PENGARUH NEUROMUSCULAR ELECTRICAL STIMULATION TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT DORSALFLEXOR ANKLE PADA PENDERITA STROKE NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah transisi epidemiologi, dimana masih tingginya jumlah kejadian

PENGARUH FREKUENSI TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT EKSTENSOR WRIST PADA PENDERITA STROKE

PENGARUH PENAMBAHAN ELECTRICAL MYOSTIMULATION (EMS) DAN LATIHAN HURDLE HOPS TERHADAP TINGGI LOMPATAN PADA PEMAIN BOLA VOLI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH HARMONISASI OTAK TERHADAP PENINGKATAN KOORDINASI PASIEN PASCA STROKE

BAB I PENDAHULUAN. mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas olahraga. Ada beberapa tujuan olahraga yang dibagi sesuai kebutuhannya,

DISUSUN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam kelompok prestasi, hobi, ataupun rekreasi. 1 Berdasarkan World Health

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas

BAB I PENDAHULUAN. bisa bertambah dengan munculnya kelemahan otot quadriceps dan atropi otot.

BAB V PEMBAHASAN. sampel yang berasal dari warga yang berada di daerah Pasarkamis- Tangerang. Sampel pada penelitian ini dengan kondisi penurunan

Oleh : KURNIA WIDYA UTAMI J

BAB I PENDAHULUAN. Ada empat dasar yang menjadi tujuan seseorang melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi.

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENAMBAHAN NEUROMUSCULAR ELECTRICAL STIMULATION (NMES) PADA STRETCHING TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT FLEKSOR WRIST PADA ATLET

BAB I PENDAHULUAN. nyeri tak tertahankan, mempengaruhi tangan, punggung, leher, lengan, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun

PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

PENGARUH NEUROMUSCULAR ELECTRICAL STIMULATION DAN LATIHAN PLIOMETRIK TERHADAP PENINGKATAN TINGGI LOMPATAN PADA PEMAIN BULUTANGKIS

PENGARUH AROMATERAPI DALAM RUANG SNOEZELEN TERHADAP KONTROL SPASTISITAS ANAK CEREBRAL PALSY DIPLEGI DI YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS PARAPARESE DI RSUD KARANGANYAR

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI DROP FOOT ec. LESI NERVUS PERONEUS SINISTRA DI RSUD KABUPATEN SRAGEN

EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB III METODE PENELITIAN. untuk membandingkan adakah perbedaan Visual Analog Scale (VAS)

BAB I PENDAHULUAN. penurunan aktivitas fisik seseorang. Penurunan aktivitas fisik dan

MANIPULASI ORGAN GOLGI TENDON UNTUK MENGURANGI TINGKAT SPASTISITAS OTOT-OTOT PENGGERAK LENGAN PASCA STROKE INFARK

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keluhan dan gangguan. Hal ini terjadi karena kurangnya

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG

PENGARUH PEMBERIAN FISIOTERAPI RUTIN DAN NEUROMUSCULAR TAPING (NMT) TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS)

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh: ILSA ROVIATIN AGUSTINA J Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pada konsep paradigma menuju Indonesia sehat 2010, tujuan. pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang

PENGARUH PENAMBAHAN BEBAN LATIHAN DOUBLE LEG SPEED HOP TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PEMAIN BOLA VOLI

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya pusat rehabilitasi di Surakarta menuntut pengetahuan lebih

Whitney. Hasil perlakuan dan kaitan pengaruhnya diketahui dengan menguji perbedaan inter dan antar kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang mencakup disegala bidang antara lain : politik, ekonomi, sosial

BAB I PENDAHULUAN. klinis, histologist, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang berpengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA TENDINITIS PATELLARIS DEKSTRA DI RST DR SOEDJONO MAGELANG

EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. membesarkan anak tersebut. Perintah kepada kedua orang tua untuk menjaga dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC DI RSUD SUKOHARJO. Oleh : KARYA TULIS ILMIAH

