OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM TELUR BURUNG PUYUH

dokumen-dokumen yang mirip
ARTIKEL PENGARUH PEMBERIAN MIKROKAPSUL MINYAK IKAN DALAM RANSUM PUYUH TERHADAP PERFORMA PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR. Oleh : SESTILAWARTI

Pengaruh Pemberian Mikrokapsul Minyak Ikan dalam Ransum Puyuh terhadap Performa Produksi

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

PENGARUH PENGGUNAAN POLLARD DAN ASAM AMINO SINTETIS DALAM PAKAN AYAM PETELUR TERHADAP KONSUMSI PAKAN, KONVERSI PAKAN, DAN PRODUKSI TELUR

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

PEMBERIAN PAKAN TERBATAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERFORMA AYAM PETELUR TIPE MEDIUM PADA FASE PRODUKSI KEDUA

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS AWAL PENELURAN BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

DEPOSISI ASAM LEMAK OMEGA-3 PADA TELUR AYAM LOHMAN BROWN AKIBAT PEMBERIAN MINYAK IKAN LEMURU (Sardinella longiceps)

KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER. Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

HASIL DAN PEMBAHASAN

EFFECT OF ADDITION OF DURIAN SEED MEAL IN FEED TO THE FEED CON- SUMPTION, HEN DAY PRODUCTION AND FEED CONVERSION ON QUAIL (Coturnix-coturnix japonica)

Suplementasi Tepung Jangkrik Sebagai Sumber Protein Pengaruhnya Terhadap Kinerja Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

PENGGUNAAN POLLARD DENGAN ASAM AMINO SINTESIS DALAM PAKAN AYAM PETELUR TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KUALITAS FISIK TELUR

Gambar 2. Denah Lokasi Pemeliharaan

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

Efektivitas Penambahan Zeolit dalam Ransum terhadap Performa Puyuh Petelur Umur 7-14 Minggu

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang 2. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung ABSTRAK

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

PENGARUH SUBTITUSI MINYAK SAWIT OLEH MINYAK IKAN LEMURU DAN SUPLEMENTASI VITAMIN E DALAM RANSUM AYAM BROILER TERHADAP PERFORMANS.

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

Denny Rusmana Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung

PERFORMA PRODUKSI TELUR PUYUH (Coturnix coturnix japonica) YANG DI PELIHARA PADA FLOCK SIZE YANG BERBEDA

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

T. Widjastuti dan R. Kartasudjana Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung ABSTRAK. ); 85% ad libitum (R 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

PENAMBAHAN GRIT KERANG DAN PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP KUALITAS KERABANG TELUR AYAM ARAB (Silver brakel Kriel)

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

Pengaruh Penambahan Lisin dalam Ransum terhadap Berat Hidup, Karkas dan Potongan Karkas Ayam Kampung

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

Yosi Fenita, Irma Badarina, Basyarudin Zain, dan Teguh Rafian

PENGARUH SUPLEMENTASI MINYAK IKAN LEMURU DAN L-KARNITIN DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN PROTEIN DAN LEMAK KASAR ITIK LOKAL JANTAN (Anas plathyrynchos)

PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C PADA PAKAN NON KOMERSIAL TERHADAP EFISIENSI PAKAN PUYUH PETELUR

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

I. Mangisah, I. Estiningdriati, dan S. Sumarsih Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN CAMPURAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN ONGGOK TERFERMENTASI OLEH

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

EFEK LAMA WAKTU PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING FINISHER

KANDUNGAN LEMAK KASAR, BETN, KALSIUM DAN PHOSPOR FESES AYAM YANG DIFERMENTASI BAKTERI Lactobacillus sp

Performans produksi burung puyuh (Coturnixcoturnix japonica) dengan perlakuan tepung limbah penetasan telur puyuh

EFEK PAKAN DENGAN PENAMBAHAN BERBAGAI MINYAK TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR

ISBN: Seminar Nasional Peternakan-Unsyiah 2014

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

PERFORMANS PRODUKSI TELUR AYAM ARAB AKIBAT PEMBERIAN RANSUM BERBEDA TARAF PROTEIN SAAT PERTUMBUHAN

PENGARUH SUPLEMENTASI BETAIN DALAM RANSUM RENDAH METIONIN TERHADAP KUALITAS TELUR PUYUH (Coturnix coturnix japonica) Jurusan/Program Studi Peternakan

