BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang mencakup pembangunan ekonomi, hukum, sosial, politik, dan budaya memiliki tujuan utama, yaitu untuk mensejahterakan kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, pembangunan nasional harus dilaksanakan secara kontinyu atau berkesinambungan, dengan memperhatikan perkembangan-perkembangan yang terjadi di dunia. Pembangunan nasional dalam ruang lingkup pembangunan perekonomian negara, merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan perkembangannya, karena untuk dapat dikatakan suatu negara telah mengalami perkembangan dilihat dari perkembangan perekonomian suatu negara. Pembangunan perekonomian nasional yang diselenggarakan atas berdasar atas dasar demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi keadilan berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional perlu didukung oleh kelembagaan perekonomian yang kokoh dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyrakat. Sistem perekonomian Indonesia dilaksanakan berdasarkan asas kekeluargaan, sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 33 ayat (1) Undang- Undang Dasar 1945 yang berbunyi, Sistem perekoniman Indonesia disusun
berdasarkan asas kekeluargaan. 1 Hal ini menunjukkan bahwa, sistem perekoniman yang dianut oleh Indonesia, merupakan sistem yang menggunakan kekeluargaan. Sehingga, kegiatan perekonomian Indonesia tidak mengenal perekonomian secara kapitalis ataupun perekonomian secara liberal, tetapi dalam melakukan kegiatan ekonomi harus memperhatikan prinsip-prisnip kekeluargaan yang seperti yang diinginkan oleh pembentuk undang-undang. Bank memiliki peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan perekonomian negara Indonesia, hal ini terlihat dari kebutuhan masyarakat atas fungsi dan kegunaan bank tersebut. Menurut Thomas Suyatno dalam Sentosa Sembiring lembaga perbankan khususnya bank umum, merupakan inti sari dari sistem keuangan setiap negara. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, lembaga pemerintah, swasta maupun perorangan menyimpan dananya, melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan. Bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pemabayaran bagi semua sektor perekonomian. 2 Keahadiran Bank dirasakan semakin penting di tengah masyarakat. Hal ini semakin tampak jika diperhatikan fenomena transaksi bisnis yang dilakukan oleh masyarakat khususnya dikalangan pebisnis dalam dekade terakhir ini sistem pembayaran yang dilakukan mengarah kepada sistem pembayaran giral, yakni menggunakan isntrumen surat berharga, hal ini dapat dilihat dalam kontrak bisnis acapkali ditemui klausul seperti Document aganist Payment (DP) dan Document aganist Acceptance (DA), yang berarti pembayaran baru dilakukan apabila 1 Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia. 2 Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, (Bandung: CV Mandar Maju, 2000), hal. 7.
dokumen telah diakseptasi dan diserahkan oleh penjual kepada pembeli. 3 Pembayaran tidak dilakukan dengan uang tunai melainkan dengan menggunakan instrumen surat berharga. Lemahnya keadaan atau kondisi ekonomi suatu masyarakat sehingga bank memberikan penawaran kepada masyarakat melalui kredit untuk mempermudah kebutuhan masyarakat. Kegiatan usaha bank adalah menyalurkan kredit. Secara etimologis Krerdit berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan, 4 yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 5 Berdasarkan pengertian di atas menunjukkan bahwa prestasai yang di wajibkan dilakukan oleh debitur atas kredit yang diberikan kepadanya adalah tidak semata-mata melunasi utangnya tetapi juga disertai dengan bunga sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Berkaitan dengan pengertian kredit atas, menurut ketentuan pasal 1 butir 5 peraturan bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak 3 Ibid, hal. 7-8. 4 Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: Gramedia,2001) hal. 36. 5 Pasal 1 angka 11 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang No 7 tahun 1992 tentang Perbankan.
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga termasuk : (a) cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari; (b) pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang; dan (c) pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain. 6 Perkreditan merupakan peran penting bagi kegiatan bisnis dalam rangka pembangunan dan perkembangan ekonomi masa depan, merupakan salah satu sarana penumpukan modal bagi masyarakat untuk berusaha diberbagai sektor produksi. Dengan perkembangan dalam dunia perekonomian dan bisnis perdagangan, arti dan peranan perkreditan sangat di butuhkan dalam menaggulangi masalah-masalah dewasa ini baik dalam hal hukum maupun penyelesaian masalah-masalah yang akan ditimbulkan oleh adanya pemberian kredit pada sektor perbankan. Perkembangan kebutuhan perekonomian yang semakin besar, maka perkembangan pemberian agunan juga mengalami perubahan. Agunan adalah unsur penunjang, bukan unsur pertimbangan kredit. Beberapa kredit yang dimaksud misalnya pemberian Kredit Usaha Kecil, yang diberikan berdasarkan penilian kelayakan usaha nasabah. Usaha Mikro Kecil Menengah terbukti bertahan dalam krisis moneter tahun 1998 lalu memiliki peran strategis dan penting di tinjau dari berbagai aspek. Pertama jumlah industrinya yang tersebar di setiap sektor ekonomi. Kedua potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja dimana setiap unit investasi 6 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana Renada Media Group, 2010), hal. 57-58.