Lampiran 1 Meningkatkan Refleks Menelan melalui Latihan Vokal pada klien Stroke Non Hemoragik a. Latar belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS HERNIA NUCLLEUS PULPOSUS LUMBAL 3 5 DAN SACRUM 1 DI RSUD SUKOHARJO

EFEK NEUROMUSCULAR ELECTRICAL STIMULATION DAN EXERCISE TERHADAP KEKUATAN OTOT QUADRICEPS FEMURIS PENDERITA OSTEOARTHRITIS

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGE DEXTRA DI RSUD PANDANARANG BOYOLALI

BAB VI PEMBAHASAN. Deskripsi sampel pada penelitian ini terdiri atas kelompok Konvensional

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI HEMIPARESE DEXTRA POST STROKE NON HAEMORAGIK DI RSUP DR.

MANFAAT TERAPI MANIPULASI SARAF FASIALIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL OTOT-OTOT WAJAH PADA PENDERITA BELL S PALSY

BAB I PENDAHULUAN. yang pertama ingin dicapai baik dari pasien sendiri maupun dari keluarganya.

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

SKRIPSI PENGARUH LATIHAN ROM AKTIF ASISTIF SPRING GRIP TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS ATAS PADA PASIEN STROKE ISKEMIK

BAB I PENDAHULUAN. merokok, mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang memiliki. kurang beristirahat dan berolahraga. (Auryn, 2007).

Diajukan Guna Menyelesaikan Tugas dan Memenuhi Syarat Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma IV Fisioterapi

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP

BAB I PENDAHULUAN. tanda klinis. Gangguan ini berlangsung lebih dari 24 jam dapat. World, 2008). Di Amerika, dua per tiga orang mengalami defisit

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Pergerakan yang dilakukan baik secara volunter maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. Berjalan merupakan sebuah aktifitas berpindah atau bergerak untuk

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN MWD DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP DENGAN TENS DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OA LUTUT

PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN WILLIAM S FLEXION EXERCISES PADA INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION PADA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. salah satu gejala sisa yang sering terjadi akibat stroke. Afasia secara substansial

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY DI RS. Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

Ada beberapa bentuk metode atau tipe latihan yang dapat diaplikasikan oleh pasien stroke diantaranya adalah :

KARYA TULIS ILMIAH PERAN KELUARGA DALAM PRAKTIK MOBILISASI PASIEN PASCA STROKE

Transkripsi:

PENGARUH NEUROMUSCULAR ELECTRICAL STIMULATION TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT DORSALFLEXOR ANKLE PADA PENDERITA STROKE NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : A. REZA RACHSANJANI J120100006 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

ii

ABSTRAK PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Skripsi, 23 Juni 2015, 33 halaman A. REZA RACHSANJANI PENGARUH NEUROMUSCULAR ELECTRICAL STIMULATION TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT DORSALFLEXOR ANKLE PADA PENDERITA STROKE (dibimbing oleh: Totok Budi Santoso, S.FT, M.Ph.,Umi Budi Rahayu, S.FT,M.Kes.) Stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu di dunia.problematik yang paling mendasar meliputi gangguan motorik yang dapat mengakibatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh, abnormalitas tonus otot dan gangguan sensoris yang akan mengakibatkan kelainan sensibilitas, reseptor sendi, perasaan gerak dan gangguan koordinasi. Fisioterapi pada stroke sangat berperan dalam pelayanan rehabilitasi, NMES digunakan untuk mendidik kembali fungsi otot, membantu kontraksi otot, menguatkan otot, memelihara masa dan daya ledak otot selama immobilisasi yang lama dan untuk mencegah terjadinya atropi dan kelemahan otot pada pasien dengan penyakit kronis.tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Neuromuscular Electrical Stimulation terhadap peningkatan kekuatan otot dorsaflexor pada penderita stroke Jenis penelitian ini adalah single case research dengan desain A-B-A. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien stroke yang mengalami kelemahan otot dorsalfle xor ankle. Sampel sebanyak 4 responden dengan metode pengambilan sampling yaitu purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dengan tujuan memperoleh gambaran secara jelas tentang hasil intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positifneuromuscular Electrical Stimulation terhadap peningkatan kekutan otot dorsalflexor ankle pada pasien penderita stroke setelah diberikan terapi dengan 2 program yaitu 2/2 dan 2/4 frekuensi 100 Hz. Pemberian TENS program 2/4 ternyata lebih efektif dari pada 2/2 dalam meningkatkan kekuatan otot dorsalflexor ankle pada pasien penderita stroke. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh positifneuromuscular Electrical Stimulation terhadap peningkatan kekuatan otot dorsalflexor ankle pada pasien penderita stroke. Kata kunci : Neuromuscular Electrical Stimulation, Otot Dorsalflexor Ankle, Stroke iii