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

PENGARUH PENUNDAAN PENANGANAN DAN PEMBERIAN PAKAN SESAAT SETELAH MENETAS TERHADAP PERFORMANS AYAM RAS PEDAGING ABSTRACT

PENGARUH PENAMBAHAN FITASE DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BURUNG PUYUH PETELUR (Coturnix coturnix japonica)

PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN E PADA RANSUM TERHADAP FERTILITAS PUYUH. Endah Subekti Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim

ABSTRAK. Denny Rusmana dan *W. G. Pilliang Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang Km 21 Jatinangor

M. Datta H. Wiradisastra Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung ABSTRAK

PENGGUNAAN PAKAN FUNGSIONAL MENGANDUNG OMEGA 3, PROBIOTIK DAN ISOLAT ANTIHISTAMIN N 3 TERHADAP BOBOT DAN INDEKS TELUR AYAM KAMPUNG

PENGARUH PEMBERIAN TINGKAT PROTEIN RANSUM PADA FASE GROWER TERHADAP PERTUMBUHAN PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

PENGARUH PENAMBAHAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL

2ooG KUALITAS FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING AYAM BROILER YANG RANSUMNYA DIBERI PENAMBAHAN MINYAK IKAN YANG MENGANDUNG OMEGA3 SKRIPSI MAD TOBRI

Pemberian Tepung Daun Lamtoro (Leucaena Leucocephala) Dalam Ransum Terhadap Performans Burung Puyuh (Coturnix-coturnix Javonica) Nova Sarah Pardede

PERBEDAAN JUMLAH PEMBERIAN RANSUM HARIAN DAN LEVEL PROTEIN RANSUM TERHADAP PERFORMAN AYAM PETELUR UMUR MINGGU

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 1 Maret 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

SUBSITUSI DEDAK DENGAN POD KAKAO YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger TERHADAP PERFORMANS BROILER UMUR 6 MINGGU

PENGARUH PENUNDAAN PENANGANAN DAN PEMBERIAN PAKAN SESAAT SETELAH MENETAS TERHADAP PERFORMANS AYAM RAS PEDAGING ABSTRACT

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

Respon Broiler terhadap Pemberian Ransum yang Mengandung Lumpur Sawit Fermentasi pada Berbagai Lama Penyimpanan

KUALITAS KIMIA DAGING AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER

Sudjatinah, H.T. Astuti dan S. S. Maryuni Fakultas Peternakan Universitas Semarang, Semarang ABSTRAK

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian

PENGGUNAAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGI DAN KOMBINASINYA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH

Dulatip Natawihardja Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG LIMBAH PENGALENGAN IKAN DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BROILER. Arnold Baye*, F. N. Sompie**, Betty Bagau**, Mursye Regar**

PENGARUH TINGKAT PROTEIN DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN ENTOK LOKAL (Muscovy Duck) PADA PERIODE PERTUMBUHAN. W. Tanwiriah, D.Garnida dan I.Y.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 28 April 2016 di CV.

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

Oleh : Gilang Nursandhi*), Achmad Marzuki**) dan Suratno***)

Penggunaan Ampas Sagu Ampas Tahu Fermentasi dengan Monascus purpureus dalam Ransum Terhadap Performa Puyuh Petelur

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

NILAI ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER PERIODE FINISHER YANG DISUPLEMENTASI DENGAN DL-METIONIN SKRIPSI JULIAN ADITYA PRATAMA

Performans Produksi Telur Itik Talang Benih pada Fase Produksi Kedua Melalui Force Moulting

R. T. Hertamawati Jurusan Peternakan Politeknik Negeri Jember, Jember ABSTRAK. Kata kunci : pembatasan pakan, produksi telur, fase grower, puyuh

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN TEPUNG IKAN RUCAH NILA (Oreochromis niloticus) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BURAS

Ade Trisna*), Nuraini**)

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal

THE EFFECT OF LIGHT COLOR ON FEED INTAKE, EGG PRODUCTION, AND FEED CONVERSION OF JAPANESE QUAIL (Coturnix-coturnix japonica) ABSTRACT

Transkripsi:

