BAB I PENDAHULUAN. Jawa Timur. Fenomena permukaan meliputi bentukan positif, seperti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. batuan karbonat oleh aliran air tanah. Proses pelarutan tersebut umumnya

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota. GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

I. PENDAHULUAN. yang secara khas berkembang pada batu gamping dan/atau dolomite sebagai

I. PENDAHULUAN. memiliki keanekaragaman spesies tertinggi di dunia, jumlahnya lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 1518 K/20/MPE/1999 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN KARS MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

BUPATI BANDUNG BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk fenomena pelarutan batuan lain, seperti gypsum dan batu garam. 1

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

2016 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA UNTUK TANAMAN ENDEMIK JAWA BARAT MENGGUNAKAN GISARCVIEW

PENDAHULUAN BAB I Pengertian Judul Pengertian Pusat Studi

BAB I PENDAHULUAN. bentanglahan (landscape ecosystem), yang selanjutnya dipakai sebagai dasar bagi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 %

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan karst di Indonesia mencapai km 2 dari ujung barat sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. alam, dewasa ini lebih banyak dituangkan dalam program kerja kegiatan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

BAB I PENDAHULUAN. eksploitasi dan pemanfaatan sumber daya alam, yang dalam praktiknya perlu

BAB I PENDAHULUAN. terluas ( hektare) di dunia setelah kawasan karst di Cina dan Vietnam

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

1 BAB I PENDAHULUAN. lainnya tidak selalu sama. Bentukan khas pada bentang alam ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega-biodiversity dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta. Oleh. Arief Setyadi Raharjo M O BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. siam atau kirinyu (ki rinyuh), dalam bahasa Inggris disebut siam weed

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tersebut harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTO GL PEGUNUNGAN PLATEAU DAN KARST

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta hektar, tersebar di beberapa di wilayah Pulau Sumatera, Papua dan pulaupulau

Gambar 18. Kondisi Jalan Menuju Tapak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesiamemiliki hutan mangrove terluas di dunia dan juga memiliki

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten yang lainnya seperti Sleman,

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi nasional tekanan terhadap sumber daya hutan semakin

Serial:Powerpoint Presentasi: HIDROLOGI/ KONDISI AIR DAERAH KARST. Oleh : Tjahyo Nugroho Adji (Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM)

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

BAB I PENDAHULUAN. dan rawa) dan perairan lotik yang disebut juga perairan berarus deras (misalnya

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1456 K/20/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN KARS

SOSIALISASI PENGOLAHAN KAWASAN KARS GUNUNG SEWU UNTUK PARA GURU DAN PELAJAR SMA SE KABUPATEN WONOGIRI

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies

bahwa Kawasan Bentang Alam Karst Langkat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Ilmu Ekologi dikenal dengan istilah habitat. jenis yang membentuk suatu komunitas. Habitat suatu organisme untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

Otonomi daerah yang mulai diterapkan, memacu setiap daerah mencari. peluang untuk meningkatkan pendapatan daerahnya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya

PEMBENTUKAN RESERVOIR DAERAH KARST PEGUNUNGAN SEWU, PEGUNUNGAN SELATAN JAWA. Oleh : Salatun Said Hendaryono

BAB I PENDAHULUAN. Sokokembang bagian dari Hutan Lindung Petungkriyono yang relatif masih

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

PENDAHULUAN. Indonesia terdiri dari pulau, daratan seluas 1,9 juta km 2, panjang garis pantai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk ke dalam kategori negara

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang didominasi oleh perairan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengadaan konservasi hewan. Suaka Margasatwa Paliyan memiliki ciri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2015 STRUKTUR VEGETASI DAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PANTAI DI HUTAN PANTAI LEUWEUNG SANCANG, KECAMATAN CIBALONG, KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di bumi saat ini, pasalnya dari hutan banyak manfaat yang dapat diambil

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan Karst Gunung Sewu mempunyai bentang alam yang sangat khas, dengan luas area + 1730 km 2 berupa puluhan ribu bukit batu gamping dengan ketinggian antara 20-50 meter yang membujur dari bagian Selatan Daerah Istimewa Yogyakarta (Kabupaten Gunungkidul), Jawa Tengah dan Jawa Timur. Fenomena permukaan meliputi bentukan positif, seperti perbukitan karst yang jumlahnya ± 40.000 bukit yang berbentuk kerucut. Puncak kerucut bisa membulat (Sinusoida) atau lancip (Karst connical). Lekuk lekuk diantara perbukitan batu gamping membentuk dolina, baik terbuka maupun tertutup. Sungai yang mengalir di permukaan Kawasan Karst sangat jarang. Begitu hujan air akan masuk ke lubang (sink) atau gua, sungai permukaan segera berubah menjadi sungai bawah tanah. Di bawah permukaan Kars air mengalir di sepanjang lorong gua membentuk jaringan sistem tata air tanah yang lebih rumit. Keberadaan sungai bawah tanah dapat dicirikan melalui lubang lubang tegak hasil peruntuhan sering disebut dengan istilah Luweng di daerah Gunung Sewu (Hanang samodra, 2001: 46). Saat ini keadaan kawasan kars banyak terjadi perubahan, seperti perubahan yang disebabkan karena perluasan lahan pertanian, perkebunan dan peternakan, dimana lahan lahan pada kawasan kars dimanfaatkan untuk kegiatan bercocok tanam maupun berternak hewan. Disamping itu semakin bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan semakin meluasnya 1