ABSTRACT PROGRAM STUDY OF S1 FISIOTHERAPHY SCIENCE HEALTH OF FACULTY MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA Research Paper, Juny 23, 2015, 33page A. REZA RACHSANJANI INFLUENCE OF NEUROMUSCULAR ELECTRICAL STIMULATION TO MAKE UP OF MUSCLE STRENGTHDORSALFLEXOR ANKLE OF PATIENT STROKE (Lecturer by: Totok Budi Santoso, S.FT., M.Ph., Umi Budi Rahayu, S.Ft., M.Kes) Stroke represent cause handicap of first in the world.most elementary problematik cover the trouble motorik able to result the paralysis of one of body side, abnormalitas tonus of muscle and trouble sensor y to result the disparity sensibilitas, reseptor joint, feeling move and trouble coordinate. Physiotherapy of stroke so central in service rehabilitate the, NMES used to educate to return the muscle function, assisting contraction muscle, strengthening muscle, looking after a period of and energy burst the muscle of during immobilization old ones and to prevent the happening of atropi and muscle weakness of patient with the chronic disease. Target of this research to know the influence of Neuromuscular Electrical Stimulation make up strength of muscle dorsaflexor of patient stroke. This Research type is single case research by desain is A-B-A. Population in this research is natural patient stroke of weakness muscle of dorsalfle xor ankle. Sampel is 4 respondents with the method of sampling intake that is purposive sampling. Technique analyse the data use the descriptive statistic with a purpose obtain the picture clearly about result intervence. Result of research indicate that there are positive influence of Neuromuscular Electrical Stimulation to improvement of muscle strengthof dorsalflexor ankle of patient stroke after given by a therapy by 2 are program that are 2/2 and 2/4 frequency 100 Hz. Giving of TENS program 2/4 in the reality more effective than 2/2 to improvement of muscle strengthof dorsalflexor ankle of patient stroke. Conclusion in this research there is positive influence of Neuromuscular Electrical Stimulation to improvement muscle strength of dorsalflexor ankle of patient stroke. Keyword : Neuromuscular Electrical Stimulation,Dorsalflexor Ankle Muscle, Stroke iv

PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang mengalami masa peralihan, dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia juga menghadapi dampak perubahan tersebut dalam bidang kesehatan, yaitu beban ganda pembangunan dibidang kesehatan. Salah satu tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan kesehatan tersebut adalah transisi epidemiologi, dimana masih tingginya jumlah kejadian penyakit menular yang diikuti dengan mulai meningkatnya penyakitpenyakit tidak menular yang sebagian besar bersifat multikausal (Depkes, 2011). Stroke adalah salah satu penyakit tidak menular yang belakangan ini menjadi kekhawatiran banyak orang. Stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negaranegara yang seang berkembang. Secara global, pada saat tertentu sekitar 13 juta korban stroke baru setiap tahun, dimana 4,4 juta diantarnya meninggal dunia dalam 12 bulan. Apabila tidak ada upaya penanggulangan stroke yang lebih baik maka jumlah penderita stroke pada tahun 2020 diprediksikan akan meningkat 2 kali lipat (Feigin, 2006). Problematika pasca stroke secara umum diantaranya gangguan sensomotorik, gangguan kognitif/ memori, gangguan psikiatrik/ emosional. Gangguan sensomotorik merupakan problematik yang paling mendasar yaitu meliputi gangguan motorik yang dapat mengakibatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh, abnormalitas tonus otot dan gangguan sensori yang akan mengakibatkan kelainan sensibilitas, reseptor sendi, perasaan gerak dan gangguan koordinasi (Kuntono, 2009). Kelemahan tangan maupun kaki akan mempengaruhi kontraksi otot. Berkurangnya kontraksi otot disebabkan karena suplai darah ke otak belakang dan tengah berkurang sehinggga dapat menghambat hantaran jaringan-jaringan utama antara otak dan medula spinalis. Kurangnya kontraksi otot mempengaruhi penurunan kekuatan 1