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK LEMURU DAN MINYAK SAWIT DALAM RANSUM TERHADAP RASIO ASAM LEMAK OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica) [The Effects of Sardine and Palm Oil in Rations on the Ratio of Omega-3 to Omega-6 Fatty Acids in Eggs of Coturnix coturnix japonica] H. Suripta dan P. Astuti Akademi Peternakan Karanganyar, Surakarta Received September 11, 2006; December 29, 2006 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan minyak lemuru dan minyak sawit dalam ransum terhadap rasio asam lemak omega-3 dan omega-6 dalam telur burung puyuh (Coturnix coturnix japonica). Penelitian dilakukan di UPT APEKA Karanganyar selama 5 bulan dengan menggunakan burung puyuh sebanyak 210 ekor, terbagi menjadi 7 perlakuan dan 3 ulangan, masing-masing ulangan 10 ekor. Perlakuan yang diterapkan adalah : T1 = ransum kontrol, berupa pakan puyuh komersial; T2 = berupa pakan campuran terdiri dari dedak, jagung dan konsentrat; T3 = ransum T2 ditambah minyak sawit 8%; T4 = ransum T2 ditambah minyak sawit 6% dan minyak lemuru 2%; T5 = ransum T2 ditambah minyak sawit 4% dan minyak lemuru 4%; T6 = ransum T2 ditambah minyak sawit 6% dan minyak lemuru 2% dan T7 = ransum T2 ditambah minyak lemuru 8%. Variabel yang diamati adalah konsumsi pakan, konsumsi protein, produksi telur, berat telur, kandungan kolesterol, omega-3 dan omega-6 telur. Data yang diperoleh dianalisis variansi menggunakan rancangan acak lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan minyak lemuru dalam pakan secara nyata menurunkan konsumsi pakan, konsumsi protein, konsumsi energi, produksi telur, konversi pakan dipengaruhi secara nyata (P<0,01). Berat telur rata-rata 9,44 gram per butir, tidak dipengaruhi oleh perlakuan. Kandungan kolesterol telur burung puyuh semakin menurun berkorelasi positif dengan adanya minyak sawit dan minyak lemuru dalam pakan. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan minyak lemuru dalam pakan dapat memperbaiki rasio omega-3 omega-6 dalam telur. Kata kunci : minyak sawit, minyak lemuru, rasio Omega-3:-Omega-6, telur burung puyuh. ABSTRACT The objective of this experiment was to evaluate the effect of sardine and palm oil in the ration on the performance and ratio of omega-3 to omega-6 fatty acids in egg of Japanese quail. The 210 quail were divided randomly into 7 groups and were fed on : T1 = commercial feed; T2 = rice bran + corn + concentrate; T3 = T2 + 8 % palm oil; T4 = T2 + 6 % palm oil and 2 % sardine oil; T5 = T2 + 4 % palm oil and 4 % sardine oil; T6 : T2 + 2 % palm oil and 6 % sardine oil; and T7 = T2 + 8 % sardine oil, respectively. The experimental treatments were arranged in a completely randomized design. The results showed that the consumption, egg production, and feed conversion were significantly different (P<0.01) among treatments. The use of palm and sardine oil in the ration decreased cholesterol content but it increased Omega-3 and Omega-6 fatty acids in egg. The inclusion of sardine oil in the ration could improve the ratio of Omega-3 to Omega-6 fatty acids in the egg. Keywords : sardine oil, palm oil,omega-3, Japanese quail egg 22 J.Indon.Trop.Anim.Agric. 32 [1] March 2007

