Perilaku orang tua yang otoriter antara lain:

dokumen-dokumen yang mirip
Fungsi Keluarga dalam Pendidikan. Keluarga yang telah terbentuk mempunyai fungsifungsi yang sangat erat sekali dengan keluarga kehidupan itu sendiri

1. Pendidikan anak dalam Keluarga a. Pengertian keluarga Keluarga adalah kesatuan unit terkecil di dalam masyarakat dan merupakan suatu lembaga yang

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. pertama-tama dari orang tua (keluarga) dan anggota keluarga lainnya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah dan ibu, dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yang isinya disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB II KAJIAN TEORI. pemegang kedudukan tertentu. Misalnya dalam pemerintahan, perilaku. masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, dan mendisiplinkan, serta melindungi anak untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

KATA PENGANTAR. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Pelayanan Publik Pada Badan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, serta kepercayaan.

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB IV ANALISIS. ersepsi Ulama terhadap Akhlak Remaja di Desa Sungai Lulut Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Orang tua dapat menanamkan benih

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang UPI Kampus Serang Iis Jamilah, 2016

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia, 2014 (ribu orang)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tris Yuniar, 2015 Peranan panti sosial asuhan anak dalam mengembangkan karakter kepedulian sosial

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dalam keluarga (pendidikan informal), sekolah (pendidikan

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan populasi yang cukup besar (12,85% dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha dari setiap bangsa dan negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Keluarga menjadi tempat pertama seseorang memulai

BAB I PENDAHULUAN. Tidak mungkin ada orang tua yang berharapan jelek terhadap anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1979 TENTANG KESEJAHTERAAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

\Pengertian Lembaga Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

Menyiapkan Pendidik Yang Melek Hukum Terhadap Perlindungan Anak PERAN KELUARGA DALAM MENCIPTAKAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN YANG KONDUSIF BAGI ANAK

formal, non formal, dan informal. Taman kanak-kanak (TK) adalah pendidikan

BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB AT-TAHLIYATU WA AT-TARGÎB FI AT-TARBIYATU WA AT-TAHDÎB KARYA SAYYID MUHAMMAD

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1979 TENTANG KESEJAHTERAAN ANAK DENGANRAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDENREPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. di kenal dengan pendidikan civic. Demikian pula masa Presiden Soeharto,

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter yang akan ditunjukkan oleh anak-anaknya. Orang tua yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

Transkripsi:

Pola asuh orang Tua (Idris dan Jamal, 1992:87-90). Pola asuh orang tua: Secara teoritis tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: -perilaku otoriter, - demokratis, -danlaissez-faire

Perilakuotoriter Perilaku orang tua yang otoriter antara lain: Anakharusmematuhiperaturan-peraturanorangtuayang tidak boleh membantah. Orang tua cenderung mencari kesalahan-kesalahan pada pihak anak, dan kemudian menghukumnya. Kalau terdapat perbedaan pendapat antara orang tua dan anak maka akan dianggap sebagai orang yang suka melawan dan membangkang. Orang tua cenderung memberikan perintah dan larangan terhadap anak. Orang tua cenderung memaksa disiplin. Orangtuacenderungmenentukansegalasesuatuuntukanak, dan anak hanya sebagai pelaksana.

Dengankatalain bahwaperilakuorangtuayang otoriter, dimanaorangtuasegala-galanya. Orang tua tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk berbuat. Hal tersebut akan berakibat fatal terhadap diri anak. Diantaranya anak memperlihatkan perasaan dengan penuh ketakutan, merasatertekan, kurangpendirian, mudahdipengaruhi, danseringberbohong, khususnya pada orang tua sendiri.

Perilakudemokratis Perilaku orang tua yang demokratis antara lain: Melakukan sesuatu dalam keluarga dengan cara musyawarah. Menentukan peraturan-peraturan dan disiplin dengan memperhatikandanmempertimbangkankeadaan, perasaan, danpendapatanak, sertamemberikanalasan-alasanyang dapatditerima, dipahamidandimengertiolehanak. Kalau terjadi sesuatu pada anggota keluarga selalu dicari jalan keluarnya(secaramusyawarah), jugadihadapidengantenang, wajar dan terbuka.