otot. Penurununan kekuatan otot pada kaki berdampak pada kelemahan otot dorsalfleksor atau drop foot. Menurut James (2009),drop foot merupakan gangguan yang melibatkan pergelangan kaki seseorang dan otototot kaki. Seseorang dengan drop foot memiliki kontrol terbatas terhadap gerakan kaki yang terkena. Disfungsi pada ekstermitas bawah yang dialami oleh pasien stroke merupakan gangguan motor tungkai kontralateral yang menyebabkan keterbatasan dalam pergerakan (Lemone and Burke, 2004). Tingkat keparahan dapat berkisar dari sementara sampai kondisi permanen, tergantung pada sejauh mana kelemahan otot atau kelumpuhan (Margaret, 2000). Stadium recovery merupakan fase emas dimana perbaikan akan cepat sekali terjadi namun pada fase ini akan muncul pola sinergi (spastik) yang berlangsung 3 minggu sampai 6 bulan setelah serangan stroke. Pada stadium ini terjadi reabsorbsi udema sehingga berangsur-angsur proses desak ruang akut menurun, aktivitas refleks spinal sudah berfungsi tetapi belum mendapat kontrol dari supraspinal (Kuntono, 2012). Fisioterapi pada stroke berperan dalam mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi dengan pelatihan motorik berdasarkan pemahaman terhadap patofisiologi, neurofisiologi, kinematik dan kinetik dari gerak normal, proses kontrol gerak dan motorlearningserta penanganan dengan pemanfaatan elektroterapi (Irfan, 2010). Dalam rangka meningkatkan proses pemulihan, telah dikembangkan metode rehabilitasi dan pemilihan intervensi harus disesuaikan dengan kondisi pasien. Menurut Laura (2008), salah satu modalitas yang menimbulkan kontraksi otot kemudian menghasilkan peningkatan kekuatan otot adalah Neuromuscular ElectricalStimulation (NMES). Neuromuscular Electrical Stimulation (NMES) sudah lama digunakan oleh kalangan fisioterapi sebagai salah satu cara untuk menghasilkan kontraksi otot secara buatan yang disebabkan otot/saraf mengalami kelainan, gangguan, ataupun cidera. Dalam pelayanan rehabilitasi dan fisioterapi, NMES 2