pada sektor ini dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja jika dibandingkan dengann investasi yang sama pada usaha besar. Tinjauan Perbankan, pemberian kredit pada sektor ini dapat mendorong penyebaran resiko. Hal ini di sebabkan karena penyaluran kredit pada usaha ini dengan nominal kredit yang kecil memungkinkan bank untuk memperbanyak jumlah debitur, sehingga pemberian kredit tidak terkonsentrasi pada kelompok atau sektor tertentu. Selain itu, suku bunga kredit pada tingkat suku bunga pasar bukan merupakan masalah utama sehingga memungkinkan bank memperoleh pendapatan bunga yang memadai. Kredit Usaha Rakyat merupakan kredit program yang disalurkan menggunakan pola peminjaman kredit bank diperuntukkan bagi pengusaha mikro dan kecil yang tidak memiliki agunan tetapi memiliki usaha yang layak di biayai bank. Dalam pelaksanaan program Kredit Usaha Rakyat atau KUR, perbankan yang telah menandatangani kesepakatan menjalani program KUR tetap tidak diperbolehkan meminta jaminan atau agunan kepada pelaku usaha. Pemberian kredit usaha rakyat ini merupakan bentuk kepudilian pemerintah terhadap ekonomi mikro yang diimplementasikan dari Keputusan Presiden Nomor 124 tahun 2001 jo. No 34 tahun 2002, Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2003 tanggal 15 september 2003, Surat Keputusan Menteri BUMN No.Kep 236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan usaha kecil dan program Bina Lingkungan. Kredit Usaha Rakyat di peruntukkan bagi usaha mikro, kecil dan menengah rakyat yang layak (feasible) namun belum memenuhi persyaratan
perbankan (bankable), yang dimaksud dengan layak adalah suatu usaha yang di tinjau dari ekonomis menguntungkan, dari segi teknis bisa dilaksanakan, dan dari segi ekologis dapat di terima masyarakat dan tidak merusak lingkungan. Namun karena ketidakadaan agunan serta persyaratan lainnya sehingga selama ini tidak dibiayai oleh perbankan secara komersial. Program kredit usaha rakyat ini merupakan kredit tanpa agunan tetapi sering kali bank tetap meminta agunan dengan dalil guna meningkatkan kualitas kredit dalam upaya mengurangi resiko kredit macet dalam pengembalian kredit tersebut, karena apabila kredit yang di salurkan tersebut macet tentu akan merugikan masyarakat penyimpan dana di bank. Pemberian kredit tanpa agunan ini diberikan pada orang orang yang kebetulan telah lama menjadi nasabahnya ataupun melalui gencarnya penawaranpenawaran yang dilakukan oleh bank-bank tersebut, khususnya bank-bank swasta yang mempunyai keberanian lebih dibanding bank pemerintah. Kredit tanpa agunan ini pada dasarnya menguntungkan sebagian masyarakat yang memang kebetulan membutuhkan dana cepat tanpa harus dibebani oleh keharusan menjaminkan harta bendanya, walaupun pada dasarnya kredit tanpa agunan ini mengakibatkan bunga yang tinggi serta mempunyai jangka waktu kredit yang terbatas. Pada dasarnya perjanjian kredit dapat dibagi atas kredit yang memiliki agunan dan kredit tanpa agunan. Pihak bank biasanya dalam memberikan kredit akan menetukan terlebih dahulu apa yang menjadi jaminan atau agunan biasanya adalah BPKB dari kendaraan tersebut. Buat pihak bank dengan di tentukan dari
awal tentang apa yang menjadi jaminan terhadap kredit yang diberikan akan memudahkan bagi bank untuk melakukan eksekusi bila terjadi wanprestasi karena sudah tertentu apa yang telah menjadi agunannya. Untuk Kredit Tanpa Agunan, karena pihak bank tidak menentukan dari awal apa yang menjadi agunanya, maka berdasarkan pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata, harta kekayaan milik dari debitur seluruhnya menjadi jaminan terhadap jumlah utang yang harus di bayarkan oleh debitur. Akibatnya jika terjadi wanprestasi dari pihak kreditur, maka pihak bank melakukan eksekusi berdasrkan pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata. Dasar bagi bank penerbit untuk melakukan jika terjadi eksekusi tentunya adalah perjanjian yang dibuat pada awalnya suatu perikatan terjadi, yaitu dimana permohonan aplikasi dan permohonan kredit yang di ajukan di setujui oleh pihak bank. Pada dasarnya Kredit Tanpa Agunan ini, secara tidak langsung merugikan nasabah, karena pihak bank tidak menentukan