Hubungan antara keluarga saling menghormati, orang tua menghormati anak sebagai manusia yang sedang bertumbuh dan berkembang. Pergaulan antara ibu dan ayah juga saling menghormati. Terdapathubunganyang harmonisantaraanggotakeluarga, seperti antara ibu dan ayah, antara orang tua dan adikadiknya, dan sebaliknya. Adanya komunikasi dua arah, yaitu anak juga dapat mengusulkan, menyarankan, sesuatu pada orang tuanya dan orang tua mempertimbangkannya. Semua larangan dan perintah yang disampaikan kepada anak selalu menggunakan kata-kata mendidik, bukan menggunakan kata-kata kasar, seperti kata tidak boleh, wajib, harus dan kurang ajar.

Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang perlu dipertahankan dan yang tidak baik supaya ditinggalkan. Keinginan dan pendapat anak diperhatikan, apabila sesuai dengan norma-norma dan kemampuan orang tua. Memberikan bimbingan dengan penuh perhatian. Bukanmendiktekanbahanyang harusdikerjakananak. Namun selalu disertai dengan penjelasan-penjelasan yang bijaksana.

Dengan kata lain bahwa kepemimpinan demokratis, adalah kepemimpinan yang terbuka yang dilakukan dengan cara musyawarah mufakat. Artinya selaku orang tua dalam bertindak dan mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan anak dan keluarga dilaksanakan dengan perasaan dan pertimbangan. Hal tersebut akan memberikan dampak positif kepada anak, salah satunya anak akan berkembang sesuai dengan tingkat atau fase perkembangannya.

PerilakuLaissez-Faire Perilaku orang tua yang Laissez-Faire, antara lain: Membiarkan anak bertindak sendiri tanpa memonitor dan membimbingnya. Mendidik anak acuh tak acuh, bersifat pasif, atau bersifat masa bodoh. Terutama memberikan kebutuhan material saja. Membiarkan saja apa yang dilakukan anak(terlalu memberikan kebebasan untuk mengatur diri sendiri tanpa ada peraturan-peraturan dan norma-norma yang digariskan orang tua). Kurang sekali keakraban dan hubungan yang hangat dalam keluarga.

Perilaku orang tua yang Laissez-Faire dimana orang tua dalam memimpin membiarkan anak untuk berbuat sesukanya. Orang tua bersifat acuh tak acuh. Kepemimpinan yang demikian akan membawa dampak negatif terhadap perkembangan dan diri anak. Misalnya anak kurang sekali menikmati kasih sayang orang tuanya. Olehkarenaitupertumbuhanjasmani, perkembangan rohani dan sosial sangat jauh berbeda dibawah rata-rata jika dibandingkan dengan anak-anak yang diperhatikan oleh orang tuanya. (Zahara dan Lisma, 1992:87-90).

Pengawasan Pengawasan adalah suatu proses untuk membimbing dan mengarahkan anak-anaknya kearah tujuan yang diinginkan. Dengan adanya bimbingandanarahanterhadapanak-anak, diharapkan anak-anak dapat menerapkan pola hidup sehat. Hal ini sejalan dengan pendapat Sujamto(1989:246) pengawasan meliputi kegiatan mengarahkan, membimbing maupun menilik. Maka kegiatannya sebagai penerapan kekuasaansebagaialat.

KemudianmenurutHadariNawi(1993: 103-104) pengawasan atau inspeksi berarti kegiatan tersebut menyelidiki kesalahan para bawahan(anak) dalam melaksanakan instruksi atau perintah serta peraturanperaturan dari atasannya(orang tua). Selanjutnya dikatakan bahwa kesalahan atau ketidak patuhan dalam menjalankan instruksi dipandang sebagai perbuatanyang harusmendapatkanhukuman. Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengawasan orang tua harus dilakukan untuk mengetahuiapakahanak-anaknyamelakukanapayang diperintah kepadanya. Jika anak tidak melaksanakannya, maka orang tua harus memberikan sanksi atau hukuman agar anak menyadari kesalahannya dan tidak mengulangi kesalahan tersebut.

Teladan Teladan adalah memberikan contoh atau petunjuk kepada anak(rasyid: 2002). Seperti yang dilakukanrasulullahkepadaanak-anak, rasulullah banyak menemani anak-anak dalam setiap kesempatan tanpa merasa kikuk dan angkuh. Hal ini dimaksudkan agar mereka biasa belajar dari orang dewasa, hingga jiwanya terdidik dan kebiaasannya menjadi baik. Dengan memberikan anak,teladan atau contoh dihadapan anak dengan menerapkan pola hidup sehatmulaidarimandi, kebersihanpakaian, kebersihanrumah, dankebersihanlingkungan.