digunakan untuk mendidik kembali fungsi otot, membantu kontraksi otot, menguatkan otot, memelihara masa dan daya ledak otot selama immobilisasi yang lama dan untuk mencegah terjadinya atropi dan kelemahan otot pada pasien dengan penyakit kronis (Piva, 2007). Kontraksi otot dengan menggunakan elektrikal stimulasi ini dapat meningkatkan kekuatan otot (Laura, 2008). Jenis arus NMES yang dapat digunakan untuk peningkatan kekuatan otot diantaranya ada arus Interverensi, Russian Stimulation, TENS dan Faradik. Stimulasi elektris juga merangsang otot berkontraksi, pada penjumlahan kontraksi otot secara langsung, akan mempengaruhi aktivitas afferent dari muscle spindle dan golgi tendon yang akan memberikan informasi terhadap sistem saraf pusat. Selama itu stimulasi elektrisakan memberikan fasilitasi dan reedukasi terhadap kontraksi otot yang akan diinduksikan ke sistem saraf pusat sehingga mempengaruhi neural plasticity terutama pada stadium recovery pada cedera sistem saraf pusat (SSP). Pada stroke (CVA) dengan spastisitas elektrikal stimulasi akan mengurangi spastisitas melalui mekanisme reciprocal inhibition. Pentingnya fungsi dari kekuatan otot dalam kegiatan fungsional dan aktivitas sehari-hari untuk mencegah terjadinya atropi bahkan hilangnya fungsi otot.hal inilah yang menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitianini. Penerapan Neuro - muscular Electrical Stimulation pada kelompok otot diharapkan dapat meningkatkan kekuatan otot. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalahsingle case research dan menggunakan desain A-B-A. Desain ini memiliki ketentuan bahwa A1 adalah kondisi awal sebelum diberi intervensi, B adalah kondisi saat pemberian intervensi, sedangkan A2 adalah kondisi setelah pemberian intervensi. Tempat dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah pasien masing-masing yang berada di daerah Gonilan dan Gading 3

Solo, dilaksanakan pada tanggal 9 Maret-17 April 2015. Populasi dan Sampel Populasinya adalah pasien stroke yang mengalami kelemahan otot dorsalflexor ankle. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 4 orang dan metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling, yang dipilih dari populasi berdasarkan pertimbangan kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel Penelitian 1. Variabel Independent (variabel bebas) Variabel bebas penelitian ini adalah terapi Neuromuscular Electrical Stimulation. 2. Variabel Dependent (variabel terikat) Variabel terikat penelitian ini adalah kekuatan otot dorsalflexor ankle. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini data diolah dan dianalisis menggunakan statistik deskriptif dengan tujuan memperoleh gambaran secara jelas tentang hasil intervensi. Dengan menggunakan grafik garis yang sederhana untuk mengelompokan data selama proses pengumpulan data untuk memudahkan dalam penelitian dan dapat memperlihatkan ringkasan berbentuk angka. Penggunaan grafik garis juga ditujukan untuk mempermudah dan memperjelas gambaran dari pelaksanaan eksperimen sebelum dan saat diberi perlakuan serta perubahan-perubahan yang terjadi setelah perlakuan. Adapun komponen grafik garis diantaranya (1) Aksis adalah sumbu Y yang merupakan sumbu mendatar. (2) Ordinat adalah sumbu Z yang merupakan sumbu vertikal. (3) Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu Y dan sumbu Z. (4) Skala garis-garis pendek pada sumbu Y dan sumbu Z yang menunjukan ukuran. (5) Label kondisi. (6) Garis perubahan kondisi. (7) Judul grafik yaitu judul yang mengarahkan pembaca agar segera mengetahui hubungan variabel bebas dan variabel terikat. 4

HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Tabel 4.1. Karakteristik Responden No Nama Umur J K Jenis Stroke Lama Sisi Lemah Nilai Otot 1 Bp. P 58 th L Non 2 bln Kiri 1 Hemore gik 2 Ny. S 60 th P Non 4 bln Kiri 1 Hemore gik 3 Ny. T 52 th P Non 2 bln Kanan 1 Hemore gik 4 Bp. M 56 th L Non Hemore gik 4 bln Kiri 1 peningkatan kekuatan otot dengan nilai 2 dan pada hari 14-15 dengan nilai 3. Setelah selesai treatment pada baseline A2 dilakukan pengukuran kekuatan otot pada hari 16-18 dengan nilai 3. 2) Ny.S Nilai Kekuatan Otot 5 4 3 2 1 2. Nilai Kekuatan Otot Nilai Kekuatan Otot 5 4 3 2 1 0 Dorsalflexor a. Pasien dengan Program 2/2 1) Bp. P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Pengukuran ke Grafik 4. 1 Peningkatan Kekuatan Otot Dorsaflexor Ankle Berdasarkan tabel di atas diketahui Bp. P pada baseline A1 dalam pengukuran otot dorsalflexor pada hari ke 1-3 nilai kekuatan otot 1. Dan pada fase treatment baseline B belum mengalami peningkatan kekuatanotot pada hari 4-7, sedangkan pada hari 8-13 terjadi Grafik 4. 2 Peningkatan Kekuatan Otot DorsaflexorAnkle Berdasarkan tabel di atas diketahui Ny. S pada baseline A1 dalam pengukuran otot dorsalfleksor pada hari ke 1-3 nilai kekuatan otot 1. Dan pada fase treatment baseline B belum mengalami peningkatan kekuatan otot pada hari 4-8, sedangkan pada hari 9-14 terjadi peningkatan kekuatan otot dengan nilai 2 dan pada hari 15 dengan nilai 3.Setelah selesai treatment pada baseline A2 dilakukan pengukuran kekuatan otot pada hari 16-18 dengan nilai 3. 0 Pengukuran ke