PENDAHULUAN Sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk, meningkatnya kesadaran pentingnya gizi bagi kehidupan serta meningkatnya pendapatan masyarakat, maka per-mintaan protein hewani asal ternak meningkat pula. Salah satu produsen protein hewani yang potensial adalah burung puyuh (Coturnix coturnix japonica). Sebagai penghasil telur, burung puyuh cukup potensial, namun begitu kandungan kolesterol telur burung puyuh cukup tinggi. Kandungan kolesterol ransum ternyata ada hubungan-nya dengan kadar kolesterol telur. Ada indikasi bahwa meningkatnya konsentrasi kolesterol dalam ransum juga meningkatkan kadar kolesterol telur. Pendapat umum menyatakan bahwa kelebihan kadar kolesterol dapat diturunkan dengan mengurangi konsumsi kolesterol pakan dan menambah konsumsi asam lemak tak jenuh yang berikatan rangkap lebih dari satu. Bahan penyusun ransum unggas (termasuk burung puyuh) umumnya adalah terdiri dari 70% bahan sumber energi dan 25% sumber protein. Minyak merupakan sumber energi, yang disamping keberadaannya cukup melimpah juga cukup mengandung asam lemak esensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Minyak lemuru (Sardinella longiceps) merupakan hasil samping industri pengalengan ikan lemuru yang cukup melimpah dan pemanfaatannya belum optimal dan berpotensi sebagai sumber asam lemak omega-3 (Estiasih, 1996), sedangkan minyak sawit yang mengandung omega-6 cukup tinggi (NRC, 1994) banyak tersedia di pasaran dengan harga yang cukup murah. Pemanfaatan Omega-3 dalam pakan tergantung pada keseimbangan asam lemak lainnya, terutama imbangan Omega-6 dan Omega-3 agar dapat diabsorbsi secara optimal (Leeson dan Atteh, 1995). Oleh sebab itu, untuk melihat optimalitas penggunaan minyak lemuru digunakan minyak lain sumber Omega- 6 yaitu minyak sawit sebagai bahan penyusun ransum. Di sisi lain, kandungan nutrisi telur sangat tergantung pada pakan yang diberikan. Walaupun kandungan gizi dalam telur burung puyuh lengkap berupa protein, lemak, vitamin dan mineral, tetapi kandungan kolesterolnya sangat tinggi (3600 mg/10 g). Kekhawatiran terhadap kolesterol bila mengkonsumsi telur, menyebabkan banyak dilakukan penelitian untuk menurunkan kolesterol telur, tetapi hasilnya kurang memuaskan. Penggunaan minyak ikan lemuru dalam ransum ayam pedaging ternyata dapat menurunkan kadar lemak dan kolesterol daging, tetapi sebaliknya menurunkan kinerja ayam (Supadmo, 2000). Penggunaan kedua jenis minyak, baik secara sendirisendiri maupun kombinasinya telah diteliti pada ayam petelur. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan minyak lemuru mampu menurunkan kandungan kolesterol telur dan meningkatkan kandungan Omega- 3 secara signifikan, sedang kombinasi kedua jenis minyak (2% minyak lemuru dan 6% minyak sawit) memberikan hasil telur dengan produksi dan kualitas telur yang baik dan rasio Omega-3 dan Omega-6 dalam telur yang seimbang (Sulistiawati, 1998). Farrel (1995) melaporkan bahwa penggunaan Omega-3 dalam ransum ayam akan menurunkan konsumsi dan efisiensi pakan dibanding dengan ransum komersial, tetapi apakah hal serupa terjadi pada burung puyuh masih perlu diteliti lebih lanjut.salah satu fungsi Omega-3 adalah menghambat biosintesis kolesterol, sehingga keberadaan Omega-3 dalam ransum burung puyuh dapat digunakan untuk melihat sejauh mana penurunan kolesterol dalam telur. Parakkasi (1983) menyatakan bahwa kombinasi beberapa sumber asam lemak menghasilkan energi yang berbeda dibandingkan pemberian sumber asam lemak secara sendiri-sendiri. Oleh karena itu, penggunaan minyak sawit dan minyak lemuru dalam ransum burung puyuh dilakukan dengan Tabel 1. Komposisi Pakan Penelitian Pakan Puyuh Petelur (%) Konsentrat Jagung Bekatul Minyak sawit Minyak Lemuru Protein Kasar T1 100 0 0 0 0 0 21 T2 0 50 30 20 0 0 21,1 T3 0 50 30 20 8 0 21,1 T4 0 50 30 20 2 6 21,1 T5 0 50 30 20 4 4 21,1 T6 0 50 30 20 2 6 21,1 T7 0 50 30 20 0 8 21,1 The Ratio of Omega-3 to Omega-6 Fatty Acids in Eggs of Coturnix coturnix japonica [Suripta and Astuti] 23