Pembiasaan(kebiasaan) Pembisaaan adalah penerapan atau penanaman adab-adab model perilaku (Rasyid:2002). Penanaman kebiasaankebiasaan tertentu yang diinginkan untuk dapat dilakukan oleh anak ditanamkan benarbenar sehingga seakan-akan kebiasaan tersebut tidak boleh tidak dilakukan oleh anak.

. Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak. Menurut Hisbullah 2003, peran orang tua terhadap pendidikan anak yakni sbb: Menurunkan sifat biologis dan susunan anatomi, seperti bentuk tubuh, warna kulit dan warna mata. Menurut susunan urat syaraf, kapasitas intelegensi, motor dan sensory equipment. Memberikan dasar-dasar pendidikan sikap dan keterampilan dasar seperti, sopan santun, etika, kasih sayang, rasa aman dasar-dasaruntukmengetahuiperaturan-peraturan, menanamkan kebiasaan-kebiasaan hendaknya diberikan oleh keluarga atau orang tua dengan perbuatan bukan hanya dengan nasehat, sebabsikapdasaranakadalahsukameniru. Apabila orang tua atau keluarga telah berperan sebaikbaiknya terhadap pendidikan anak, maka dasar-dasar pendidikan akan lebih mudah diterima oleh anak, karena sifat dasar dari anak adalah suka meniru.

Fungsi Keluarga dalam Pendidikan. Keluargayang telahterbentukmempunyaifungsi-fungsiyang sangat erat sekali dengan keluarga kehidupan itu sendiri dimana yang dimaksud fungsi adalah tugas-tugas yang harus dijalankan sesuaidenganperananmasing-masing. Makahaltersebutyang merupakankuncikeberhasilansuatukeluarga. Adapunfungsi-fungsikeluargatersebutmenurutBKKBN, 1994:14 yakni: Fungsi keagamaan Pada hakekatnya pendidikan agama merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan kepribadian manusia. Dalam keluarga sangat perlu menanamkan nilai-nilai agama sedini mungkin pada anggota keluarga khususnya anak-anak, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan budi pekerti dan kepribadian anak.

Fungsi sosial budaya Keluarga merupakan tempat membina dan mempersemaikannilailuhurbudayabangsa, karena keluarga merupakan tempat yang sangat strategis untuk membina sikap dan perilaku anakanak. Dengan demikian anak-anak dapat menilai baik buruknya budaya asing yang datang dari luar. Fungsi cinta kasih Kasih sayang pertama diperoleh anak adalah di dalam keluarga. Sebab keluarga merupakan tempat membina rasa cinta dan kasih sayang antara anggota keluarga. Untuk itu kewajiban orang tua tidak terlepas pada pemenuhan materi saja tetapi juga perhatian dan kasih sayang.

Fungsi perlindungan Keluargaharusmemberikanrasa aman, nyaman, adil dan sejahtera bagi anggota keluarga. Untuk itu membina rasa kebersamaan dan berbagi suka dan duka adalah di dalam keluarga. Fungsi reproduksi Salah satu tujuan membangun keluarga adalah untuk menyalurkan kebutuhan seksual yang sehat dan baik, sehingga diharapkan akan memperoleh keturunan yang baik dan sehat pula. Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat, untuk itu keluarga perlu menjaga pelaksanaan reproduksi yang baik dan sehat.

Fungsi sosialisasi Fungsi sosialisasi ini menunjukkan kepada peranan keluargadalammembentukkepribadiananak, sikap, tanggapan emosionil serta cita-cita dalam rangka mencari identitas diri atau jati diri karena itu keluarga disebut sebagai wahana pendidikan pertama dan utama bagi anak. Dalam hal ini melalui interaksi dalam keluarga, anak-anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap dan keyakinan dan nilai-nilai dalam masyarakat. Fungsi ekonomi Setiap keluarga memerlukan pemenuhan kebutuhan hidup fisik material yang layak untuk memenuhi kesejahteraan keluarga. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga dalam hal sandang, pangan dan papan.

Fungsi pembinaan lingkungan Dari keluarga dapat dibiasakan hidup sadar baik sosial maupun alam. Sebagai makhluk sosial manusia selalu hidup bermasyarakat atau berkelompok yang selanjutnya berkembang menjadi negara. Dengan demikian, keluarga merupakan wahana penanaman kebiasaan hidup bermasyarakat agar dapat menyesuaikan dengan kehidupan lingkungan. Apabila keluarga telah menjalani fungsinya dengan baik maka keluarga tersebut telah berhasil memberikan pendidikan dasar yang ditanamkan terhadap anak-anaknya.