b. Pasien dengan Program 2/4 Nilai Kekuatan Otot 1) Ny. T Grafik 4. 3 Peningkatan Kekuatan Otot DorsaflexorAnkle Berdasarkan tabel di atas diketahui Ny. T pada baseline A1 dalam pengukuran otot dorsalfleksor pada hari ke 1-3 nilai kekuatan otot 1. Dan pada fase treatment baseline B belum mengalami peningkatan kekuatan otot pada hari 4-6, sedangkan pada hari 7-10 terjadi peningkatan kekuatan otot dengan nilai 2 dan pada hari 11-15 dengan nilai 3.Setelah selesai treatment pada baseline A2 dilakukan pengukuran kekuatan otot pada hari 16-18 dengan nilai 3. Nilai Kekuatan Otot 5 4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 2) Bp. M Pengukuran ke Berdasarkan tabel di atas diketahui Bp. M pada baseline A1 dalam pengukuran otot dorsalfleksor pada hari ke 1-3 nilai kekuatan otot 1. Dan pada fase treatment baseline B belum mengalami peningkatan kekuatan otot pada hari 4-6, sedangkan pada hari 7-11 terjadi peningkatan kekuatan otot dengan nilai 2 dan pada hari 12-15 dengan nilai 3.Setelah selesai treatment pada baseline A2 dilakukan pengukuran kekuatan otot pada hari 16-18 dengan nilai 3. PEMBAHASAN Berdasarkan dengan hasil terapi yang telah dilakukan dengan menggunakan Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) program 2/2 dan 2/4, frekuensi 100 Hz. Terapi ini selama 15 menit dan dilakukan 3 kali seminggu selama 4 minggu. Adanya perbedaan hasil terapi dapat dipaparkan pada grafik berikut: 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Pengukuran ke Grafik 4. 4 Peningkatan Kekuatan Otot Dorsaflexor Ankle