tujuan untuk menghasilkan telur yang kaya asam lemak esensial, terutama Omega-3 dengan kandungan kolesterol yang rendah dan dalam batas tidak mengganggu kinerja burung puyuh. Penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh penggunaan minyak lemuru dan minyak sawit dalam ransum baik secara sendiri-sendiri maupun kombinasinya terhadap kinerja burung puyuh dan kandungan asam lemak Omega-3 dalam telurnya. Disamping itu, agar dapat diketahui kombinasi yang paling tepat antara kedua minyak dalam ransum untuk menghasilkan telur dengan kandungan Omega-3 tinggi, kadar kolesterol rendah tanpa mengganggu kinerja burung puyuh. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan di Unit Praktek Ternak (UPT) Akademi Peternakan Karanganyar dan analisis kimia dilakukan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Pusat Antar Universitas, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dalam penelitian ini digunakan burung puyuh betina umur 10 minggu sebanyak 210 ekor. Burung puyuh selanjutnya secara acak dimasukkan ke dalam 21 unit kandang kelompok masing-masing 10 ekor. Setiap 3 unit kandang yang masing-masing sebagai ulangan digunakan untuk satu perlakuan ransum (7 kelompok perlakuan, masing-masing 3 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 10 ekor burung puyuh). Kandang yang digunakan berukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 25 cm, dengan konstruksi kawat ram 1 cm. Bahan penyusun ransum terdiri dari minyak lemuru (PT. Maya Muncar, Banyuwangi), minyak sawit (PT. Intiboga Sejahtera, Jakarta) dan konsentrat ayam petelur komersial produksi PT Charoen Pokphan, jagung kuning, dedak padi halus, dengan perbandingan 50% : 30% dan 20% dan pakan puyuh petelur produksi PT. Comfeed sebagai kontrol. Ransum perlakuan disusun berdasarkan hasil analisis proksimat bahan pakan penyusun ransum dan persyaratan kebutuhan nutrisi burung puyuh (NRC, 1994). Ransum diberikan 2 kali sehari sekitar pukul 07.00 pagi dan pukul 14.00 sore secara ad libitum. Perlakuan yang diterapkan adalah : T1 = ransum kontrol, berupa pakan puyuh komersial; T2 = pakan campuran terdiri dari dedak, jagung dan konsentrat; T3 = ransum kontrol T2 ditambah minyak sawit 8%; T4 = ransum T2 ditambah minyak sawit 6% dan minyak lemuru 2%; T5 = ransum T2 ditambah minyak sawit 4% dan minyak lemuru 4%; T6 = ransum T2 ditambah minyak sawit 6% dan minyak lemuru 2% dan T7 = ransum T2 ditambah minyak lemuru 8%. Burung puyuh dipelihara selama 14 minggu (2 minggu masa pra perlakuan ditambah 12 minggu masa perlakuan). Variabel yang diamati meliputi konsumsi pakan (g/ekor/hari; North, 1984), konsumsi protein (g/ ekor/hari, North, 1984), produksi telur (% QDA/ quail day average ; Roospitasari, 1982), berat telur (gram) dan konversi pakan dengan membandingkan konsumsi pakan (g/ekor/hari) dengan egg mass (% QDA x berat telur (g)), rasio asam lemak (Omega-3 dan Omega-6) telur, kolesterol telur. Analisis kimia untuk penentuan asam lemak (Omega-3 dan Omega-6) telur, asam lemak ransum perlakuan (Omega-3 dan Omega-6) dan kolesterol telur dilakukan setelah 4 minggu perlakuan. Data yang diperoleh diuji dengan sidik ragam dan bila terjadi perbedaan selanjutnya diuji dengan uji wilayah berganda dari Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Rata-rata konsumsi pakan burung puyuh pada penelitian ini adalah 15,4 ± 1,13 g/ekor/hari (Tabel 2). Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa konsumsi pakan dipengaruhi oleh penambahan minyak sawit dan minyak lemuru dalam pakan. Konsumsi pakan tertinggi adalah T1, T2, T3, T7 dan T4, berbeda sangat nyata dengan T6 dan terendah adalah T5. Forbes (1986) menyatakan bahwa peningkatan lemak dapat menurunkan konsumsi pakan, sedangkan Brue dan Latshaw (1985) menyatakan bahwa perbedaan komposisi asam lemak juga mempengaruhi konsumsi pakan. Dalam penelitian ini tampaknya perbedaan kandungan lemak bukan merupakan faktor utama yang mempengaruhi rendahnya konsumsi pakan pada T5, karena kandungan lemak relatif sama dengan perlakuan yang lain yang menunjukkan tidak ada perbedan konsumsi protein. Kandungan energi juga merupakan faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan (Damron dan Sloan, 1990). Pada penelitian ini kandungan energi baik kontrol maupun perlakuan masih dalam ambang batas kecukupan, tetapi pakan yang mengandung minyak lemuru maupun minyak sawit-lemuru mungkin mengalami penurunan 24 J.Indon.Trop.Anim.Agric. 32 [1] March 2007