KESIMPULAN Perilaku Hidup Sehat Keluarga perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya (soekidjo, 2003:118). Perilaku ini mencakup antara lain: Makandenganmenu seimbang(appropriate diet). Olahraga teratur, Tidakmerokok. Tidakminumminumankerasdannarkoba. Istirahatyang cukup. Mengendalikanstres. Perilakuataugayahidupyang positifbagikesehatan.

Pendidikan anak dalam Keluarga Tanamkan dan ciptakan anak untuk menerapkan perilaku hidup sehat seperti (dalam Nasution,2004: 3-5) 1. Memelihara kebersihan dan kesehatan pribadi dengan baik 2. Makan makanan sehat 3. Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala 4. Menghindarikebiasaanburukyang merugikan kesehatan

. Kepemimpinan Orang Tua dalam Pendidikan Dalam pembentukan sikap dan watak anak ditemuibermacam-macamperilakuorangtua. Secara teoritis perilaku tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu perilaku otoriter, demokratis dan laissez-faire (Idris dan Jamal, 1992:87-90). Perilaku otoriter Perilaku demokratis Perilaku Laissez-Faire d. Pengawasan e. Teladan f. Pembiasaan(kebiasaan)

Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak. Menurut Hisbullah 2003, peran orang tua terhadap pendidikan anak yakni sbb: Menurunkansifatbiologisdansusunananatomi, sepertibentuktubuh, warnakulitdanwarnamata. Menurutsusunanuratsyaraf, kapasitasintelegensi, motor dan sensory equipment. Memberikan dasar-dasar pendidikan sikap dan keterampilan dasar seperti, sopan santun, etika, kasih sayang, rasa aman dasar-dasar untuk mengetahui peraturan-peraturan, menanamkan kebiasaankebiasaan hendaknya diberikan oleh keluarga atau orang tua dengan perbuatan bukan hanya dengan nasehat, sebabsikapdasaranakadalahsukameniru.

Fungsi Keluarga dalam Pendidikan. Adapun fungsi-fungsi keluarga tersebut menurut BKKBN, 1994:14 yakni: Fungsi keagamaan Fungsi sosial budaya Fungsi cinta kasih Fungsi perlindungan Fungsi reproduksi Fungsi sosialisasi Fungsi ekonomi Fungsi pembinaan lingkungan

Pinsip-prinsip Pendidikan Berbasis Keluarga Menurut Michael W. Galbraith pendidikan berbasis Keluarga memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut: Self determination (menentukan sendiri). Semua anggota Keluarga memiliki hak dan tanggung jawab untuk terlibat dalam menentukan kebutuhan Keluarga danmengidentifikasisumber-sumberkeluargayang bisa digunakan untuk merumuskan kebutuhan tersebut. Self help (menolong diri sendiri) Anggota Keluarga dilayani dengan baik ketika kemampuan mereka untuk menolong diri mereka sendiri telah didorong dan dikembangkaii. Mereka menjadi bagian dari solusi dan membangun kemandirian lebih baik bukan tergantung karena mereka beranggapan bahwa tanggung jawab adalah untuk kesejahteraan mereka sendiri.

Leadership development (pengembangankepemimpinan) Para pemimpin lokal harus dilatih dalam berbagai ketrampilan untuk memecahkan masalah, membuat keputusan, dan proses kelompok sebagai cara untuk menolong diri mereka sendiri secara terus-menerus dan sebagai upaya mengembangkan Keluarga. Localization (lokalisasi). Potensi terbesar unhik tingkat partisipasi Keluarga tinggi terjadi ketika Keluarga diberi kesempatan dalam pelayanan, program dan kesempatan terlibat dekat dengan kehidupan tempat Keluarga hidup. Integrated delivery of service (keterpaduan pemberian pelayanan) Adanya hubungan antaragensi di antara Keluarga dan agen-agen yang menjalankan pelayanan publikdalammemenuhitujuandanpelayananpublikyang lebih baik.

Reduce duplication of service. Pelayanan Keluarga seharusnya memanfaatkan secara penuh sumbersumber fisik, keuangan dan sumber dava manusia dalam lokalitas mereka dan mengoordinir usaha mereka tanpa duplikasi pelayanan. Accept diversity (menerima perbedaan) Menghindari pemisahankeluargaberdasarkanusia, pendapatan, kelas sosial, jenis kelamin, ras, etnis, agama atau keadaan yang menghalangi pengembangan Keluarga secara menyeluruh. Ini berarti pelibatan warga Keluarga perlu dilakukan seluas mungkin dan mereka dosorong/dituntutuntukaktifdalampengembangan, perencanaan dan pelaksanaan program pelayanan dan aktifitas-aktifitas kekeluargaan.