5 4 Nilai Kekuatan Otot 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Pengukuran ke Grafik 4.2 Perbedaan Peningkatan Kekuatan Otot Dorsaflexor Ankle Berdasarkan hasil diatas diketahui adanya perbedaan peningkatan kekuatan otot dorsalflexor ankle dengan program 2/2 dan 2/4. Pada baseline A1 nilai kekuatan otot 1 pada pengukuran ke 1-3. Pada baseline B, pada program 2/4 terjadi peningkatan kekuatan otot pada pengukuran ke 7-10 sedangkan pada program 2/2 terjadi peningkatan pada pengukuran ke 8-13 dengan nilai kekuatan otot 2. Pada pprogram 2/4 terjadi peningkatan kekuatan otot pada pengukuran ke 11-15 sedangkan pada program 2/2 terjadi peningkatan kekuatan otot pada pengukuran ke 14-15 dan baseline A2 tidak ada perubahan kekuatan otot pada pengukuran 16-18 dengan nilai kekuatan otot 3. Dari hasil penelitian diatas dapat dilihat pada grafik 4.5 menunjukkan bahwa pasien stroke yang diberikan terapi dengan program 2/4 lebih cepat mengalami peningkatan kekuatan otot dorsalflexor ankle, dimana pada program 2/4 terjadi fase istirahat yang banyak untuk memulihkan energi sebelum berkontraksi lagi. Sedangkan pasien stroke yang diberikan program 2/2 pasien masih membutuhkan waktu lebih lama mengalami peningkatan kekuatan otot dorsalflexor, dimana pada program 2/2 terjadi fase istirahat yang lebih sedikit untuk pemulihan energi karena akan menyebabkan otot cepat mengalami kelelahan pada kondisi spastik. Spastik adala h suatu keadaan dimana tonus otot lebih tinggi dari normal akibat hilangnya kontrol supra spinal terhadap aktivitas stretch reflek. Sehingga menimbulkan nyeri oleh adanya rangsangan nosireseptor karena beban mekanik otot. Dari stimulasi elektris akan menghambat aktivitas nosiseptor pada tingkat spinal, mengaktivasi kontrol gerbang dan terjadi pengurangan nyeri. Pada kondisi spastik, stimulasi elektris menurunkan spastisitas melalui mekanisme resiprocal inhibition. Stimulasi elektris diberikan melalui susunan saraf tepi kepada otot antagonis, yang akan membangkitkan

potensial aksi otot berdiameter besar. Potensial aksi yang dibangkitkan ini akan ditransmisikan ke spinal cord dan membangkitkan interneurons yang selanjutnya akan menghambat aktivitas motor neuron. Hasil penelitian ini telah menjawab hipotesa penelitian bahwa ada pengaruh Neuromuscular Electrical Stimulation terhadap peningkatan kekuatan otot dorsalfleksor ankle pada penderita stroke. Setelah pemberian terapi ini pasien dapat menggerakan sendi ankle melawan gravitasi pada kekuatan otot dorsalflexor ankle. Hasil pemeriksaan pengukuran kekuatan otot dengan cara menggunakan Manual Muscle Testing (MMT) yang dirasakan pasien saat pertama kali terapi sampai dengan terapi ke delapan belas sudah mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan penelitian Riann (2010), yang meneliti penerapan NMES dengan intensitas tinggi pada otot Quadriceps Femoris selama tiga kali perminggu selama empat minggu dengan stimulasi elektris (100pps, 60µs pulse duration, 100 ms train duration ) telah berhasil meningkatkan kekuatan otot dan aktivasi dari otot yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot. Penelititan Jane (2004), bahwa perbaikan fungsional motor anggota gerak atas dengan menggunakan NMES pada pasien hemiparesis yang diberikan durasi pulsa 250 µs dan frekuensi 35 Hz selama 15 menit dapat menghasilkan kontraksi otot dengan posisi subjek yang tidak merasa lelah atau nyaman. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa pemberian NMES dapat menjadi alternatif cara untuk mengembangkan kekuatan otot. Penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya bahwa terdapat pengaruh pemberian elektrostimulasi terhadap kekuatan otot dan kemampuan melompat pada pemain basket. Dalam penelitian ini berikannya elektrostimulasi selama empat minggu dengan tiga kali perminggu, satu sesi selama 16 menit dengan arus rectanguler pulsed 100 Hz, intensitas 0-100 ma (Maffiuletti, 2000). Terjadinya peningkatan kekuatan otot ini, seperti diketahui bahwa terjadinya perubahan kekuatan otot akibat pemberian NMES karena adanya adaptasi neural. Pada otot 8