Tabel 2. Rata-rata Konsumi Pakan, Produksi Telur, Berat Telur, dan Konversi Pakan T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 Konsumsi pakan 16,46 0,07 a 16,25 0,04 a 15,97 0,27 ab 15,42 0,26 ab 13,17 0,28 c 14,78 0.87 b 15,75 0,34 a (g/ek/hari) Konsumsi protein 3,45 0,02 a 3,45 0,01 a 3,39 0,06 a 3,27 0,05 ac 2,79 0,06 b 3,14 0,18 c 3,36 0,07 ac (g/ek/hari) Produksi telur (%) 65,01 3,76 a 55,36 7,78 a 50,46 6,45 b 41,60 3,29 cb 32,47 4,91 c 30,75 3,48 d 54,89 3,67 a Berat telur (g) 9,65 0,51 9,65 0,70 9,13 0,56 9,88 0,23 9,75 0,26 9,09 0,21 8,93 0,78 Konversi pakan 2,63 0,15 a 3,09 0,43 ab 3,53 0,67 ab 3,77 0,40 ab 4,22 0,40 bc 5,37 0,60 c 3,19 0,12 ab Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata (P<0,05). palatabilitas, karena pakan menjadi lebih lengket dan bau menjadi amis. Konsumsi Protein Rata-rata konsumsi protein burung puyuh adalah 3,33 ± 0,24 g/ekor/hari. Konsumsi protein berkorelasi positif dengan konsumsi pakan, karena kandungan protein untuk masing-masing perlakuan adalah sama. Tetapi tampaknya ada perbedaan yang bermakna pada T6 dan T5 dengan perlakuan yang lain. T5 memperoleh asupan protein terkecil disusul T6 dan disusul perlakuan yang lain. Dari data tersebut menunjukkan bahwa puyuh yang diberi minyak lemuru menunjukkan asupan protein menurun. Diduga dalam hal ini penurunan konsumsi energi dan konsumsi pakan merupakan pembatas utama, karena meningkat dan menurunnya asupan protein seiring dengan menurun atau meningkatnya konsumsi pakan. Produksi Telur Rata-rata produksi telur burung puyuh pada penelitian ini adalah 47,22 ± 12,73%. Produksi telur terendah ditemukan pada T6 yaitu 30,75 ± 3,48%, T5 sedikit diatasnya (32,47± 4,91), sedangkan tertinggi dicapai oleh puyuh kontrol (65,01 ± 3,76 %). Tampaknya pemberian minyak (lemuru maupun sawit) mempunyai efek menurunkan produksi telur. Hal ini tampaknya ada hubungannya dengan menurunnya konsumsi pakan, asupan protein dan energi serta asam lemak yang terkandung di dalamnya. Menurut Leeson dan Atteh (1995), produksi telur dipengaruhi oleh kombinasi asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh dalam ransum, dimana sinergisme keduanya memberikan pengaruh biologis pada batas maksimum tertentu. Pada penelitian ini tampaknya kombinasi 4% minyak lemuru dan 4% minyak sawit memberikan hasil yang paling mengecewakan, sedangkan perlakuan yang lain tidak pula meningkatkan produksi puyuh. Diduga kombinasi yang diberikan telah melewati ambang batas sinergisme sesuai yang dikemukakan oleh Leeson dan Atteh (1995). Berat Telur Rata-rata berat telur burung puyuh pada penelitian ini adalah 9,44 ± 0,38 g per butir. Berat telur dari semua perlakuan menunjukkan hasil tidak berbeda nyata. Semua berat telur pada batas-batas normal, hal ini berarti bahwa semua puyuh menunjukkan kinerja yang normal/standar. Menurut Leeson dan Summer (1991), berat telur dipengaruhi oleh asam linoleat dan metionin. Asam linoleat mengontrol protein dan lipida yang diperlukan untuk perkembangan folikel dan secara langsung mengontrol ukuran telur (March dan McMillan, 1990). Tidak adanya perbedaan pada penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan asupan asam lemak khususnya linoleat, sehingga berat telur tidak terpengaruh, walaupun dari sisi produksi ada perbedaan. Konversi Pakan Konversi pakan burung puyuh pada penelitian ini adalah 3,68 ± 0,91. Konversi pakan terbaik dicapai oleh puyuh kontrol (2,63) dan paling tidak efisien T6 (5,37) yang terdapat perbedaan yang bermakna, sedangkan perlakuan lainnya berada diantara keduanya dan tidak berbeda nyata. Konversi pakan yang tinggi pada perlakuan nampaknya ada kaitannya The Ratio of Omega-3 to Omega-6 Fatty Acids in Eggs of Coturnix coturnix japonica [Suripta and Astuti] 25

