1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin pesat memberi pengaruh terhadap perkembangan siswa baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Dampak dari perkembangan teknologi ini juga ikut berpengaruh terhadap perkembangan karakter siswa. Dampak positif yang didapat oleh siswa seperti mudahnya akses siswa dalam mencari informasi dan sumber belajar. Kemudahan untuk mengakses informasi oleh siswa perlu pengawasan dari orang tua dan guru agar teknologi yang digunakan tidak memberikan dampak negatif. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Siswa memerlukan pengawasan secara menyeluruh baik dari orang tua maupun guru. Pengawasan ini bukan hanya dalam pemahaman materi siswa namun juga dalam hal pembentukan karakter. Wijaya (2014: 107) menjelaskan mengenai beberapa poin yang sering dilanggar oleh siswa, seperti terlambat masuk kelas, keluar kelas saat ada pelajaran di kelas atau tidak mengikuti salah satu pelajaran, tidak mengerjakan tugas atau PR, tidak masuk sekolah tanpa alasan yang jelas atau membolos, membawa barang-barang ke sekolah yang tidak 1
2 ada hubungannya dengan pelajaran, membuat gaduh saat proses belajar mengajar di kelas, suka iseng mencorat-coret bangku di sekolah, memakai seragam yang tidak sesuai peraturan yang ditetapkan oleh pihak sekolah dan merokok dilingkungan sekolah. Guru sebagai orang tua siswa di sekolah memerlukan peningkatan pengawasan terhadap perilaku siswa agar siswa tidak melakukan hal-hal yang bersifat negatif. Guru bukan hanya perlu melakukan pengawasan baik di sekolah maupun dalam kegiatan pembelajaran, namun juga memerlukan adanya inovasi dan motivasi dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan bagi peserta didik. Pembelajaran yang menyenangkan sebagai bentuk inovasi dari guru akan memberikan motivasi dan semangat bagi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah. Adanya suasana pembelajaran yang menyenangkan ini diharapkan dapat membentuk karakter disiplin siswa sejak dini. Instansi pendidikan terutama pendidikan dasar merupakan tempat kedua setelah pendidikan yang diperoleh dari keluarga. Keluarga merupakan sekolah pertama bagi siswa untuk belajar karakter yang ditanamkan oleh orang tua. Pendidikan selanjutnya berada pada Sekolah Dasar sebagai lembaga yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan namun juga membentuk dan memperkuat karakter siswa. Yaumi (2014: 3) menyebutkan bahwa program 100 hari Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu jilid II telah melahirkan program strategis dengan menggagas pendidikan karakter dan budaya bangsa.
3 Pendidikan karakter di sekolah tidak dapat berjalan tanpa adanya peran aktif dari guru. Guru merupakan seorang yang menjadi idola bagi siswa di sekolah. Segala perilaku yang ditunjukkan guru menjadi teladan bagi siswa. Guru menjadi jantung dalam proses belajar mengajar di sekolah. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam setiap kegiatan yang ada di sekolah. Guru merupakan kompenen penting terlaksananya kegiatan di sekolah. Sukadi (2009: 8-9) menyatakan bahwa guru adalah sosok manusia yang patut digugu dan ditiru. Digugu dalam arti segala ucapannya dapat dipercaya dan ditiru artinya segala tingkah lakunya dapat dicontoh dan menjadi teladan. Guru merupakan orang yang tugasnya mengajar, mendidik, dan melatih siswa dalam pendidikan formal. Guru yang mampu menjalankan tugas dengan baik adalah guru yang mampu mengajar, mendidik, dan melatih siswa menjadi pribadi yang lebih baik berdasarkan apa yang guru ucapkan dan kerjakan. Pembentukan karakter dengan berpedoman pada perilaku guru menjadi hal yang penting. Kenyataannya masih banyak guru yang belum mampu mencontohkan karakter yang diajarkan kepada peserta didik. Guru mengingatkan siswa agar tidak datang terlambat ke sekolah, namun masih banyak guru yang datang setelah bel sekolah berbunyi bahkan saat jam belajar mengajar tengah berlangsung. Tugas guru di sekolah bukan hanya sebatas menyampaikan informasi kepada siswa namun juga harus mampu menanamkan karakter. Sagala (2009: 13) mejelaskan bahwa tugas dan tanggungjawab guru bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, namun lebih dari itu, guru juga berkewajiban