sakit, latihan menggunakan NMES lebih efektif untuk meningkatkan kekuatan otot dibanding kontraksi volunter. Kontraksi otot yang terjadi pada elektroterapi terjadi dengan cara arus listrik memacu rangsangan motorik melalui peningkatan ekstibilitas saraf yang pada akhirnya memacu motor end plate otot(bax et al, 2005). KESIMPULAN Berdasarkan padahasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh Neuromuscular Electrical Stimulation terhadap peningkatan kekutan otot dorsalflexorankle pada pasien penderita stroke. Terapi ini diberikan dengan 2 program yaitu 2/2 dan 2/4 frekuensi 100 Hz. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian TENS program 2/4 ternyata lebih efektif dari program 2/2 dalam meningkatkan kekuatan otot dorsalflexor penderita stroke. DAFTAR PUSTAKA ankle pada pasien Bax, N., et al. 2007. Effect of electromyostimulation training on muscle strength and power of elite rugby players. Bennie, 2002. The effect of Neuromuscular Electrical Stimulation for dysphagia in Opercular Syndrome. Bergquist A.J, 2010. Stimulation is applied over a nerve trunk compared Motor unitrecruitment whenneuromuscular electrical with a muscle belly: triceps surae.journal ApplPhysiol110:627-637. Cameron, H Michelle and Dinesh Verma. 2009. Electrophysical Agents. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2011, Oktober 6). Feigin V, 2006. Stroke. Bhuana Ilmu Populer Jakarta. Irfan, Muhammad, 2010.Fisioterapi Bagi Insan Stroke. Edisi Pertama. Penerbit Graha Ilmu:Yogyakarta. James, Pritchett W, 2009. Epidemology of Foot Drop. Jakarta. Jane E Sullivan; Lois D HedmanPhysical Therapy; Nov 2004. Academic Research Librarypg. 1045. Janssen I, Heymsfield SB, Wang ZM, Ross R. 2000. Sceletal Muscle Mass and Distribution in 468 Men and Woman Aged. Journal of Applied Physiologi 89. Johnson M, 2002. The Analgesic Effect and Clinical Use of AL- TENS, Physical Therapy. Review 3 9

Kendall,E. 2005.Muscles testing and function with posture and pain, fifth edition.lippincott,williams and Williams. Kots, 1998.Clinical Electrotherapy.Effect of NMES on Muscle Strength. USA. Prentice Hall. Kuntono, HeruPurbo, 2012. FES pasca stroke, Dalam Handout kuliah FT C pusatjurusan S1 fisioterapi, UniversitasMuhammadiyahSurak arta, Surakarta. Laura, 2008. The effects of Neuromuscular electrical Stimulation for dysphagia in Opercular Syndrome: A Case Study. Departemen of Neurology, University Hospital Maastricht, Maastricht The Netherlands. Lemone P& Burke, K. 2004. Medical Surgical Nursing Critical Thingking in Client Care. Third Edition. New Jersey : Pearson Education. Maffiuletti, et al. 2000. The effect of electrostimulation training and basketball practice on muscle strength and jump ability. In J Sports Med 21: 437-443. Margaret, Porembski A, 2000. Introduction to Clinical Examination. Churchill Livingstone. Edinburgh. Nelson, Roger M and Currier, Dean P. 1991. Clinical Electrotherapy.Second Ed. Fundamental Physiological Responses. Parjoto, Slamet. 2006. TerapiListrikUntukModulasiNyer i. IFI. Semarang. Piva, 2007.Neuromuscular electrical stimulation, An overview and its application in the treatment of sport injuries. Sports Med 13: 320-336 Price dan Wilson, 2006. Patofisiologi: KonsepKlinis Proses-Proses Penyakit. Ed: 6. Jakarta: EGC. Rahayu, Umi Budi 2013.MeningkatkanKualitasHiid uppasca Stroke.Auditorium M. DjasmanUniversitasMuhammadi yah Surakarta. Riann, M. 2010. A Clinical Trial of Neuromuscular Electrical Stimulation in Improving Quadriceps Muscle Strength and Activation Among Women With Mild and Moderate Osteoarthritis. Seyri, Kayvan M, MSc, NSCA- CPT*D, CSCS;Maffiuletti, Nicola A, PhD Strength and Conditioning. Journal; Feb 2011; 33, 1; ProQuest Research Librarypg. 70 Syaifuddin. 2011. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Wisegeek, 2010.Physiologicaland Methodological considerations for the use of Neuromuscular Electrical Stimulation. 10