Tabel 3. Kandungan Kolesterol dan Asam Lemak Telur Burung Puyuh T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 Kolesterol 120,32 109,00 119,05 61,24 55,14 55,01 54,82 (mg/100 g) Omega-3 0,044 0,061 0,037 1,536 1,648 1,675 1,703 (%) Omega-6 1,062 1,254 22,431 20,042 19,250 18,932 18,674 (%) Rasio O=3 : O-6 1 : 24 1 : 21 1: 122,5 1 : 13 1 : 11,7 1 : 11,3 1 : 11 dengan egg mass yang relatif sama untuk semua perlakuan, sedangkan konsumsi pakan berbeda. Pakan kontrol merupakan pakan yang paling seimbang nutrientnya dan paling efisien untuk menghasilkan telur. Menurut Listyowati dan Roospitasari (1995), konversi pakan burung puyuh umur 16 minggu adalah 2,63 sampai 3,83. Dengan demikian konversi pakan yang dicapai pada penelitian ini masih dalam batas efisiensi pakan. Kandungan Kolesterol dan Asam Lemak Kandungan kolesterol telur rata-rata pada burung puyuh tanpa pemberian minyak adalah 114,66 mg/100 g (Tabel 3), sedangkan burung puyuh yang diberi pakan tambahan minyak mengandung kolesterol 69,05 mg/100 g. Kandungan kolesterol terendah dicapai oleh T7 (54,82 mg/100 g) diikuti oleh puyuh yang diberikan perlakuan minyak lemuru (T6, T5, T4), yang hanya mengandung sekitar 50% dari kolesterol puyuh kontrol (T1 = 120,32 mg/100 mg dan T2 = 109 mg/100 mg) (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan minyak lemuru berperan menurunkan kandungan kolesterol telur puyuh.penurunan tersebut berkaitan dengan semakin meningkatnya Omega-3 pada ransum yang mengandung minyak lemuru dapat menurunkan kolesterol telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Parks et al. (1989) yang disitasi oleh Griffin (1992) bahwa Omega-3 dapat menghambat terjadinya biosintesis kolesterol serta menurunkan VLDL-kolesterol dan trigliserida plasma. Jiang dan Sim (1991) menyatakan bahwa faktor yang menentukan kandungan kolesterol dalam telur adalah berat kuning telur, kuning telur yang kecil mengandung kholesterol yang lebih rendah dibanding kuning telur yang besar. Rasio Omega-3 : Omega-6 terbaik dicapai oleh T7 diikuti T6, T5 dan T4 (Tabel 3). Hal ini tampak peran minyak lemuru dalam meningkatkan kandungan omega 3 telur. Pada penelitian ini terlihat bahwa semakin tinggi kandungan minyak lemuru semakin kecil kandungan kolesterol telur. Namun hal itu tidak diketahui apakah kandungan kolesterol menurun selaras dengan menurunnya ukuran kuning telur atau memang kandungan kolesterolnya yang menurun dengan ukuran kuning telur yang sama. Kandungan Omega-3 (ALA, EPA, DHA) meningkat cukup signifikan seiring meningkatnya minyak lemuru, sedangkan kandungan Omega-6 terjadi lonjakan yang sangat tinggi dari hanya 1,62% pada puyuh kontrol menjadi 22,43% pada T3 (puyuh dengan minyak sawit) dan semakin menurun seiring dengan menurunnya kandungan minyak sawit, tetapi tetap tinggi pada T7, walaupun tanpa minyak sawit. Di sini terlihat bahwa minyak lemuru juga berpengaruh terhadap kandungan Omega-6 telur, disamping berpengaruh terhadap peningkatan Omega-3. Peningkatan Omega-3 ini sesuai dengan penelitian Marshal et al. (1994) yang disitasi oleh Leskanich dan Noble (1997) bahwa ransum yang menggunakan 1,5% minyak menhaden dapat meningkatkan Omega- 3 dibanding ransum kontrol. Asam linoleat (Omega- 6) pada telur semakin menurun seiring menigkatnya kandungan Omega-3, hal ini diduga tingginya Omega- 3 akan menghambat sintesis Omega-6, sesuai dengan pendapat Murray et al. (1995) bahwa biosintesis Omega-3 akan menghambat biosintesis Omega-6 dengan cara berkompetisi untuk sistem enzim yang sama. Rasio Omega-3 dan Omega-6 dalam telur menunjuk-kan telur dari ransum yang mengandung minyak sawit dan lemuru mempunyai rasio yang kecil dibanding kontrol. Menurut Leeson dan Atteh (1995), rasio yang baik antara Omega-3 dan Omega-6 adalah 1 : 5. Pada penelitian ini rasionya sekitar 1 : 10 pada puyuh perlakuan, sedangkan pada kontrol 1 : 20. Hal ini berarti pemberian minyak lemuru dan atau minyak sawit mampu manurunkan rasio Omega-3 dan Omega-6 menjadi hanya separuhnya, walaupun belum bisa diperoleh rasio yang paling baik (1:5). Kenaikan Omega-3 dalam telur akibat pemberian minyak lemuru dari 0,0044% pada T1 menjadi 1,703% ini sesuai dengan hasil penelitian Caston dan Leeson (1990), 26 J.Indon.Trop.Anim.Agric. 32 [1] March 2007