dari awal apa yang menjadi agunannya, namun berdasarkan pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata, harta kekayaan milik dari debitur seluruhnya menjadi jaminan terhadap jumlah utang yang harus di bayarkan oleh debitur. Hal ini tentulah tidak diketahui secara umum oleh orang-orang yang menerima Kredit Tanpa Agunan tersebut, karena tidak dikemukakan secara transparan oleh bank pemberi Kredit Tanpa Agunan, sehingga jika terjadi wanprestasi dari pihak kreditur maka pihak bank akan melakukan eksekusi berdasarkan pasal 1132 dan 1132 KUHPerdata. Kredit Tanpa Agunan ini tidak terlepas dari adanya pelanggaranpelanggaran baik yang dilakukan oleh kreditur maupun debitur. Pelanggaran ini
dapat terjadi dalam beberapa cara misal salah satu pihak dengan tegas melepaskan tanggungjawabnya dan menolak melaksanakan kewajiban di pihaknya sehingga menimbulkan sengketa di antara kedua belah pihak. Bank Sumut sebagai salah satu Bank Usaha Milik Daerah memberikan solusi dan kemudahan terhadap peminjaman Kredit Tanpa Agunan ini dengan nama Kredit Sumut Sejahtera I dan Kredit Sumut Sejahtera II. Kredit ini adalah adalah pembiayaan yang diperuntukkan bagi para pengusaha mikro dengan bantuan modal antara Rp.500.000 Rp. 5.000.000 untuk Kredit Sumut Sejahtera 1 dan untuk Kredit Sumut Sejahtera II naik bantuan modalnya menjadi Rp.5.000.000 - Rp.50.000.000. Berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang telah diuraikan di atas dan dengan adanya peminjaman Kredit Tanpa Agunan dalam proses peminjaman kredit, maka sesuai dengan jurusan penulis Keperdataan Dagang, maka penulis terdorong untuk menulis dan akan dituangkan di dalam skripsi yang berjudul : Tinjauan Yuridis terhadap Peminjama Kredit Tanpa Agunan pada PT Bank Sumut Cabang Rantau Prapat. B. Permasalahan Adapun permasalahan yang akan penulis uraikan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah prosedur pemberian kredit tanpa agunan pada PT. Bank Sumut Cabang Rantau Prapat.
2. Bagaimanakah penyelesaian kredit macet pada PT. Bank Sumut Cabang Rantau Prapat. 3. Bagaimanakah hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kredit tanpa agunan pada PT. Bank Sumut Cabang Rantau Prapat. 4. Bagaimanakah hambatan dan upaya dalam pemberian kredit tanpa agunan pada PT. Bank Sumut Cabang Rantau Prapat. C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Untuk mengetahui prosedur pemberian kredit tanpa agunan pada PT. Bank Sumut Cabang Rantau Prapat. 2. Untuk mengetahui penyelesaian kredit macet pada PT. Bank Sumut Cabang Rantau Prapat. 3. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kredit tanpa agunan pada PT. Bank Sumut Cabang Rantau Prapat. 4. Untuk mengetahui hambatan dan upaya dalam pemberian kredit tanpa agunan pada PT. Bank Sumut Cabang Rantau Prapat. D. Manfaat Penulisan Dalam penulisan skripsi ini penulis mengharapkan agar terwujudnya manfaat dan kegunaan yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah pengetahuan penulis mengenai prosedur pemberian kredit tanpa agunan pada PT. Bank Sumut Cabang Rantau Prapat. b. Untuk dapat mengetahui hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kredit tanpa agunan pada PT. Bank Sumut cabang Rantau Prapat. c. hambatan dan upaya dalam pemberian kredit tanpa agunan pada PT. Bank Sumut Cabang Rantau Prapat. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan sumbangan pemikiran pada semua pihak terkait dalam menangani masalah pelaksanaan perjanjian kredit tanpa agunan. b. Memberikan informasi agar dapat dilakukan penanganan apabila muncul persoalan yang sama nantinya. E. Metode Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada PT. Bank Sumut cabang Rantau Prapat. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif-empiris.7 Penelitian hukum empiris terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum dan efektivitas hukum. Penelitian ini dilakukan untuk memperolah data primer dengan melakukan wawancara kepada PT. Bank Sumut cabang Rantau Prapat. Sedangkan penelitian hukum normatif terdiri dari penelitian terhadap asas-asas hukum, sistematika hukum, taraf sinkronisasi hukum, sejarah hukum, dan 7 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 41-42.