4 membentuk watak dan jiwa siswa. Guru dalam proses pembelajaran masih mengutamakan penyampaian materi dan belum terlalu menekankan pada pembentukan karakter siswa. Pembentukan karakter siswa bukan hanya ditunjukkan dengan kata-kata yang diucapkan oleh guru, namun guru juga harus mampu mempraktekkan dalam bentuk perilaku, tindakan, dan contoh-contoh. Selain menyampaikan informasi dan membentuk karakter, guru juga dituntut untuk dapat mengelola setiap kegiatan di sekolah. Sukadi (2014: 2) menyatakan bahwa guru sebagai pengajar, pendidik dan pelatih siswa merupakan agen perubahan sosial (agent of sosial change) yang mengubah pola pikir sikap, dan perilaku umat manusia menuju kehidupan yang lebih baik, lebih bermartabat dan lebih mandiri. Peran guru dalam membentuk siswa menjadi manusia yang lebih baik tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Dukungan yang diberikan dapat berupa sikap, perilaku maupun kebijakankebijakan yang membantu guru dalam menjalankan tuganya, termasuk membentuk karakter peserta didik. Guru dalam menjalankan perannya di sekolah memerlukan dukungan dari semua anggota sekolah, baik kepala sekolah, peserta didik, komite sekolah, dan anggota sekolah yang lainnya. Dukungan dari berbagai pihak ini akan membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar serta penanaman karakter pada siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Karakter seperti juga kualitas diri lainnya, tidak berkembang dengan sendirinya. Perkembangan karakter pada setiap individu dipengaruhi oleh faktor bawaan (nature) dan faktor lingkungan (nurture). Lingkungan adalah tempat
5 seseorang untuk saling berinteraksi. Lingkungan sekolah di SD N 2 KRG tergolong sekolah desa yang berjarak kurang lebih 28 km dari kabupaten Banjarnegara dan berada di tengah lahan pertanian warga yang cukup jauh dari rumah peserta didik. Waktu yang dibutuhkan dari rumah siswa ke sekolah kurang lebih 15 menit dengan berjalan kaki. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal yang dilakukan di SD Negeri 2 Karanggondang khususnya kelas V, pelanggaran kedisiplinan yang sering dilakukan adalah masalah kehadiran, penggunaan atribut sekolah yang tidak lengkap, siswa tidak mengerjakan tugas atau PR dari guru, membuang sampah sembarangan, dan tidak mengenakan seragam sesuai dengan tata tertib. Penggunaan atribut yang tidak lengkap sering dijumpai oleh pihak sekolah terutama pada hari Senin saat dilaksanakan upacara bendera. Siswa melakukan pelanggaran dengan tidak memakai atribut sekolah seperti topi, dasi, ataupun ikat pinggang pada saat upacara bendera. Pelanggaran lain yang sering dilakukan seperti ketidakhadiran maupun keterlambatan peserta didik. Permasalahan mengenai kedisiplinan siswa bukan hanya pada kehadiran dan penggunaan atribut. Guru juga menjelaskan bahwa ada beberapa siswa yang kesadaran untuk menjaga kebersihan masih rendah. Siswa terlihat masih membuang sampah bukan pada tempat yang telah disediakan atau siswa membuang sampah secara sembarangan. Ada pula siswa yang tidak mengerjakan PR atau tugas yang diberikan guru sehingga guru meminta siswa untuk mengerjakan PR atau tugas di luar kelas. Pelanggaran lain yang terjadi di sekolah
6 yaitu siswa tidak menggunakan seragam sesuai dengan tata tertib siswa di sekolah. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, masih banyak ditemui permasalahan mengenai kedisiplinan siswa di sekolah. Peran guru bukan hanya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, namun lebih dari itu juga harus mampu membentuk karakter peserta didik. Mengingat pentingnya penanaman karakter sejak dini, maka peneliti tertarik untuk mengamati dan memahami bagaimana peran guru dalam menjaga kedisiplinan peserta didik. B. Fokus penelitian Berdasarkan uraian masalah di atas, maka peneliti memfokuskan penelitian pada peran guru dalam perencanaan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa untuk menjaga kedisiplinan siswa. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana peran guru dalam perencanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa untuk menjaga kedisiplinan siswa di SD Negeri 2 Karanggondang? 2. Bagaimana peran guru dalam menjaga kedispilinan siswa di SD Negeri 2 Karanggondang? 3. Apa kendala atau hambatan guru dalam menjaga kedisiplinan siswa di SD Negeri 2 Karanggondang?
7 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui peran guru dalam perencanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa untuk menjaga kedisplinan siswa di SD Negeri 2 Karanggondang. 2. Mengetahui peran guru dalam menjaga kedisiplinan siswa di SD Negeri 2 Karanggondang. 3. Mengetahui kendala atau hambatan yang dialami guru dalam menjaga kedisiplinan siswa di SD Negeri 2 Karanggondang. E. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian maka manfaat yang diharapkan antara lain: 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan dan menambah pengetahuan mengenai peran, cara dan kendala guru dalam membentuk karakter siswa khususnya kedisiplinan. 2. Manfaat praktis a. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi bagi sekolah untuk memaksimalkan peran guru dalam kegiatan belajar mengajar guna membentuk karakter disiplin siswa.
8 b. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan bagi guru dalam melaksanakan perannya dalam kegiatan belajar mengajar sehingga dapat membentuk karakter disiplin peserta didik. c. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pendidikan karakter sejak dini.