pembukaan wilayah hutan untuk pemukiman. Adanya aktifitas manusia di kawasan kars memungkinkan adanya perubahan lingkungan sekitar. Salah satu biota yang ditemukan di kawasan kars Gunung Sewu yaitu Capung (Odonata). Saat ini di perkirakan ada sekitar 5000 6000 jenis capung dan jumlahnya akan terus bertambah bila ditemukan jenis baru. Capung tersebar di seluruh dunia, jumlah yang sangat melimpah terutama di kawasan tropis seperti Indonesia, karena kawasan ini terdapat berbagai macam habitat. Capung juga terdapat di daerah pegunungan tinggi dan kawasan kutup utara. Menurut catatan, di Indonesia terdapat sekitar 750 jenis capung, beberapa diantaranya endemik di Sulawesi, misalnya Gynacantha Penelope (Shanti susanti, 1998 : 6-7). Pola distribusi Individu maupun populasi yang hidup disuatu habitat berbeda tentunya antara populasi satu dengan yang lain. Macam pola distribusi yaitu merata, acak, dan berkelompok. Pola distribusi spesies dalam komunitas juga dapat mencerminkan informasi yang banyak mengenai hubungan antara spesies dan daerah jelajah (Pudyo Susanto, 2000 : 179). Organisme dalam suatu lingkungan bertautan erat sekali dengan sekelilingnya, sehingga mereka membentuk bagian dari lingkungannya sendiri. Jika suatu jenis mengalami gangguan atau kerusakan dapat menyebabkan akan penurunan suatu jenis. Keanekaragaman jenis dan jumlah spesies dalam suatu komunitas sangatlah penting karena dengan adanya karagaman jenis dapat diambil untuk menandai jumlah spesies dalam suatu daerah (Michael, 1994 : 12, 269). 2

Pada kenyataannya serangga capung didaerah kecamatan Pracimantoro pada saat ini belum ada atau masih sedikit diteliti sehingga perlu adanya penginvertarisasi capung didaerah Kecamatan Pracimantoro. Berdasarkan beberapa uraian diatas maka dilakukan penelitian tentang keanekaragaman jenis dan distribusi capung (odonata) di Kawasan Karst Gunung Sewu, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah terpapar diatas maka didapatkan beberapa permasalahan yaitu : 1. Belum adanya data mengenai jenis capung (Odonata) di Kawasan Kars Gunung Sewu Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah 2. Belum diketahui nilai indeks keanekaragaman capung (Odonata) 3. Belum diketahui distribusi capung (Odonata) 4. Belum diketahui perilaku capung (Odonata) 5. Belum diketahui umur nimfa capung (Odonata) 6. Belum diketahui kondisi lingkungan Klimatik dan Edafik di Kawasan Kars Gunung Sewu Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. C. Pembatasan Masalah Pada penelitian ini permasalahan dibatasi hanya pada keanekaragaman jenis dan distribusi capung (Odonata) di Kawasan Karst Gunung Sewu, 3

Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah pada bulan Maret-Mei 2012. D. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dapat disusun berdasarkan batasan masalah di atas adalah sebagai berikut : 1. Apa sajakah jenis capung (Odonata) yang ada di Kawasan Karst Gunung Sewu, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah? 2. Berapa nilai indeks keanekaragaman capung (Odonata) yang ada di Kawasan Karst Gunung Sewu, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah? 3. Bagaimana distribusi capung (Odonata) di Kawasan Karst Gunung Sewu, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah? 4. Bagaimana kondisi lingkungan Klimatik dan Edafik di Kawasan Karst Gunung Sewu, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Jenis capung (Odonata) yang ada di Kawasan Karst Gunung Sewu, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. 2. Nilai indeks keanekaragaman capung (Odonata) yang ada di Kawasan Karst Gunung Sewu, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. 4

3. Distribusi capung (Odonata) di Kawasan Karst Gunung Sewu, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. 4. Kondisi lingkungan Klimatik dan Edafik di Kawasan Karst Gunung Sewu, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penelitian Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai data awal bagi penelitian selanjutnya. Selain itu, penelitian ini juga dapat di gunakan sebagai referensi dalam upaya konservasi terhadap capung (Odonata). 2. Bagi Pemerintah Data hasil penelitian dapat menjadi data dan dasar pertimbangan tentang pengelolaan dan perlindungan kawasan khususnya di kawasan kars gunung sewu, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. 3. Bagi LSM Dari data hasil penelitian ini nantinya diharapkan mampu menyumbangkan informasi dan data yang dapat dimanfaatkan sebagai dasar dalam menentukan arah kebijakan, program kerja organisasi, serta langkah strategis organisasi khususnya terkait capung di kawasan kars gunung sewu, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. 4. Bagi Masyarakat Umum Setelah mengetahui keanekaragaman jenis dan distribusi capung (Odonata), diharapkan masyarakat mampu memperhatikan sekaligus 5

menjaga kelestarian alam sekitar kawsan karst Kabupaten Wonogiri dan dihapkan masyarakat mampu bekerja sama dengan pihak pemerintah atau LSM untuk saling membantu dalam menjaga lingkungan agar keanekaragaman tetap terjaga. 6