perbandingan hukum. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bahan pustaka atau data sekunder yang diperoleh dari berbagai literatur dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan skripsi ini. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukun yang mengikat dan disahkan oleh pihak yang berwenang yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Bahan dari zaman penjajahan yang hingga kini masih berlaku, seperti KUHPerdata (BW) dan KUHD (WvK). b. Bahan hukum sekunder yang memberikan penjelasan mengenai hukum primer, misalnya Rancangan Undang-Undang (RUU), Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP), hasil penelitian (hukum), hasil karya (ilmiah) dari kalangan hukum, dan sebagainya. c. Bahan hukum tersier, yakni bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya: kamus-kamus (hukum), ensiklopedia, indeks kumulatif, dan sebagainya. Agar diperoleh informasi yang terbaru dan berkaitan erat dengan permasalahannya, maka kepustakaan yang dicari dan dipilih harus relevan dan mutakhir. 8 3. Teknik Pengumpulan Data a. Studi Kepustakaan (Library Research) yaitu studi kepustakaan dengan mengumpulkan dan mempelajari buku-buku hukum, literatur, tulisan- 8 Ibid, hal. 113-114.
tulisan ilmiah, peraturan perundang-undangan dan bacaan lainnya yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. b. Studi Lapangan (Field Research) yaitu studi yang langsung dilakukan di lapangan. Data yang diperoleh adalah berasal dari proses wawancara yang dilakukan langsung kepada PT. Bank Sumut cabang Rantau Prapat. 4. Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi yang kemudian disusun dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit dan membuat kesimpulan sehingga dapat diperoleh gambaran yang berkaitan dengan skripsi ini. Dalam hal ini adalah hasil wawancara dengan pihak PT. Bank Sumut cabang Rantau Prapat. F. Keaslian Penulisan Skripsi ini merupakan hasil dari bahan-bahan yang berkaitan dengan judul skripsi ini ditambah dengan proses wawancara terhadap pihak PT. Bank Sumut cabang Rantau Prapat. Bahwa skripsi dengan judul TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT TANPA AGUNAN (Studi Pada PT. Bank Sumut Cabang Rantau Prapat) telah diperiksa melalui penelusuran Perpustakaan
Universitas Cabang Fakultas Hukum atau Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum, judul skripsi ini belum pernah ditulis oleh siapapun di Fakultas Hukum. Adapun judul skripsi yang telah ada adalah: Nama : Rialita Siregar NIM : 070200378 Judul : Analisis Yuridis terhadap Pemberian Kredit Wirausaha Tanpa Agunan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Cabang Medan. Dengan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kedudukan jaminan dalam pemberian kredit wirausaha tanpa agunan? 2. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap kreditur dalam pemberian kredit wirausaha tanpa agunan? 3. Bagaimanakah hambatan dan solusi hukum dalam hal debitur wanprestasi? Data yang digunakan guna melengkapi penulisan skripsi ini memanfaatkan informasi yang diperoleh dari berbagai media, baik itu media cetak ataupun pengumpulan informasi melalui internet. Maka apabila di kemudian hari terdapat judul dan objek pembahasan yang sama sebelum tulisan ini dibuat maka penulis siap untuk mempertanggung jawabkannya.
G. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini tentu perlu adanya sistematika agar skripsi ini mudah untuk dipahami oleh pembacanya. Skripsi ini terbagi atas lima bab yang pembagiannya sebagai berikut BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT DAN KREDIT TANPA AGUNAN Bab ini menjelaskan mengenai pengertian kredit dan perjanjian kredit, pengaturan tentang kredit, prosedur dan syarat dalam perjanjian kredit, kredit usaha mikro, kecil, dan menengah, serta kredit wirausaha tanpa agunan. BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PT. BANK SUMUT Bab ini menguraikan tentang sejarah berdirinya PT. Bank Sumut, tujuan, visi, misi, didirikannya PT. Bank Sumut, struktur organisasi PT.Bank Sumut, dan jenis jenis kredit pada PT. Bank Sumut. BAB IV PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT TANPA AGUNAN PADA PT. BANK SUMUT Bab ini berisikan prosedur pemberian kredit tanpa agunan pada PT. Bank Sumut cabang Rantau Prapat, penyelesaian kredit macet pada PT. Bank Sumut Cabang Rantau Prapat, hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kredit tanpa agunan pada PT. Bank Sumut
cabang Rantau Prapat, serta hambatan dan upaya dalam pemberian kredit tanpa agunan pada PT. Bank Sumut cabang Rantau Prapat. BAB V PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir dalam skripsi ini yang berisikan kesimpulan yang dapat diambil dari perumusan masalah skripsi ini dan saran terhadap masalah tersebut.