yang disebabkan oleh meningkatnya DHA, EPA dan ALA. KESIMPULAN Penggunaan minyak lemuru dan minyak sawit cenderung menurunkan produksi, konsumsi pakan dan efisiensi pakan. Penggunaan minyak lemuru mampu menurunkan kolesterol telur dan meningkatkan kandungan Omega-3 dan Omega-6 dengan rasio yang lebih seimbang. DAFTAR PUSTKA Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas Kemajuan Mutakhir. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Brue, R. N. and J. D. Latshaw. 1985. Energy utilization by broilers chicken as affected by various fats and fats levels. Poultry Sci. 69 : 1617 1620. Caston, L., and Leeson. 1990. Researh note : dietary flax and egg composition. Poultry Sci. 69 : 1617 1620. Estiasih, T. 1996. Mikroenkapsulasi Konsentrat Asam Lemak Omega-3 dari Limbah Cair Pengalengan Ikan Lemuru (Sardinella longiceps). Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Damron, B. L., and R. Sloan. 1990. Reseach note : energy supplementation of laying hen feed and drinking water. Poultry Sci. 69 : 1806-1808. Farrell, D. J. 1995. The Heart Smart Egg : Why It is Good for You. Proceedings The 2 nd Poultry Science Symposium of WPSA Indonesian Branch. p: 10-20. Forbes, J. M. 1986. The Voluntary Food Intake of Farm Animal. Butterworths, London, Toronto, Wellington. Griffin, H. D. 1992. Manipulation of egg yolk cholesterol : a physiologist s view. World Poultry Sci. J. 48 : 102-112. Jiang, Z. and J. S. Sim. 1991. Research note : egg cholesterol values in relation to the age of laying hens and yolk weights. Poult. Sci. 70 : 1838 1841. Leeson, S., and J. O Atteh. 1995. Utilization of fats and fatty acids by Turkey poults. Poultry Sci. 74 : 2003-2010. Leeson, S., and J. D. Summer. 1991. Commercial Poultry Nutrition. University Books, Guelph, Ontario, Canada. Leskanich, C. O. and R. C. Noble. 1997. Manipulation of the n-3 polyunsaturated fatty acid composition of avian eggs and meat. World Poultry Sci. J. 53 : 155 183. Listiyowati, E. dan K. Roospitasari. 1995. Puyuh, Tatalaksana Budidaya secara Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta. March, B. E., and C. MacMillan, 1990. Linoleic acids as a mediator of egg size. Poultry Sci. 69 : 634-639. Murray, R. K., D. K. Ganner, P. A. Mayes and V. W. Rodwell. 1995. Biokimia Harper. EGC, Jakarta. NRC. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. 9 th Ed. National Academy Press, Washington D.C. North, M. O. 1984. Commercial Chicken Production Manual. 3 ed Avi Publishing Company, Inc., Wesport Connecticut. Nugroho, E. dan I. G. K. Majun. 1981. Beternak Burung Puyuh. Eka Offset. Semarang. Parakkasi, A. 1983. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. UI Press, Jakarta. Prawirokusumo, S. 1993. Ilmu Gizi Komparatif. BPFE, Yogyakarta. Roospitasari. 1982. Puyuh. Tata Laksana secara Komersial. Panebar Swadaya. Jakarta. Supadmo. 2000. Penggunaan Minyak Ikan Lemuru dalam Ransum sebagai Sumber Asam Lemak Omega-3 untuk Memperbaiki Kualitas Lemak Daging Broiler. Buku Panduan dan Kumpulan Abstrak Seminar Nasional, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sulistiawati, D. 1998. Pengaruh Penggunaan Minyak Lemuru dan Minyak Sawit dalam Ransum terhadap Kinerja Ayam dan Kandungan Lemak Omega-3 dalam Telur. Tesis S-2. Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Van Elswyk, M. E. 1997. Nutritional physiological effects of flax seed in diets for laying fowl. World Poultry Sci. J. 53 : 253-264. Wahyu, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. The Ratio of Omega-3 to Omega-6 Fatty Acids in Eggs of Coturnix coturnix japonica [Suripta and Astuti] 27