Institutional responsiveness (tanggung jawab kelembagaan) Pelayanan terhadap kebutuhan Keluarga yang berubah secara terus-menerus adalah sebuah kewajiban dari lembaga publik sejakmerekaterbentukuntukmelayanikeluarga. Lembaga harus dapat dengan cepat merespon berbagai perubahan yang terjadi dalam Keluarga agar manfaat lembaga akan terus dapat dirasakan. Lifelong learning (pembelajaranseumurhidup) Kesempatanpembelajaranformal daninformal harus tersedia bagi anggota Keluarga untuk semua umur dalam berbagai jenis latar belakang Keluarga.

. DalamUU sisdiknasno 20/2003 pasal55 tentang Pendidikan Berbasis Keluarga disebutkan sebagai berikut: Keluarga berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis Keluarga pada pendidikan formal dan nonformalsesuaidengankekhasanagama, lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan Keluarga. Penyelenggara pendidikan berbasis Keluarga mengembangkan dan melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan pendanannya sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis Keluargadapatbersumber-daripenyelenggara, Keluarga, Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sumber lain yang tidak bertentangan denganperaturanperundang-undangan-yang berlaku. Lembaga pendidikan berbasis Keluarga dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana, dan sumber daya lain secara adil dan merata dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah. Ketentuan mengenai peran serta Keluarga sebagaimanadimaksudpadaayat(1), ayat(2), ayat(3), dan ayat(4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

bahwa pendidikan berbasis Keluarga dapat diselenggarakan dalam jalur formal maupun nonformal, serta dasar dari pendidikan berbasis Keluarga adalah kebutuhan dan kondisi Keluarga, serta Keluarga diberi kewenangan yang luas untuk mengelolanya. Oleh karena itu dalam menyelenggarakannya perlu memperhatikan tujuan yang sesuaidengankepentingankeluargasetempat. Untuk itu Tujuan dari pendidikan nonformal berbasis Keluargadapatmengarahpadaisu-isuKeluargayang khusus seperti pelatihan karir, perhatian terhadap lingkungan, budaya dan sejarah etnis, kebijakan pemerintah, pendidikanpolitikdankewarganegaraan, pendidikankeagamaan, pendidikananakusiadini, penangananmasalahkesehatansertikorbannarkotika, HIV/Aids dan sejenisnya.

. Pendidikan Nonformal Berbasis Keluarga Model pendidikan berbasis Keluarga untuk konteks Indonesia kini semakin diakui keberadaannyapascapemberlakuanuu No. 20 tahun2003 tentangsistempendidikannasional. Keberadaanlembagainidiaturpada26 ayat1 s/d 7. jalur yang digunakan bisa formal dan atau nonformal. Dalam hubungan ini, pendidikan nonformal berbasis Keluarga adalah pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh warga Keluarga yang memerlukan layanan pendidikan dan berfungsi sebagai pengganti, penambah dan/pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian fungsional. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaanperempuan, pendidikankeaksaraan, pendidikanketerampilandanpelatihankerja, pendidikankesetaraansertapendidikanlain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembagakursus, lembagapelatihan, kelompokbelajar, pusat kegiatan Keluarga, majelis taklim serta satuan pendidikan yang sejenis.

Dengan demikian, nampak bahwa pendidikan nonformal pada dasarnya lebih cenderung mengarah pada pendidikan berbasis Keluarga yang merupakan sebuah proses dan program, yang secara esensial, berkembangnya pendidikan nonformal berbasis Keluarga akan sejalan dengan munculnya kesadaran tentang bagaimana hubunganhubungan sosial bisa membantu pengembangan interaksi sosial yang membangkitkan concern terhadap pembelajaran berkaitan dengan masalah yang dihadapi Keluargadalamkehidupansosial, politik,, lingkungan, ekonomi dan faktor-faktor lain. Sementara pendidikan berbasis Keluarga sebagai program harus berlandaskan pada keyakinan dasar bahwa partisipasi aktif dari warga Keluargaadalahhalyang pokok. Untukmemenuhinya, maka partisipasi warga harus didasari kebebasan tanpa tekanan dalam kemampuan berpartisipasi dan keingin berpartisipasi.